Suara gemuruh sepatu kuda terdengar semakin mendekat. Lu Sicheng dan Jenderal Chou segera menaiki kudanya. Keduanya sudah mengenakan pakaian ziran dan bersiap untuk berperang. Para prajurit sudah berdiri di barisan paling depan. Tombak dan perisai mereka pegang erat dengan pandangan lurus ke depan.Pasukkan musuh tampak sudah terlihat keluar dari kegelapan malam. Bendera Dong Taiyang segera Panglima Chou kibarkan sembari duduk di atas kudanya. Dia menoleh pada Lu Sicheng."Adik Lu, ini adalah perang pertama yang terjadi selama pemerintahan Yang Mulia Ratu. Aku harap kau bisa memimpin perang ini dengan baik," ucap Panglima Chou tampak begitu yakin pada Lu Sicheng.Namun, Lu Sicheng tidak menjawab. Pemuda itu hanya tersenyum tipis. Peperangan ini tidak seharusnya terjadi. Tidak, tidak, peperangan ini memang tak boleh sampai terjadi.Lu Sicheng segera memajukan kudanya menuju pasukkan musuh."Adik Lu!" Jenderal Chou sangat terkejut melihat Lu Sicheng melesat pergi menuju pasukkan musuh.
Sementara itu di istana Dong Taiyang,Ratu Yang dan Ibu Suri tampak gelisah sembari berdiri di tepi pagar balkon lantai dua istana.Perdana Menteri Han dan Penasehat Bai Jue tampak berdiri di masing-masing sisi mereka. Sedangkan Yihua dan Xue Ying berdiri agak jauh dari mereka. Namun wajah keduanya pun terlihat sangat cemas."Ibu Suri, kenapa pasukkan musuh tampak berhenti di satu titik? Apakah Panglima Lu telah berhasil bernegosiasi dengan mereka?" tanya Ratu Yang sembari menoleh pada wanita yang tengah berdiri di sampingnya."Entahlah, Yang Mulia. Namun sepertinya perang ini berhasil dihentikan," balas Ibu Suri, lantas tersenyum pada Ratu Yang."Panglima Lu memang bisa diandalkan." Penasehat Bai Jue ikut menimpali. Sedangkan Perdana Menteri Han hanya tersenyum lega."Yang Mulia, Hong Ri melapor." Tiba-tiba saja Hong Ri datang menghampiri Ratu Yang dan yang lainnya. Pemuda itu tampak tergopoh-gopoh dengan wajahnya yang diliputi kecemasan."Hong Ri, ada apa? Kenapa kau begitu ketakuta
Malam yang begitu dingin dengan butiran salju yang mulai berjatuhan. Perang telah usai. Para prajurit segera meninggalkan medan perang sembari memapah rekannya yang terluka. Puluhan, tidak, tapi ratusan jiwa melayang di medang pertempuran tadi. Para prajurit Utara segera mengepakuasi mayat Panglima Kai. Sedangkan Panglima Diwey tampak sedang berdiri memberi aba-aba sebelum mereka meninggalkan medan perang.Hong Ri memapah Panglima Chou menuju kamarnya. Panglima Chou terluka parah. Hong Ri segera memanggilkan tabib untuk mengobatinya. Sedangkan di paviliun prajurit, tampak ratusan prajurit yang terluka parah. Mereka terus mengerang mengaluhkan rasa sakitnya. Para tabib kewalahan mengobati mereka.Lu Sicheng masih belum sadarkan diri. Pemuda itu terbaring pada ranjangnya. Hong Ri sudah mengganti pakaian Lu Sicheng dengan hanbok berbahan tipis warna putih polos. Lu Sicheng terluka parah, karena serangan dahsyat Panglima Kai yang bertubi-tubi menhantamnya tanpa ampun.Ratu Yang dan Ibu S
Pagi yang dingin dengan tiupan angin dan butiran salju yang turun sedari semalam. Benar, musim dingin telah tiba di pertengahannya. Raja Utara Lin Xiang datang bersama dua menteri utama ke istana Dong Taiyang. Kedatangan sang raja ingin bernegosiasi agar kerajaan Dong Taiyang bersedia melepaskan Pangeran Lin Jiang.Sudah satu pekan Pangeran Lin Jiang di tahan pada penjara bawah tanah. Menteri Ho selalu datang mengunjunginya secara diam-diam. Menteri Ho juga memberitahu pada Pangeran Lin Jiang, jika perang kemarin sama sekali tak ada hasilnya. Hanya ke sia-siaan yang bodoh.Menteri Ho mengatakan jika Panglima Kai tewas di tangan Lu Sicheng. Sedangkan Lu Sicheng sendiri sempat tak sadarkan diri selama dua hari setelah perang berakhir.Dan, hari ini Raja Lin Xiang datang ke istana Dong Taiyang untuk menjemputnya. Lin Jiang mengerang kesal sembari melayangkan tinjunya pada dinding penjara. Dia tak bisa pulang begitu saja. Ratu Yang juga harus ikut bersamanya sebagai istrinya."Pangeran Ag
Suasana yang tadinya ricuh kini hening seketika. Semua mata terbelalak melihat Dewa Ming datang. Sang Dewa melayang di atas mereka. Semua orang segera berlutut padanya. Lu Sicheng segera memadamkan emosinya. Dirinya dan Panglima Chou segera berlutut. Sedangkan Ratu Yang dan Ibu Suri pun segera berlutut. Dewa Ming pasti sangat murka akan kekacauan yang sedang terjadi di istana Dong Taiyang saat ini."Aku sudah menyaksikan perseteruan yang sedang terjadi saat ini." Dewa Ming berkata, lantas sepasang mata lebar-lebar menoleh pada Raja Lin Xiang yang berlutut di hadapannya, "Kau ... Raja dari Utara, Lin Xiang. Apa kau sadar atas ucapan burukmu terhadap Dewi Quan Hie tadi? Bahkan kau pun mencerca Panglima Lu, yang tak lain adalah reinkarnasi Maha Dewa Ying. Apa kau akan bertobat atas lisan burukmu itu?!"Ucapan Dewa Ying membuat seisi ruangan itu terkejut luar biasa. Terutama Raja Lin Xiang. Dia segera menoleh pada Lu Sicheng.Apa? Reinkarnasi Maha Dewa Ying? Gumannya dalam hati. Sial! De
Malam itu Ratu Yang sedang duduk menyendiri pada bangku yang berada di tepi jendela kamarnya. Jejak air mata berkilauan di kedua pipinya.Sudah dua hari berlalu pasca kejadian di ruang rapat tempo hari, sang ratu sering menyendiri di kamarnya. Padahal persiapan pernikahannya dengan Lu Sicheng sedang dilakukan oleh para pelayan di istana. Namun sepertinya hal itu tidak membuatnya tampak bahagia.Pangeran Lin Jiang sudah kembali ke Utara. Namun hati Ratu Yang terasa sangat rancu mengingat kutukan keji yang dilontarkan oleh Raja Lin Xiang padanya dan Lu Sicheng.Apakah yang akan terjadi nanti? Akankah mimpi buruk yang pernah ia alami benar-benar akan terjadi? Air mata kembali bercucuran deras, Ratu Yang kehilangan semangatnya."Yang Mulia, Yihua membawa makanan untuk Anda. Sudah dua hari ini Anda tidak makan dengan baik." Yihua mendekat pada Ratu Yang. Kedua tangannya memegang talam logam berisi makanan untuk sang ratu.Ratu Yang tidak merespon sama sekali. Dia tetap duduk sembari merang
Li Cangyi memacu kudanya sangat kencang menuju istana Selatan setelah ia tinggal dalam gua Liowang beberapa hari yang lalu. Benar, dirinya terluka saat bertarung dengan Jenderal Chou tempo hari. Sedangkan hatinya masih sangat kesal karena telah ditipu mentah-mentah oleh Raja Iblis Xin Yi yang menyamar sebagai seorang gadis cantik.Sial! Dia bahkan menaruh hati pada gadis itu. Sekarang dirinya harus melapor pada Raja Selatan. Le Cangyi semakin cepat memacu kudanya melintasi hutan.Matahari mulai menyingsing ke barat. Li Cangyi akhirnya tiba di istana Selatan. Seperti biasa, gerbang istana dijaga oleh beberapa prajurit bersenjata. Li Cangyi segera menuruni kudanya dan berjalan menuju para prajurit di sana."Tolong buka pintunya, aku ingin menemui Yang Mulia Raja Tong," pinta Li Cangyi pada dua prajurit yang berdiri tepat di depan pintu gerbang."Kau siapa, Tuan? Sepertinya aku baru melihatmu," tanya salah satu prajurit dengan tatapan sangarnya pada Li Cangyi."Aku ... Li Cangyi, aku pern
Perlahan Li Cangyi pun berdiri. Sepasang manik hitam itu menatap sendu pada Raja Tong. Sang raja tampak sudah bernafsu untuk menebas leher Li Cangyi saat ini juga. Sia-sia dirinya membyar mahal, jika pendekar dari Utara itu gagal membunuh Lu Sicheng."Yang Mulia, dengarkan penjelasan hamba lebih dulu." Cangyi menangkap pendar mata Raja Tong Hao yang sedang menatapnya geram penuh emosi."Penjelasan apa?" tanya Raja Tong. Dia sedikit mengendurkan niatnya untuk menebas leher pemuda di hadapannya itu."Yang Mulia, hamba tidak sempat bertarung dengan Lu Sicheng. Karena sebelumnya hamba mengetahui, jika Pendekar dari Barat itu adalah reinkarnasi dari Maha Dewa Ying Jian. Ya, Lu Sicheng adalah reinkarnasi Maha Dewa Ying Jian." ringkas Cangyi."Apa?" Raja Tong sangat terkejut mendengarnya. Jadi, Lu Sicheng adalah reinkarnasi Maha Dewa Ying? Reinkarnasi Maha Dewa sudah datang? Raja Tong menarik kembali pedangnya. Pendar matanya tiba-tiba meredup. Tubuhnya terasa lemas.Pupus sudah niat balas d