Malam yang begitu dingin dengan butiran salju yang mulai berjatuhan. Perang telah usai. Para prajurit segera meninggalkan medan perang sembari memapah rekannya yang terluka. Puluhan, tidak, tapi ratusan jiwa melayang di medang pertempuran tadi. Para prajurit Utara segera mengepakuasi mayat Panglima Kai. Sedangkan Panglima Diwey tampak sedang berdiri memberi aba-aba sebelum mereka meninggalkan medan perang.Hong Ri memapah Panglima Chou menuju kamarnya. Panglima Chou terluka parah. Hong Ri segera memanggilkan tabib untuk mengobatinya. Sedangkan di paviliun prajurit, tampak ratusan prajurit yang terluka parah. Mereka terus mengerang mengaluhkan rasa sakitnya. Para tabib kewalahan mengobati mereka.Lu Sicheng masih belum sadarkan diri. Pemuda itu terbaring pada ranjangnya. Hong Ri sudah mengganti pakaian Lu Sicheng dengan hanbok berbahan tipis warna putih polos. Lu Sicheng terluka parah, karena serangan dahsyat Panglima Kai yang bertubi-tubi menhantamnya tanpa ampun.Ratu Yang dan Ibu S
Pagi yang dingin dengan tiupan angin dan butiran salju yang turun sedari semalam. Benar, musim dingin telah tiba di pertengahannya. Raja Utara Lin Xiang datang bersama dua menteri utama ke istana Dong Taiyang. Kedatangan sang raja ingin bernegosiasi agar kerajaan Dong Taiyang bersedia melepaskan Pangeran Lin Jiang.Sudah satu pekan Pangeran Lin Jiang di tahan pada penjara bawah tanah. Menteri Ho selalu datang mengunjunginya secara diam-diam. Menteri Ho juga memberitahu pada Pangeran Lin Jiang, jika perang kemarin sama sekali tak ada hasilnya. Hanya ke sia-siaan yang bodoh.Menteri Ho mengatakan jika Panglima Kai tewas di tangan Lu Sicheng. Sedangkan Lu Sicheng sendiri sempat tak sadarkan diri selama dua hari setelah perang berakhir.Dan, hari ini Raja Lin Xiang datang ke istana Dong Taiyang untuk menjemputnya. Lin Jiang mengerang kesal sembari melayangkan tinjunya pada dinding penjara. Dia tak bisa pulang begitu saja. Ratu Yang juga harus ikut bersamanya sebagai istrinya."Pangeran Ag
Suasana yang tadinya ricuh kini hening seketika. Semua mata terbelalak melihat Dewa Ming datang. Sang Dewa melayang di atas mereka. Semua orang segera berlutut padanya. Lu Sicheng segera memadamkan emosinya. Dirinya dan Panglima Chou segera berlutut. Sedangkan Ratu Yang dan Ibu Suri pun segera berlutut. Dewa Ming pasti sangat murka akan kekacauan yang sedang terjadi di istana Dong Taiyang saat ini."Aku sudah menyaksikan perseteruan yang sedang terjadi saat ini." Dewa Ming berkata, lantas sepasang mata lebar-lebar menoleh pada Raja Lin Xiang yang berlutut di hadapannya, "Kau ... Raja dari Utara, Lin Xiang. Apa kau sadar atas ucapan burukmu terhadap Dewi Quan Hie tadi? Bahkan kau pun mencerca Panglima Lu, yang tak lain adalah reinkarnasi Maha Dewa Ying. Apa kau akan bertobat atas lisan burukmu itu?!"Ucapan Dewa Ying membuat seisi ruangan itu terkejut luar biasa. Terutama Raja Lin Xiang. Dia segera menoleh pada Lu Sicheng.Apa? Reinkarnasi Maha Dewa Ying? Gumannya dalam hati. Sial! De
Malam itu Ratu Yang sedang duduk menyendiri pada bangku yang berada di tepi jendela kamarnya. Jejak air mata berkilauan di kedua pipinya.Sudah dua hari berlalu pasca kejadian di ruang rapat tempo hari, sang ratu sering menyendiri di kamarnya. Padahal persiapan pernikahannya dengan Lu Sicheng sedang dilakukan oleh para pelayan di istana. Namun sepertinya hal itu tidak membuatnya tampak bahagia.Pangeran Lin Jiang sudah kembali ke Utara. Namun hati Ratu Yang terasa sangat rancu mengingat kutukan keji yang dilontarkan oleh Raja Lin Xiang padanya dan Lu Sicheng.Apakah yang akan terjadi nanti? Akankah mimpi buruk yang pernah ia alami benar-benar akan terjadi? Air mata kembali bercucuran deras, Ratu Yang kehilangan semangatnya."Yang Mulia, Yihua membawa makanan untuk Anda. Sudah dua hari ini Anda tidak makan dengan baik." Yihua mendekat pada Ratu Yang. Kedua tangannya memegang talam logam berisi makanan untuk sang ratu.Ratu Yang tidak merespon sama sekali. Dia tetap duduk sembari merang
Li Cangyi memacu kudanya sangat kencang menuju istana Selatan setelah ia tinggal dalam gua Liowang beberapa hari yang lalu. Benar, dirinya terluka saat bertarung dengan Jenderal Chou tempo hari. Sedangkan hatinya masih sangat kesal karena telah ditipu mentah-mentah oleh Raja Iblis Xin Yi yang menyamar sebagai seorang gadis cantik.Sial! Dia bahkan menaruh hati pada gadis itu. Sekarang dirinya harus melapor pada Raja Selatan. Le Cangyi semakin cepat memacu kudanya melintasi hutan.Matahari mulai menyingsing ke barat. Li Cangyi akhirnya tiba di istana Selatan. Seperti biasa, gerbang istana dijaga oleh beberapa prajurit bersenjata. Li Cangyi segera menuruni kudanya dan berjalan menuju para prajurit di sana."Tolong buka pintunya, aku ingin menemui Yang Mulia Raja Tong," pinta Li Cangyi pada dua prajurit yang berdiri tepat di depan pintu gerbang."Kau siapa, Tuan? Sepertinya aku baru melihatmu," tanya salah satu prajurit dengan tatapan sangarnya pada Li Cangyi."Aku ... Li Cangyi, aku pern
Perlahan Li Cangyi pun berdiri. Sepasang manik hitam itu menatap sendu pada Raja Tong. Sang raja tampak sudah bernafsu untuk menebas leher Li Cangyi saat ini juga. Sia-sia dirinya membyar mahal, jika pendekar dari Utara itu gagal membunuh Lu Sicheng."Yang Mulia, dengarkan penjelasan hamba lebih dulu." Cangyi menangkap pendar mata Raja Tong Hao yang sedang menatapnya geram penuh emosi."Penjelasan apa?" tanya Raja Tong. Dia sedikit mengendurkan niatnya untuk menebas leher pemuda di hadapannya itu."Yang Mulia, hamba tidak sempat bertarung dengan Lu Sicheng. Karena sebelumnya hamba mengetahui, jika Pendekar dari Barat itu adalah reinkarnasi dari Maha Dewa Ying Jian. Ya, Lu Sicheng adalah reinkarnasi Maha Dewa Ying Jian." ringkas Cangyi."Apa?" Raja Tong sangat terkejut mendengarnya. Jadi, Lu Sicheng adalah reinkarnasi Maha Dewa Ying? Reinkarnasi Maha Dewa sudah datang? Raja Tong menarik kembali pedangnya. Pendar matanya tiba-tiba meredup. Tubuhnya terasa lemas.Pupus sudah niat balas d
Sore itu di istana Dong Taiyang tampak begitu ramai. Suara nyanyian lagu pernikahan terdengar mendayu-dayu dari aula istana. Ratu Yang sudah tampak cantik dengan pakaian pengantin, berupa sehelai hanfu dengan warna merah menyala.Hanfu merah itu tampak sangat kontras di tubuhnya yang tinggi sempampai. Sedangkan tirai merah transparan menutupi kepala hingga ke wajahnya.Yihua dan beberapa dayang berjalan mengiringi langkah Ratu Yang menuju aula istana.Para petinggi istana sedang duduk rapi di dalam aula. Ibu Suri dan Lu Sicheng pun ada di sana. Lu Sicheng pun mengenakan pakaian pengantin, berupa hanbok dengan warna merah menyala. Motipnya sama persis dengan hanfu yang dikenakan oleh Ratu Yang.Lu Sicheng tersenyum tipis melihat Ratu Yang memasuki aula bersama Yihua dan beberapa dayang. Bai Jue sebagai penasehat istana mulai memberi aba-aba bahwa ritual pernikahan Lu Sicheng dan Ratu Yang akan segera dimulai.Para petinggi istana dan para tamu bersorak gembira mendengarnya. Hanya Xue Y
Lumatan demi lumatan Lu Sicheng dan Ratu Yang nikmati. Perlahan Lu Sicheng merebahkan tubuh Ratu Yang ke tengah ranjang. Bibir mereka masih saling berpangutan mesra. Namun Lu Sicheng mulai nakal meliarkan jemarinya."Suamiku," desah Ratu Yang kala Lu Sicheng mulai meloloskan hanfu merah itu dari tubuhnya. Keduanya pun saling membantu menanggalkan pakaian mereka.Tubuh polos keduanya sudah masuk ke dalam selimut. Lu Sicheng mulai mendaki sembari memainkan kedua payudara Ratu Yang. Perlahan ia menghisap hingga menggigitnya. Ratu Yang mengerang menikmati sentuhan Lu Sicheng akan tubuhnya yang sensitif.Lu Sicheng mengerang saat miliknya berhasil masuk. Menerobos segel Ratu Yang. Dia mulai bergerak lebih cepat.Setelah beberapa saat berlalu. Keduanya pun mengerang keras akan ledakkan kenikmatan yang baru saja mereka rasakan. Napas keduanya tersenggal-senggal sembari meraup oksigen sebanyak-banyaknya. Lu Sicheng segera berguling ke samping Ratu Yang. Kepuasan itu baru pertama kali mereka ra
Malam itu sedang turun salju di kayangan. Permaisuri menangis saat bayinya diambil oleh Dewa Ming. Dikecup berkali-kali wajah bayi laki-laki itu sebelum diserahkan pada Dewa Ming.Kaisar Langit hanya mengangguk dengan wajah sedih saat istrinya menoleh. Permaisuri menangis semakin cetar saat Dewa Ming melangkah pergi."Bayiku!" jerit Permaisuri. Ingin rasanya dia mengejar Dewa Ming lalu mengabil bayinya lagi.Kaisar Langit segera merangkul bahu istrinya. Dia pun amat sedih akan kehilangan Putra Mahkota. Namun, takdir semesta tak bisa dirubah. Putra Mahkota merupakan suku dewa terpilih. Dia yang kelak akan menghabisi suku iblis.Langkah Dewa Ming kian menjauh dari pintu kamar Permaisuri. Penasehat Yu dan kedua Dewa Utama mengikuti dari belakang. Bayi laki-laki itu digendong oleh Dewa Ming menuju aula istana.Sinar jingga menyambut di depan pintu saat langkah mereka nyaris keluar dari istana. Mata Dewa Ming menanggah ke langit hitam malam itu. Salju masih berjatuhan disertai embusan angi
Elang hitam berjongkok di atas sebuah tebing di mana di bawahnya tampak seorang pria yang sedang berkuda. Sepasang manik merah itu memandangi pria berkuda di sana. Wu Xian memacu kudanya menuju kayangan. Urusannya dengan Chen Guo dan Siolang telah selesai, ia ingin kembali ke tempat asalnya yaitu alam suku dewa.Mata jeli Elang hitam masih mengintai dari atas tebing. Pangeran Agung Wu, ternyata benar jika pria itu adalah rinkarnasi Lu Sicheng dan merupakan perwujudan nyata dari Maha Dewa Ying.Ini sungguh tak masuk akal! Namun, dia melihatnya sendiri saat Wu Xian memusnahkan Chen Guo lalu mengunci Siolang sebagai roh penjaga. Itu mimpi buruk bagi suku iblis.Chen Guo telah tiada dan Siolang menjadi abdi setia suku dewa, ini sungguh sesuai rencana. Sekarang apa yang harus dia lakukan? Apakah dia harus kembali ke istana Raja Iblis dan menjadi budaknya lagi?Tidak, tidak, ini justru kesempatan baginya untuk terlepas dari belenggu Raja Iblis Xin Yi. Benar, dia bisa kembali ke tempat asal
Salju berjatuhan dari langit disertai embusan angin dari Barat. Wu Xian memacu kudanya menyusuri lembah berbatu. Badai salju terlihat putih di depannya, tapi ksatria sejati tak gentar sedikit pun.Perpisahannya dengan Pedang Tiga Elemen telah menyisakan luka mendalam di hati Wu Xian. Dia telah gagal mengemban tugas dari para dewa.Meski darah dewa mengalir di tubuh, Wu Xian menyangkal akan dirinya yang merupakan reinkarnasi Lu Sicheng. Dia tak sehebat itu.Kuda hitam berlari makin kencang menembus badai salju. Wu Xian menyipitkan mata dengan pandangan yang samar.Dari kejauhan dilihatnya sekumpulan pasukan berkuda. Jumlahnya cukup banyak. Apa yang sedang mereka tunggu? Apakah perang masih belum berakhir. Wu Xian semakin kencang memacu kudanya ke depan.Di seberang, tampak pasukan yang sudah siap menunggu kedatangan musuh. Chen Guo membawa tentara iblis ke tanah Timur.Seperti yang dikatakan Elang Hitam, Pangeran Agung Wu telah memenggal kepala Raja Iblis lalu membawa tubuhnya entah ke
Salju putih berjatuhan dari langit kayangan. Angin cukup bersahabat sore itu. Bangunan istana langit diselimuti kabut putih dan rasa berkabung yang kental.Perang besar telah berakhir. Wu Xian dan Tiga Dewa Utama telah berhasil mengunci Naksu dalam Pedang Tiga Elemen.Peti mati berisi tubuh tanpa kepala Raja Iblis Xin Yi disimpan di dalam kuil tua yang berada di lereng bukit salju. Letaknya amat jauh dari kayangan dan alam iblis.Peti mati itu di segel oleh mantra suci Budha. Hanya orang khusus yang bisa membukanya. Setelah peti disimpan dalam ruangan bawah tanah, Wu Xian menutup mulut gua dengan mantra sakti.Tidak ada satu orang pun yang bisa memasuki gua dan menemukan peti mati Raja Iblis Xin Yi.Peti mati itu akan tersiman untuk waktu yang lama. Namun, Xin Yi memiliki keabadian. Tubuhnya tidak bisa busuk atau hancur meski terus berada di dalam peti hingga ribuan tahun."Apa rencanamu selanjutnya?" Kaisar Langit bertanya pada Wu Xian setelah hari berikutnya. Mereka tengah berdiri
Raja Iblis Xin Yi membulatkan matanya melihat Wu Xian menuju sambil mengacungkan Pedang Tiga Elemen. Semuanya terjadi begitu cepat. Xin Yi tak sempat menghindar saat mata pedang pusaka itu mengenai lehernya.Elang Hitam yang sedang menyimak sangat terkejut melihat apa yang terjadi. Wu Xian berhasil menebas leher Xin Yi. Dilihatnya kepala Raja Iblis yang menggelinding.Kaisar Langit dan Dewa Ming sangat tercengang. Mereka tak menyangka Xin Yi akan tewas di tangan Wu Xian. Namun, mereka tak boleh lengah. Raja Iblis Xin Yi bisa hidup kembali jika kepalanya tidak dipisahkan dari tubuhnya.Menyadari semua itu, Xi Wang pun segera melesat menuju Wu Xian yang masih berdiri sambil memegang pedangnya di depan tubuh Xin Yi yang sudah tergolek tanpa kepala.Wu Xian masih menatap siaga pada jasad Xin Yi. Dia tak yakin jika pria itu sudah tewas. Bisa saja ini hanya fantasi yang Xin Yi ciptakan. Sejatinya Raja Iblis amatlah licik.Cukup lama keadaan di sana menjadi hening. Hingga kemudian bayangan
Langit kayangan masih diselimuti awan hitan dan petir. Wu Xian mengangkat sepasang matanya. Tatapan yang marah tapi juga terlihat lirih dan sendu.Di langit masih tampak ular besar Naksu yang sedang mengincar. Juga Raja Iblis Xin Yi dan Xi Wang yang juga sedang menatap ke arah Wu Xian.Kaisar Langit dan Dewa Ming hanya terdiam bak patung. Tak ada yang bisa mereka lakukan lagi untuk mengembalikan jiwa Dewi Quan Hie. Segalanya sudah berakhir.Setelah mengabsen wajah-wajah di sekelilingnya, Wu Xian mengembalikan pandanagnnya pada wajah pias Yang Zhu. Kemudian tangan kekar itu meraih bahunya, mengangkat jasad lemas Yang Zhu serayak bangkit.Mata Wu Xian menatap lurus ke depan. Sinar jingga keemasan tiba-tiba terpancar dari dahinya. Sinar itu memantul ke depan dan membentuk sebuah lingkaran suci.Raja Iblis Xin Yi mengepalkan buku-buku jemarinya sampai memutih. Hatinya perih melihat Wu Xian memasukan jasad Yang Zhu ke dalam lingkaran suci yang ia ciptakan.Yang Zhu, putrinya. Sebagai seor
Kabut hitam masih menutupi kayangan. Angin puting beliung meluluh lantakan segalanya. Juga gemuruh badai dan petir yang menyambar-nyambar. Wilayah kayangan diselimuti aura yang mencekam.Wu Xian masih terbaring di tengah ranjang. Dia sedang bermimpi. Mimpi di mana dirinya dan Yang Zhu sedang berada di sebuah sampan. Keduanya duduk berdampingan sambil menikmati angin sore.Yang Zhu mengatakan banyak hal padanya. Salah satunya tentang hubungan mereka yang mungkin akan segera berakhir. Quensi telah meminjam raganya dan menguasai jiwa Yang Zhu. Ini lebih buruk dari akhir dunia.Wu Xian mengusap pipi licin Yang Zhu. Juga bulir bening yang berjatuhan di kedua pipi gadis itu. Cintanya memang tak mungkin dapat berhasil di kehidupan ini. Namun, itulah takdir semesta."Kakak Cheng, jika kau telah kembali, cepat habisi Quensi dan selamatkan alam semesta. Biarlah aku terkunci bersama Naksu dalam Pedang Pusaka. Aku rela, asal keseimbangan semesta kembali baik," lirih Yang Zhu. Matanya menatap sen
Manik merah Xin Yi mengunci pandangan tajam Quensi. Ratu Iblis bisa saja menghabisinya saat ini juga. Dia tak boleh lengah.Quensi sudah berevolusi. Dia bukan lagi iblis kecil yang pernah datang padanya dulu, dan mengabdi.Sejak Quensi meninggalkan istana Raja Iblis, wanita itu bukan lagi sekutunya.Meski memiliki misi yang sama. Namun, Quensi tak sudi bersekutu dengan Raja Iblis yang licik itu."Kau tidak akan bisa menggabisiku, Quensi," desis Xin Yi. Kemudian dengan gerakan tak terbaca ia menyelinapkan tanganya ke balik punggung Quensi."Aarkhh!"Quensi mendongkak saat tangan Xin Yi mencengkeram tengkuk lehernya. Manik merah itu memutar ke atas, lantas melirik pada Xin Yi.Raja Iblis menyeringai tipis. Tanpa membuang waktu lagi, dia segera memukul dada Quensi.Pukulan yang telak. Ratu Iblis terpental cukup jauh. Namun, dia berhasil memulihkan lagi tenaganya. Xin Yi menatap murka saat Quensi melayang-layang di udara sambil tertawa."Raja Iblis Xin Yi, kau pikir kau sudah hebat, hah?!
Raja Iblis Xin Yi amat murka mendengar kabar yang dibawa oleh Elang Hitam.Dewa Ming telah berhasil membawa jiwa Wu Xian dari gua iblis. Sementara, Janghue tampak diam saja sambil menikmati memori masa lalunya dengan Dewa Ming.Dengan penuh murka, Raja Iblis memerintah Xi Wang untuk mengurung Janghue dan semua klan Siluman Salju di gua iblis.Siluman Salju tak dibolehkan lagi meninggalkan gua iblis. Mereka dikurung untuk selamanya. Janghue amat sedih atas keputusan Raja Iblis Xin Yi. Klan Siluman Salju menyalahkan dirinya atas hukuman itu."Yang Mulia, aku dengar tiga dewa utama sedang berusaha membangkitkan Wu Xian. Apa tidak seharusnya kita segera menyerang kayangan sebelum Pangeran Agung Wu kembali sadar?"Xi Wang bicara pada Xin Yi. Dia baru saja kembali dari alam dewa. Berita hilangnya Ibu Suri dan Yang Zhu pun sudah ia sampaikan pada tuannya itu. Namun, sepertinya Xin Yi lebih tertarik untuk menghabisi Wu Xian.Raja Iblis sedang berdiri di tepi jembatan. Tangannya sibuk memberi