Home / Pendekar / PEDANG NAGA LANGIT / Bab 44 - Misi Penyelamatan yang Mematikan

Share

Bab 44 - Misi Penyelamatan yang Mematikan

Author: Andi Iwa
last update Last Updated: 2025-03-22 08:20:02

"Apa…?!"

Sebelum Li Feng sempat bereaksi, sebuah pukulan keras menghantam perutnya.

"Ugh!"

Tubuhnya terlempar ke belakang, jatuh berlutut. Napasnya tersengal, rasa sakit menjalar dari perut ke seluruh tubuhnya. Ia mendongak, menatap Jenderal Zhao yang berdiri di depannya dengan tatapan penuh kemenangan.

"Aku sudah menunggu lama untuk saat ini," ujar Jenderal Zhao, suaranya dipenuhi ejekan.

Cahaya dingin berkilat saat pedang sang jenderal terangkat tinggi, siap menebas kepala Li Feng!

Li Feng memaksakan tubuhnya untuk bergerak. Dengan refleks yang terlatih, ia menendang ke belakang, berguling ke samping tepat sebelum pedang Jenderal Zhao membelah udara di tempatnya tadi. Tebasan itu cukup kuat untuk menghancurkan lantai kayu tempatnya berdiri.

"Cepat sekali…!" pikir Li Feng, jantungnya berdegup kencang.

Ia berusaha berdiri, tetapi lututnya masih terasa lemas akibat
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • PEDANG NAGA LANGIT   Bab 45 – Duel Melawan Pembunuh Bayangan

    Di sudut ruangan, seorang bayangan lain mengintai. Mata tajamnya bersinar dalam kegelapan. "Menarik… Jadi ini pendekar yang dikabarkan mampu mengalahkan pasukan hanya dengan satu tebasan? Mari kita lihat… apakah dia benar-benar sehebat itu." Sosok itu menghilang, menyelinap ke dalam bayang-bayang. Pertarungan sesungguhnya belum dimulai. Li Feng berdiri di tengah ruangan yang remang-remang. Nafasnya masih teratur meskipun tubuhnya sedikit tegang. Di hadapannya, Xiao Lan terbaring tak sadarkan diri, terikat di kursi dengan beberapa luka di pergelangan tangannya. Ia bisa merasakan aura membunuh yang mengalir di sekelilingnya. Bukan dari para penjaga yang telah ia lumpuhkan sebelumnya, tetapi dari sesuatu—atau seseorang—yang bersembunyi di dalam bayangan. "Siapa pun dia, kemampuannya tidak biasa," pikirnya. Mata Li Feng menajam. Tangannya meraba gagang pedangnya, Pedan

    Last Updated : 2025-03-23
  • PEDANG NAGA LANGIT   Bab 46 - Pengorbanan yang Tidak Terduga

    Langkah kaki terdengar di luar ruangan. Li Feng segera meraih bahu Xiao Lan, membantunya berdiri meskipun tubuh wanita itu masih lemah akibat luka dan ikatan yang menahan pergerakannya terlalu lama. Wajahnya pucat, tetapi matanya menyiratkan tekad. "Kita harus pergi sekarang," bisik Li Feng, matanya mengarah ke pintu yang sedikit terbuka. Dari celah sempit itu, ia bisa melihat bayangan bergerak. Sreet… Sreet… Suara gesekan kain dengan lantai kayu terdengar samar. Setidaknya ada lima orang di luar ruangan ini. Mungkin lebih. Xiao Lan menarik napas dalam-dalam, mencoba berdiri tegak meskipun kakinya sedikit gemetar. "Aku bisa berjalan," katanya lemah. Li Feng mengangguk, meski ia tetap waspada. Ia menajamkan pendengarannya, memastikan setiap langkah yang akan diambil. Tidak ada jalan keluar selain melewati mereka. Namun, sebelum ia bisa bergerak, suara pelan terdengar dari sudut ruangan.

    Last Updated : 2025-03-23
  • PEDANG NAGA LANGIT   Bab 47 - Misteri di Balik Pedang Naga Langit

    Langit malam masih diliputi kesunyian yang mencekam. Li Feng dan Xiao Lan terus berlari tanpa henti, napas mereka tersengal-sengal. Jalanan berbatu di gang sempit menjadi saksi bisu pelarian mereka dari kejaran musuh yang entah berapa jumlahnya. Namun, ada sesuatu yang mengganggu Li Feng sejak tadi. Pedang Naga Langit yang ia genggam terasa semakin berat, seolah ada energi misterius yang perlahan-lahan membebani tubuhnya. "Li Feng… kita harus berhenti sebentar," ujar Xiao Lan dengan suara lemah. Kakinya gemetar, dan wajahnya pucat. Li Feng menoleh, menyadari betapa lelahnya wanita itu. Tanpa pikir panjang, ia menarik Xiao Lan ke balik sebuah bangunan tua yang tampaknya sudah lama ditinggalkan. Mereka bersembunyi di balik tumpukan peti kayu, berusaha mengatur napas. "Tunggu sebentar," kata Li Feng. "Aku akan memastikan kita aman." Ia mengintip dari celah peti. Bayangan hitam masih tampak berkelebat di kejauhan

    Last Updated : 2025-03-24
  • PEDANG NAGA LANGIT   Bab 48: Pilihan yang Sulit

    Li Feng menatap Nona Lan dengan mata terbelalak. Pengungkapan tentang kutukan Pedang Naga Langit mengguncang hatinya. Keringat dingin mengalir di pelipisnya, sementara pikirannya berputar mencari jawaban. "Apa yang harus kulakukan sekarang?" tanyanya dengan suara bergetar. Nona Lan menghela napas panjang. "Li Feng, pilihan ada di tanganmu. Kau bisa membuang pedang itu dan menjalani hidup biasa, atau menerimanya sepenuhnya dan menghadapi konsekuensinya. Li Feng terdiam. Bayangan ibunya yang sakit di desa Ping An muncul di benaknya. Ia merantau ke ibu kota untuk mencari kehidupan yang lebih baik, namun takdir membawanya ke jalan yang penuh bahaya. "Jika aku meninggalkan pedang ini, apakah kutukannya akan hilang?" tanyanya. Nona Lan mengangguk. "Ya, tetapi kau juga akan kehilangan kekuatan yang telah kau peroleh. Kau akan kembali menjadi Li Feng yang dulu, seorang pemuda desa biasa. Li Feng menata

    Last Updated : 2025-03-24
  • PEDANG NAGA LANGIT   Bab 49 - Kaisar Memberikan Keputusan

    Li Feng berdiri di tengah aula istana yang megah, diapit oleh Panglima Wei dan beberapa pejabat tinggi. Udara terasa berat, seakan beban takdir menekan pundaknya. Pedang Naga Langit terselip di pinggangnya, masih berselimutkan aura dingin yang seakan berbisik di telinganya. Kaisar duduk di singgasananya, tatapan tajamnya menusuk Li Feng seperti pisau yang tak terlihat. Para menteri dan jenderal yang hadir di ruangan itu juga menatapnya dengan berbagai ekspresi—ada yang kagum, ada yang iri, dan ada yang menyimpan niat tersembunyi. "Li Feng," suara Kaisar bergema di seluruh ruangan, membawa ketegangan yang sulit dijelaskan. "Kau telah membuktikan keberanian dan kemampuanmu dalam medan perang. Namun, banyak yang meragukan apakah seorang pemuda dari desa miskin layak menduduki jabatan tinggi di militer." Li Feng mengepalkan tangannya. Ia sudah menduga hal ini. Kekaisaran dipenuhi oleh orang-orang yang tidak ingin melihat seseorang seperti dirinya naik ke atas. "Tidak hanya itu," Ka

    Last Updated : 2025-03-25
  • PEDANG NAGA LANGIT   Bab 50: Awal Turnamen yang Berdarah

    Malam itu, saat Li Feng tertidur lelap di kamarnya, bayangan hitam melompat masuk melalui jendela tanpa suara. Belati tajamnya terhunus, mengarah tepat ke leher Li Feng yang terlelap. Namun, tepat sebelum belati itu menyentuh kulitnya, mata Li Feng terbuka lebar. Dengan refleks kilat, ia menggulingkan tubuhnya ke samping, menghindari serangan mematikan itu. "Siapa kau?!" seru Li Feng sambil melompat bangun, matanya menatap tajam ke arah penyerang. Bayangan itu tidak menjawab, hanya melangkah maju dengan gerakan lincah, menyerang kembali dengan kecepatan yang menakjubkan. Li Feng menghunus pedangnya yang terletak di samping tempat tidur, menangkis serangan demi serangan dalam kegelapan malam. Pertarungan sengit terjadi di dalam kamar sempit itu. Kedua belah pihak menunjukkan keahlian bela diri yang tinggi. Li Feng merasakan bahwa lawannya bukanlah penyerang biasa; gerakannya terlatih dan mematikan. Tiba-tiba, penyerang melompat mundur, berdiri di dekat jendela. Cahaya bulan yang mas

    Last Updated : 2025-03-25
  • PEDANG NAGA LANGIT   Bab 51 - Pertarungan Pertama dalam Turnamen

    Sebelum Li Feng sempat bereaksi, sesuatu yang tidak terduga terjadi. Dari balik punggung Jenderal Zhao, sebuah senjata rahasia melesat menuju dadanya. Mata Li Feng membelalak. Jarum beracun! Refleksnya bekerja lebih cepat dari pikirannya. Dengan gerakan secepat kilat, ia memiringkan tubuhnya, nyaris menghindari serangan itu. Namun, satu jarum berhasil menggores bahunya, meninggalkan sensasi panas yang langsung menjalar ke seluruh tubuhnya. "Heh, kau pikir aku akan membiarkanmu menang begitu saja?" Jenderal Zhao menyeringai, tatapannya penuh kemenangan. Li Feng merasakan tubuhnya melemah seketika. Racun! Napasnya mulai tersengal, sementara keringat dingin membasahi pelipisnya. Namun, ia tidak bisa kalah sekarang. Tidak di hadapan begitu banyak orang yang menyaksikan pertarungan ini. Dengan sisa tenaga yang dimilikinya, ia menggenggam pedangnya lebih erat. Tatapan matanya masih tajam, meski tubuhnya mulai kehilangan kendali. Zhao mengangkat pedangnya tinggi, bersiap memberikan

    Last Updated : 2025-03-26
  • PEDANG NAGA LANGIT   Bab 52 - Strategi dan Kelemahan

    Kelelahan dan Bayangan yang Mengintai Langit malam menampakkan sinar rembulan yang redup saat Li Feng berjalan tertatih kembali ke asramanya. Tubuhnya terasa berat, tidak hanya karena pertarungan sengit yang baru saja ia jalani, tetapi juga karena efek sisa racun yang masih mengendap dalam darahnya. Meskipun ia telah mengonsumsi penawar, sisa-sisa racun itu masih menimbulkan kelelahan dan sedikit rasa mual. Li Feng duduk di atas tikar jerami di dalam kamarnya. Cahaya lilin yang redup menari-nari di dinding, menciptakan bayangan yang bergerak seiring hembusan angin. Ia menatap tangannya. Telapak tangannya masih gemetar ringan, bukan karena ketakutan, tetapi karena tubuhnya masih dalam kondisi belum pulih sepenuhnya. Aku menang, tetapi aku tidak boleh lengah. Ini baru awal dari turnamen. Namun, satu hal yang lebih mengganggunya adalah perasaan tidak nyaman yang terus mengikutinya sejak ia meninggalkan arena. Ia merasa diawasi. Dengan cepat, ia menajamkan indranya, memperluas kesada

    Last Updated : 2025-03-26

Latest chapter

  • PEDANG NAGA LANGIT   Bab 124 – Luka Lama yang Menganga

    Li Feng duduk di sudut sebuah rumah sederhana di sebuah desa terpencil, memandangi hutan yang menghitam di kejauhan. Sesekali angin malam yang dingin membawa kabut tipis, menambah kesan sunyi dan mencekam. Mei Yue duduk di hadapannya, wajahnya keras, namun di balik matanya, Li Feng bisa merasakan ada sesuatu yang tersembunyi — seakan-akan dia menanggung beban yang tak terungkapkan. "Kita tak bisa terus bersembunyi selamanya," Li Feng berkata pelan, matanya tajam menatap jalan setapak yang mengarah ke desa. "Kau tahu itu." Mei Yue menghela napas panjang, kemudian mengangguk pelan. "Aku tahu. Tapi sebelum kita melangkah lebih jauh, kita harus tahu apa yang sebenarnya terjadi di sini." Li Feng terdiam. Kehidupan yang ia kenal telah berubah. Segalanya terasa begitu rumit. Kutukan Pedang Naga Langit yang menghantuinya, serta misteri yang terus mengungkapkan lapisan-lapisan kelam dari masa lalu. Tak hanya itu, keberadaan Mei Yue yang entah kena

  • PEDANG NAGA LANGIT   Bab 123 – Aliansi dengan Pembunuh

    Angin malam itu menderu, berhembus kencang, membawa kabut dingin dari gunung-gunung yang menjulang di kejauhan. Li Feng berjalan cepat, menunduk di bawah jubahnya, berusaha menyamarkan kehadirannya di lorong-lorong sempit kota yang sunyi. Di luar sana, kehidupan terus berlanjut seperti biasa, namun bagi Li Feng, dunia telah berubah menjadi medan perang yang tak terduga. Sejak malam itu, setelah pertemuannya dengan Mei Yue, segala sesuatunya terasa lebih pelik, lebih berat. "Perjalanan ini tak bisa dihentikan, apapun yang terjadi," gumamnya, seraya menyentuh gagang Pedang Naga Langit yang tergantung di pinggangnya. Pedang itu, meski memiliki kekuatan luar biasa, juga merupakan kutukan yang tak bisa dia hindari. Setiap langkahnya selalu dipenuhi dengan bayangan yang datang dan pergi, jejak-jejak masa lalu yang menuntut balasan. Beberapa malam lalu, saat Mei Yue muncul di hadapannya, dia tak bisa langsung mempercayainya. Seorang pembunuh bayaran terbaik ya

  • PEDANG NAGA LANGIT   Bab 122 – Pemburu Bayaran Terbaik

    Malam menggantung pekat di atas langit Kekaisaran, seakan menyembunyikan aib dan darah yang tumpah dari intrik para penguasa. Tak ada bintang malam itu. Hanya awan kelabu yang mengambang, menebar hawa dingin yang menusuk ke tulang. Di ruang bawah tanah Istana Utara, aroma lilin dan tinta bercampur menjadi satu, menggantung di udara bersama bisikan pembunuhan. "Bawa surat ini ke dia. Tak seorang pun boleh tahu kecuali kalian yang ada di ruangan ini," ucap Kaisar, nadanya lebih dingin dari biasanya. Mata-mata Dewan Perang menunduk hormat. Di balik tirai merah gelap, sesosok bayangan melangkah keluar—rambut panjang tergerai seperti air malam, mata tajam berkilat bagai pisau yang terhunus. Ia tak berbicara. Tak perlu. Semua sudah tahu siapa dia. Mei Yue. Pemburu bayaran terbaik di daratan timur. "Targetmu bernama Li Feng," kata Jenderal Liang, sambil meletakkan gulungan berisi informasi. "Namun berhati-hatilah… i

  • PEDANG NAGA LANGIT   Bab 121 – Rapat Rahasia di Istana Utara

    Udara pagi itu menggigit seperti ujung tombak yang tajam. Kabut tebal menyelimuti jalan-jalan menuju Istana Utara, tempat yang biasanya sepi dan jarang disentuh langkah manusia kecuali saat-saat genting. Dan pagi itu... adalah salah satu saat yang sangat genting. Li Feng berdiri mematung di bawah gerbang berukir naga perak yang mulai aus dimakan waktu. Ia tak memakai jubah kebesarannya. Hanya pakaian kelabu tua tanpa lencana pangkat. Diam-diam, ia berharap kehadirannya tak terlalu menarik perhatian. Tapi bagaimana mungkin? Di mata dunia, ia kini bukan hanya pendekar, bukan hanya pembawa Pedang Naga Langit—ia adalah simbol. "Yang Mulia memanggilnya secara pribadi," ujar Pengawal Istana dengan suara menunduk. "Tak ada yang lain tahu, kecuali tujuh orang." Li Feng hanya mengangguk pelan. Di dalam pikirannya, suara Putri Ling’er masih menggema dari malam sebelumnya: “Jangan percayai siapa pun. Bahkan para menteri yang selama ini tampak setia.

  • PEDANG NAGA LANGIT   Bab 120 – Darah yang Sama, Jalan yang Berbeda

    Li Feng terdiam di puncak bukit, memandangi panorama kekaisaran yang terbentang di bawah kaki. Matahari terbenam di balik pegunungan yang jauh, melukiskan langit dengan semburat oranye yang redup. Semua yang telah ia lalui terasa seperti mimpi yang mengabur, tetapi rasa berat yang terpendam di dadanya, rasa tak terhindarkan, adalah kenyataan yang tidak bisa ia elakkan. Di balik kegelapan malam yang datang, Li Feng tahu bahwa takdirnya telah digariskan oleh kekuatan yang lebih besar dari dirinya—sebuah permainan politik yang ia tak pernah inginkan. "Aku... aku hanya seorang pemuda desa," gumamnya pelan, hampir seperti sebuah doa. "Mengapa aku harus terjerat dalam semua ini?" Suaranya penuh kebingungan, seolah menanyakan pada dunia yang tak memberi jawaban. Namun, jawaban itu sudah ia temui, meski pahit. Pedang Naga Langit, senjata yang membawa kutukan yang mengekangnya, bukan hanya sebuah pusaka yang diperebutkan oleh para penguasa. Ia kini tahu bahwa ta

  • PEDANG NAGA LANGIT   Bab 119 – Satu Rahasia Terakhir

    Li Feng berdiri tegak di ruang bawah tanah yang remang, cahaya samar dari lentera yang tergantung di langit-langit memberi kilau redup pada dinding batu yang dingin. Udara terasa berat, seakan dipenuhi dengan beban masa lalu yang telah lama terkubur di tempat ini. Dalam sekejap, sebuah suara yang familiar—yang selama ini terpendam dalam benaknya—terdengar lagi. Suara itu datang dari arah belakang, jauh dari tempat ia berdiri, dan hati Li Feng berdebar kencang. Langkah kaki yang lambat namun pasti, diikuti dengan suara napas berat, membawa Li Feng pada ingatan-ingatan yang ia coba lupakan. Tidak salah lagi. Itu adalah suara yang sudah lama tidak ia dengar. "Guru Liang…" kata Li Feng perlahan, mengucapkan nama yang sudah lama ia anggap hilang bersama bayangan masa lalu. Suaranya serak, penuh kebingungannya sendiri. Guru Liang muncul dari balik bayang-bayang, sosok yang seakan keluar dari dimensi waktu itu sendiri. Pakaian peluhnya yang dulu

  • PEDANG NAGA LANGIT   Bab 118 – Kembali ke Kedai Tianxiang

    Li Feng berjalan perlahan, kaki terasa berat seperti membawa beban dunia. Di depannya, langit senja perlahan berubah menjadi kelam, menyelimuti desa yang telah lama ia tinggalkan. Suasana kedai Tianxiang kini terasa sangat berbeda. Tanpa orang-orang yang biasa berkerumun, tanpa suara tawa atau canda, semuanya terasa sunyi dan hampa. Sudah lama sekali sejak Li Feng meninggalkan tempat ini. Setelah perjalanan panjang yang penuh dengan pertarungan dan penderitaan, ia akhirnya kembali ke tempat yang pernah menjadi titik awal hidupnya yang baru. Tempat yang, meskipun tidak besar, menyimpan kenangan akan masa-masa yang telah berlalu. Setiap langkah terasa seakan membawa kembali semua kenangan pahit dan manis yang pernah ia alami di sini. Bagaimana ia dulu bekerja sebagai tukang cuci piring, berjuang untuk sekadar bertahan hidup, dan bagaimana semua itu berubah setelah pertemuannya dengan Putri Ling’er, Pedang Naga Langit, dan semua musuh yang mengejarnya.

  • PEDANG NAGA LANGIT   Bab 117 – Pengendus Jiwa Menyerang

    Hutan berkabut itu terasa lebih pekat dari biasanya. Pohon-pohon besar menjulang tinggi dengan cabang-cabangnya yang rapat, menghalangi cahaya matahari yang hanya sedikit menembus. Udara dingin dan lembap menyelimuti sekujur tubuh Li Feng, membuatnya merasa seolah-olah hutan ini bukan tempat biasa. Sesuatu yang gelap, yang tak terlihat, mengintai setiap gerakannya. Jantungnya berdegup kencang, dan dalam keheningan yang mencekam itu, ia bisa merasakan adanya mata yang terus mengawasi. "Apa yang kau rasakan, Li Feng?" suara itu muncul dalam benaknya, suara yang sama yang tidak pernah ia lupakan—suara Pedang Naga Langit. Suara yang seolah-olah berasal dari dalam jiwanya sendiri, namun selalu berhasil membuatnya terperangah. Kali ini, suara itu terdengar seperti bisikan yang penuh desakan. "Aku merasakan bahaya. Sesuatu yang mengintai... yang akan datang." Li Feng menatap pedang di tangannya dengan penuh keraguan. Selama ini pedang itu selalu

  • PEDANG NAGA LANGIT   Bab 116 – Perburuan Para Penjaga

    Li Feng merasakan hawa dingin yang menusuk tulang menembus tubuhnya. Malam itu, langit di atas Gunung Esmeralda begitu gelap, hanya diterangi oleh pendar cahaya redup dari pedangnya yang kini tergeletak di tanah. Dalam keheningan yang hampir mencekam, pikirannya terperangkap oleh bayang-bayang yang terus menghantuinya. Bayang-bayang yang berasal dari kutukan Pedang Naga Langit, dan lebih lagi, bayang-bayang yang berasal dari dirinya sendiri.Tapi saat ini, ada sesuatu yang lebih besar yang mengancamnya. Sesuatu yang lebih mengerikan dari apapun yang pernah ia hadapi sebelumnya.Di kejauhan, terdengar suara langkah kaki. Lambat, namun pasti. Semakin mendekat, semakin jelas. Langkah itu datang dari arah yang tak terduga. Dari kegelapan yang penuh misteri. Hanya suara itu yang terdengar, meski segala sesuatu di sekelilingnya tetap sunyi. Li Feng mendongak dan melihat sosok yang berdiri di atas batu besar, memandang ke arahnya. Sosok itu mengenakan jubah hitam yang mel

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status