Beranda / Pendekar / PEDANG NAGA LANGIT / Bab 40 - Kembali ke Ibu Kota dengan Nama Besar

Share

Bab 40 - Kembali ke Ibu Kota dengan Nama Besar

Penulis: Andi Iwa
last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-20 08:20:24

Langit di ufuk barat berpendar keemasan ketika Li Feng dan pasukannya akhirnya melewati gerbang ibu kota. Sorakan bergemuruh dari rakyat yang memenuhi jalanan, menyambut mereka dengan sukacita. Panji kekaisaran berkibar, menandakan kemenangan besar atas pemberontakan di perbatasan.

"Hidup Jenderal Muda Li Feng!"

"Prajurit Kekaisaran tidak terkalahkan!"

"Pahlawan sejati telah kembali!"

Suara-suara itu menggema di udara, membuat hati Li Feng bergetar. Namun, di balik semua sorakan, hatinya terasa berat. Ia tahu kemenangan ini hanyalah awal dari pertempuran lain—bukan di medan perang, melainkan di dalam istana, di mana pedang yang paling berbahaya adalah kata-kata dan tipu daya.

Kedatangan yang Menggetarkan Istana

Kereta kuda yang membawa Li Feng dan perwira-perwiranya perlahan memasuki halaman istana. Para pejabat tinggi telah berkumpul di depan aula utama, menunggu kedatangannya. Kaisar sendiri duduk di a
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • PEDANG NAGA LANGIT   Bab 41 - Kedudukan yang Berbahaya

    "Apakah kau akan menerimanya, Li Feng?" Pertanyaan itu menggantung di udara. Kaisar duduk di singgasananya, memandangnya dengan sorot mata tajam yang sulit ditebak. Seisi ruangan sunyi, hanya suara napas para pejabat yang terdengar. Li Feng menundukkan kepala, pikirannya berputar. Tawaran ini bukan sekadar penghargaan atas jasanya di medan perang. Ini adalah jebakan. Jabatan tinggi berarti ia semakin dekat dengan pusat kekuasaan, dan semakin dekat pula dengan bahaya yang mengintai dari dalam istana. Ia bisa merasakan tatapan tajam Jenderal Zhao dari sudut ruangan. Pria itu jelas tidak senang dengan keputusan Kaisar. Jika ia menerima jabatan ini, maka ia resmi menjadi ancaman bagi Jenderal Zhao dan para pejabat lain yang ingin mempertahankan kekuasaan mereka. "Hamba..." Li Feng menarik napas panjang. Ia harus berhati-hati. Jenderal Zhao tiba-tiba menyela, suaranya tenang tapi menusuk. "Yang Mulia, apakah tidak

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-21
  • PEDANG NAGA LANGIT   Bab 42 - Dendam Jenderal Zhao

    Li Feng terkejut. Bayangan hitam yang melesat masuk bagaikan angin malam yang dingin, menebarkan aura kematian di dalam kamarnya yang remang-remang. Pedangnya telah terlepas dari tangannya bahkan sebelum ia sempat melihat siapa lawannya. "Tch!" Li Feng melompat mundur, matanya nanar mencari celah dalam kegelapan. Sosok itu berdiri tegak, hanya siluetnya yang tampak samar diterpa cahaya lilin yang bergetar. Napasnya nyaris tak terdengar, tetapi tekanan yang ia pancarkan cukup untuk membuat udara terasa lebih berat. Li Feng tak bisa tinggal diam. Ia menggeser kakinya ke belakang, mencoba mengatur keseimbangan sambil tetap waspada. "Siapa kau?" suaranya tajam, menusuk keheningan malam. Tak ada jawaban. Namun, sesaat kemudian— Sreeet! Sebuah kilatan perak berkelebat menuju lehernya! Li Feng melompat ke samping, nyaris saja serangan itu menggorok lehernya. Tangannya lan

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-21
  • PEDANG NAGA LANGIT   Bab 43 – Xiao Lan yang Terancam

    "Berhenti!" Suara itu menggema di seluruh ruangan. Li Feng dan Jenderal Zhao menoleh dengan tajam. Di ambang pintu, berdiri seorang pria berjubah hitam. Sorot matanya penuh wibawa, auranya begitu kuat hingga membuat udara seakan membeku. Li Feng terbelalak. “K-Kaisar?!” Jenderal Zhao mengepalkan tinjunya, rahangnya mengeras. Ada ketegangan yang begitu pekat di dalam ruangan itu, seperti bara yang siap membakar segalanya. Kaisar melangkah masuk dengan tenang, tetapi ada tekanan yang begitu kuat dalam setiap langkahnya. Para prajurit yang berada di sekitar segera menundukkan kepala, tidak berani menatap langsung ke arah penguasa mereka. “Kalian ingin bertarung di hadapan tahta kekaisaran?” Suara Kaisar terdengar lembut, tetapi di baliknya ada ancaman yang jelas. Jenderal Zhao menarik napas panjang, lalu membungkuk dengan hormat. “Hamba tidak berani, Yang Mulia. Hamba hanya ingin me

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-22
  • PEDANG NAGA LANGIT   Bab 44 - Misi Penyelamatan yang Mematikan

    "Apa…?!" Sebelum Li Feng sempat bereaksi, sebuah pukulan keras menghantam perutnya. "Ugh!" Tubuhnya terlempar ke belakang, jatuh berlutut. Napasnya tersengal, rasa sakit menjalar dari perut ke seluruh tubuhnya. Ia mendongak, menatap Jenderal Zhao yang berdiri di depannya dengan tatapan penuh kemenangan. "Aku sudah menunggu lama untuk saat ini," ujar Jenderal Zhao, suaranya dipenuhi ejekan. Cahaya dingin berkilat saat pedang sang jenderal terangkat tinggi, siap menebas kepala Li Feng! Li Feng memaksakan tubuhnya untuk bergerak. Dengan refleks yang terlatih, ia menendang ke belakang, berguling ke samping tepat sebelum pedang Jenderal Zhao membelah udara di tempatnya tadi. Tebasan itu cukup kuat untuk menghancurkan lantai kayu tempatnya berdiri. "Cepat sekali…!" pikir Li Feng, jantungnya berdegup kencang. Ia berusaha berdiri, tetapi lututnya masih terasa lemas akibat

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-22
  • PEDANG NAGA LANGIT   Bab 45 – Duel Melawan Pembunuh Bayangan

    Di sudut ruangan, seorang bayangan lain mengintai. Mata tajamnya bersinar dalam kegelapan. "Menarik… Jadi ini pendekar yang dikabarkan mampu mengalahkan pasukan hanya dengan satu tebasan? Mari kita lihat… apakah dia benar-benar sehebat itu." Sosok itu menghilang, menyelinap ke dalam bayang-bayang. Pertarungan sesungguhnya belum dimulai. Li Feng berdiri di tengah ruangan yang remang-remang. Nafasnya masih teratur meskipun tubuhnya sedikit tegang. Di hadapannya, Xiao Lan terbaring tak sadarkan diri, terikat di kursi dengan beberapa luka di pergelangan tangannya. Ia bisa merasakan aura membunuh yang mengalir di sekelilingnya. Bukan dari para penjaga yang telah ia lumpuhkan sebelumnya, tetapi dari sesuatu—atau seseorang—yang bersembunyi di dalam bayangan. "Siapa pun dia, kemampuannya tidak biasa," pikirnya. Mata Li Feng menajam. Tangannya meraba gagang pedangnya, Pedan

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-23
  • PEDANG NAGA LANGIT   Bab 46 - Pengorbanan yang Tidak Terduga

    Langkah kaki terdengar di luar ruangan. Li Feng segera meraih bahu Xiao Lan, membantunya berdiri meskipun tubuh wanita itu masih lemah akibat luka dan ikatan yang menahan pergerakannya terlalu lama. Wajahnya pucat, tetapi matanya menyiratkan tekad. "Kita harus pergi sekarang," bisik Li Feng, matanya mengarah ke pintu yang sedikit terbuka. Dari celah sempit itu, ia bisa melihat bayangan bergerak. Sreet… Sreet… Suara gesekan kain dengan lantai kayu terdengar samar. Setidaknya ada lima orang di luar ruangan ini. Mungkin lebih. Xiao Lan menarik napas dalam-dalam, mencoba berdiri tegak meskipun kakinya sedikit gemetar. "Aku bisa berjalan," katanya lemah. Li Feng mengangguk, meski ia tetap waspada. Ia menajamkan pendengarannya, memastikan setiap langkah yang akan diambil. Tidak ada jalan keluar selain melewati mereka. Namun, sebelum ia bisa bergerak, suara pelan terdengar dari sudut ruangan.

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-23
  • PEDANG NAGA LANGIT   Bab 47 - Misteri di Balik Pedang Naga Langit

    Langit malam masih diliputi kesunyian yang mencekam. Li Feng dan Xiao Lan terus berlari tanpa henti, napas mereka tersengal-sengal. Jalanan berbatu di gang sempit menjadi saksi bisu pelarian mereka dari kejaran musuh yang entah berapa jumlahnya. Namun, ada sesuatu yang mengganggu Li Feng sejak tadi. Pedang Naga Langit yang ia genggam terasa semakin berat, seolah ada energi misterius yang perlahan-lahan membebani tubuhnya. "Li Feng… kita harus berhenti sebentar," ujar Xiao Lan dengan suara lemah. Kakinya gemetar, dan wajahnya pucat. Li Feng menoleh, menyadari betapa lelahnya wanita itu. Tanpa pikir panjang, ia menarik Xiao Lan ke balik sebuah bangunan tua yang tampaknya sudah lama ditinggalkan. Mereka bersembunyi di balik tumpukan peti kayu, berusaha mengatur napas. "Tunggu sebentar," kata Li Feng. "Aku akan memastikan kita aman." Ia mengintip dari celah peti. Bayangan hitam masih tampak berkelebat di kejauhan

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-24
  • PEDANG NAGA LANGIT   Bab 48: Pilihan yang Sulit

    Li Feng menatap Nona Lan dengan mata terbelalak. Pengungkapan tentang kutukan Pedang Naga Langit mengguncang hatinya. Keringat dingin mengalir di pelipisnya, sementara pikirannya berputar mencari jawaban. "Apa yang harus kulakukan sekarang?" tanyanya dengan suara bergetar. Nona Lan menghela napas panjang. "Li Feng, pilihan ada di tanganmu. Kau bisa membuang pedang itu dan menjalani hidup biasa, atau menerimanya sepenuhnya dan menghadapi konsekuensinya. Li Feng terdiam. Bayangan ibunya yang sakit di desa Ping An muncul di benaknya. Ia merantau ke ibu kota untuk mencari kehidupan yang lebih baik, namun takdir membawanya ke jalan yang penuh bahaya. "Jika aku meninggalkan pedang ini, apakah kutukannya akan hilang?" tanyanya. Nona Lan mengangguk. "Ya, tetapi kau juga akan kehilangan kekuatan yang telah kau peroleh. Kau akan kembali menjadi Li Feng yang dulu, seorang pemuda desa biasa. Li Feng menata

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-24

Bab terbaru

  • PEDANG NAGA LANGIT   Bab 80 - Perang Saudara di Istana

    Konflik di dalam istana semakin panas, dan Li Feng terjebak di antara dua kekuatan besar. Langit di atas ibu kota mendung, seolah langit pun enggan melihat darah yang sebentar lagi akan menggenang di pelataran suci istana. Angin membawa aroma kebusukan—bukan hanya dari tubuh-tubuh yang telah gugur beberapa malam terakhir, tapi dari pengkhianatan yang menebar seperti wabah di jantung kekaisaran. Li Feng berdiri di gerbang utama istana bagian dalam, tubuhnya tegap, tetapi jantungnya berdegup tak karuan. "Bagaimana bisa begini…?" bisiknya lirih, tatapannya menerobos barisan pasukan berbaju besi yang telah membentuk formasi siaga. Mereka bukan musuh dari luar, bukan pemberontak Serigala Hitam… Mereka adalah saudara seperjuangan. Prajurit Kekaisaran. Tapi kini—oh, betapa getir!—mereka datang untuk saling menumpahkan darah. “Jenderal Li!” Suara tegas itu datang dari arah kanan. Seorang pengawal istana berlari, napasnya terengah.

  • PEDANG NAGA LANGIT   Bab 79 – Konspirasi Besar Terungkap

    “Bagaimana bisa… kau tahu semua itu, Li Feng?” Suara Kaisar bergetar, nyaris tak terdengar di balik gema ruang takhta yang megah namun kini terasa seperti gua pengakuan yang menyekap napas. Cahaya matahari sore menembus celah tirai sutra emas, memantul pada lantai batu giok, tetapi tak sanggup mengusir hawa dingin yang tiba-tiba menyelimuti ruangan. Li Feng berdiri tegap, walau hatinya berdegup kencang. “Hamba tidak bermaksud melewati batas,” ucapnya lirih, namun tegas. “Tapi kebenaran ini… harus Paduka dengar.” Kaisar memejamkan mata. Napasnya berat. “Ucapkan… dari awal.” Li Feng menghela napas. “Semuanya bermula saat hamba berada di Gunung Terlarang. Dalam pelatihan terakhir yang hampir merenggut nyawa, hamba menyaksikan sesuatu—bukan hanya mimpi atau ilusi—tapi sepotong ingatan yang entah bagaimana, terhubung dengan kutukan pedang ini.” Ia menatap gagang Pedang Naga Langit yang tergantung di punggungnya, aura hitamnya be

  • PEDANG NAGA LANGIT   Bab 78 - Kaisar yang Terkejut

    Langkah-langkah kaki itu menggema di lorong istana yang panjang, menggema seperti dentang takdir yang tak bisa dihindari. Tap… tap… tap… Para pengawal berdiri tegak di sepanjang jalur emas menuju Balairung Naga, tempat di mana Kaisar Agung biasanya duduk di singgasananya yang megah. Namun pagi itu, tidak ada upacara penyambutan, tidak ada genderang perang, dan tidak ada pengumuman resmi dari sang juru bicara istana. Semua diam. Bisu. Menanti. Satu sosok berjalan perlahan di antara pilar-pilar tinggi yang mengkilap oleh pantulan cahaya matahari pagi. Sosok itu tidak lain adalah… Li Feng. Tapi bukan Li Feng yang dulu. Tidak—bukan pemuda desa yang tertatih-tatih naik ke dunia yang penuh intrik dan darah. Bukan pula prajurit canggung yang dulu tak tahu membedakan musuh dari sahabat. Yang datang pagi itu adalah seorang pendekar sejati—tatapannya tajam bag

  • PEDANG NAGA LANGIT   Bab 77 - Kembali ke Ibu Kota dengan Dendam

    Kabut pagi belum sepenuhnya sirna saat langkah-langkah berat itu menyusuri jalan berbatu menuju gerbang utara ibu kota. Suara derap langkah kuda terdengar pelan namun penuh tekad. Di atas punggung kuda itu, duduk seorang pemuda yang telah lama menghilang dari mata dunia—Li Feng. "Hah…" Li Feng menarik napas panjang. Wajahnya yang dulu polos kini penuh dengan ketegasan. Garis rahang yang lebih tajam, sorot mata yang dalam, dan rambut hitam panjang yang diikat ke belakang dengan pita merah—semuanya menandakan satu hal: pemuda itu bukan lagi orang yang sama. Di punggungnya, Pedang Naga Langit bergetar pelan, seakan merasakan tujuan dari tuannya: balas dendam. "Aku kembali, Jenderal Zhao," bisiknya lirih. "Dan kali ini… aku tidak akan memaafkanmu." Gerbang utara ibu kota menjulang tinggi, dijaga oleh belasan prajurit kerajaan yang tengah bosan menjalankan tugas. Salah satu dari mereka, seorang pemuda bertubuh kurus dengan tomba

  • PEDANG NAGA LANGIT   Bab 76 – Kembali ke Dunia Nyata

    Angin pagi menyapu puncak Gunung Terlarang, membawa serta aroma tanah basah dan dedaunan tua yang gugur. Kabut perlahan-lahan menyingkir dari celah bebatuan, seperti tirai yang dibuka perlahan, memperlihatkan seorang pemuda berdiri diam di tengah lingkaran batu suci. Li Feng. Tubuhnya tegak, meski jubahnya compang-camping dan bercak darah mengering di lengan kanan. Matanya... ya, mata itu bukan lagi mata seorang pemuda desa yang lugu. Ada kilatan api di dalamnya, seperti bara yang telah menyala terlalu lama di dalam kegelapan. "Hufff..." Ia menarik napas panjang, lalu menatap langit. "Sudah cukup lama, ya?" Tidak ada jawaban, kecuali desir angin dan bisikan halus pepohonan. Tapi Li Feng tahu, di tempat ini, diam pun bisa berbicara lebih nyaring dari teriakan. Tiga bulan. Tiga bulan penuh penderitaan, pertarungan, dan latihan. Tiga bulan ia menghilang dari dunia, terkubur dalam kutukan Pedang Na

  • PEDANG NAGA LANGIT   Bab 75 - Pertarungan Melawan Diri Sendiri

    "Haaah… haaah…" Nafas Li Feng tersengal. Darah menetes dari sudut bibirnya. Di tengah kehancuran aula batu itu, ia berdiri limbung, menatap sosok bercahaya merah yang kini perlahan berjalan mendekat, langkah demi langkah, seolah tak terburu-buru—seolah waktu tunduk padanya. "Zhou Ming… Nona Lan… kalian…" gumamnya lirih, tak percaya. Pengkhianatan mereka barusan seperti luka yang tak tampak di tubuh, namun terasa jauh lebih menyakitkan dari ribuan tusukan pedang. Namun, sebelum ia bisa berkata lebih, dunia mendadak runtuh. Grrrkk! Dinding-dinding gua bergetar. Cahaya merah dari sosok misterius itu tiba-tiba melonjak, menelan segalanya, dan—brengsek!—segala sesuatunya menjadi putih. “Ugh…” Li Feng terbangun dengan tubuh dingin oleh keringat. Ia tidak tahu di mana dirinya. Tempat itu putih. Tak ada dinding. Tak ada langit. Tak ada tanah. Hanya kabut. Dan suara.

  • PEDANG NAGA LANGIT   Bab 74 - Pengkhianatan di Balik Bayangan

    “Apa yang kau lihat belum tentu kebenaran. Dan mereka yang berdiri di sisimu... bisa jadi adalah orang pertama yang menusuk dari belakang.” Angin malam di Gunung Terlarang menggigit seperti seribu jarum dingin yang menusuk hingga tulang. Kabut tebal turun perlahan, membungkus bumi dalam selimut kelabu yang mencekam. Di tengah kabut itu, Li Feng berdiri terpaku. Matanya menatap sosok bercahaya merah yang baru saja muncul dari balik bayangan. "Apa ini...?" gumamnya, napasnya membeku di udara. Sosok itu melayang tanpa suara. Wujudnya samar, bercahaya merah seperti bara api yang tertutup debu. Tetapi ada yang aneh. Li Feng merasakan... kehangatan. "Li Feng..." suara itu serak, tetapi familiar. Deg! Jantung Li Feng berdetak lebih cepat. "Itu... suara..." “Guru Fan?” bisiknya, nyaris tak percaya. Sosok itu tersenyum samar, tapi senyumnya tak membawa kedamaian seperti dulu. "Aku bukan l

  • PEDANG NAGA LANGIT   Bab 73 - Lawan dari Dunia Lain

    Hening. Itulah suara pertama yang menyambut Li Feng saat ia membuka matanya. Tapi bukan keheningan biasa. Ini adalah keheningan yang menelan, membungkam, membekukan—seakan seluruh dunia menahan napas. “Ngh… Di mana ini…?” gumamnya, matanya menyipit menatap sekeliling. Tak ada langit. Tak ada tanah. Hanya kabut kelabu yang tak berujung, menggulung seperti awan mati. Udara dingin menusuk tulangnya, tetapi tak ada angin. Yang ada hanyalah tekanan—tekanan yang menindih tubuh dan jiwanya. Baru saja ia melewati latihan yang hampir membunuhnya. Tubuhnya remuk, jiwa terkoyak. Tapi ia bertahan. Bertahan demi ibunya, demi tanah kelahirannya… dan demi dirinya sendiri. Tapi sekarang? “Apakah aku… mati?” tanyanya, suara bergetar. Tiba-tiba… suara langkah terdengar. Tap… tap… tap… Li Feng menoleh cepat. Jantungnya berdetak kencang. Dari balik kabut, muncul sesosok bayangan. Langkahnya mantap,

  • PEDANG NAGA LANGIT   Bab 72 - Latihan yang Menyakitkan

    Li Feng masih terpaku di hadapan sang pertapa tua. Setelah menyelamatkannya dari amukan roh jahat di Gunung Terlarang, pertapa itu akhirnya mengungkapkan tujuan sebenarnya: mengajari Li Feng cara mengendalikan Pedang Naga Langit. Namun, sebelum itu, ada satu hal yang harus dilakukan terlebih dahulu. "Dengarkan baik-baik, bocah. Pedang Naga Langit bukanlah senjata biasa. Ia memiliki kutukan yang hanya bisa dikendalikan oleh mereka yang telah menguasai seni bela diri tingkat tinggi dan mengendalikan hati mereka sepenuhnya," ujar sang pertapa dengan suara yang dalam dan misterius. Li Feng mengangguk, merasakan bulu kuduknya berdiri. "Apa yang harus aku lakukan, Guru? Aku siap menjalani latihan apa pun!" Sang pertapa tertawa pelan, lalu menunjuk ke sebuah gua besar di balik rerimbunan pohon tua. "Masuki gua itu. Kau akan menghadapi cobaan pertama. Jika kau bisa keluar dengan selamat, barulah kita bicara soal latihan sebenarnya."

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status