Share

Sarkum?

Penulis: Emaknya Daru
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Warga langsung bubar, pulang ke rumahnya masing-masing. Meski mungkin saja, masih banyak yang penasaran atas apa yang Dewi alami. 

"Siapa Sarkum, Bulek?" tanya Roni pada Bu Ipah. Dia tak sabar ingin tau soal Sarkum yang dimaksud warga. Bu Ipah lagi mengelap kaki dan tangan Dewi dengan kain lembab. Dewi sangat kotor, tapi tak mungkin memandikannya sekarang. Hari sudah sangat malam. 

Bu Ipah menghela nafasnya. Tak menyangka kalau Roni akan bertanya tentang Sarkum.

Sarkum adalah bagian dari masa lalu kelam di kampung itu. Korban dari kabar burung yang tak bisa dibuktikan kebenarannya. Sudah lama mereka mencoba melupakan tentangnya. Ada rasa bersalah bila mengingat tentang Sarkum.

"Sarkum itu dulu warga sini j

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • PATUNG KUDA DI RUMAH MERTUA   Diculik Jin

    Kresek kresekSuara sangat pelan pun akan langsung tertangkap gendang telinga. Sudah hampir jam dua dini hari. Jam dimana banyak orang sudah dibuai mimpi. Roni mengarahkan senter ke arah pohon rambutan yang tak terlalu tinggi di samping rumah Bu Ipah. Ternyata hanya tupai yang mencoba menikmati rambutan pentil yang masih kelat, lalu mencampakkan ternyata rambutan sama sekali tak enak dimakan. Geraknya lincah menghindari sorot lampu senter Roni.Tak ada hal lain.yang mencurigakan, Roni langsung masuk ke dalam rumah Bu Ipah. Tak di sorotinya ke pohon jambu air, ada sosok yang bertengger disana."Ini Bulek, daunnya." Roni menyerahkan daun itu ke Bu Ipah. Bu Ipah menerimanya dan langsung ke dapur lagi."Yang, kamu ganti baju du

  • PATUNG KUDA DI RUMAH MERTUA   Mata batin

    "Ya, kamu dibawa ke alam Jin. Tapi mereka tak membawamu ke alam mereka yang sebenarnya. Begitulah, mereka pandai memanipulasi waktu." Dewi manggut-manggut, tanda dia mengerti maksud dari perkataan Ustad Sidik."Setelah ini, kamu akan sering melihat mereka. Karena mata bathin kamu sudah terbuka tanpa disengaja," kata Ustad Sidik. Dewi terperanjat mendengarnya.Dia ngeri kalau harus selalu melihat makhluk-makhluk dengan wajah dan tampilan yang menyeramkan, seperti dilihatnya semalam. Dia bergidik sendiri mengingatnya."Saya takut Ustad, penampakan mereka sangat mengerikan.""Ya jelas. Kalau cantik dan tampan, itu penampakan artis." Dewi ingin tertawa mendengarnya. Tapi tetap saja ada rasa sungkan.

  • PATUNG KUDA DI RUMAH MERTUA   Mata batin 2

    "Kalau batin, ya ruh kita. Kalau kita sudah meninggal, ruh kita akan dibawa ke alam illiyin, bagi orang yang amalannya baik. Kalau orang yang amalannya buruk, ruhnya dibawa ke alam Sijjin. Jadi gak ada itu ceritanya, yang udah meninggal jadi gentayangan, mau bagaimanapun caranya meninggal," lanjut Ustad Sidik."Jadi Ustad. Kenapa sering beredar kabar, misalnya ada yang meninggal karena kecelakaan. Pasti ada orang yang lihat arwahnya bergentayangan, karena penasaran?" tanya Dewi."Hehehe, kebanyakan nonton film horor kamu." Dewi tersipu malu juga mendengar jawabannya."Ya itulah si Jin qorin, orang yang sudah meninggal itu. Walaupun kita sudah meninggal, jin qorin tak akan pernah mati sampai hari kiamat. Kan dia tugasnya menyesatkan manusia. Sekarang kembali ke kitanya. Mau apa gak disesatkan sama jin," jelas Ustad Sidik. Mereka semua manggut-manggut tanda mengerti maksudnya.

  • PATUNG KUDA DI RUMAH MERTUA   Ditutup atau tidak?

    Syukurlah alhamdulillah. Banyak-banyak istighfar juga bersyukur. Allah selalu melindungi kamu."Obrolan mereka terus berlanjut, penyampaian Ustad Sidik yang terkesan ringan, mudah difahami oleh siapa pun yang mendengarnya. Kicau burung semakin riuh, laksan alunan nada indah di pagi hari."Saya pamit dulu ya, sudah siang. Maaf, saya masih pagi-pagi sekali sudah bertamu," kata Ustad Sidik seraya bangkit dari duduknya. Dia menjabat tangan Roni.Ustad menangkupkan tangan ke arah Dewi juga Bu Ipah. Mereka juga membalas dengan hal yang sama."Gak papa Ustad. Malah kami senang dan sangat berterima kasih, sudah dapat siraman qolbu pagi-pagi," sahut Roni. Dia antar Ustad Sidik sampai keluar halaman rumah.&n

  • PATUNG KUDA DI RUMAH MERTUA   Mengobati kaki Dewi

    Syukurlah alhamdulillah. Banyak-banyak istighfar juga bersyukur. Allah selalu melindungi kamu."Obrolan mereka terus berlanjut, penyampaian Ustad Sidik yang terkesan ringan, mudah difahami oleh siapa pun yang mendengarnya. Kicau burung semakin riuh, laksan alunan nada indah di pagi hari."Saya pamit dulu ya, sudah siang. Maaf, saya masih pagi-pagi sekali sudah bertamu," kata Ustad Sidik seraya bangkit dari duduknya. Dia menjabat tangan Roni.Ustad menangkupkan tangan ke arah Dewi juga Bu Ipah. Mereka juga membalas dengan hal yang sama."Gak papa Ustad. Malah kami senang dan sangat berterima kasih, sudah dapat siraman qolbu pagi-pagi," sahut Roni. Dia antar Ustad Sidik sampai keluar halaman rumah.&n

  • PATUNG KUDA DI RUMAH MERTUA   Siapa orang tua kandung Roni?

    "Assalamualaikum, Bulek masak sarapan dulu ya.""Waalaikum salam."Bu Ipah langsung menuju ke dapur. Mulai sibuk menyiapkan sarapan untuk mereka bertiga. Bu Ipah sangat senang, biasanya hanya dia sendiri di rumah ditemani ternak-ternaknya. Paling tetangga yang terkadang suka datang menemaninya ngobrol."Mas, aku tidur lagi ya. Masih ngantuk. Kalau benar aku sudah tiga hari aku hilang, berarti aku sudah tiga hari,tiga malam gak tidur juga gak makan. Pantas tadi malam, lapar sekali. Juga ngantuk sekali, haaaommm." Dewi menutupi mulutnya yang menguap.Dia tak habis pikir, bagaimana bisa dia melewati tiga hari, tiga malam tanpa asupan apa pun. Bahkan seteguk air tak ada yang masuk ke perutnya.

  • PATUNG KUDA DI RUMAH MERTUA   Penasaran

    "Bulek, apa orangtua Roni masih hidup? Siapa Bulek? Roni berhak tau?" cecar Roni. Padahal Bu Ipah belum menjawab apa pun.Bu Ipah malah mengisak, dia menutupi wajahnya untuk meredam isak tangisnya. Roni tak tau harus berbuat apa. Apa harus mendesak Bu Ipah lagi? Bu Ipah sangat terguncang bola harus mengorek luka di masa silam. Pasti ada rahasia besar dibalik semua ini.Roni tertunduk diam, memberi waktu untuk Bu Ipah menenangkan diri. Ada rasa yang tak bisa dia ungkapkan sedang bertahta di hatinya saat ini. Roni penasaran soal orangtua kandungnya. Namun, dia takut mengetahui kenyataan yang akan didengar nanti.Perlahan tangis Bu mereda, berganti dengan senggukan. Roni masih diam memperhatikan. Sengaja Roni tak mendesaknya. Hatinya bilang, Bu Ipah pasti akan mence

  • PATUNG KUDA DI RUMAH MERTUA   Ibu?

    "Nah, makan!" titah Bu Ipah, dia memberikan sepiring nasi dan lauk ke tangan Roni. Roni terpaksa menerimanya. Air liurnya terbist juga melihat menu ynag tersedia di piringnya. Bila keadaannya tak seperti sekarang ini. Roni bisa menghabiskan sepiring tempe dan tahu bacem seorang diri.Bu Ipah duduk di hadapanku. mulai menikmati makannya. Masih kulihat dia beberapa kali mengusap sudut matanya. Mencegah buliran bening yang siap melesak keluar lagi. Bagaimana dia tetap bisa menelan makanannya, dengan hati yang sedang gundah gulana.Mereka makan dengan hening. Roni berusaha menikmati makanannya, yang memang tetap terasa nikmat dilidahnya. Makanan kesukaannya sedari kecil. Setiap dia menginap di rumah Bu Ipah, Buleknya itu pasti memasakkan tempe dan tahu bacem. Dia hafal betul kebiasaan Roni yang suka mengemil makanan ini sembari men

Bab terbaru

  • PATUNG KUDA DI RUMAH MERTUA   Suka berselimut duka (TAMAT)

    "Oek oek oek!" Suara tangisan bayi yang sudah lama ditunggu akhirnya terdengar juga. Semua orang bernafas lega mendengarnya."Alhamdulillah." Mereka semua mengucap syukur dengan mengusap kedua telapak tangan di wajah masing-masing."Suaranya kenceng bener. Sehat cucu kita," kata Bu Ipah dengan mata berbinar."Cowok apa cewek ya. Nggak sabar aku, pengen lihat wajahnya." Bu Wiyah mondar mandir di luar kamar bersalin.Sementara di dalam kamar bersalin, Roni tak sanggup menahan tangisnya. Dipeluknya erat tubuh Dewi yang semakin lemah. Dewi mengalami pendarahan hebat, hal ini di luar prediksi. Karena selama kehamilan, tak ada masalah apapun. Kata Bidan yang memeriksanya, Dewi bisa melahirkan normal. Begitu pun saat

  • PATUNG KUDA DI RUMAH MERTUA   Kabar gembira

    "Semua terserah pada Ibu. Maafkan Roni. Kali ini Roni gak bisa menuruti keinginan Ibu. Laki-laki yang tak bisa mengambil sikap, tak layak menjadi Imam." Widuri terdiam mendengar kata-kata Roni."Yang, tolong ambilkan makan Ibu," pinta Roni pada Dewi yang hanya mendengarkan dialog Ibu dan anak itu. Kali ini Dewi sama sekali tak berminat ikut campur.iDewi yang merasa kondisinya kurang fit segera bangkit, membuka rantang yang dibawa. Dan meletakkan sedikit nasi dan sup ikan pada piring makan Widuri. Setelah menyerahkan ke tangan Roni, tiba-tiba Dewi merasakan kepalanya sangat pusing."Yang, kamu gapapa?" tanya Roni melihat Dewi yang memegangi kepalanya. Dewi merasa, pandangannya seakan berputar hingga dia merasa mual. Dan ….

  • PATUNG KUDA DI RUMAH MERTUA   Keinginan Widuri

    "Ibu baik-baik di sini ya. Pokoknya Roni dan kami semua akan menepati janji. Setiap hari akan menemani Ibu di sini." Roni berjongkok di hadapan Widuri, menggenggam tangannya dengan hangat. Widuri mengangguk, dia sudah sangat senang Roni menempatkannya di tempat yang sangat baik. Puluhan tahun dia tinggal di kandang kambing, dan terpisah dari anaknya. Kalau hanya menunggu beberapa saat lagi, hal itu masih bisa dia lakukan."Bu kami pamit ya. Besok kami datang lagi." Dewi memeluk tubuh Widuri. Widuri membelai lembut kepala wanita yang memakai pasmina berwarna pastel itu. Bu Ipah dan Bu Wiyah juga melakukan hal yang sama terhadap Widuri."Ndok, Bapak tinggal ya. Sesok Bapak teko meneh. Kowe sing apik berobatnya. Biar ndang sembuh." Kek Warno memeluk putri semata wayangnya itu. Baru kali ini dia akan berada jauh dari anaknya.

  • PATUNG KUDA DI RUMAH MERTUA   Ganjalan di hati Widuri

    Hanya satu yang mengganjal di hati Widuri. Roni masih belum bisa menerima, kalau Surya lah ayah kandungnya. Kesalahan yang Surya lakukan memanglah teramat besar. Namun Widuri bisa memaklumi, saat itu Surya masih terlalu belia, untuk bisa mempertahankan yang seharusnya menjadi miliknya. Hatinya dan Surya telah menyatu sejak lama, sebab itu Widuri tau, Surya tulus meminta maaf dan benar menyesali kebodohannya di masa lalu. Sorot mata Surya menyiratkan penyesalan yang begitu besar dan pengharapan akan maaf dari putra biologisnya. Widuri melihat, tak ada kebohongan di mata Surya, sebab itu bersedia menerima Surya kembali. Pun rasa cintanya di masa remaja, masih melekat kuat di hatinya. Tak terkalahkan, meski puluhan tahun raganya dikuasai iblis laknat."Ibu jangan takut ya, disana juga ada Bapak." Alis mata Widuri bertaut mendengar yang Roni bilang barusan.

  • PATUNG KUDA DI RUMAH MERTUA   Mulai membaik

    "Gimana Ko, panen beberapa hari ini, apa sudah lebih baik?" tanya Roni pada Joko, salah satu orang yang dipercaya mengurus kebun milik Pak Darma."Masih belum ada perubahan yang signifikan Mas. Tapi sudah sedikit lebih baik dari beberapa hari lalu," jawab Joko yang berjalan mengikuti di samping Roni. Roni ingin melihat langsung, kondisi pohon-pohon sawit yang ada di kebun milik Pak Darma. Yang sekarang sudah diserahkan padanya."Oh iya. Kenalin, ini Kakek saya." Roni memperkenalkan Kek Warno pada Joko. Joko dengan sopan menyalami Kek Warno. Mereka lanjut lagi berkeliling kebun."Tapi biaya operasional bisa di atasikan?""Alhamdulillah, bisa Mas. Bahkan dua hari ini, bisa menambah isi kas, biarpun sedikit

  • PATUNG KUDA DI RUMAH MERTUA   Kehangatan keluarga 2

    "Mungkin karena belum terbiasa dengan rumah ini Bulek," kata Dewi. Tangannya terus mengaduk nasi yang sudah mulai menjadi bubur. Sementara Bik Jum membantu menyiapkan bahan pelengkap untuk bubur ayam.Hati Dewi sebenarnya sedikit ragu akan kata-katanya sendiri, tapi dia tak mau membuat Bu Ipah khawatir. Hal yang dia dan Widuri bisa rasakan, sangat sulit untuk dijelaskan."Bulek bawakan teh ini dulu ke depan ya. Tadi sepertinya Roni sama Lek Warno keluar.""Paling di halaman depan, Bulek. Kata Mas Roni, dia mau olahraga sedikit.""Ya sudah, Bulek antar ke teras. Bik, tolong ambilkan biskuit," kata Bu Ipah pada Bik Jum.Bik Jum membuka salah satu

  • PATUNG KUDA DI RUMAH MERTUA   Kehangatan keluarga 1

    Alangkah terkejutnya mereka, melihat Bu Ipah dan Bu Wiyah berusaha mengangkat Widuri yang tergeletak di lantai. Roni langsung bergerak cepat mengangkat tubuh Widuri ke atas ranjang. Dewi langsung ke dapur, mencari kotak P3K yang ada di lemari dapur. Dengan langkah lebar dia kembali lagi ke kamar bersama kotak P3K di tangannya."Kok Ibu bisa jatuh?" tanya Dewi, sembari tangannya terampil membersihkan luka di dahi Widuri dengan kapas yang sudah diberi alkohol. Lalu Dewi teteskan antiseptic dan menutupnya dengan perban dan plaster.Widuri tak menjawab, bukan tak mau. Tapi dia belum bisa mengeluarkan kosa kata yang banyak dari pita suaranya. Widuri tadi seperti melihat ada siluet orang dari jendela kamar, karena panik Widuri lupa, kalau kakinya belum kuat untuk berjalan. Hingga akhirnya dia terjatuh dari atas ranjang.

  • PATUNG KUDA DI RUMAH MERTUA   Sampai rumah

    TIN TIN TINPak Dirman berlari-lari kecil menuju gerbang ketika mendengar suara klakson mobil majikannya. Buru-buru dibukanya pintu gerbang dengan lebar, agar mobil majikannya bisa segera masuk ke halaman. Pak Dirman terus melihat ke arah mobil Roni. Dia merasa sedikit heran, karena melihat orang tak dikenal bersama dengan Roni duduk di depan.Segera ditutupnya kembali pintu gerbang setelah mobil Roni masuk dengan sempurna dan berhenti di halaman rumah. Semua orang yang ada di dalam mobil langsung turun. Bik Jum yang juga keluar dari dalam rumah ketika mendengar suara klakson mobil Roni, segera membantu mengangkat semua barang dari dalam mobil."Ron angkat Ibumu," titah Bu Ipah."Iya Bulek." Roni gegas menggendong Wid

  • PATUNG KUDA DI RUMAH MERTUA   Kembali pulang

    Roni hanya menatapi Kakeknya dan anggota keluarga yang lain saling berbasa basi dengan para tetangga untuk sekedar berpamitan, karena mereka akan pergi cukup lama dari kampung itu. Bahkan mungkin tak akan kembali lagi. Roni melihat Surya menggendong tubuh ringkih Widuri. Hatinya sangat sakit melihat itu, sedianya tadi, dia yang hendak menggendong Widuri. Tapi rasa kesal di dadanya tak mampu dia sembunyikan, meski hanya dengan seulas senyum kepalsuan."Kenapa Kakek dan Ibu mudah sekali memaafkan dia!" gumam Roni dengan gigi gemeletuk.Dewi mengiringi di belakang Surya yang menggendong Widuri, bergegas menyiapkan bantal buat bersandar Widuri agar merasa lebih nyaman di dalam mobil. Roni hanya diam, tanpa sedikitpun menoleh. Dia terpaku oleh rasa sakit di hati. Padahal dia baru saja mengetahui kebenaran tentang dirinya. Tapi rasa

DMCA.com Protection Status