PAPA MUDA 43 AOleh: Kenong Auliya ZhafiraPeribahasa tentang semakin tinggi pohon menjulang bisa tertiup angin kencang mungkin benar adanya. Semakin sukses seseorang terkadang akan selalu ada ujian yang tanpa diprediksi mampu menghancurkan segalanya dalam sekedip mata. Tanpa tahu datangnya kapan dan bagaimana caranya. Apabila hari itu datang, hanya butuh persiapan mental untuk menghadapinya dengan lapang dada. Karena jika tidak, maka diri yang akan terbawa dan hancur tanpa lagi sisa.Sementara Arista belum mempersiapkan untuk kemungkinan seperti ini. Ia masih tidak menyangka seorang Ghava Devanka tega melakukan hal ini padanya. Membuat unggahan status yang menunjuk dirinya meski secara tidak langsung. Ini sama seperti membunuh tanpa menyentuh sedikit pun. "Apa kamu menyimpan dendam padaku, Gha? Kenapa kamu tega? Padahal selama ini aku sudah mencoba membuatmu mengerti akan semua. Tapi, nyatanya kamu malah memilih menunjukkan pada dunia tentang siapa aku. Aku sadar tidak semua rahasia
PAPA MUDA 43 B Oleh: Kenong Auliya Zhafira Arista menarik napasnya dalam, lalu membuangnya kasar bersamaan tiupan angin yang membelai wajah. Sejuk? Tidak! Hati tetap berdebar tidak menentu akan bayangan hari esok yang kemungkinan menjungkirbalikkan pertanahan hidup. Hidup yang susah payah dibangun dengan banyak pengorbanan dan air mata. "Aku harus bisa terlihat baik-baik aja di depan Gala dan Alsaki. Aku menganggap semua ini adalah bentuk kasih sayang Tuhan karena telah melakukan keslahan. Mungkin tepatnya aku sekarang tengah diingatkan oleh Sang Maha Pemberi Hidup," batinnya bernyanyi tanpa nada tanpa suara. Kepala yang dijejali banyak pikiran membuatnya lupa arah menuju rumah Alsaki. "Aku bego amat ya? Rumah sendiri aja lupa. Begini aja udah gegaya main cinta-cintaan, padahal masih aja menangisi rindu dan pincangnya harapan tanpa pernah tahu semua itu bohong semata," rutuknya mengecam kebodohannya sendiri. Ibarat kata, bunga layu tak akan kesepian, tetapi nyatanya tetap tertund
PAPA MUDA 43 C Oleh: Kenong Auliya Zhafira Senyum perlahan merekah layaknya bulan sabit ketika ingatan kecupan malam itu menghampiri di tengah hujan kerinduan. Basahnya hati dan perasaan karena cinta justru memberikan kehangatan yang tidak mungkin terlupa. Andai waktu bisa diberhentikan, ia ingin menciumnya hingga lelah dan memeluknya hingga tertidur lelap. Bukankah itu satu hal yang didamba semua pasangan? Bisa memadu kasih tanpa memikirkan batasan waktu. "Kamu mikirin apa, Al?" Wanita yang selalu setia di setiap langkah sang anak bertanya tanpa sengaja karena melihat seperti orang gila. Tersenyum sendiri tapi dengan sorot mata kosong tanpa asa. Hampa. Bahkan, raga yang mulai menua karena usia mengambil duduk di sebelah sang anak. "Apa ada yang kamu pikirkan? Gimana perasaan kamu? Udah mendingan? Di rumah aja dulu satu atau dua hari lagi. Biar benar-benar sehat, baru kembali ke konter," ujarnya lagi diiringi pertanyaan yang belum sempat terjawab sebelumnya. Begitulah perasaan
PAPA MUDA 44 AOleh: Kenong Auliya ZhafiraSikap peduli atas dasar sopan santun mampu nyalakan setitik tanda tanya akan sebuah jawaban yang tersembunyi jauh di dasar jiwa. Karena bagaimanapun dalamnya hati tidak pernah bisa diselami layaknya lautan. Entah itu hanya sebuah kesamaran atau kesungguhan, hanya diri sendiri yang tahu. Begitu juga Arista yang tidak mampu menebak arti kepedulian sang pria saat ini. Meskipun akalnya sadar bahwa semua hanyalah basa-basi sapa. Sementara hatinya tetap menggenggam nama baru sekuat baja. Ia tidak mau menghalangi kisah yang seharusnya bersemi dan bertahta."Kamu enggak perlu khawatir tentangku, Al. Aku baik-baik aja. Ya udah, aku pulang dulu. Terima kasih udah ngizinin antar jemput Gala. Oh, ya, untuk besok mungkin aku enggak bisa antar, karena ada tanggung jawab di salah satu platform," ujarnya berbohong untuk menutupi masalah yang tengah dihadapi. Semua itu demi menjaga agar kesalahan yang dulu tidak tenggelam semakin dalam ke jurang penyesalan.
PAPA MUDA 44 BOleh: Kenong Auliya ZhafiraMengingat masa dulu membuat Alsaki memberikan kecupan hangat di puncak kepala. Tanda kasih yang begitu besar seperti jagad raya. Bahkan, sayangnya seluas samudera. Alsaki sadar kehadiran Gala di sisinya akan memberikan arti sendiri dalam melakoni peran sebagai bintangnya makhluk Tuhan."Ayo, buruan, Pa ... nanti Kak Dyra keburu pulang. Terus Gala batal main bareng," sungutnya tidak sabar. Ya, sejak kemarin ikut menyaksikan kepanikan karena ulah sang papa, ia tidak ingin kejadian itu terulang lagi. "Ya, ayo! Papa tinggal berangkat. Enggak perlu dandan lah. Mau sebentar juga," jawabnya menggoda sembari tertawa. "Papa enggak usah dandan dan terlalu tampan. Gala nanti kena saing," balas bocah kecil itu yang sudah memakai pakaian biasa. Tawa keduanya menggema ke seluruh kamar. Kedekatan dari tawa sederhana yang baru saja terjalin merupakan kebahagiaan mahal tapi harga murah. Alsaki berhasil membangun suasana itu sejak sang anak usia dua tahun l
PAPA MUDA 44 COleh: Kenong Auliya ZhafiraBocah itu menggeleng, "Bukan. Mama tadi antar jemput sekolah aja. Gala dateng sama Papa," jawabnya dengan wajah begitu polos dan lucu. "Itu, Papa ...," tunjuknya kemudian ke arah ruangan sang penguasa Gala Cell. Adrian dan Dyra menoleh secara bersamaan. Benar saja, pria yang begitu mengusik pikiran tengah keluar dari ruangannya dan perlahan berjalan mendekat. Dada yang sejak tadi sesak karena dipenuhi rindu, perlahan siap meledak dibarengi debaran. Meskipun wajahnya masih sedikit pucat, tetapi langkahnya yang pasti justru menandakan kalau keadaan sudah baik-baik saja. Berbagai rasa mengaduk perasaan sedih dan bahagia tercampur menjadi kesatuan yang memporak-porandakan jiwa. "Jadi, yang aku lihat tadi beneran dia? Bukan perasaanku aja? Aku pikir tadi kewarasan ini mulai hilang. Alhamdulillah jika kamu udah bisa beraktivitas, Mas ... aku ikut seneng, dan aku ... kangen," gumamnya sembari menghapus bulir bening yang tanpa sadar membasahi pipi.
PAPA MUDA 45 AOleh: Kenong Auliya ZhafiraTidak selamannya apa yang terlihat mata adalah peristiwa sesungguhnya. Bisa saja, itu hanyalah hasil dari pikiran yang terlalu lemah diprovokasi keadaan. Hingga menyuguhkan puluhan rasa yang mengoyak hati. Ketika sesal datang, mungkin semua yang berada di genggaman bisa terjatuh dan hilang. Berusahalah sekuat mungkin agar jiwa raga tidak bersinggungan dengan hati dan pikiran untuk mempertahankan apa yang dimiliki. Jangan sampai menyiksa karena hadirkan dilema.Dyra sendiri masih merasakan dilema itu, tetapi terlalu gengsi untuk mengungkapkan kata hati. Akan tetapi, jauh di dasar hati masih memiliki simpati. Karena bagaimanapun Mbak Arista adalah wanita yang melahirkan Gala—pria pujaan hati sekaligus calon imam jika Tuhan menjodohkan. Jadi, tanpa berpikir akan seperti apa hubungan yang ada setelah ini, ia memilih memberitahukan berita terpopuler di beranda biru pada sang pria. "Mas, sepertinya Mbak Arista lagi ada masalah soal nama baik deh.
PAPA MUDA 45 BOleh: Kenong Auliya ZhafiraDyra hanya mengangguk. Namun, kemudian menggeleng. "Enggak usah! Aku bawa motor. Aku pulang sendiri aja. Nanti kalau ada perkembangan aku kasih tahu. Kamu di sini aja, siapa tahu Adrian butuh. Atau juga kamu ingin melihat tentang dua hari lalu. Aku bisa pulang sendiri. Lagian aku udah kuat karena kamu ngasih asupan kasih sayang. Jadi, tenaga udah penuh," jawabnya sembari sedikit menggoda. Akan tetapi, satu cubitan sayang justru mendarat manja di kedua pipi. "Dasar, gadis aneh! Orang gadis di luar pada seneng dianterin pulang prianya, kamu malah enggak mau." Alsaki begitu gemas melihat perubahan emosi wanita di depannya. Sedetik wajah cantiknya tersapu badai air mata, lalu sedetik setelahnya tersingkap cerah layaknya mentari. Oleh karena itu, tangannya refleks memberi cubitan mesra di kedua pipi. "Aw! Sakit, Mas! Ini pipi, bukan aksesoris ponsel!" protes wanita yang masih mengusap pipinya. Sang pria justru tertawa melihat Dyra mengubah lagi
PAPA MUDA 49LAST EPISODEOleh: Kenong Auliya ZhafiraTanpa pikir panjang, begitu bibir wanita di depannya berhenti bicara, Alsaki segera memberikan kecupan mesra dan santai. Bibir yang saling bertemu seakan tahu jika luka dulu masih ingin diberi penawar. Mencairkan segala luka yang terjebak kesalahan lalu. Perlahan, kecupan itu kian tenggelam bersama kehangatan yang begitu mereka rindukan saat hati merasa ingin pergi tapi kenyataan menawan kuat perasaan. Sungguh sesuatu yang membuat jiwa sekarat. Alsaki menarik diri setelah lima menit berlalu menyelam indahnya cinta berbalut rindu. Ya, meski bertemu setiap hari tapi rindu itu justru semakin menggebu. Apalagi jika tentang menguraikan bahasa paling indah dari cinta. Hal itu dipastikan melumpuhkan debaran dalam sekali tarikan napas. "Aku mencintaimu ... menikahlah denganku, Andyra Arsha," pinta sang pria sekali kali. "Aku juga sangat mencintaimu. Jangankan menikah denganmu, hidup dan mati bersamamu pun aku mau," jawab Dyra tanpa l
PAPA MUDA 49LAST EPISODE HOleh: Kenong Auliya ZhafiraDyra sengaja berjalan lebih cepat untuk memastikan keberadaan Malik di taman belakang. Takutnya itu hanya tipuan belaka. "Aku lihat Malik dulu ada apa enggak, Mbak. Bentar," ujarnya sembari mengintip dari balik tembok. Ia dapat melihat pria bernama Malik itu tengah memainkan ponselnya. "Oke, Mbak ... Malik beneran ada di sini," ucapnya lagi setelah memastikan kebenarannya. Arista tanpa ragu menuju taman belakang dengan pose layaknya bintang. Meskipun pakaian sederhana, tetapi ada niatan untuk mencari perhatian dari pria yang sibuk menatap layar ponsel. Namun, semua itu percuma. Pria bernama Malik itu tidak melirik sama sekali. "Haduh ... aku ini kurang cantik apa gimana? Wajahnya datar begitu tanpa ekspresi," kesalnya. Dengan mendekat beberapa langkah, Arista mencoba mengajak bicara. "Biarlah urusan hati bisa dipikirkan sambli jalan atau biar menjadi bagian dari masa lalu. Karena hati emang tidak bisa dipaksa," ucapnya lagi dis
PAPA MUDA 49LAST EPISODE GOleh: Kenong Auliya ZhafiraPria yang ingin melibatkan apa pun yang ada di konter sebagai sarana bagian dari kejutan itu berbalik, lalu menjelaskan apa yang terbayang dalam benaknya. "Jadi, begini. Nanti, ponsel second yang ada di etalase dinyalakan semua. Aktifkan senter dan masukkan ke botol minum plastik. Lalu bentuk lambang hati di sini. Kita akan berada di dalam lambang itu saat mereka datang. Nanti minta Malik menutup mata mereka. Setelah kedua wanita itu melihat kita, kita bergantian mengatakan apa maunya kita. Gimana?" terang Alsaki sebagai pemilik ide yang cukup menghemat biaya. Adrian sendiri cukup mengagumi pola pikir pria di depannya. Soal memperlakukan wanita yang dicintai memang Alsaki bisa dikatakan sebagai juara. Hanya keadaan yang tidak mendukung hingga hatinya tersakiti dan terluka dalam. Akan tetapi, semua itu telah berlalu. "Boleh, Mas. Mau mulai sekarang, atau gimana? Takut mereka keburu datang." "Ya udah. Kita mulai sekarang." Ked
PAPA MUDA 49LAST EPISODE FOleh: Kenong Auliya ZhafiraMereka bergegas merapikan semua, lalu berjalan bersama layaknya teman. Tidak ada lagi rasa ingin menyaingi atau pun tersaingi. Tuhan memang Maha Pembolak-balik Hati manusia. Arista dan Dyra melihat dengan jelas para pria duduk lesehan di lantai konter tanpa alas sembari menyantap mi ayam bersama. Hal sederhana tapi terasa istimewa. "Punya kita, mana?" celetuk Dyra tiba-tiba yang membuat mereka berhenti mengunyah. "Ada. Duduk dulu. Ambil sendiri, tuh, di dekat Malik," jawab Alsaki sambil menelan mi yang telah berada di mulut. Mereka membaur bersama tanpa ada batasan sosial apa pun. Bahkan perasaan seakan mengerti bahwa ini bukan waktunya untuk bicara. Sekarang adalah waktu untuk menikmati kebersamaan tanpa ada celah kebencian. Sungguh pemandangan luar biasa untuk manusia yang pernah terluka karena masa lalu bisa duduk bersama tanpa saling mengingatkan luka. Hidup mungkin aslinya sederhana, hanya pikiran yang membuatnya rumit ta
PAPA MUDA 49 LAST EPISODE EOleh: Kenong Auliya ZhafiraKetika para wanita asyik bercerita, para pria justru baru selesai setelah beberapa jam menggadaikan waktu untuk sebuah tanggung jawab akan pekerjaan. Ketiganya saling menyandarkan punggung pada tembok untuk menopang sebentar rasa lelah. Sesekali tubuh menggeliat guna melemaskan otot-otot. "Tumben banget hari ini ramai. Sampai kewalahan begini," keluh Malik yang merasakan lelah kaki. "Iya. Aku aja tumben merasa lelah," timpal Adrian. Alsaki paham apa yang mereka katakan. Tanpa basa-basi, ia segera melakukan panggilan telepon untuk memesan mi ayam langganan di sebelah selatan konter. Meski sedikit jauh, tetapi rasanya enak. "Halo, Pak ... pesen mi ayam spesia lima porsi ya? Bisa dikirim ke konter seperti biasa, kan?" pinta pria yang kerap melakukan pemesanan dadakan kalau perut mengajak bercanda pada jam kerja. "Siap, Mas Al!" sahutnya singkat. "Terima kasih sebelumnya." Sambungan telepon terputus. Dua pria yang mendengar
PAPA MUDA 49LAST EPISODE DOleh: Kenong Auliya ZhafiraOrang-orang di sekitar terdiam mendengar bisikan Adrian yang masih terdengar jelas untuk telinga normal. Mereka berpikir sesuai asumsi masing-masing. Akan tetapi, satu doa mengaminkan untuk sesuatu yang belum pasti antara Adrian dan hatinya. Tanpa mereka sadari dari arah lain pun ada wanita yang diam-diam mematung tanpa bisa beranjak. Ya, kehadiran Arista cukup bisa menyaksikan perdebatan manis itu. Ia hanya sengaja menunggu dua pria itu berhenti dari pertikaian kata. Akan tetapi, sikap Adrian justru membuatnya berpikir lagi tentang salam yang disampaikan Dyra waktu itu. Ia tidak memungkiri ada desiran setitik melihat pria yang biasa saja bisa berubah semarah demikian. Namun, ia tidak ingin gegabah menjalin kedekatan setelah kejadian kemarin. "Apa mungkin Adrian suka padaku? Bagaimana bisa?" batinnya masih menerka penuh rasa tidak percaya. Bertepatan tubuh Ghava yang berbalik, semuanya baru menyadari akan kehadiran orang lain
PAPA MUDA 49LAST EPISODE COleh: Kenong Auliya ZhafiraAngin sepoi-sepoi memberi sejuk hati di sepanjang perjalanan. Bentuk angin yang tidak terlihat, tetapi bisa dirasakan membuatnya memahami bahwa tentang ketulusan hati itu sama seperti angin, tidak terlihat tapi bisa terasa.Sementara wanita yang baru memasuki keputusan baru dalam hidup penuh pertimbangan hati dan rasa, di tempat lain justru ada orang yang tidak pernah menimbang hari dan perasaan para pembeli. Siapa lagi kalau bukan Dyra dan dua pria yang sudah seperti penjaga.Entah berawal dari mana, tiba-tiba ada salah satu pembeli yang komplain tentang penanganan Gala Cell. Dyra mulai lelah dan jenuh mendengar alasan yang menurutnya tidak masuk akal."Pokoknya saya mau ganti rugi, Mbak! Masa pulsa tidak masuk suruh bayar?! Professional dong, Mbak! Ini kan, bukan salah saya. Saya sudah menulis nomor dengan benar loh ...," ujar pria berkaos hitam itu dengan kekeh."Tapi, aku hanya menurun dari tulisan ini, Mas ... sepertinya Mas
PAPA MUDA 49LAST EPISODE BOleh: Kenong Auliya ZhafiraSang pria yang tengah bermain dengan Gala menjadi tertarik untuk mendekat. Entah kenapa melihat dua wanita itu berpelukan seperti gersangnya bumi yang basah tersiram derasnya hujan. Sejuk. Sungguh tidak pernah menyangka akan dipertemukan dengan titik ini. Titik di mana bisa melepas masa lalu tanpa harus berpura-pura kuat. Ada sesal kenapa tidak dipertemukan dan jatuh cinta lebih awal. Seandainya itu terjadi mungkin cerita akan lebih berbeda dan berwarna. Akan tetapi, kembali lagi pada Tuhan Yang Maha Baik adalah sumber segala kisah makhluk bumi. "Sayang ... ke sana yuk?" Alsaki seketika mengajak sang anak untuk bertemu dengan mamanya setelah hampir lelah bermain. Gala melirik bersama arahan dagu sang pria yang menyerahkan seluruh hidup hanya untuknya. Dua wanita yang memiliki peran sama tengah saling tersenyum dalam pelukan. Hati bocah kecil itu sungguh ingin berada di tengah mereka. Tanpa pikir panjang, ia pun mengangguk tanda
PAPA MUDA 49 LAST EPISODE A Oleh: Kenong Auliya Zhafira Mendapati pertanyaan tentang setengah kehidupan yang tengah berusaha dilupakan meski sejenak tetaplah membuat hati terbelah. Bukannya tidak ingin kembali pada dunia yang telah memberikan hidup kedua, tetapi rasa ingin menepi sendiri karena sebuah tragedi masih begitu besar menggerogoti nurani. Walaupun ada niat ingin kembali, tetapi bukan untuk saat ini. Belum ada persiapan dan pemulihan mental sama sekali setelah diterpa badai beberapa hari yang lalu. Arista belum seberani itu memilih kembali masuk dunia literasi. Meski kenyataan ada lubang sunyi kehilangan hobi dan pembaca yang pernah mendukung juga menunggu karya tidak seberapa. Akan tetapi, hasrat menulis masih tenggelam di dasar jiwa bersama rasa bersalah telah berbohong tentang keadaannya sebelum menjadi sang bintang di hati pembaca. Dengan menarik bibir menjadi lengkungan manis, Arista memberi satu jawaban. "Maaf, Ra ...," ujarnya penuh nada sesal, "saat ini aku belu