PAPA MUDA 32 AOleh: Kenong Auliya ZhafiraCinta memang bisa menyulap hati manusia yang semula putih menjadi hitam, begitu juga sebaliknya. Semua itu tergantung ketahanan mental seseorang dalam menerima resiko ketika berkenalan dengan anugerah Tuhan yang katanya paling indah. Akan tetapi, keindahan itu juga bisa berubah menjadi sebuah kehancuran bagi pemujanya. Bahkan bisa membuat orang-orang itu terkungkung kebodohan. Kebodohan yang perlahan menghilangkan jati diri. Alsaki terus memikirkan ucapan wanita yang melahirkannya. Semua kemungkinan itu bisa saja terjadi. Kemungkinan di mana Arista melakukan banyak cara untuk bisa kembali. Karena nyatanya ia rela pergi meninggalkan keluarga demi sebuah mimpi menjadi penulis. Luka itu pun terlalu sulit diajak berdamai. Akan tetapi, semenjak mengenal sosok Andyra Arsha, luka yang masih membekas perlahan memudar. "Ibu nanti ingatkan aja kalau sampai itu terjadi. Aku tidak bisa menebak apa yang akan dia lakukan. Ini aja besok mau jemput Gala ke
PAPA MUDA 32 BOleh: Kenong Auliya ZhafiraKetika Arista meletakkan segala harapan hari esok lewat mimpi, di tempat lain ada wanita yang masih merayu malam untuk satu imipannya menjadi penulis. Ya, Dyra masih bergelut dengan aksara hingga terangkai cerita yang penuh makna. Meski masih sebatas cerita pendek, ia tetap berusaha menempatkan tanda baca sesuai kaidah. Karena keindahan sebuah cerita itu terletak pada kerapian tulisan dan rasa yang ingin disampaikan. "Kasih judul apa ya, yang pas ...." Sesekali bibir tipisnya berucap lirih ketika cerita yang ditulis menemukan akhir. Entah kenapa hatinya menuntun jemari untuk menuliskan perasaan yang mulai takut kehilangan akan seseorang yang belum menjadi siapa-siapa. Meskipun tahu ada persamaan rasa, tetapi bibir belum mampu ikrarkan kata. "Gimana kalau judulnya, Kita Bersama Doa ... kayaknya cocok sama isinya," ujarnya lagi bicara pada diri sendiri. Dyra tersenyum bahagia bisa menyelesaikan satu cerita. Semua hal yang terjadi hari ini, ia
PAPA MUDA 33 AOleh: Kenong Auliya ZhafiraMendengar sesuatu hal bisa saja itu bukanlah bagian kebenaran. Begitu juga sebaliknya, belum tentu apa yang kita lihat adalah kenyataan. Akan tetapi, terkadang manusia kerap mengambil salah satu tanpa mau menerima penjelasan dari salah satu sisi. Karena itulah sering memunculkan kecewa, sakit hati, dan berbagai pikiran negatif. Padahal jika mau duduk dan mendengarkan bisa saja mendapat kebenaran yang sejelas-jelasnya untuk hilangkan ribuan keraguan. Dyra mencoba menahan semua kecewanya dalam diam. Pemandangan dua pria beda usia di depannya tidak ingin merenggut akal sehat yang kini mulai terisi kegilaan tentang bayang wajah seorang Alsaki Mahendra. Ia memilih berbalik, menjauh dari area sekolah setelah selesai mengantar Cantika. Akan tetapi, langkahnya tiba-tiba berhenti mendengar suara seseorang yang kini terbiasa memanggil namanya. "Dyra! Tunggu!" Alsaki yang tidak sengaja menoleh ke belakang segera mempercepat langkahnya setelah memastik
PAPA MUDA 33 BOleh: Kenong Auliya ZhafiraWanita yang mulai sadar bahwa kesimpulannya salah seketika meredam sendiri amarahnya. Dyra baru tahu kebodohannya karena mementingkan perasaan sendiri tanpa mau memberi kesempatan orang lain menjelaskan. Harusnya dari kejadian spesial beberapa hari lalu bisa dijadikan pertanda ada rasa yang sama, tetapi kenyataannya semua itu masih harus dicurangi oleh ketidakpercayaan. Hingga nyaris menenggelamkan kapal impian yang berlayar menuju kebahagiaan. Mungkin inilah konsekuensi dari hubungan yang belum bernama, hanya bisa mengandalkan perasaan. "Jadi ... Mas Al nggak balikan sama Mbak Arista? Cuma mau memberi waktu buat mereka dekat? Terus keadaan Gala gimana? Apa dia nggak kaget kalau tiba-tiba bertemu dengan mamanya?" tanya Dyra sembari memikirkan banyak kemungkinan yang terjadi. Karena tidak semua pertemuan itu meninggalkan kesan, bisa saja hanya sebagai bentuk sopan santun. Apalagi untuk bocah seusia Gala yang baru duduk di taman kanak-kanak
PAPA MUDA 34 A Oleh: Kenong Auliya Zhafira Bertemu kembali dengan seseorang yang dulu menjadi salah satu alasan memilih pergi terkadang menyisakan beberapa ketakutan. Takut hal itu memberikan luka yang membuat trauma secara mental. Apalagi jika yang menghadapi itu adalah bocah berusia lima tahunan. Kemungkinan besarnya adalah ingatan tentang wanita yang melahirkannya bisa lenyap termakan waktu. Apalagi kapasitas kepala dalam mengingat luka pasti ada pencapaian batasnya. Arista masih saja terjebak dengan segala pemikirannya yang semakin menciutkan nyali untuk mendekat dan memeluk. Terlalu sakit rasanya jika kedatangan dirinya tidak mendapat sambutan pelukan hangat. Akan tetapi, bukan Arista namanya jika menyerah karena keadaan. Pelan tapi pasti dirinya mengalah mendekatkan diri ke arah bocah yang wajahnya bagaikan pinang dibelah dua dengan Alsaki. Wajah mungil itu banyak berubah setelah waktu berlalu begitu lama. "Sayang ... ini Mama. Apa Gala tidak ingin memeluk Mama?" ucap Arist
PAPA MUDA 34 BOleh: Kenong Auliya ZhafiraArista yang sejak tadi diam memperhatikan hanya bisa menahan gejolak di dalam dadanya. Ternyata kehadirannya masih kalah jauh dibandingkan dengan Dyra. Walau dalam dunia literasi seseorang yang memiliki banyak kenangan, tetapi tentang dunia Gala dirinya seakan tertinggal jauh dalam segala hal. "Apa Dyra begitu dekat dengan Gala? Kenapa Gala terlihat begitu mencarinya saat tidak ada?" tanyanya dalam hati. Daripada bertambah sakit memikirkan hal yang kemungkinan benar adanya, ia mencoba menawari ide untuk pergi ke ruangan papanya. "Kita ke ruangan Papa aja, yuk? Kita buat kejutan," ujarnya sembari mengusap rambut pendek sang bocah. Gala yang memang masih mencari keberadaan wanita bernama lengkap Andyra Arsha memilih mengiakan ajakan sang mama dengan anggukan kepala. Jemari kembali saling bertaut hingga memasuki ruangan Alsaki—pria yang bergelar papa di usia muda. Wanita pemberi kehidupan untuk seorang Gala mengetuk pintu berbahan mirip kac
PAPA MUDA 35 AOleh: Kenong Auliya ZhafiraBertahan untuk suatu hubungan yang belum bernama akan selalu menyisakan kesakitan tanpa bisa menunjukkan. Keyakinan seteguh karang pun bisa saja mendadak runtuh terkikis debar ombak kenyataan. Bahkan keinginan untuk menyerah bisa datang tanpa pernah diundang. Sungguh keadaan yang paling tidak diinginkan bagi semua wanita di dunia, khususnya Andyra Arsha. Ia hanya bisa diam menyaksikan sebuah pemandangan yang terlihat begitu sempurna dan bahagia dari luar pintu. Segala kecewa tertumpuk jauh di dasar ketidakpercayaan. Pasalnya baru kemarin pria di dalam sana membawa terbang mengililingi nirwana, lalu terhempas dan terjatuh bebas ke dasar bumi penuh luka. Akan tetapi, perkataan Alsaki kemarin seperti sungguhan, bukan main-main apalagi sedang bercanda. Sedangkan kenyataan di depan mata malah kebalikan dan semakin mengubah kepercayaan menjadi kebohongan. "Aku harus gimana, Mas Al ... jika sikapmu begini, aku malah semakin merasa asing dalam hidu
PAPA MUDA 35 BOleh: Kenong Auliya Zhafira"Ta-tapi aku harus ke depan, Mas! Aku nggak enak sama Adrian dan Malik. Lagian aku juga udah pernah ketemu Mbak Arista. Nggak usah aja ya ...?" pinta Dyra yang belum siap bertemu kembali dengan Adila Arista—sosok penulis yang selama ini menjadi idola. Akan tetapi, mengetahui kenyataan yang ada membuat kekaguman itu sedikit berkurang. Selain menyayangkan sikapnya yang pergi dan memberi luka pada pria pujaannya, ada cemburu hebat membakar dada. Bahkan ketakutan akan kehilangan seorang Alsaki mulai menghantui setiap malam meski masih belum menjadi siapa-siapa dalam hidupnya. Pria yang begitu antusias mempertemukan dua wanita dari masa lalu dan masa depan seketika berbalik setelah mendengar alasan wanita di belakang. Tidak enak dan pernah bertemu sebelumnya bukanlah jawaban yang ingin didengarnya. Alsaki hanya tidak ingin membuang kesempatan ketika keadaan mendukung untuk saling bertemu dan menunjukkan telah ada hati yang melengkapi kosongnya ji