PAPA MUDA 29 BOleh: Kenong Auliya ZhafiraDi taman belakang konter, pria yang baru saja menolak kehadiran masa lalu tengah berdiri sambil tersenyum menyaksikan kedekatan Dyra dengan anak dan keponakannya. Keakraban mereka sungguh menarik bangga yang berujung memuja. Entah kenapa ada satu keyakinan jika wanita yang kini tengah tertawa begitu bahagia itu akan menjadi bagian hidupnya setelah kehilangan setengah kewarasannya. "Andai aja kamu benar-benar mau menjadi Mama untuk Gala ... mungkin kamu tidak perlu melihat kejadian seperti tadi. Ternyata rasa sabar untuk mendapatkan hati dan cintamu pun diperlukan kesungguhan yang nyata. Maafkan aku, Ra, jika tadi menyuruhmu pergi. Aku hanya tidak ingin kamu terluka karena melihat hal yang membuatku masih kesakitan," lirihnya dipenuhi rasa bersalah dan canggung. Alsaki perlahan mendekat dan duduk di sebelah wanita yang turut sibuk mewarnai seperti anak kecil. Namun, tetap terlihat cantik di matanya. "Ehem!" Satu suara dari sang pria langsu
PAPA MUDA 30 AOleh: Kenong Auliya ZhafiraBerada terjepit antara dua hal yang bertolak belakang antara hati dan logika membuat akal kehilangan pikiran. Apalagi situasi mendukung gerak kaki tetap maju untuk menyuarakan isi hati agar bisa terbaca seketika membara. Menikmati keindahan begitu dekat semakin tampak alami kecantikan seseorang. Alsaki masih terus menatap wanita di depannya yang memasang wajah takut dan bingung. Akan tetapi, sedetik kemudian berubah sanjungan yang tersusun bercampur perasaan dalam hati."Aku baru sadar kalau kamu tetap cantik bagaimanapun ekspresi wajahmu, Ra ... pantas aja hatiku tertarik kian dalam padamu," pujinya berkali-kali mengagumi satu-satunya wanita yang kini menjadi penghuni hati. Wanita yang sadar menjadi objek utama sang pria hanya bisa menelan ludahnya susah payah. Kedua mata saling bertemu di satu titik seolah tersihir mantra cinta. "M-mas Al, mau ngapain?" Dyra tiba-tiba bertanya dengan suara terbata sembari menahan dada yang semakin berde
PAPA MUDA 30 BOleh: Kenong Auliya ZhafiraDyra seketika tersadar dari lamunan mencari jawaban yang tepat. "Em ... anu. Nggak dari mana-mana. Eh, habis dari toilet," jawabnya sambil merutuki kebodohan diri sendiri dalam hati.Pria yang tidak tahu lagi harus berpikir seperti apa hanya bisa menggeleng beberapa kali. Adrian tidak menyangka kalau wanita yang menjadi penghuni hati sang pemilik Gala Cell bisa salah tingkah karena satu pertanyaan biasa. Akan tetapi, ia kembali berpikir semua itu bukanlah urusannya."Ya udah. Lain kali hati-hati kalau jalan. Aku mau lanjut tugas di depan lagi. Kamu hari ini temani Gala aja sama Cantika. Entar Mas Al ngamuk lagi kalau ada apa-apa sama anaknya," ujarnya sebelum langkahnya benar-benar membawa raganya untuk kembali ke tempat yang seharusnya. Karena jam kerjanya masih harus menunggu langit menggelap."Makasih, Ri ...."Keduanya berjalan masing-masing menuju tempat berbeda. Seperti nasib asmara mereka yang memiliki jalan berbeda. Namun, meski begit
PAPA MUDA 31 AOleh: Kenong Auliya ZhafiraKepergian seseorang yang pernah memegang tertinggi dalam hidup dengan alasan konyol terkadang menyisakan luka. Bahkan luka itu bisa membekas kecewa karena segenap usaha untuk menahan hanya sebuah pembicaraan tanpa penyelesaian. Jadi sudah semestinya apabila hati tertutup rapat untuk kesempatan kedua. Meskipun kembali dengan irangan air mata penyesalan, tetap saja tidak mampu mengembalikan waktu yang terlanjur terbuang. Justru mengingatkan lagi akan luka lama yang telah dibasuh susah payah hingga tidak lagi perih. Alsaki masih menatap isi pesan yang menghiasi ponselnya. Jemarinya seakan kaku dan susah bergerak untuk membalasnya. Serasa masih ada nyeri yang membekas lama belum tuntas. "Haruskah aku membalas pesan ini? Sementara hari ini masih nyeri. Tapi, aku sudah berjanji pada Dyra akan menghadapi semuanya untuk mengobati segala kesakitan lalu," ucapnya sembari berpikir dengan logika. Ia ingin percaya tidak akan ada sisa jika menghadapi lan
PAPA MUDA 31 BOleh: Kenong Auliya ZhafiraMengendarai roda dua kesayangan untuk jarak tempuh yang tidak terlalu jauh membuat Alsaki sampai tujuan dengan cepat. Senyum lebar menghias sudut bibir begitu saja ketika pria berstatus papa muda itu memasuki rumah dengan semangat empat lima. "Assalamu'alaikum ...," sapanya setelah membuka pintu dan melangkah menuju ruang tamu. Sang ibu yang masih menemani cucu kesayangan menonton televisi menjawab lirih, "Wa'alaikumsalam ...."Alsaki ikut duduk sebentar untuk melihat wajah sang anak yang belum lelah jika menonton kartun favorit di salah satu televisi swasta. Akan tetapi, baru saja mendaratkan bokong di kursi, suara sang ibu membuatnya berdiri kembali. "Mandi dulu, Al. Baru ikut nonton TV sama anak. Kasian Gala, nanti bau keringat," larang wanita yang begitu sabar menyediakan bahunya untuk bersandar di setiap ada masalah. Karena memastikan kebahagiaan anak adalah tugas dan ketenangan orang tua. Bahkan bisa menemani dan menuntun sang anak t
PAPA MUDA 32 AOleh: Kenong Auliya ZhafiraCinta memang bisa menyulap hati manusia yang semula putih menjadi hitam, begitu juga sebaliknya. Semua itu tergantung ketahanan mental seseorang dalam menerima resiko ketika berkenalan dengan anugerah Tuhan yang katanya paling indah. Akan tetapi, keindahan itu juga bisa berubah menjadi sebuah kehancuran bagi pemujanya. Bahkan bisa membuat orang-orang itu terkungkung kebodohan. Kebodohan yang perlahan menghilangkan jati diri. Alsaki terus memikirkan ucapan wanita yang melahirkannya. Semua kemungkinan itu bisa saja terjadi. Kemungkinan di mana Arista melakukan banyak cara untuk bisa kembali. Karena nyatanya ia rela pergi meninggalkan keluarga demi sebuah mimpi menjadi penulis. Luka itu pun terlalu sulit diajak berdamai. Akan tetapi, semenjak mengenal sosok Andyra Arsha, luka yang masih membekas perlahan memudar. "Ibu nanti ingatkan aja kalau sampai itu terjadi. Aku tidak bisa menebak apa yang akan dia lakukan. Ini aja besok mau jemput Gala ke
PAPA MUDA 32 BOleh: Kenong Auliya ZhafiraKetika Arista meletakkan segala harapan hari esok lewat mimpi, di tempat lain ada wanita yang masih merayu malam untuk satu imipannya menjadi penulis. Ya, Dyra masih bergelut dengan aksara hingga terangkai cerita yang penuh makna. Meski masih sebatas cerita pendek, ia tetap berusaha menempatkan tanda baca sesuai kaidah. Karena keindahan sebuah cerita itu terletak pada kerapian tulisan dan rasa yang ingin disampaikan. "Kasih judul apa ya, yang pas ...." Sesekali bibir tipisnya berucap lirih ketika cerita yang ditulis menemukan akhir. Entah kenapa hatinya menuntun jemari untuk menuliskan perasaan yang mulai takut kehilangan akan seseorang yang belum menjadi siapa-siapa. Meskipun tahu ada persamaan rasa, tetapi bibir belum mampu ikrarkan kata. "Gimana kalau judulnya, Kita Bersama Doa ... kayaknya cocok sama isinya," ujarnya lagi bicara pada diri sendiri. Dyra tersenyum bahagia bisa menyelesaikan satu cerita. Semua hal yang terjadi hari ini, ia
PAPA MUDA 33 AOleh: Kenong Auliya ZhafiraMendengar sesuatu hal bisa saja itu bukanlah bagian kebenaran. Begitu juga sebaliknya, belum tentu apa yang kita lihat adalah kenyataan. Akan tetapi, terkadang manusia kerap mengambil salah satu tanpa mau menerima penjelasan dari salah satu sisi. Karena itulah sering memunculkan kecewa, sakit hati, dan berbagai pikiran negatif. Padahal jika mau duduk dan mendengarkan bisa saja mendapat kebenaran yang sejelas-jelasnya untuk hilangkan ribuan keraguan. Dyra mencoba menahan semua kecewanya dalam diam. Pemandangan dua pria beda usia di depannya tidak ingin merenggut akal sehat yang kini mulai terisi kegilaan tentang bayang wajah seorang Alsaki Mahendra. Ia memilih berbalik, menjauh dari area sekolah setelah selesai mengantar Cantika. Akan tetapi, langkahnya tiba-tiba berhenti mendengar suara seseorang yang kini terbiasa memanggil namanya. "Dyra! Tunggu!" Alsaki yang tidak sengaja menoleh ke belakang segera mempercepat langkahnya setelah memastik