PAPA MUDA 30 BOleh: Kenong Auliya ZhafiraDyra seketika tersadar dari lamunan mencari jawaban yang tepat. "Em ... anu. Nggak dari mana-mana. Eh, habis dari toilet," jawabnya sambil merutuki kebodohan diri sendiri dalam hati.Pria yang tidak tahu lagi harus berpikir seperti apa hanya bisa menggeleng beberapa kali. Adrian tidak menyangka kalau wanita yang menjadi penghuni hati sang pemilik Gala Cell bisa salah tingkah karena satu pertanyaan biasa. Akan tetapi, ia kembali berpikir semua itu bukanlah urusannya."Ya udah. Lain kali hati-hati kalau jalan. Aku mau lanjut tugas di depan lagi. Kamu hari ini temani Gala aja sama Cantika. Entar Mas Al ngamuk lagi kalau ada apa-apa sama anaknya," ujarnya sebelum langkahnya benar-benar membawa raganya untuk kembali ke tempat yang seharusnya. Karena jam kerjanya masih harus menunggu langit menggelap."Makasih, Ri ...."Keduanya berjalan masing-masing menuju tempat berbeda. Seperti nasib asmara mereka yang memiliki jalan berbeda. Namun, meski begit
PAPA MUDA 31 AOleh: Kenong Auliya ZhafiraKepergian seseorang yang pernah memegang tertinggi dalam hidup dengan alasan konyol terkadang menyisakan luka. Bahkan luka itu bisa membekas kecewa karena segenap usaha untuk menahan hanya sebuah pembicaraan tanpa penyelesaian. Jadi sudah semestinya apabila hati tertutup rapat untuk kesempatan kedua. Meskipun kembali dengan irangan air mata penyesalan, tetap saja tidak mampu mengembalikan waktu yang terlanjur terbuang. Justru mengingatkan lagi akan luka lama yang telah dibasuh susah payah hingga tidak lagi perih. Alsaki masih menatap isi pesan yang menghiasi ponselnya. Jemarinya seakan kaku dan susah bergerak untuk membalasnya. Serasa masih ada nyeri yang membekas lama belum tuntas. "Haruskah aku membalas pesan ini? Sementara hari ini masih nyeri. Tapi, aku sudah berjanji pada Dyra akan menghadapi semuanya untuk mengobati segala kesakitan lalu," ucapnya sembari berpikir dengan logika. Ia ingin percaya tidak akan ada sisa jika menghadapi lan
PAPA MUDA 31 BOleh: Kenong Auliya ZhafiraMengendarai roda dua kesayangan untuk jarak tempuh yang tidak terlalu jauh membuat Alsaki sampai tujuan dengan cepat. Senyum lebar menghias sudut bibir begitu saja ketika pria berstatus papa muda itu memasuki rumah dengan semangat empat lima. "Assalamu'alaikum ...," sapanya setelah membuka pintu dan melangkah menuju ruang tamu. Sang ibu yang masih menemani cucu kesayangan menonton televisi menjawab lirih, "Wa'alaikumsalam ...."Alsaki ikut duduk sebentar untuk melihat wajah sang anak yang belum lelah jika menonton kartun favorit di salah satu televisi swasta. Akan tetapi, baru saja mendaratkan bokong di kursi, suara sang ibu membuatnya berdiri kembali. "Mandi dulu, Al. Baru ikut nonton TV sama anak. Kasian Gala, nanti bau keringat," larang wanita yang begitu sabar menyediakan bahunya untuk bersandar di setiap ada masalah. Karena memastikan kebahagiaan anak adalah tugas dan ketenangan orang tua. Bahkan bisa menemani dan menuntun sang anak t
PAPA MUDA 32 AOleh: Kenong Auliya ZhafiraCinta memang bisa menyulap hati manusia yang semula putih menjadi hitam, begitu juga sebaliknya. Semua itu tergantung ketahanan mental seseorang dalam menerima resiko ketika berkenalan dengan anugerah Tuhan yang katanya paling indah. Akan tetapi, keindahan itu juga bisa berubah menjadi sebuah kehancuran bagi pemujanya. Bahkan bisa membuat orang-orang itu terkungkung kebodohan. Kebodohan yang perlahan menghilangkan jati diri. Alsaki terus memikirkan ucapan wanita yang melahirkannya. Semua kemungkinan itu bisa saja terjadi. Kemungkinan di mana Arista melakukan banyak cara untuk bisa kembali. Karena nyatanya ia rela pergi meninggalkan keluarga demi sebuah mimpi menjadi penulis. Luka itu pun terlalu sulit diajak berdamai. Akan tetapi, semenjak mengenal sosok Andyra Arsha, luka yang masih membekas perlahan memudar. "Ibu nanti ingatkan aja kalau sampai itu terjadi. Aku tidak bisa menebak apa yang akan dia lakukan. Ini aja besok mau jemput Gala ke
PAPA MUDA 32 BOleh: Kenong Auliya ZhafiraKetika Arista meletakkan segala harapan hari esok lewat mimpi, di tempat lain ada wanita yang masih merayu malam untuk satu imipannya menjadi penulis. Ya, Dyra masih bergelut dengan aksara hingga terangkai cerita yang penuh makna. Meski masih sebatas cerita pendek, ia tetap berusaha menempatkan tanda baca sesuai kaidah. Karena keindahan sebuah cerita itu terletak pada kerapian tulisan dan rasa yang ingin disampaikan. "Kasih judul apa ya, yang pas ...." Sesekali bibir tipisnya berucap lirih ketika cerita yang ditulis menemukan akhir. Entah kenapa hatinya menuntun jemari untuk menuliskan perasaan yang mulai takut kehilangan akan seseorang yang belum menjadi siapa-siapa. Meskipun tahu ada persamaan rasa, tetapi bibir belum mampu ikrarkan kata. "Gimana kalau judulnya, Kita Bersama Doa ... kayaknya cocok sama isinya," ujarnya lagi bicara pada diri sendiri. Dyra tersenyum bahagia bisa menyelesaikan satu cerita. Semua hal yang terjadi hari ini, ia
PAPA MUDA 33 AOleh: Kenong Auliya ZhafiraMendengar sesuatu hal bisa saja itu bukanlah bagian kebenaran. Begitu juga sebaliknya, belum tentu apa yang kita lihat adalah kenyataan. Akan tetapi, terkadang manusia kerap mengambil salah satu tanpa mau menerima penjelasan dari salah satu sisi. Karena itulah sering memunculkan kecewa, sakit hati, dan berbagai pikiran negatif. Padahal jika mau duduk dan mendengarkan bisa saja mendapat kebenaran yang sejelas-jelasnya untuk hilangkan ribuan keraguan. Dyra mencoba menahan semua kecewanya dalam diam. Pemandangan dua pria beda usia di depannya tidak ingin merenggut akal sehat yang kini mulai terisi kegilaan tentang bayang wajah seorang Alsaki Mahendra. Ia memilih berbalik, menjauh dari area sekolah setelah selesai mengantar Cantika. Akan tetapi, langkahnya tiba-tiba berhenti mendengar suara seseorang yang kini terbiasa memanggil namanya. "Dyra! Tunggu!" Alsaki yang tidak sengaja menoleh ke belakang segera mempercepat langkahnya setelah memastik
PAPA MUDA 33 BOleh: Kenong Auliya ZhafiraWanita yang mulai sadar bahwa kesimpulannya salah seketika meredam sendiri amarahnya. Dyra baru tahu kebodohannya karena mementingkan perasaan sendiri tanpa mau memberi kesempatan orang lain menjelaskan. Harusnya dari kejadian spesial beberapa hari lalu bisa dijadikan pertanda ada rasa yang sama, tetapi kenyataannya semua itu masih harus dicurangi oleh ketidakpercayaan. Hingga nyaris menenggelamkan kapal impian yang berlayar menuju kebahagiaan. Mungkin inilah konsekuensi dari hubungan yang belum bernama, hanya bisa mengandalkan perasaan. "Jadi ... Mas Al nggak balikan sama Mbak Arista? Cuma mau memberi waktu buat mereka dekat? Terus keadaan Gala gimana? Apa dia nggak kaget kalau tiba-tiba bertemu dengan mamanya?" tanya Dyra sembari memikirkan banyak kemungkinan yang terjadi. Karena tidak semua pertemuan itu meninggalkan kesan, bisa saja hanya sebagai bentuk sopan santun. Apalagi untuk bocah seusia Gala yang baru duduk di taman kanak-kanak
PAPA MUDA 34 A Oleh: Kenong Auliya Zhafira Bertemu kembali dengan seseorang yang dulu menjadi salah satu alasan memilih pergi terkadang menyisakan beberapa ketakutan. Takut hal itu memberikan luka yang membuat trauma secara mental. Apalagi jika yang menghadapi itu adalah bocah berusia lima tahunan. Kemungkinan besarnya adalah ingatan tentang wanita yang melahirkannya bisa lenyap termakan waktu. Apalagi kapasitas kepala dalam mengingat luka pasti ada pencapaian batasnya. Arista masih saja terjebak dengan segala pemikirannya yang semakin menciutkan nyali untuk mendekat dan memeluk. Terlalu sakit rasanya jika kedatangan dirinya tidak mendapat sambutan pelukan hangat. Akan tetapi, bukan Arista namanya jika menyerah karena keadaan. Pelan tapi pasti dirinya mengalah mendekatkan diri ke arah bocah yang wajahnya bagaikan pinang dibelah dua dengan Alsaki. Wajah mungil itu banyak berubah setelah waktu berlalu begitu lama. "Sayang ... ini Mama. Apa Gala tidak ingin memeluk Mama?" ucap Arist