PAPA MUDA 27 AOleh: Kenong Auliya ZhafiraTerkadang untuk menyembuhkan lara hati tidak harus dengan menghindar atau bersembunyi. Menghadapi adalah sikap terbaik untuk membiasakan perih menjadi sebuah rasa yang tidak lagi menyiksa jiwa. Bergandengan mesra bersama luka lalu akan lebih menguatkan jejak kaki untuk tetap bertahan dan berdiri di antara duri-duri tanpa penyesalan.Wanita yang masih memahami hatinya sendiri dan pria di depannya hanya bisa menatap penuh tanya. Sikap bak langit hujan tanpa mendung sungguh bagaikan harapan yang bimbang harus sedih atau bahagia. Akan tetapi, Dyra segera mengingat kembali kedekatan sebelum peristiwa itu menggoreskan luka."Mungkin dengan saling sapa dan terlihat baik-baik saja akan mengurangi rasa bersalah. Selain itu, aku juga bisa menunggu keadaan hati Mas Al masih terjebak atau terbebas dari belenggu bayang Mbak Arista. Tidak ada salahnya bersikap biasa, daripada harus menerka perasaan sendirian," batinnya lagi sambil menatap pria yang kini t
PAPA MUDA 27 BOleh: Kenong Auliya ZhafiraBerteman angin siang hari memberi kesan berbeda. Meski terasa sejuk tapi panas matahari masih mencoba menunjukkan keberadaannya. Persis seperti hatinya yang kadang dingin tapi ingin tetap merasakan kehangatan kasih sayang. Bahkan bisa berduaan setelah kejadian kemarin cukup memanaskan dada yang riuh ribuan debaran. "Begonya aku baru menyadari kalau hati ini masih bisa merasakan getaran penuh debar bersama wanita. Kenapa selama ini aku menutup rapat hati untuk rasa yang diagungkan Tuhan. Giliran terbuka harus mengalami uji coba yang cukup menyita kesabaran," batinnya yang terbawa suasana selama berkendara. Hampir sepuluh menit berlalu, akhirnya mereka sampai di depan sekolah berstatus Islam terpadu. Bangunan bercat orange dan hijau menjadikan suasana cerah untuk anak-anak. "Kok, masih sepi? Apa belum waktunya pulang?" ucap Dyra sembari mengedarkan pandang ke gerbang sekolah. "Mas Al nggak salah waktu, kan?" tanyanya lagi pada pria yang memi
PAPA MUDA 28 AOleh: Kenong Auliya ZhafiraPenyesalan memang selalu datang terlambat dan menakutkan. Terlalu mengerikan jika merindukan sesuatu yang telah jauh terlewat dan terkubur bersama kenangan. Sedangkan waktu semakin bijak untuk terus maju ke depan tanpa memikirkan lagi detik yang terbuang. Wanita yang baru menyadari tidak ada pria sebaik dan segila Alsaki terus menatap pemandangan hina bertabur mesra tersebut tanpa berkedip. "Dulu hanya aku yang menjadi satu-satunya wanita yang sering mendapatkan bibir itu. Bahkan hingga menghadirkan malaikat kecil yang tidak berdosa. Tapi, sekarang kamu udah bisa menikmati bibir lainnya. Andai aku yang berada di sana?" ucapnya seakan tidak rela pria yang dulu begitu berarti telah mendapatkan ganti. Ya, Arista masih saja menatap semua itu dari jauh. Ada nyeri yang tiba-tiba menusuk dada. Niat hati ingin melihat sang buah hati dari jauh malah disuguhkan pemandangan yang membuka kenangan lama. Sakit? Pasti. Karena rasa itu masih ada. Kesalaha
PAPA MUDA 28 BOleh: Kenong Auliya ZhafiraAlsaki seketika kesulitan menelan ludahnya sendiri. Menerima pertanyaan konyol tapi benar kerap membuat kepalanya berpikir keras mencari jawaban. Akan tetapi, bukan jawaban yang hanya asal keluar dari bibir. Karena seusia Gala sedang berasa di fase ingin tahu. Jadi, wajar jika mencari alasan yang bisa membuatnya mengerti dengan mudah. "Sayang ...." Pria bergelar papa muda itu mendekat sambil mengusap lengan kecil sang anak, lalu mengenggam erat jemari yang ukurannya lebih kecil. "Papa sama Kak Dyra nggak musuhan, kok ... Papa juga nggak bertengkar. Iya, memang sempat punya salah, tapi Papa udah minta maaf barusan sambil main ayunan," jelasnya lagi dengan suara selembut mungkin. Hal itu sukses menerbitkan senyum paling manis di wajah mungilnya. "Papa hebat mau minta maaf jika berbuat salah," jawabnya bangga. "Kan, Gala yang pernah kasih tahu mantra ajaib itu. Ya, Papa gunakan dong ...." Alsaki sengaja melirik wanita yang tengah mencuri deng
PAPA MUDA 29 AOleh: Kenong Auliya ZhafiraBertemu tepat di depan mata dengan seseorang yang menorehkan luka dalam bukanlah hal mudah. Butuh kesiapan mental agar hati tidak lagi terpental oleh kesalahan yang sempat mengunci hatinya penuh rasa brutal. Setelah sekian tahun mencoba mempertahankan kapal tanpa penumpang, sekarang tiba-tiba kedatangan orang yang mendorong perahu tanpa layar. Alsaki masih terus berpikir dirinya berhak menentukan kisahnya sendiri setelah kepergian wanita di depannya tanpa permisi. Bukannya hati menyimpan dendam, tetapi diri sudah terbiasa sendiri. "Pulanglah ... jangan pernah bertanya tentang Gala! Bukankah ucapanku dulu sudah jelas saat kakimu tetap memilih pergi? Kejarlah terus mimpimu, jangan hiraukan keadaan kami. Selama ini kami baik-baik saja tanpamu." Pria bergelar papa muda itu akhirnya mampu membuka bibirnya dan mengatakan apa yang selama ini mengganjal hati. "Ah, ya, satu lagi ... jangan pernah mimpi untuk mendekati kami. Aku tidak mau Gala tahu
PAPA MUDA 29 BOleh: Kenong Auliya ZhafiraDi taman belakang konter, pria yang baru saja menolak kehadiran masa lalu tengah berdiri sambil tersenyum menyaksikan kedekatan Dyra dengan anak dan keponakannya. Keakraban mereka sungguh menarik bangga yang berujung memuja. Entah kenapa ada satu keyakinan jika wanita yang kini tengah tertawa begitu bahagia itu akan menjadi bagian hidupnya setelah kehilangan setengah kewarasannya. "Andai aja kamu benar-benar mau menjadi Mama untuk Gala ... mungkin kamu tidak perlu melihat kejadian seperti tadi. Ternyata rasa sabar untuk mendapatkan hati dan cintamu pun diperlukan kesungguhan yang nyata. Maafkan aku, Ra, jika tadi menyuruhmu pergi. Aku hanya tidak ingin kamu terluka karena melihat hal yang membuatku masih kesakitan," lirihnya dipenuhi rasa bersalah dan canggung. Alsaki perlahan mendekat dan duduk di sebelah wanita yang turut sibuk mewarnai seperti anak kecil. Namun, tetap terlihat cantik di matanya. "Ehem!" Satu suara dari sang pria langsu
PAPA MUDA 30 AOleh: Kenong Auliya ZhafiraBerada terjepit antara dua hal yang bertolak belakang antara hati dan logika membuat akal kehilangan pikiran. Apalagi situasi mendukung gerak kaki tetap maju untuk menyuarakan isi hati agar bisa terbaca seketika membara. Menikmati keindahan begitu dekat semakin tampak alami kecantikan seseorang. Alsaki masih terus menatap wanita di depannya yang memasang wajah takut dan bingung. Akan tetapi, sedetik kemudian berubah sanjungan yang tersusun bercampur perasaan dalam hati."Aku baru sadar kalau kamu tetap cantik bagaimanapun ekspresi wajahmu, Ra ... pantas aja hatiku tertarik kian dalam padamu," pujinya berkali-kali mengagumi satu-satunya wanita yang kini menjadi penghuni hati. Wanita yang sadar menjadi objek utama sang pria hanya bisa menelan ludahnya susah payah. Kedua mata saling bertemu di satu titik seolah tersihir mantra cinta. "M-mas Al, mau ngapain?" Dyra tiba-tiba bertanya dengan suara terbata sembari menahan dada yang semakin berde
PAPA MUDA 30 BOleh: Kenong Auliya ZhafiraDyra seketika tersadar dari lamunan mencari jawaban yang tepat. "Em ... anu. Nggak dari mana-mana. Eh, habis dari toilet," jawabnya sambil merutuki kebodohan diri sendiri dalam hati.Pria yang tidak tahu lagi harus berpikir seperti apa hanya bisa menggeleng beberapa kali. Adrian tidak menyangka kalau wanita yang menjadi penghuni hati sang pemilik Gala Cell bisa salah tingkah karena satu pertanyaan biasa. Akan tetapi, ia kembali berpikir semua itu bukanlah urusannya."Ya udah. Lain kali hati-hati kalau jalan. Aku mau lanjut tugas di depan lagi. Kamu hari ini temani Gala aja sama Cantika. Entar Mas Al ngamuk lagi kalau ada apa-apa sama anaknya," ujarnya sebelum langkahnya benar-benar membawa raganya untuk kembali ke tempat yang seharusnya. Karena jam kerjanya masih harus menunggu langit menggelap."Makasih, Ri ...."Keduanya berjalan masing-masing menuju tempat berbeda. Seperti nasib asmara mereka yang memiliki jalan berbeda. Namun, meski begit