Dalam suatu kunjungan ke rumahnya, Happy kaget melihat Charlie berjalan tertatih setengah mati.
„Kaki lu kenapa?“
„Ssssh.... Keram,“ Charlie mendesis. Mimiknya menunjukkan rasa perih karena menahan sakit.
„Kenapa bisa kram?“
„Ketarik urat.“
„Ya ampun,“ rekannya menunjukkan mimik prihatin. „Kenapa nggak diurut aja? Diurut itu penting lho buat kesehatan.“
„Gue juga maunya gitu,“ kata Charlie dengan badannya yang terbuka karena kondisi di dalam rumah memang panas.
„Dulu gue gak jago ngurut lho.“
„Sekarang?“
„Tetap gak bisa.“
Menyebalkan. Tak lama kemudian Charlie menjerit karena sengatan kram.
„Gue sekarang bisa ngurut tapi nggak jago. Gue bantu lu ngurut deh,“ akhirnya Happy tidak tega juga.
Charlie jelas tidak punya pilihan lain. Ia menyetujui usulan itu dan menunjukkan dimana bisa mendapatkan minyak kelapa dan miny
„Oh ini Papa lagi pijit. Kasihan Mamamu dia perlu dipijit.“ „Masa?“ „Iya. Bener.“ “Lichelle bukan anak kecil lagi. Itu bekas lipstik Mama ada dimana-mana di muka Papa. Tunggu keq. Sebentar lagi kan sampe di rumah.“ Ketiganya tertawa terbahak dan mobil pun mulai beranjak pergi. Keindahan malam itu agak sedikit terusik bagi Lichelle gara-gara sebuah postingan di sebuah medsos. Postingan gambar yang menunjukkan BJ dan Maura tengah dinner bersama yang ternyata mereka pernah lakukan. Ini bikin Maura mikir apakah BJ ternyata jadian dengan Maura? Ia jelas galau. Apakah BJ mengerjainya? Ia jealous juga. Panas. Tapi pantaskah ia bersikap begitu sementara hubungan keduanya belum sepenuhnya mereka resmi sebagai sepasang kekasih? Ataukah ia untuk sementara ini menunggu saja dulu? Betul. Semua perasaan itu sebetulnya terjadi karena sikap ‚penge
BJ manggut-manggut. Minel di pelukannya sudah mulai mengantuk dan sebentar lagi tertidur. Sempat mengatur nafas sesaat, Lichelle kemudian mulai berbicara. “Ada alasan lain kenapa aku main ke sini. Ada yang perlu aku omongin.” Ketika Lichelle ber-aku-dan-kamu, BJ tahu ada hal penting yang mau disampaikan. “Apa itu?” “Pertama,” Lichelle menarik nafas. “Soal Maura. Gue lihat dia posting gambar waktu dinner. Dinner dengan.... lu.” BJ tersenyum. Lebar. “It’s nothing. Aku diajak makan dan sulit untuk nolak.” “Tapi.... kamu.... you know.... Apakah kamu ada.... hati?” Senyum BJ melebar. “Nggak.” “Jawab jujur.” “Memang nggak.” “Kenapa? Dia manis. Lebih manis dari gue.” “Itu karena sedang menununggu jawaban doa dari Tuhan untuk seorang gadis yang lain.” Ganti kini Lichelle yang tersenyum lebar. “Hal kedua yang gue mau sampein adalah ini.”
“Izinkan aku, Lichelle. Izinkanku mencintaimu dengan segala ketulusan yang kumiliki. Memperbaiki kesalahan yang telah kulakukan karena menyakitimu.“ „I trust you, BJ.“ Lichelle makin tak tahan. “I trust you.“ “Permisiiiii,“ sebuah suara merdu terdengar dari depan rumah merangkap toko itu. Emak yang berjaga di sana melangkah ke depan toko untuk melihat siapa yang datang. Meyakini bahwa Lichelle sungguh-sungguh dengan ucapannya, BJ mendekatkan diri dan mengecup kening dalam gerakan paling hati-hati dan sopan yang ia pernah lakukan seumur hidupnya. Kembali, nuansa bahagia mengalir ke setiap relung hati Lichelle seiring mendaratnya kecupan nan lembut tadi. „Thank you, Lies. Kamu terlalu banyak membantu. Abah pun kamu bantu untuk jadi interpreter di proyek Papamu.“ „Karena kamu bicara soal proyek Papa, aku mau sampaikan perkembangan terbaru. Aku sama Mama juga sepakat, kami gak setuju Papa deal bisnis
„Mereka pernah kencan?“ „Gue pernah gak sengaja dengar omongan BJ. Sama Lichelle, iya. Pernah. Tapi sama Maura nggak tau tuh.“ „Sama Maura sih BJ pernah dinner bareng. Gue pernah liat status medsos Maura. Jadi, BJ pasti sekarang di simpang jalan. Dia belum milih siapa yang jadi ceweknya lho. Dan mendadak, di saat mau nyatain isi hati ke Lichelle, mendadak muncul pilihan kedua.“ „Oh gitu?“ Dedot dan Happy mengangguk-angguk. „Beruntung banget si BJ. Lantas kapan kita-kita juga punya gebetan?“ „Gue sih nggak mikir gitu,“ kata Dedot. „Apa yang lu pikir?“ „Yang ada dalam pikiran gue adalah, cara untuk dapet muntahannya. Kalo BJ udah milih salah satu, mau deh gue dapetin yang lagi patah hati. Teknik meraih hati gadis yang habis di-PHP harus gue kuasain. Hehe....“ Walau disampaikan seorang Dedot yang mereka tahu IQ-nya terkadang w
„Ya udah, supaya berimbang elo jangan ceritain pengalaman gue juga“ „Pengalaman? Yang mana?“ „Satu-satunya pengalaman buruk gue yang elo udah tau itu lho.“ „Satu-satunya pengalaman buruk elo? Mmmm.... yang mana ya?“ „Koq bisa lupa?“ „Oooohhh.... waktu elo nge-gap gue nyium Mak Romlah?“ „Bukan.“ „Nyium nyai Munaroh?“ „Bukan.“ „Mbok Surti?“ „Bukan.“ „Encim Acui?“ „Bukan.“ „Eyang Oni?“ „Bukan.“ „Oma Fani?“ „Bukan.“ „Nyerah.“ „Yang sama Mbah Uti.“ „Ohhh....“ „Inget kan? Itu satu-satunya pengalaman buruk gue nyium orang beda umur.“ „Dasar maniak lu. Itu sih bukan pengalaman satu-satunya! Coba lu itung, udah berapa orang uzur yang elo cium! Tadi gue hitung sih ada seratus dua puluh lima orang yang udah bau tanah yang elo cium.“ „Ngaco. Hehe, emang gue demen sama yang udah tua.“ Akhirnya
Kondisi itu membuat Charlie sebal. Sewaktu ia mengomel-ngomel sehabis memarkir mobilnya mendadak ada orang memanggil dari arah lokasi parkir motor. Dia terkejut bercampur senang melihat ada BJ, Happy dan Dedot di sana. Mereka bertiga membawa motor sendiri-sendiri dan mengingat kasus curanmor alias pencurian kendaraan motor sedang marak, masing-masing mengunci motor dengan pengunci tambahan. BJ memakai kunci tambahan berupa gembok di rem cakram. Happy menggunakan garpu besi di roda depan. Dedot mengunci roda belakang dengan cara motornya dibebat menggunakan rantai besi hingga ke jok motor. Tiga temannya hanya bisa menggeleng kepala melihat cara Dedot membebat laiknya orang membebat menggunakan stagen. Berbarengan keempatnya masuk ke lokasi acara. Saat itu sudah banyak para undangan yang hadir yang umumnya dari kelas 11 IPA dan IPS. * Dengan mobil yang dikendarai, Bayu menghampiri sebuah halte. T
Bukan hanya dekorasi fisiknya tapi juga teknis acara plus personel yang diturunkan. Seragam yang dikenakan sangat serasi, bahkan petugas security nya pun dalam galaknya saja masih terasa sangat ramah. Oom Michael, pamannya Lichelle, yang menyediakan tempat gratis demi sang keponakan pun ikut puas karena EO-nya profesional. Mereka juga tidak menyelenggarakan aneka permainan nyeleneh yang terkadang cenderung melewatin batas etika dan kepantasan. Seperti sudah diduga Happy sudah langsung menempati posisi di tempat yang tak jauh dari meja makan. Jadi selama acara tangannya rajin sekali mencomot kesana-kemari. BJ mulai malu karena petugas katering sudah mulai mengawasi ulahnya. Wajar memang kalau Happy diawasi. Mulut anak itu sibuk terus mengunyah aneka makanan dan menyeruput macam-macam minuman. Bosan menegur Happy, BJ akhirnya capek sendiri. Ia jadi cuek dan lebih suka melihat tontonan di panggung. Diabaikan seperti itu ma
Muka BJ mendadak merah. "Maura mana?" BJ yang mulai bisa menguasai diri akhirnya mulai bisa bertanya. "Belum dateng. Nah lu sendiri gimana? Kok cuma lu berdua? Biasanya ada Charlie sama Happy juga. Pada kemana mereka?" "Happy udah dari tadi pergi ke toilet akibat salah makan. Celamitan sih,“ jawab Dedot. “Charlie ikut buat nemenin," BJ menyambung. "Nemenin buat apa?" "Takutnya Happy nggak tau jalan pulang." Canda kecil itu membuat Lichelle terkikik. “Beningnya lu, Lichelle,” puji Dedot. BJ yang sudah beradaptasi mulai muncul isengnya. “Iya, beningnya pake banget.” “Muji mulu ah,” kata Lichelle agak malu. “Tapi lu juga keren, Dot.“ BJ ganti memuji Dedot. “Dengan tampilan rapi gini, lu kayak aktor Dan Stevens. Tau kan waktu dia main bareng Emma Watson?” “Makasih.” Hidung Dedot serasa berkembang