„Mereka pernah kencan?“
„Gue pernah gak sengaja dengar omongan BJ. Sama Lichelle, iya. Pernah. Tapi sama Maura nggak tau tuh.“
„Sama Maura sih BJ pernah dinner bareng. Gue pernah liat status medsos Maura. Jadi, BJ pasti sekarang di simpang jalan. Dia belum milih siapa yang jadi ceweknya lho. Dan mendadak, di saat mau nyatain isi hati ke Lichelle, mendadak muncul pilihan kedua.“
„Oh gitu?“
Dedot dan Happy mengangguk-angguk.
„Beruntung banget si BJ. Lantas kapan kita-kita juga punya gebetan?“
„Gue sih nggak mikir gitu,“ kata Dedot.
„Apa yang lu pikir?“
„Yang ada dalam pikiran gue adalah, cara untuk dapet muntahannya. Kalo BJ udah milih salah satu, mau deh gue dapetin yang lagi patah hati. Teknik meraih hati gadis yang habis di-PHP harus gue kuasain. Hehe....“
Walau disampaikan seorang Dedot yang mereka tahu IQ-nya terkadang w
„Ya udah, supaya berimbang elo jangan ceritain pengalaman gue juga“ „Pengalaman? Yang mana?“ „Satu-satunya pengalaman buruk gue yang elo udah tau itu lho.“ „Satu-satunya pengalaman buruk elo? Mmmm.... yang mana ya?“ „Koq bisa lupa?“ „Oooohhh.... waktu elo nge-gap gue nyium Mak Romlah?“ „Bukan.“ „Nyium nyai Munaroh?“ „Bukan.“ „Mbok Surti?“ „Bukan.“ „Encim Acui?“ „Bukan.“ „Eyang Oni?“ „Bukan.“ „Oma Fani?“ „Bukan.“ „Nyerah.“ „Yang sama Mbah Uti.“ „Ohhh....“ „Inget kan? Itu satu-satunya pengalaman buruk gue nyium orang beda umur.“ „Dasar maniak lu. Itu sih bukan pengalaman satu-satunya! Coba lu itung, udah berapa orang uzur yang elo cium! Tadi gue hitung sih ada seratus dua puluh lima orang yang udah bau tanah yang elo cium.“ „Ngaco. Hehe, emang gue demen sama yang udah tua.“ Akhirnya
Kondisi itu membuat Charlie sebal. Sewaktu ia mengomel-ngomel sehabis memarkir mobilnya mendadak ada orang memanggil dari arah lokasi parkir motor. Dia terkejut bercampur senang melihat ada BJ, Happy dan Dedot di sana. Mereka bertiga membawa motor sendiri-sendiri dan mengingat kasus curanmor alias pencurian kendaraan motor sedang marak, masing-masing mengunci motor dengan pengunci tambahan. BJ memakai kunci tambahan berupa gembok di rem cakram. Happy menggunakan garpu besi di roda depan. Dedot mengunci roda belakang dengan cara motornya dibebat menggunakan rantai besi hingga ke jok motor. Tiga temannya hanya bisa menggeleng kepala melihat cara Dedot membebat laiknya orang membebat menggunakan stagen. Berbarengan keempatnya masuk ke lokasi acara. Saat itu sudah banyak para undangan yang hadir yang umumnya dari kelas 11 IPA dan IPS. * Dengan mobil yang dikendarai, Bayu menghampiri sebuah halte. T
Bukan hanya dekorasi fisiknya tapi juga teknis acara plus personel yang diturunkan. Seragam yang dikenakan sangat serasi, bahkan petugas security nya pun dalam galaknya saja masih terasa sangat ramah. Oom Michael, pamannya Lichelle, yang menyediakan tempat gratis demi sang keponakan pun ikut puas karena EO-nya profesional. Mereka juga tidak menyelenggarakan aneka permainan nyeleneh yang terkadang cenderung melewatin batas etika dan kepantasan. Seperti sudah diduga Happy sudah langsung menempati posisi di tempat yang tak jauh dari meja makan. Jadi selama acara tangannya rajin sekali mencomot kesana-kemari. BJ mulai malu karena petugas katering sudah mulai mengawasi ulahnya. Wajar memang kalau Happy diawasi. Mulut anak itu sibuk terus mengunyah aneka makanan dan menyeruput macam-macam minuman. Bosan menegur Happy, BJ akhirnya capek sendiri. Ia jadi cuek dan lebih suka melihat tontonan di panggung. Diabaikan seperti itu ma
Muka BJ mendadak merah. "Maura mana?" BJ yang mulai bisa menguasai diri akhirnya mulai bisa bertanya. "Belum dateng. Nah lu sendiri gimana? Kok cuma lu berdua? Biasanya ada Charlie sama Happy juga. Pada kemana mereka?" "Happy udah dari tadi pergi ke toilet akibat salah makan. Celamitan sih,“ jawab Dedot. “Charlie ikut buat nemenin," BJ menyambung. "Nemenin buat apa?" "Takutnya Happy nggak tau jalan pulang." Canda kecil itu membuat Lichelle terkikik. “Beningnya lu, Lichelle,” puji Dedot. BJ yang sudah beradaptasi mulai muncul isengnya. “Iya, beningnya pake banget.” “Muji mulu ah,” kata Lichelle agak malu. “Tapi lu juga keren, Dot.“ BJ ganti memuji Dedot. “Dengan tampilan rapi gini, lu kayak aktor Dan Stevens. Tau kan waktu dia main bareng Emma Watson?” “Makasih.” Hidung Dedot serasa berkembang
Tidak melanjutkan sekolah, berarti susah dapat kerjaan. Susah dapat kerjaan, berarti susah dapat jodoh. Susah dapat jodoh, berarti para jomblowan akan makin keleran di seantero negeri dan akan jadi preman di segala tempat mereka berada akibat status mereka yang ‘tidak laku’. Jadi kasus radang tenggorokan Maura ini bukan masalah sederhana. Ia bisa berdampak pada penambahan para jomblo kategori tak laku-laku di seluruh negeri. Mengerikan sekali bukan? Iyalah, ini jauh lebih mengerikan daripada tsunami Aceh tahun 2004 – well, setidaknya begitulah yang ada dalam benak Dedot. “Berarti ini kasus darurat. Dan gue kalo nggak bisa lanjut sekolah, mendingan gue kawin aja dah,” ucap Dedot yang akhirnya mengungkap ketakutannya. Sekilas terlihat putus asa tapi sebetulnya ngarep dot com alias berharap. “J, coba lu juga cari akal dong.” BJ berpikir keras mengenai obat apa yang cocok untuk Maura. Matanya nanar menatapi deretan buah-buahan di
Usulan itu sekilas sepertinya cerdas. Tapi begitu mengetahui dua judul lagu yang akan dinyanyiin, usulan itu langsung dibuang Dedot jauh-jauh karena lagunya tidak ia hafal liriknya. "Apa penampilan lu mau dibatalin aja?” Maura menggeleng sambil mengebas tangan. “Hahh-nghan." Dedot berpikir keras sebe
BJ masih mau protes tapi Lichelle sudah terburu masuk. Gadis itu mengawali dengan lengkingan vokal murni tanpa iringan musik. ‘Lately I’ve been, I’ve been losing sleep. Dreamin’ about the things that we could be.” BJ terperangah. Dengan sudah masuknya Lichelle di chorus, BJ jelas tak punya pilihan lain. Ia langsung bersiap di keyboard yang menjadi bagiannya. “But baby I’ve been, I’ve been prayin’ hard. Said no more counting dollars. We’ll be counting stars. Yeah, we’ll be counting stars.’ Saatnya BJ beraksi. Dentang-denting keyboard mulai mengalun. Mengiringi intro lagu yang memang ikonik itu. Selain karena keyboardnya yang canggih, olah vokal Lichelle memang di atas Maura. Perpaduan dua hal tadi membuat BJ tak terhalang untuk menampilkan permainan keyboard terbaiknya. Memang mereka nyaris tersendat di bait pertama tapi de
Tapi sewaktu BJ toss tangan dengan Happy, ia kaget karena merasa ada sesuatu di telapak tangannya. “Lu nyelipin apaan? Duit?” tanyanya yang belum melepas toss dengan Happy. Sambil menahan tangan BJ, Happy terlihat seperti menahan senyum. "Kalo duit kan udah dapet. Ini lain, Bro." Dedot juga tak menjawab pertanyaan BJ tadi. “Itu dari penggemar lu, J. Dia duduk paling depan bangku sebelah kiri.” Begitu sudah melepas telapak tangan dengan Happy, BJ baru tahu bahwa benda itu ternyata kunci kamar hotel. "Apa nih maksudnya?" "Hebat kali kau! Kau sudah langsung dapet penggemar nih. Cepatlah kau temui dia sekarang," cetus Happy yang logat Bataknya mendadak muncul begitu saja. "Ketemu gue? Di mana?" tanya BJ lugu. "Di kamarnya lah. Tuh, dia udah kasih kunci kamarnya ke lu. Masa' nggak ngeh?" Dedot tersenyum-senyum. BJ terperanjat. "D-di kamar hotel?" "Sssssh, k