Lichelle bisa merasa bahwa tangan BJ bergetar. Tapi tak ada waktu untuk menanyakan atau kepo hal itu. Pula tak ada waktu untuk berpikir hal lain. Musik sudah makin mengalun dan mereka harus mulai bergerak.
‘Yeah, you get that yummy yum. That yummy-yum, that yummy-yummy. Say the word, on my way. Yeah babe, yeah babe.‘
Dalam posisi melenggok, BJ melangkahkah kaki kiri dua kali ke arah kiri dan kemudian berhenti. Langkah ini dibarengi Lichelle dengan kaki kanan bergerak dua kali melangkah ke kanan. Saat BJ berhenti melangkah ia juga berhenti. Berikutnya, BJ bergerak ke arah berlawanan dan Lichelle pun mengikuti. Gerak satu-dua-stop ke kiri dan kanan berlanjut sesuai dengan prinsip dasar slow dance yang kebetulan mereka berdua sudah sangat tahu. Setelah mulai terbiasa, Lichelle memberi aba-aba dan mereka melakukan variasi pertama. Dari gerakan dan kelenturan tubuh Lichelle bisa menilai bahwa BJ memang bukan newbie
Maura yang baru saja datang dan kini ada di belakang Lichelle bisa ikut menguping ketika mendengar BJ yang berteriak kesenangan di ujung telpon sana. Suara BJ bisa cukup terdengar karena mereka berdua berada di kelas yang suasananya sepi. Mengenai band, Maura juga tahu keberadaan atau rencana pembentukannya karena Lichelle dalam dua pertemuan sempat menyinggungnya. Bagi Maura itu hal yang bagus dan ia siap membantu manakala dibutuhkan.“Makasih banget, Lies. Kita bakal jadi grup band yang hebat dengan kehadiran kamu sebagai vokalis.”“Jangan terlalu muji. Beban mental tauk.”“Menurut gue, beban mental kami berkurang dengan kehadiran kamu.”“Muji teruuuuss…”“OK, itu aja yang gue mau sampein. Sekali lagi thank you. Bye.”“Bye, mmuuuahhh….”Pembicaraan telpon pun berakhir. Dan sedetik sehabis telpon dimatikan, Lichelle tersadar. Mengapa i
“Bayu? Kok bawa mobilnya begitu? Hampir gue celaka.”Bukannya meminta maaf, Bayu malah langsung berbicara dengan intonasi tinggi.“J, lu bener-bener nggak suka orang lain seneng ya? Mau ngerusak rencana gue?”Ekspresi tidak mengerti menguasai wajah BJ ketika Bayu terus berbicara.“Kemarin, hari minggu gue telpon Lichelle. Lichelle ngomelin gue abis-abisan karena dia pikir gue sengaja kirim popok bekas ke dia. Bayangin coba. Popok bekas! Kasus ini benar-benar bikin gue malu, BJ. Gara-gara kejadian ini hampir mustahil buat gue ngedapetin gadis itu. Peluang gue hampir nol. Mungkin minus malah. Semua upaya gue untuk pendekatan ke Lichelle sia-sia semua gara-gara lu salah ngasih barang. Kok bisa gue nitip ngasih makanan malah lu bawain popok bekas?”BJ menjaga jarak dengan Bayu. Bukan apa-apa. Bayu itu kalau mengucap keras-keras ludahnya sering terperc
“Gue nggak percaya lu sependek itu pikirannya. Come on, lu ganteng. Kenapa masih ngincer dia untuk lu jadiin cewek kesekian?” Ada nada marah ketika BJ berujar demikian. “Lu terlalu naif sih. Ini kota besar. Gue ngejar Lichelle bukan karena dia cakep doang. Lichelle itu…” Bayu terdiam sejenak. “She is a three billion girl.” “Maksud lu?” “Denger ni ya, bokap gue lagi ngincer proyek senilai 3 M di kantor dinas Pekerjaan Umum.” Bayu mendekat ke arah telinga BJ dan berkata setengah membisik. “Bokap gue bisa menang tender kalo Lichelle gue deketin.”
Bak mendengar alarm kebakaran, buru-buru BJ, Happy dan Charlie berlari ke luar gedung. Di antara tempat parkir dan taman mereka melihat Dedot didamprat si pemilik studio. Ketiganya merubungi Dedot untuk mengetahui apa yang terjadi. Melihat itu si pemilik studio langsung menanyai Happy. “O jadi ternyata kalian temennya orang ini?” Happy sebetulnya tidak mau mengaku. Tapi percuma karena BJ dan Charlie sudah terburu mengiyakan. “Kalo gitu kalian nggak usah latihan di sini! Pergi! Cari aja tempat lain!" "Lho?" Charlie, BJ dan Happy terperanjat. Dedot hanya menunduk. "Tadi kan bapak setu
Mendengar kata-kata penyemangat BJ malah sebal mendengarnya. Kalimat itu adalah ucapan penguatan yang BJ sampaikan sendiri sewaktu mereka masih di halte. Artinya, Happy sebetulnya sedang menyindir dirinya! “Sialan. Lu nyindir?“ BJ tertantang dan berdiri di bagian depan sehingga posisinya kini bisa terlihat hampir semua orang di dalam kabin bis. “Gue buktiin sekarang juga.““Buktiin apa?““Di depan semua orang yang ada, gue mau buktiin kejantanan gue.““Jangaaaan!“ Happy keceplosan berbicara keras. Saat tersadar ia kembali menurunkan volume suara. “Lu buktiin keberanian aja.““Emang itu maksud gue. Lu kira apaan?““Ups.“BJ seka
Sewaktu ulang tahun ketujuhbelasnya hampir setahun lalu, ayahnya Charlie menghadiahi anaknya dengan mobil mereka, Si Doyok. Mulanya Charlie senang tapi lama-kelamaan ia tahu bahwa pemberian itu hanya modus agar Charlie bisa dimintai tolong antar dan jemput barang.Tapi tak apa, Charlie enjoy saja. Bagi dia tetap lebih banyak manfaat mengendarai mobil sendiri daripada kemana-mana naik motor, angkot, atau taksi daring. Ia tak peduli dengan penampilan. Manfaat, itu jauh lebih penting. Masalah penyok di depan kap mobil itu nomor dua.Dan keputusan itu ternyata bijak. Di saat kondisi sekarang dimana sebagai Tim CD ia harus kreatif mencari tambahan dana, Si Doyok pun dioptimalkan. Pengertian dioptimalkan pun tentu dilakukan dalam batasan tertentu karena mobil itu harus diperlakukan hati-hati. Selama berbulan-bulan mengemudikannya, Charlie jadi tahu sendiri beberapa pantangan yang harus diperhatikan. Ketika melewati jalan berlubang, bergel
“Namanya juga pengalaman pertama. Dimaklumin dong.”“Sekarang kita cari bis buat pulang tapi sekalian ngamen. Itu akan jadi ngamen terakhir hari ini.”BJ sepakat. Baru saja duduk di bangku halte terlihat tiga bis Mayasari berwarna hijau secara sekaligus mendekat ke halte. Dua di antaranya adalah bis yang bisa mereka tumpangi untuk pulang.“Itu bisnya dateng.”“Tapi bisnya penuh semua,” Happy bangun dari bangkunya. “Gue masuk lewat pintu belakang, lu lewat pintu depan. Cepat buruan masuk!”Tanpa menunggu aba-aba lagi BJ langsung lari ke bagian depan bis sedangkan Happy ke bagian belakang. Langkah mereka sempat terhalang akibat banyak juga orang yang turun dan naik bersamaan. Tapi berhubung BJ cukup gesit, bisa juga dia menyelinap ke dalam bis.“Selamat siang para penumpang bis yang kami hormati,” BJ langsung memulai dengan kalimat pembukaan saat sudah berdiri di bagian de
“Cari waktu dan studio untuk latihan yang baik. Jangan sampe terlalu mengganggu kegiatan sekolah. Kalo pas mau latihan pikir baik-baik kapan hari dan jamnya.” BJ kembali menanggapi dengan ‘ya’ kecil. “Tau nggak, gue dapet info nama channel lu di Youtube. Kereeen. Jadi kebuka deh semua,” Lichelle berceloteh dengan semangat. “Kapan-kapan lu gue mau kenalin sama oom gue. Dia pemegang saham hotel. Siapa tau lu bisa tampil di live music di sana.” Lagi-lagi BJ hanya menanggapi dengan satu kata. Merasa ada yang berbeda, Lichelle bertanya. “Lu keliatan gak semangat, J. Sakit?” “Nggak. Eh, iya.” “Tau nggak. Happy tadi itu bilang terima kasih karena bue bersedia jadi vokalis. OMG, muka BJ mendadak pucat. “Jadi begitulah, J. Here I am… gue terima soal tawaran kalian.” BJ shocked. “Aku juga udah cerita join-nya aku ini ke Mama, Papa, sama beberapa teman lain” BJ speechles