Mereka sudah pulang dari acara itu. Sebelum Maysa menyusul Arlesa masuk ke kamar, tanganya di tarik oleh Fitri.
"Maysa, kamu hati-hati ya, ada calon perebut lagi yang mengintai kamu," ujar Fitri berbisik.
"Siapa? Kaluandra maksud Kak Fitri?" tanya Maysa menebak."Ha, itu kamu tahu, semoga kamu baik-baik ya, aku tidak ingin kamu dan Arlesa bisa renggang." Fitri sedih bila cinta Arlesa dan Maysa harus di uji lagi."Iya sih Kak, tapi aku tidak akan membiarakan itu, besok kita ke salon istana, kita perawatan ya," pinta Maysa."Sip, kita hempaskan perempuan yang ingin merebut." Fitri pamit dari Maysa. Dia juga menuju ke kamarnya.Maysa melihat Arlesa berselonjor di atas sofa. "Kamu lelah?" tanyanya pada suaminya."Tidak, cuma ngantuk saja."
Arlesa bangkit menarik istrinya. "Sayang temani aku istirahat ya," pinta Arlesa."Iya; aku bersihkan badan dulu ya."
SetPagi itu, Arlesa dan Maysa di panggil untuk sarapan bersama. Di sana sudah ada keluarganya, termasuk Foland dan Jeval. Sebenarnya Arlesa malas melihat kedua kakaknya itu, tetapi demi Rexa dia harus ikut sarapan karena ini menyangkut pembahasan pernikahan kakaknya."Kau selalu lama di tunggu," gerutu Jeval pada adiknya."Jeval!" Ratu Flora menegur anaknya.Arlesa tak peduli itu. Dia duduk bersama istrinya. Memberikan dada ayam panggan di baluri roti mentega. Arlesa sangat perhatian pada Maysa, buat Jeval makin cemburu."Kalian akan menjadi pengiring kakak kaluan ya," kata Ratu Indara.Arlesa dan Maysa mengangguk. Terbersit di hati Jeval ingin memberikan pula perhatian pada Maysa. Jeval memberikan roti panggangnya ke piring Maysa."Ini, kamu makan," kata Jeval memberi senyum manis.Arlesa menyerngit. Dia ingin mengembalikan roti itu ke Jeval namun di cegat oleh Maysa. Bagi Maysa itu tidak sopan bila menolak
Jeval ke dapur utama istana. Dia menanyakan pada pelayan pribadi Maysa tentang makanan kesukaan istri Arlesa itu. Jeval yang memiliki keahlian memasak mulai memasak makan siang untuk Maysa. Seluruh pramusaji di istana itu keheranan melihat tingkah Jeval lada istri Arlesa. Karena bukan rahasia pribadi lagi, hubungan anak Ratu Flora dan Ratu Risani tidak pernah akur. "Kalian cuci bersih ayamnya, nanti saya akan lumuri bumbu racikanku sendiri," ujar Jeval seraya menumbuk bahan dapur. Ada banyak yang ia masak untuk Maysa. Dia di beri tahu bahwa Maysa selalu makannya lahap dan banyak. Sehingga Jeval membuatkan begitu banyak jenis makanan resepnya sendiri. Koki istana pun bingung dengan kebaikan Jeval pada adik iparnya, sungguh dia sangat mempedulikan keponakannya yang di kandung oleh Maysa. Pikir mereka. "Oh ya, jika sudah matang antarkan ke Maysa. Tapi awas jangan bilang ke Arlesa, dia bisa marah nanti, ini kebaikanku untuk a
Arlesa masih berbincang dengan pamannya. Sementara Foland masih sibuk menanyakan keseharian Kalundra.Perempuan glamour itu malah fokus ke Arlesa. Hanya sesekali di menjawab jajaran pertanyaan Foland.Saaf Foland berdiri mengambil minuman untuk Kaluandra, juga pama Arlesa enyah dari hadapan suamin Maysa itu, Kaluandra segera menyapa Arlesa."Hei, Arlesa," sapanya.Arlesa terhenyak dengan kehadiran Kaluandra di belakangnya. Dia hanya melempar semyum biasa."Kamu kenapa tidak membalas pesanku?" tanya Kaluandra."Aku rasa kurang baik kalau aku harus mengobrol dengan perempuan lain, apalagi sedang bersama istriku."Kaluandra menelan saliva kecewanya."Arlesa aku minta maaf kalau mengusikmu tadi malam," ucap Kaluandra."Oh iya, lain kali jangan begitu ya, kasihan Maysa pikirannya terganggu, walaupun aku tahu kami tidak bermaksud buruk," imbuh Arlesa.Arl
Acara masih berlangsung, Arlesa masih menemani para tamu undangan berbincang. Dia tak sengaja bertemu dengan pemuka agama di wandara. Salah satu syekh yang sangat di segani di wandara. Dia datang bersama istri dan anak gadisnya. Syehk Ahmad itu sangat mengenal Arlesa karena anak Raja Garsan itu membuat banyak musholah di sekitar perkampungan wandara."Assalamualaikum pangeran," sapa Syehk Ahmad."Waalaikumsalam syekh, mari duduk syehk," ajak Arlesa.Syehk Ahmad duduk di meja bersama istri dan anak gadisnya yang juga berkerudung syar'i saat saat itu. Wajah anak gadisnya begitu bercahaya, sekilas Arlesa meilirik ke arahnya. Ya, Arlesa menagkui anak syehk Ahmad itu memang sangat cantik."Ini istri dan anak saya, namanya Dalisah," ucap Syehk Ahmad memperkenalkan kelurganya. Dalisah menagkupkan tangan ke dadanya. Salam khusus dari para muslimah."Akhirnya kalian menikah juga, sa
Sehari berselang, wandara di kejutkan dengan berita Foland da Kaluandra berada di kamar hotel bersama. Berita itu di lengkapi foto dan video saat keduanya memasuki kamar hotel secara diam-diam.Ayah Kaluandra yang juga menjabat sebagai perdana menteri keuangan di wandara malu akan hal itu. Ini kesekian kalinya, Kaluandra tersandung skandal teman kencan. Termasuk jajaran nama terdaftar ialah Arlesa dan Foland.Kini Foland yang di kabarkan lagi, hingga berita mereka tidur bersama di hotel istana mencuat di publik. Kaluandra mengurung diri di kamar, tak berani menampakka wajah di keluarganya. Namun dia tak henti di beri kalimat ketenangan dari Foland. Lewat pesan singkat Foland mengatakan, 'Kita hadapi semua bersama-sama.'Kaluandra yang frustasi seketika tenang, baru kali ini dia mendapat lawan skandal namun dia mempertanggung jawabkan namanya di khalayak publik.Sementara Raja Garsan memanggil Foland ke ruang pribadinya. Di an
Di Kaliarang, syukuran berlangsung khidmat. Ada banyak warga yang datang saat itu. Bejibung ingin melihat Pangeran Arlesa dari dekat. Mereka sampai berdesak-desakkan. Di antara kerumunan warga itu, ada sekelompok warga misterius yang suruhan dari seseorang. Pelurunya mengincar suami Maysa itu.Kelompok pria itu menyamar dengan memakai sorban, diam-diam mengarahkan pistolnya ke arah Arlesa. Tetapi ujung pistol itu di sorot jelas oleh Syehk Ahmad yang sedang berada di dekat Arlesa.Dur!Suara tembakan melayang ke arah Arlesa. Namjn tembakan itu di hakangi oleh Syehk Ahmad, peluru itu tertancap di tubuh Abi Dalisah.Dur! Dur! Tembakan lagi di arahkan lada semua yang ada di atas panggung syukuran. Istri dan paman Dalisah juga jadi incara hingga mereka ikut pula tertembak.Para pengawal istana mulai melumpuhkan kelompok brutal itu. Karena tembakan membabi buta, kelurga Syehk Ahmad semua tertembak tanpa kecuali anak di
Setelah berunding dengan keluarga besarnya. Arlesa memutuskan untuk membulatkan tekadnya melepas janjinya pada Syehk Ahmad. Arlesa dan keluarganya pergi menemui Dalisah. Sama sekali dia tak tertarik pada anak Syehk itu. Bahkan tak ada di benaknya untuk mencintai perempuan selain Maysa. Semalaman Delisah hanya tertidur di sofa. Tak ada yang menggubrisnya. Bahkan Arlesa pun bersikap dingin padanya. "Dalisah, aku sangat mencintai istriku, dia sedang mengandung anakku. Aku minta maaf, jika aku tidak bisa melanjutkan janjiku pada abimu. Kamu tahu, demi menjaga keindahan kematian syehk yang sangat aku hormati, aku rela memenuhi permintaannya, tapi itu melukai hati istriku. Jadi maaf .." Arlesa diam sejenak lalu melanjutkan, "Detik ini Dalisah putri aku talak tiga kamu," ucap Arlesa dengan keputusan ia rasa tepat. Dalisah menangis tersedu-sedu. Ini sangat membuatnya sakit, tetapi cinta memang tak bisa di paksakan.
Tujuh bulan kemudian ..Perut Maysa kina membesar. Kata dokter, bulan depan hari tafsiran kelahirannya. Jeval tetap seperti suami siaga untuk Maysa. Keduanya menghabiskan waktu berjalan-jalan di sekitar puncak juga ke pantai.Maysa sedikit demi sedikit melupakan kesedihan di khianati oleh Arlesa. Bahkan, Maysa mulai nyaman dengan kakak iparnya, Jeval. Kelembutan Jeval memperhatikannya buat dia selalu terenyuh. Maysa pikir, Arlesa sekarang sudah menikmati pernikahannya bersama Dalisah, baginya itu tak apa, dia yakin semua sudah di atur oleh Tuhan. Dia dan anaknya akan mendapat kebahagiaan lebih akan datang, yakin Maysa.Dia dan Jeval masih menyusuri pasir putuh di pantai. Sembari memegang perutnya, Maysa melangkah dengan wajah tersenyum, gelombang silih berganti menghampirinya. Jeval ada di sampingnya, menenteng sendal Maysa."Kamu sudah merasa leg
Sean mengelilingi seluruh kota bersama keempat pengawalnya. Namun sosok Luna tak ia temukan, jalanan yang ia telusuri tak memberikan jejak Luna sedikitpun. Alhasil Sean menyimpulkan yang sedari tadi ia curigai."Stop kita mencari seperti manusia," ujar Sean."Kenapa, Pangeran?" tanyanya pengawalnya."Luna tidak ada di dunia manusia, kita telah di tipu oleh jin Wandara itu."Keempat pengawalnya menyimpulkan demikian, bila tak menemukan jejak di dunia manusia maka alam jin cara yang paling tepat untuk mereka.Sean yang saat itu terdiam mencari cara agar Ray bisa ia bawa ke Sarajana. Itu cara yang tepat melindungi anaknya agar tak di ganggu oleh orang-orang yang ingin berniat jahat di dunia manusia."Ikut saya, kita ke kembali ke Sarajana membawa Ray," titah Sean.Keempat pengawalnya menurut saja, meskipun mereka khawatir ini akan membuat kerajaan Sarajana gempar dengan kehadiran Ray di ist
Sean menuju ke kota dengan mengunakan taksi, ia seolah-olah menjadi manusia pada umumnya. Di dalam taksi, dia mempersiapkan kata-kata ketika menemui Luna. Terbersit di pikirannya agar lebih baik jujur pada Luna tentang siapa dirinya sebenarnya. "Apakah dia akan takut? mungkinkah dia mau menerimaku setelah dia tahu aku ayah Ray?" Sean bertanya-tanya pada dirinya sendiri. Laju taksinya kian cepat, berharap semau akan baik-baik saja setelah bertemu dengan Luna. Namun tiba-tiba, ada seseorang berjubah hitam menghadang taksi itu. Rem di injak mendadak oleh supirnya, Sean yang berada di jok belakang ikut pula terpental ke depan. "Ya ampun! siapa sih, orang itu?" gerutu supir taksi. Pria berjubah hitam itu begitu pelan melewati mereka, sedetikpun tak melirik ke arah mobil, langkahnya bagai zombie yang sedang berjalan. Sean yang curiga berinisiatif untuk turun dari taksi, tapi ia cegah oleh supir itu. "Jangan, Bang. Bis
Usai upacara adat, Sean segera bubar dari tatanan keluarga kerajaan. Man Ras melirik ke Raja Rahadian, mimik ayah Sean itu terlihat menyimpan ketidaksukaan pada sikap anaknya."Maaf pangeran, jangan pergi dulu," ucap Man Ras pada Sean."Apalagi, Man Ras?""Ada banyak yang Pangeran harus kerjakan, jangan pergi.""Saya belum jadi Raja, jadi biarkan saya menikmati kebebasan dulu, lagi pula saya memiliki urusan yang sangat penting, ini menyangkut Raja Arlesa," kata Sean yang terpaksa berbohong. Dengan membawa nama Arlesa, dia tahu nyali ayah dan Man Ras akan ciut mencegatnya.Tanpa membuang waktu lama, Sean menaiki kuda putihnya. Memacu dengan cepat menuju gerbang dimensi yang tak jauh dari kebun kopi milik kerajaan."Tunggu aku, Luna. Aku harus jujur, tapi apakah kau akan menerima kejujuran itu?"Sean tak henti bertanya-tanya dalam hat
Luna masih memikirkan semua kalimat Sean yang penuh makna. Dia membocorkan Ray sembari membandingkan wajah pria yang tampan itu. "Ah, kenapa kamu jadi ide dia sih, Lun.." Luna menggerutu seorang diri. Bayangan Sean tiga hari belakangan ini berkelebat di pikirannya. Seolah hati dan pikirannya menanti Sean namun kegengsian buat dia harus menolak semua keinginan itu. Dari luar ada suara Cia mengetuka memanggilnya. Luna beranjak membuka pintu kamarnya.
Luna membenamkan kedua mata. Sentuhan Sean memabukkan dirinya, lupa daratan bahwa ada Ray yang menyaksikan mereka tanpa berkedip. Anak bayi yang bertingkah lucu itu sesekali menjerit kegirangan saat ibunya mengeluarkan desahan karena kecupan Sean yang menyerang di leher. "Mari kita ulang kembali kenikmatan itu," lirih Sean dengan kalimat yang penuh arti. Luna tak mendengar jelas apa yang di katakan Sean, hanya hembusan nafas yang hangat tersembul mesra di belakang telinganya. Mungkin karena gairah yang telah memuncak sehingga barisan kata Sean tak terbaca lagi olehnya. Sean membaringkan tubuh Luna di kasur lagi, menciumi punggung Luna dari arah belakang. Desahan kecil sudah mulai rutin menghiasi mulut mantan istri Hadi itu. Tangan kannanya menyusup di selipan pelindung dua benda kenyal milik Luna, meremas juga memilin-milin puting coklatnya. "Hamm.. Ahh.." Desah Luna. Sean perlahan melepas baju Luna,
Luna sedang membereskan butik bersama Bu Cia. Saat itu Ray ia titipkan di pengasuh lagi. Cia sudah mulai merenanakan untuk membuat Luna tersiksa setaip harinya. Ibu kandung Shera itu membuatkan teh Luna menaruh obat pencuci perut ke dalamnya. Ini cara halus untuk membuat Luna kelelahan dan tersiksa untuk menebus dendamnya atas kematian Shera."Bu Cia tolong bersihkan ruang jahit ya, aku ingin istirahat dulu, oh ya makasih teh nya," ucap Luna.Cia hanya mengangguk, dia masuk ke dalam ruang jahit seraya tersenyum miring, meski itu hanya hal kecil, namun ia tahu Luna akan merasa tidak nyaman hingga hari esok.Sembari mengamati desain butiknya, Luna menyeruput teh hangatnya tak henti-henti. Ia teringat tenang baju-baju yang sobat di pakai oleh Ratu Risani saat bertemu dulu. Baju Ratu ke empat wandar itu sangat elegan dan mewah, tak pernah ia lihat sebelumnya koleksi itu ada di dunia manusia. Tercetus di benak Luna unt
Maysa keluar dari kamar Dalisah, begitu pun pula Almira, rombongan itu akan kembali ke istana utama, tetapi mereka tak sengaja bertemu dengan Jeval.Maysa yang masih saja trauma dengan kisah antara dia dengan Jeval hanya melempar senyum lalu menundukkan wajah. Tentu istri Arlesa itu merasa tidak nyaman dengan pertemuan tiba-tiba mereka itu. Sementara Almira menyinggung senyum cantik pada suami Dalisah itu, sejak. Di bangku sekolah dasar, Almira memang menyimpan rasa terhadap Jeval."Terima kasih kalian sudah menjenguk Dalisah,"ucap Jeval.Maysa hanya mengangguk-angguk. Tak sanggup membalas ucapan terima kasih Jeval, keintimandan cinta sesaat yang pernah mereka lalui tentu buat keduanya gugup bilang bertemu."Maaf, kami harus kembali ke istana utama," kata Maysa pamit berlalu begitu saja melewati Jeval. Suami Dalisah itu hanya bisa menghela nafas, dia tahu Maysa masih trauma akan perlakuannya terdahulu.
Almira tahu Dalisah sakit parah, untuk menghilangkan rasa pemasarannya, dia mengejar Maysa yang hampir masuk ke dalam litf. "Tunggu, Ratu." Almira mengejar sembari berteriak memanggil nama Maysa. Para pengawal saat itu geram akan tingkah anak dari menteri sosial itu karena sudah lancang pada Ratu utama wandara. "Ya, Almira, Ada apa?" tanya Maysa. "Maaf yang mulia, Ratu. Saya sudah menghambat Ratu, bolehkah juga saya menjenguk Ratu Dalisah?" pinta Almira. Maysa terdiam sejenak, dia tahu, sebagai pengurus ketaatan istana wandara, Almira juga sangat dekat dengan Ratu Wandara lainnya, termasuk pula dengan Dalisah. Karena menurut Maysa itu hal baik, dia pun mengiyakan permintaan Almira yang ingin ikut menjenguk Dalisah di ruang rawat istri Jeval itu. "Baiklah, ayo kita sama-sama besuk Ratu Dalisah," kata Maysa. Mereka masuk lift, menukik ke lantai atas bagian istana ke empat wilaya
Satu tahun kemudian, Jeval berdiri melihat sosok Dalisah yang agak pucat, istrinya itu terlihat tak memiliki daya untuk bergerak. Dalisah memang saat itu sedang hamil besar. Selama kehamilannya, dia terus saja sakit-sakitan, bahkan hari-hari ia habiskan hanya berdiam diri di tempat tidur. Ada penyakit yang sulit di sembuhkan oleh dokter senior Wandara. Berbagai upaya Kebal telah lakukan agar dia bisa menyembuhkan istrinya dan bayi yang di kandung Dalisah tetap pula selamat. "Kamu sangat pucat, kamu makan dulu ya," kata Jeval. "Aku tidak lapar, entah kenapa semua terasa pahit tak bergairah," ujar Dalisah. Jeval akhir-lahir ini merasakan tidak enak, pikirannya selalu takut bila kehilangan Dalisah. Semenjak di nobatkan sebagai Raja ke empat, Jeval belum maksimal menjalankan tugasnya itu, ini karena kesehatan Dalisah yang kian menurun. "Usia kandunganku sudah sembilan bulan, aku boleh minta sesuatu padamu," kata Dal