''Jun, lu enggak pernah cerita tentang diri lo ke gue...''
Mengernyit dahi Arjuna sampai seolah ditarik mundur mendengar ucapan Karissa.
''Kok gitu sih lu ngeliatnya?!'' sahut Karissa dengan nada sedikit kesal karena reaksi Arjuna, ''Lebay tauk enggak...''
''Lu move on dari si ganteng cool lo itu...'' ujar Arjuna mengabaikan kekesalan Karissa.
''Kenapa mikir begitu?''
''Soalnya aneh aja, lo tiba-tiba tertarik ama gue...''
''Loh, gue emang selalu tertarik sama lo kok. Cuma, selama ini pesona lo kehalang ama silaunya pesona Indra...''
''Terus sekarang, dia mulai redup sekarang beralih
132 Etos BisnisAiden dan Lex pergi meninggalkan Ardan dan Karissa setelah membuat pernyataan yang mempermalukan Ardan dan Karissa.''Maksud lu sebenernya apa?'' tanya Ardan dengan nada yang jelas tidak ramah, ''Kenapa malah lu bikin kacau semuanya?!''''Kamu marah sama aku?'' tanya Karissa dengan wajah memelas berlagak sedih, ''Tapi, aku kan cuma berniat dampingin kamu karena Deon enggak ada.''''Lo enggak pernah kek gini sebelumnya Riss...yang kek gini, siapa pun itu, elu enggak pernah mau tahu. Gue tahu elu, ini bukan gaya lo...''''Tahu apa kamu tentang aku Ndra?'' tanya Karissa dengan sorot mata tajam menatap Ardan, ''Aku anak Mahendra, hitam... putih... aku mengerti semuanya. Kenapa aku harus didiskriminasi?''''Jelas
133 Arjuna melunakDi waktu yang lain, tampak Karissa dan Arjuna duduk bersama di sebuah kafe tidak jauh dari kantor Karissa.''Tumben amat...''''Apanya?''''Lo dateng duluan nemuin gue...''''Kangen gue ama elo...''''Wow...'' sahut Karissa dengan senyum mengembang di wajah cantiknya, ''Akhirnya, Arjuna si dosen ganteng mengakui pesona Karissa.''''Hm... terserah elo aja deh,'' sahut Arjuna yang terkesan seolah acuh.Sorot mata Arjuna yang sedang menunjukkan pesonanya sengaja bertemu dengan bola mata cantik Karissa.Karissa sempat tersipu tapi dia menyembunyikannya dengan sangat baik dengan tingkah manjanya.
134 Perseteruan dua saudara*****''Bos, Arjuna terus bergerak... apa itu enggak apa-apa?'' tanya Rendra memberi laporan pada Ardan.Ardan hanya mengangguk menanggapinya, tapi, dia juga melihat ada ekspresi waspada di wajah Rendra.''Kenapa?'' tanya Ardan dengan nada santai, ''Ada yang laen lagi?''''Karissa, pergerakannya makin aneh...'' jawab Rendra serius.''Eum,'' angguk Ardan, ''Kalo itu gue juga tauk...''''Iya, cuma...'' sahut Rendra yang kemudian terdiam tidak melanjutkan kalimatnya.Ardan mengernyitkan dahi bereaksi dengan kelakuan Rendra yang jelas memperlihatkan kecemasannya.''Bos, Karissa engga
Karissa yang sempat terbawa emosi lalu menangis dalam pelukan Deon, beberapa waktu kemudian kembali pada kesadarannya.''Sudah cukup kak...'' ujar Rissa sambil mendorong tubuh Deon, melepaskan diri dari pelukannya.''Riss???'' panggil Deon yang masih merasa khawatir akan mental Karissa karena dia merasa ada yang aneh dengan adiknya.''Kakak banyak kerjaan... urus kerjaan kakak aja...'' ujar Karissa sambil mengalihkan wajah yang tersipu malu agar tak terlihat oleh Deon.''Ngapain di sembunyiin... dari kecil juga kamu udah biasa ngerengek sama kakak...''''Itu dulu... sekarang Rissa bukan anak-anak lagi...''''Dulu atau sekarang... kamu tetep adik kakak yang cantik...''''Gombal... udah sono, ah!''Deon melangkah pergi setelah mengacak-acak rambut Karissa sambil tersenyum.''Kak!'' panggil Karissa p
''Indra, ada apa ini?! Ini seperti bukan dirimu, tiba-tiba pergi meninggalkan pekerjaan begitu saja...''Ardan diam tidak menjawab pertanyaan Dhani, dia berdiri tegap, tidak menundukkan pandangan tapi juga tidak menatap Dhani.Dhani kesal dengan sikap Ardan yang diam tapi Dhani bisa mengetahui kalau sedang ada hal yang mengganggu Ardan. Dhani masih belum mempercayai Ardan seratus persen tapi dia tahu seberapa kompeten Ardan dalam melaksanakan setiap tugas yang di berikan.''Apakah Karissa membuat masalah?''Mata Ardan bereaksi dengan pertanyaan Dhani.''Belum tahu...'' jawab Ardan singkat tapi nada kesal dan marah yang samar terasa oleh Dhani yang cukup punya pengalaman.''Apakah kau butuh waktu?''''Ya, jika Anda berkenan...''''Baiklah, limpahkan tugasmu pada Deon, aku rasa dia sudah banyak belajar dari kesalahannya
Rama yang jengkel segera beranjak dari kursinya, dengan perasaan kesal dia mencari tahu ada apa di luar hingga mengganggu percakapannya dengan Aruna.BUAKTubuh Rama terpelanting dengan sangat keras karena sesaat setelah dia membuka pintu karena tendangan Ardan langsung mendarat di tubuhnya.Rama mengaduh kesakitan sambil memegang dada dan perutnya, belum sempat dia bangun, tangan kekar Ardan merenggut kerah baju Rama memaksanya untuk berdiri. Lalu, pukulan keras dari tangan kanan Ardan menghantam wajah Rama hingga membuat mulutnya berdarah.Rama terhuyung-huyung menahan sakit bukan hanya di perutnya tapi sekarang juga di wajahnya, berusaha berdiri setelah kembali terjatuh untuk kedua kalinya.DUGSekali lagi, tendangan Ardan menghantam tulang kering di kaki Rama membuatnya jatuh tersungkur sambil merengkuh kakinya.Melihat sosok suaminya
''Cuma begini... dan elu belagak mau rebut bini gue...''Ardan menyeringai saat dia puas melihat Rama yang sudah terengah-engah tanpa daya meringkuk menahan sakit di sekujur tubuhnya.Rama yang awalnya melakukan perlawanan karena saat akan diinterogasi oleh Ardan dia malah menantang Ardan dengan dalih tangannya yang terikat.Tapi, ketika ikatannya dilepas dan dia diperbolehkan menyerang Ardan lalu dia bisa bebas keluar kalau bisa memukulnya meski hanya sekali. Pada akhirnya, dia sama sekali bukan tandingan Ardan, perlawanan Rama hanya cukup untuk pemanasan.''Lu ketemu Karissa sekali tapi cuma karena dia kasih harapan enggak jelas... elo ancurin masa depan yang bukan cuma elo di situ, tapi ada hak orang tua yang selama ini punya andil besar setelah puluhan tahun ngegedein elo... ambisi dan nafsu elo, ngancurin impian dan harapan orang tua lu, bego!''''Cih... mafia kek elo kasih
BRAKArdan meletakkan dokumen di meja Karissa dengan kasar, membuat wajahnya masam saat melirik Ardan yang berdiri dengan ekspresi sangat tidak bersahabat menatap Karissa.''Kenapa, kok kamu kasar banget sih?!''Seperti biasa, Karissa selalu membuat suaranya terdengar manja saat bicara dengan Ardan.''Jangan belagak pilon, udah cukup Karissa Mahendra, jangan lagi lu masuk di urusan pribadi gue!''''Karissa Ayu Mahendra, itu nama lengkapku Indra, kamu harus hafal untuk ijab kabul nanti...''''Karissa!''''Ndra, itu semua bukan hal baru untukku... kamu kenal aku, sebelum aku punya feeling sama kamu, permainan itu hal biasa... jangan di ambil hati.''''Elo mau main sama siapa pun, gue enggak peduli!'' seru Ardan menjawab Karissa dengan nada marah, ''Asal elo jangan kotak-katik keluarga gue!''''Letna
Dion dan Rafli bertindak mengikuti improvisasi dari situasi yang mereka ciptakan setelah terdesak.Desakan para preman yang meminta mereka untuk menyerahkan kunci mobil membuat mereka kesulitan mengulur-ulur waktu. Tapi, kreativitas dengan modal nyali nekat sekaligus bukti bahwa diklat yang mereka jalani menunjukkan kepiawaian mereka dalam melaksanakan tugas.''Lah, mana ya?!'' sahut Dion sambil kasak-kusuk berlagak mencari kunci di saku pakaiannya, ''Fli, mana kunci?''''Lah, bukannya ama elu?!'' jawab Rafli mengikuti skenario dadakan di lapangan.''Pe'a, kagak ada di gua... ama lu, kan...''''Kagak, kagak ada... tuh, liat!'' seru Rafli sambil menarik kantong pakaiannya keluar.''Ngelawak lu bedua!'' pekik preman yang menunggu kunci mobil mereka untuk di serahkan dengan mata melotot.''Ka-kagak bang, beneran dah... cek aja... kagak ada i
''Di mana ini?!" pekik Aruna ketika tali yang mengikat mulutnya dibuka saat sudah berada di sebuah ruangan, ''Mau apa kalian?!''Mereka yang ada di ruangan itu tersenyum sinis menanggapi kegelisahan Aruna dan Amira yang terkejut ketika tudung hoodie yang menutupi separuh wajah mereka dibuka, memperlihatkan suasana di sekeliling dengan lebih jelas sekarang.Salah seorang dari beberapa pria yang baru di lihat oleh Aruna dan Amira datang menghampiri.Pria itu mengangkat dagu Aruna dan Amira, memiringkannya ke kanan dan ke kiri, melihat mereka dengan seksama, menilai penampilan fisik mereka berdua.''Lumayan, biarpun enggak bisa laku mahal, tapi masih cukup ngejual,'' ujar Parta, pria paruh baya tapi punya aura mendominasi yang membuat Aruna dan Amira merasa sangat tidak nyaman, ''Enggak banyak duit yang bisa kamu dapet dari mereka berdua...'' tambah Parta seraya melirik kepada Karissa.
CKIITTTRem berdecit dan mobil yang dikendarai oleh para petugas yang mengikuti Karissa berhenti mendadak.''Dimana Pak Ardan?!" tanya Dion, salah satu petugas yang ditugaskan untuk mengawasi.''OTW,'' jawab Rafli yang jadi rekan bertugas Dion, ''Enggak jauh... dia pasti bentar lagi nyampe...''''Oke... keknya target udah sampe di tujuan. Gimana, kita lanjut masuk?''''Enggak tauk, tapi tempat ini sarang mafia, cuma kita bedua... ini mah nganter nyawa...''Dion dan Rafli berdiskusi tentang bagaimana langkah selanjutnya karena intruksi selanjutnya belum turun dari atasan mereka.''Terus gimana, target udah turun... iya kalo tujuan dia disini, kalo dia lanjut ke tempat laen... bakal repot...'' ujar Rafli dengan nada gemas.''Sialan!'' pekik Dion kesal, ''Gue juga bingung, kita cuma ditugasin buat ngintai... terjun langs
Ardan bergegas bergerak segera setelah mendapat laporan dari anak buahnya yang mengawasi rumah Amira.''Dua orang di seret paksa... kenapa dua?!'' tanya Ardan di dalam hatinya, ''Apa mungkin bukan Runa?!''Tidak banyak laporan yang diberikan anak buahnya selama dua hari terakhir karena sama sekali sulit untuk menemukan celah guna mengintip lebih dekat untuk melihat situasi di dalam rumah Amira supaya lebih jelas.Ardan bahkan meminta pada Ibunya Lita untuk menghubungi Amira dan menanyakan apakah ada hal lain yang dibutuhkannya supaya ada kesempatan baginya untuk bisa masuk ke dalam rumah Amira. Tapi, sayangnya, karena baru saja mendapat pasokan, Amira menolak tawaran bibinya.''Terserah deh... liat yang ini aja dulu. Enggak tauk kenapa tapi feeling gue beda tentang yang ini. Entah kenapa semangat gue naik buat ngejar yang ini... mudah-mudahan enggak salah...'' gumam Ardan d
Ardan memberikan beberapa foto Karissa dari berbagai posisi sebagai referensi agar Lita tidak salah mengenali.''Maafkan saya pak, saya tidak begitu yakin karena saya hanya melihat sekilas. Tapi pak, Ini bukan hal yang biasa di lakukan Kak Amira... Meski Kak Amira yang sekarang sangat jauh berbeda dengan Kak Amira tujuh tahun yang lalu. Tapi, tetap saja, saya merasa ada yang janggal...''Lita dengan jujur mengemukakan opininya karena dia juga tidak mau membohongi orang yang sedang kesulitan.''Saya tahu kalau ini tidak tepat,'' ujar ibu Lita menambahkan dengan wajah memelas menatap Ardan, ''Di saat bapak sedang susah saya malah merepotkan... tapi pak, bapak juga kan seorang petugas. Tolong bantu kami pak... Amira adalah anak baik yang ceria sebelumnya. Tapi, sejak tujuh tahun yang lalu tiba-tiba dia berubah... kami yakin ada sesuatu karena setelah tujuh tahun dia berdiam diri, tiba-tiba dia menghubungi kami.''&nb
Organisasi ilegal yang selama ini terselubung dengan bisnis taipan-taipan besar berjatuhan satu per satu. Pengacara-pengacara kecil mulai melejit naik menyaingi pengacara kondang yang telah penuh Schedule-nya karena banyak orang-orang berduit terciduk aparat. Semua itu bisa terjadi karena adanya efek domino dari penggerebekan-penggerebekan atas laporan dan data yang diberikan Ardan dan juga Rendra.Sudah sejak tujuh tahun terakhir satu per satu organisasi ilegal di jatuhkan Ardan secara diam-diam. Meski hanya organisasi kecil tapi sukses melemahkan pergerakan mereka sehingga mempersulit organisasi besar di atasnya untuk mengembangkan sayapnya. Karenanya, sejak Ardan menyusup tujuh tahun yang lalu, pergerakan organisasi ilegal yang meresahkan hingga merugikan negara berhasil di tekan seminimal mungkin.''Ardan, kita sudah mempersempit rute pelarian...'' ujar atasan Ardan, ''Kita akan segera menemukan istrimu, secepatnya...''
''Brengsek!'' pekik Arjuna menggebrak meja sambil menatap layar laptopnya dengan mata nanar, ''Ada di mana lu?!''Sudah tiga hari sejak Aruna di culik dan belum ada tanda-tanda keberadaannya sama sekali. Ardan yang hampir putus asa menghubungi Arjuna meminta bantuannya.''Kagak ada bayangan apa pun tentang keberadaan Karissa?!''''Gue udah cari, tapi enggak ketemu...''''Apa Karissa ada sebutin sesuatu selama lu kenal dia selama ini?!''''Dari kemaren otak gue jungkir balik berusaha nginget sesuatu tentang Karissa yang mungkin ketinggalan...'' jawab Arjuna dengan nada kesal, dia lalu menjeda ucapannya kemudian mendesah putus asa setelahnya dia menggelengkan kepalanya sambil menatap Ardan dengan ekspresi menyesal.Ardan membanting bokongnya di sofa ruang tamu Arjuna lalu menyandarkan punggung, wajahnya menengadah ke langit-langit ruangan memperlihatkan betapa
''Brengsek!'' pekik Arjuna menggebrak meja sambil menatap layar laptopnya dengan mata nanar, ''Ada di mana lu?!''Sudah tiga hari sejak Aruna di culik dan belum ada tanda-tanda keberadaannya sama sekali. Ardan yang hampir putus asa menghubungi Arjuna meminta bantuannya.''Kagak ada bayangan apa pun tentang keberadaan Karissa?!''''Gue udah cari, tapi enggak ketemu...''''Apa Karissa ada sebutin sesuatu selama lu kenal dia selama ini?!''''Dari kemaren otak gue jungkir balik berusaha nginget sesuatu tentang Karissa yang mungkin ketinggalan...'' jawab Arjuna dengan nada kesal, dia lalu menjeda ucapannya kemudian mendesah putus asa setelahnya dia menggelengkan kepalanya sambil menatap Ardan dengan ekspresi menyesal.Ardan membanting bokongnya di sofa ruang tamu Arjuna lalu menyandarkan punggung, wajahnya menengadah ke langit-langit ruangan memperlihatkan betapa
Alis mata Ardan nyaris menyatu dengan sorot mata tajam, giginya bergemeretak menahan emosi hingga membuat salah tingkah beberapa bawahannya ketika Ardan, Rendra dan yang lainnya tiba di TKP selang waktu 40 menit setelah mendapat laporan.Suara sirene mobil polisi dan mobil ambulans bersahutan sebelum kedatangannya ke TKP. Kehebohan terjadi dengan beberapa mahasiswa terlihat tergeletak bertebaran dengan luka-luka di tubuh.Beberapa preman tertangkap dan babak belur, nyaris sekarat karena di hajar banyaknya warga kampus yang kesal apa lagi saat beberapa orang hampir tewas karena mini van yang nekat melaju menerjang kerumunan.''Vin, elu enggak apa-apa?!''''Dimananya?!'' jawab Gavin dengan nada ketus, ''Udah jelas bonyok begini...''''Baru bonyok...'' sahut Ardan sambil menepak dahi Gavin,''Nah bini gue, ilang lagi aja...''Ardan tampak tenang menanggapi Gavin,