Karissa yang sempat terbawa emosi lalu menangis dalam pelukan Deon, beberapa waktu kemudian kembali pada kesadarannya.
''Sudah cukup kak...'' ujar Rissa sambil mendorong tubuh Deon, melepaskan diri dari pelukannya.
''Riss???'' panggil Deon yang masih merasa khawatir akan mental Karissa karena dia merasa ada yang aneh dengan adiknya.
''Kakak banyak kerjaan... urus kerjaan kakak aja...'' ujar Karissa sambil mengalihkan wajah yang tersipu malu agar tak terlihat oleh Deon.
''Ngapain di sembunyiin... dari kecil juga kamu udah biasa ngerengek sama kakak...''
''Itu dulu... sekarang Rissa bukan anak-anak lagi...''
''Dulu atau sekarang... kamu tetep adik kakak yang cantik...''
''Gombal... udah sono, ah!''
Deon melangkah pergi setelah mengacak-acak rambut Karissa sambil tersenyum.
''Kak!'' panggil Karissa p
''Indra, ada apa ini?! Ini seperti bukan dirimu, tiba-tiba pergi meninggalkan pekerjaan begitu saja...''Ardan diam tidak menjawab pertanyaan Dhani, dia berdiri tegap, tidak menundukkan pandangan tapi juga tidak menatap Dhani.Dhani kesal dengan sikap Ardan yang diam tapi Dhani bisa mengetahui kalau sedang ada hal yang mengganggu Ardan. Dhani masih belum mempercayai Ardan seratus persen tapi dia tahu seberapa kompeten Ardan dalam melaksanakan setiap tugas yang di berikan.''Apakah Karissa membuat masalah?''Mata Ardan bereaksi dengan pertanyaan Dhani.''Belum tahu...'' jawab Ardan singkat tapi nada kesal dan marah yang samar terasa oleh Dhani yang cukup punya pengalaman.''Apakah kau butuh waktu?''''Ya, jika Anda berkenan...''''Baiklah, limpahkan tugasmu pada Deon, aku rasa dia sudah banyak belajar dari kesalahannya
Rama yang jengkel segera beranjak dari kursinya, dengan perasaan kesal dia mencari tahu ada apa di luar hingga mengganggu percakapannya dengan Aruna.BUAKTubuh Rama terpelanting dengan sangat keras karena sesaat setelah dia membuka pintu karena tendangan Ardan langsung mendarat di tubuhnya.Rama mengaduh kesakitan sambil memegang dada dan perutnya, belum sempat dia bangun, tangan kekar Ardan merenggut kerah baju Rama memaksanya untuk berdiri. Lalu, pukulan keras dari tangan kanan Ardan menghantam wajah Rama hingga membuat mulutnya berdarah.Rama terhuyung-huyung menahan sakit bukan hanya di perutnya tapi sekarang juga di wajahnya, berusaha berdiri setelah kembali terjatuh untuk kedua kalinya.DUGSekali lagi, tendangan Ardan menghantam tulang kering di kaki Rama membuatnya jatuh tersungkur sambil merengkuh kakinya.Melihat sosok suaminya
''Cuma begini... dan elu belagak mau rebut bini gue...''Ardan menyeringai saat dia puas melihat Rama yang sudah terengah-engah tanpa daya meringkuk menahan sakit di sekujur tubuhnya.Rama yang awalnya melakukan perlawanan karena saat akan diinterogasi oleh Ardan dia malah menantang Ardan dengan dalih tangannya yang terikat.Tapi, ketika ikatannya dilepas dan dia diperbolehkan menyerang Ardan lalu dia bisa bebas keluar kalau bisa memukulnya meski hanya sekali. Pada akhirnya, dia sama sekali bukan tandingan Ardan, perlawanan Rama hanya cukup untuk pemanasan.''Lu ketemu Karissa sekali tapi cuma karena dia kasih harapan enggak jelas... elo ancurin masa depan yang bukan cuma elo di situ, tapi ada hak orang tua yang selama ini punya andil besar setelah puluhan tahun ngegedein elo... ambisi dan nafsu elo, ngancurin impian dan harapan orang tua lu, bego!''''Cih... mafia kek elo kasih
BRAKArdan meletakkan dokumen di meja Karissa dengan kasar, membuat wajahnya masam saat melirik Ardan yang berdiri dengan ekspresi sangat tidak bersahabat menatap Karissa.''Kenapa, kok kamu kasar banget sih?!''Seperti biasa, Karissa selalu membuat suaranya terdengar manja saat bicara dengan Ardan.''Jangan belagak pilon, udah cukup Karissa Mahendra, jangan lagi lu masuk di urusan pribadi gue!''''Karissa Ayu Mahendra, itu nama lengkapku Indra, kamu harus hafal untuk ijab kabul nanti...''''Karissa!''''Ndra, itu semua bukan hal baru untukku... kamu kenal aku, sebelum aku punya feeling sama kamu, permainan itu hal biasa... jangan di ambil hati.''''Elo mau main sama siapa pun, gue enggak peduli!'' seru Ardan menjawab Karissa dengan nada marah, ''Asal elo jangan kotak-katik keluarga gue!''''Letna
Alis mata Ardan nyaris menyatu dengan sorot mata tajam, giginya bergemeretak menahan emosi hingga membuat salah tingkah beberapa bawahannya ketika Ardan, Rendra dan yang lainnya tiba di TKP selang waktu 40 menit setelah mendapat laporan.Suara sirene mobil polisi dan mobil ambulans bersahutan sebelum kedatangannya ke TKP. Kehebohan terjadi dengan beberapa mahasiswa terlihat tergeletak bertebaran dengan luka-luka di tubuh.Beberapa preman tertangkap dan babak belur, nyaris sekarat karena di hajar banyaknya warga kampus yang kesal apa lagi saat beberapa orang hampir tewas karena mini van yang nekat melaju menerjang kerumunan.''Vin, elu enggak apa-apa?!''''Dimananya?!'' jawab Gavin dengan nada ketus, ''Udah jelas bonyok begini...''''Baru bonyok...'' sahut Ardan sambil menepak dahi Gavin,''Nah bini gue, ilang lagi aja...''Ardan tampak tenang menanggapi Gavin,
''Brengsek!'' pekik Arjuna menggebrak meja sambil menatap layar laptopnya dengan mata nanar, ''Ada di mana lu?!''Sudah tiga hari sejak Aruna di culik dan belum ada tanda-tanda keberadaannya sama sekali. Ardan yang hampir putus asa menghubungi Arjuna meminta bantuannya.''Kagak ada bayangan apa pun tentang keberadaan Karissa?!''''Gue udah cari, tapi enggak ketemu...''''Apa Karissa ada sebutin sesuatu selama lu kenal dia selama ini?!''''Dari kemaren otak gue jungkir balik berusaha nginget sesuatu tentang Karissa yang mungkin ketinggalan...'' jawab Arjuna dengan nada kesal, dia lalu menjeda ucapannya kemudian mendesah putus asa setelahnya dia menggelengkan kepalanya sambil menatap Ardan dengan ekspresi menyesal.Ardan membanting bokongnya di sofa ruang tamu Arjuna lalu menyandarkan punggung, wajahnya menengadah ke langit-langit ruangan memperlihatkan betapa
''Brengsek!'' pekik Arjuna menggebrak meja sambil menatap layar laptopnya dengan mata nanar, ''Ada di mana lu?!''Sudah tiga hari sejak Aruna di culik dan belum ada tanda-tanda keberadaannya sama sekali. Ardan yang hampir putus asa menghubungi Arjuna meminta bantuannya.''Kagak ada bayangan apa pun tentang keberadaan Karissa?!''''Gue udah cari, tapi enggak ketemu...''''Apa Karissa ada sebutin sesuatu selama lu kenal dia selama ini?!''''Dari kemaren otak gue jungkir balik berusaha nginget sesuatu tentang Karissa yang mungkin ketinggalan...'' jawab Arjuna dengan nada kesal, dia lalu menjeda ucapannya kemudian mendesah putus asa setelahnya dia menggelengkan kepalanya sambil menatap Ardan dengan ekspresi menyesal.Ardan membanting bokongnya di sofa ruang tamu Arjuna lalu menyandarkan punggung, wajahnya menengadah ke langit-langit ruangan memperlihatkan betapa
Organisasi ilegal yang selama ini terselubung dengan bisnis taipan-taipan besar berjatuhan satu per satu. Pengacara-pengacara kecil mulai melejit naik menyaingi pengacara kondang yang telah penuh Schedule-nya karena banyak orang-orang berduit terciduk aparat. Semua itu bisa terjadi karena adanya efek domino dari penggerebekan-penggerebekan atas laporan dan data yang diberikan Ardan dan juga Rendra.Sudah sejak tujuh tahun terakhir satu per satu organisasi ilegal di jatuhkan Ardan secara diam-diam. Meski hanya organisasi kecil tapi sukses melemahkan pergerakan mereka sehingga mempersulit organisasi besar di atasnya untuk mengembangkan sayapnya. Karenanya, sejak Ardan menyusup tujuh tahun yang lalu, pergerakan organisasi ilegal yang meresahkan hingga merugikan negara berhasil di tekan seminimal mungkin.''Ardan, kita sudah mempersempit rute pelarian...'' ujar atasan Ardan, ''Kita akan segera menemukan istrimu, secepatnya...''