''Deon, mana Casdi?''
Ardan bertanya dengan nada serius, Ardan sudah sulit bicara sebagaimana mereka berdua berbincang biasanya karena Deon berubah sikap kepada Ardan di mulai sejak insiden di kantor Dhani.
''Yang jelas enggak gue kantongin...'' jawab Deon ketus dengan tetap menatap dokumen-dokumen di hadapannya.
''Deon kalo kek gini kerjaan bisa berantakan semua...'' sahut Ardan kesal.
''Bukan urusan gue juga...''
Deon tahu kalau Ardan mulai emosi karena beberapa hari ini Ardan mencoba meminta dokumen atau apa pun yang berkaitan dengan pekerjaan selalu tidak diperdulikan olehnya. Deon dengan sangat sadar dan sengaja melakukannya untuk membuat
Arjuna yang terlentang di atas tempat tidur Raihan sambil menutup matanya dengan sebelah tangannya berkutat dengan berbagai macam pikiran. Maju mundur dari satu peristiwa ke peristiwa lainnya, mengobrak-barik memorinya, mencari kepingan-kepingan puzle yang masih tercecer. Mencari jalan keluar dari labirin yang masih menjebaknya dalam kegelapan.''Jun, kamu tahu?!''Wajah ceria seoarang pemuda tampan bertanya kepada Arjuna yang terlihat sibuk dengan beberapa catatan di meja belajarnya.''Apa?'' tanya Arjuna menanggapi pertanyaan kakaknya, Raihan.''Gue ditugasin ama orang yang selama ini selalu bikin gue kesel...''''Tapi, kok kakak mukanya seneng begitu?!'' sahut Arjuna dengan ekspresi menyelidik.''Hehehe... muka kakak keliatan seneng banget ya?!''Raihan yang sedang bahagia tergambar jelas di wajahnya selalu tersenyum kegirangan.
131 Ulah Karissa''Jun, lu enggak pernah cerita tentang diri lo ke gue...''Mengernyit dahi Arjuna sampai seolah ditarik mundur mendengar ucapan Karissa.''Kok gitu sih lu ngeliatnya?!'' sahut Karissa dengan nada sedikit kesal karena reaksi Arjuna, ''Lebay tauk enggak...''''Lu move on dari si ganteng cool lo itu...'' ujar Arjuna mengabaikan kekesalan Karissa.''Kenapa mikir begitu?''''Soalnya aneh aja, lo tiba-tiba tertarik ama gue...''''Loh, gue emang selalu tertarik sama lo kok. Cuma, selama ini pesona lo kehalang ama silaunya pesona Indra...''''Terus sekarang, dia mulai redup sekarang beralih
132 Etos BisnisAiden dan Lex pergi meninggalkan Ardan dan Karissa setelah membuat pernyataan yang mempermalukan Ardan dan Karissa.''Maksud lu sebenernya apa?'' tanya Ardan dengan nada yang jelas tidak ramah, ''Kenapa malah lu bikin kacau semuanya?!''''Kamu marah sama aku?'' tanya Karissa dengan wajah memelas berlagak sedih, ''Tapi, aku kan cuma berniat dampingin kamu karena Deon enggak ada.''''Lo enggak pernah kek gini sebelumnya Riss...yang kek gini, siapa pun itu, elu enggak pernah mau tahu. Gue tahu elu, ini bukan gaya lo...''''Tahu apa kamu tentang aku Ndra?'' tanya Karissa dengan sorot mata tajam menatap Ardan, ''Aku anak Mahendra, hitam... putih... aku mengerti semuanya. Kenapa aku harus didiskriminasi?''''Jelas
133 Arjuna melunakDi waktu yang lain, tampak Karissa dan Arjuna duduk bersama di sebuah kafe tidak jauh dari kantor Karissa.''Tumben amat...''''Apanya?''''Lo dateng duluan nemuin gue...''''Kangen gue ama elo...''''Wow...'' sahut Karissa dengan senyum mengembang di wajah cantiknya, ''Akhirnya, Arjuna si dosen ganteng mengakui pesona Karissa.''''Hm... terserah elo aja deh,'' sahut Arjuna yang terkesan seolah acuh.Sorot mata Arjuna yang sedang menunjukkan pesonanya sengaja bertemu dengan bola mata cantik Karissa.Karissa sempat tersipu tapi dia menyembunyikannya dengan sangat baik dengan tingkah manjanya.
134 Perseteruan dua saudara*****''Bos, Arjuna terus bergerak... apa itu enggak apa-apa?'' tanya Rendra memberi laporan pada Ardan.Ardan hanya mengangguk menanggapinya, tapi, dia juga melihat ada ekspresi waspada di wajah Rendra.''Kenapa?'' tanya Ardan dengan nada santai, ''Ada yang laen lagi?''''Karissa, pergerakannya makin aneh...'' jawab Rendra serius.''Eum,'' angguk Ardan, ''Kalo itu gue juga tauk...''''Iya, cuma...'' sahut Rendra yang kemudian terdiam tidak melanjutkan kalimatnya.Ardan mengernyitkan dahi bereaksi dengan kelakuan Rendra yang jelas memperlihatkan kecemasannya.''Bos, Karissa engga
Karissa yang sempat terbawa emosi lalu menangis dalam pelukan Deon, beberapa waktu kemudian kembali pada kesadarannya.''Sudah cukup kak...'' ujar Rissa sambil mendorong tubuh Deon, melepaskan diri dari pelukannya.''Riss???'' panggil Deon yang masih merasa khawatir akan mental Karissa karena dia merasa ada yang aneh dengan adiknya.''Kakak banyak kerjaan... urus kerjaan kakak aja...'' ujar Karissa sambil mengalihkan wajah yang tersipu malu agar tak terlihat oleh Deon.''Ngapain di sembunyiin... dari kecil juga kamu udah biasa ngerengek sama kakak...''''Itu dulu... sekarang Rissa bukan anak-anak lagi...''''Dulu atau sekarang... kamu tetep adik kakak yang cantik...''''Gombal... udah sono, ah!''Deon melangkah pergi setelah mengacak-acak rambut Karissa sambil tersenyum.''Kak!'' panggil Karissa p
''Indra, ada apa ini?! Ini seperti bukan dirimu, tiba-tiba pergi meninggalkan pekerjaan begitu saja...''Ardan diam tidak menjawab pertanyaan Dhani, dia berdiri tegap, tidak menundukkan pandangan tapi juga tidak menatap Dhani.Dhani kesal dengan sikap Ardan yang diam tapi Dhani bisa mengetahui kalau sedang ada hal yang mengganggu Ardan. Dhani masih belum mempercayai Ardan seratus persen tapi dia tahu seberapa kompeten Ardan dalam melaksanakan setiap tugas yang di berikan.''Apakah Karissa membuat masalah?''Mata Ardan bereaksi dengan pertanyaan Dhani.''Belum tahu...'' jawab Ardan singkat tapi nada kesal dan marah yang samar terasa oleh Dhani yang cukup punya pengalaman.''Apakah kau butuh waktu?''''Ya, jika Anda berkenan...''''Baiklah, limpahkan tugasmu pada Deon, aku rasa dia sudah banyak belajar dari kesalahannya
Rama yang jengkel segera beranjak dari kursinya, dengan perasaan kesal dia mencari tahu ada apa di luar hingga mengganggu percakapannya dengan Aruna.BUAKTubuh Rama terpelanting dengan sangat keras karena sesaat setelah dia membuka pintu karena tendangan Ardan langsung mendarat di tubuhnya.Rama mengaduh kesakitan sambil memegang dada dan perutnya, belum sempat dia bangun, tangan kekar Ardan merenggut kerah baju Rama memaksanya untuk berdiri. Lalu, pukulan keras dari tangan kanan Ardan menghantam wajah Rama hingga membuat mulutnya berdarah.Rama terhuyung-huyung menahan sakit bukan hanya di perutnya tapi sekarang juga di wajahnya, berusaha berdiri setelah kembali terjatuh untuk kedua kalinya.DUGSekali lagi, tendangan Ardan menghantam tulang kering di kaki Rama membuatnya jatuh tersungkur sambil merengkuh kakinya.Melihat sosok suaminya