''Jadi, apa masalahnya?'' tanya Ardan dengan nada datar.
''Lo, kek lagi nginterogasi gue...'' jawab Arjuna dengan lagak seolah sedang menantangnya.
''Menurut lo gitu?!'' sahut Ardan tak kalah santai Ardan menanggapi Arjuna, ''Terserah, pikirin apa yang lu mau, bebas... jadi, bisa jawab pertanyaan gue?'' tanya Ardan kemudian dengan ekspresi menantang Arjuna yang sedang bermain-main dengannya.
''Bini lo, nyaris diculik...''
''Lo ada andil?''
''Menurut lo?!''
''Apa gue akan tanya kalo gue tauk?!''
''Jadi elu juga bingung...''
''Juga!'' seru Ardan menyahut dengan alis naik, ''Jadi, elo juga enggak tauk rupanya...'' ujar Ardan melanjutkan ucapannya.
Ardan merasa tenang karena ternyata Arjuna tidak berhubungan dengan percobaan penculikan Aruna, tapi di sisi lain dia juga merasa gusar k
Aruna menanggapi Ardan dengan nada suara seperti sedang merengek, dengan tubuh gemetar dia memperlihatkan ekspresinya yang menunjukkan kalau dia kecewa. ''Runa... Abang...'' ''Kalau abang tanya itu, Runa enggak ngerti...'' ujar Aruna menyela ucapan Ardan yang ragu-ragu, ''Runa enggak bisa misahin antara perasaan Runa saat abang ninggalin Runa, sama perasaan Runa setelah ngerasaain hampir diculik tadi... Runa enggak tahu gimana misahinnya...'' tambah Aruna dengan suaranya yang bergetar menahan tangis agar tidak tumpah ruah memperlihatkan kelemahannya yang berusaha disembunyikan. Emosi Aruna sedang berusaha memberontak setelah selama beberapa hari Aruna bahkan nyaris tidak tidur karena benaknya tidak bisa tidak memikirkan bagaimana suaminya meninggalkannya setelah menghardiknya dengan sangat keras saat itu. Ardan dengan segera memeluk istrinya yang hanya dalam hitungan detik akan segera meledak
Wajah Ardan memelas menanggapi reaksi istrinya yang tidak bisa menerima penjelasannya. Hatinya terenyuh dengan perasaan kecewa istri kecilnya yang jelas merasa tidak puas dengan keputusannya. Tanpa bicara, Ardan membelai wajah istri kecilnya, menatapnya dengan sorot mata yang redup, mengisyaratkan kalau dirinya juga merasa tersakiti karena tidak bisa membuat istrinya merasa aman dan nyaman. Sepasang suami istri saling bertatapan selama beberapa waktu, keduanya menunjukkan perasaan terluka. Pada akhirnya, Aruna kembali mengalah setelah melihat kekecewaan yang juga tersirat dibalik wajah tampan suaminya yang muram. Aruna menundukkan kepalanya, mengukuhkan perasaannya agar kembali tenang dan tetap tabah dengan konsekuensi yang harus diterima karena dia memiliki suami yang punya beban tanggung jawab besar karena tugas dan kewajibannya sebagai aparat pemerintah yang spesial. Tanpa melihat ke arah
126 Terbentuknya benih iri dan dengkiBaru saja kembali dari yang kata Ardan adalah bulan madu terlambatnya antara Ardan dan Aruna. Ardan dikejutkan oleh mobil mewah yang tiba-tiba memblokir jalan ketika Ardan hendak masuk ke pekarangan rumah.''Astaghfirullah...'' pekik Aruna karena terkejut.Di bangku kemudi Ardan mengernyitkan dahi dengan sorot mata kesal menatap pemandangan di hadapannya. Dia tahu siapa pengemudi mobil mewah di depannya.''Kak Karissa?!'' pekik Aruna pelan saat dia melihat dengan jelas pengemudi mobil mewah di hadapannya. Sontak saja Aruna segera menoleh ke arah suami di sebelahnya dengan ekspresi bertanya.Ardan tidak berkata apa-apa, tapi, dia tersenyum manis menanggapi wajah khawatir istri kecilnya, seolah berkata, ''tenang saja,
127 Penolakan''Maksud lo apa?'' tanya Ardan serius saat menghampiri Karissa di ruangan kantornya.''Ndra, kenapa sih, jutek amat... ada apa?'' tanya Karissa dengan wajah polosnya.''Enggak usah belagak pilon!'' seru Ardan ketus menjawab Karissa.''Ndra, semakin hari semakin hari kamu kok makin kasar sama aku... salah aku apa?!''Karissa masih memperlihatkan ekspresi yang menunjukkan kalau dia tidak mengerti maksud pertanyaan Ardan.''Sa, Nata mati di tabrak, itu semua elo kan?!'' sahut Ardan menanggapi Karissa dengan nada curiga.''Nata, mati ditabrak?!'' sahut Karissa dengan ekspresi heran, ''Kasian amat...'' kali ini wajahnya menampilkan ekspr
128 Perbincangan Aruna dan ArjunaArjuna mengelus dada di dalam hatinya melihat kelakuan nyeleneh dari anak didiknya yang satu ini. Dia kesal tapi dia sendiri juga heran dengan dirinya sendiri. Kenapa dia tidak bisa marah? Justru dia malah merasa kagum dengan tindakan berani sekaligus nekat Aruna meski yang juga terbilang tidak sopan.''Saya tahu, saya tidak sopan... tapi, pak... saya kan minta ijin bapak dulu...'' ujar Aruna kembali menjelaskan setelah melihat reaksi Arjuna yang juga membuat Aruna merasa bersalah.''Apa yang mendasari tindakan kamu kali ini?''''Kejadian kemarin pemicunya...''''Insiden percobaan penculikan kamu itu?!''''Iya pak...''
129 Pecahnya sebuah pertemanan''Deon, mana Casdi?''Ardan bertanya dengan nada serius, Ardan sudah sulit bicara sebagaimana mereka berdua berbincang biasanya karena Deon berubah sikap kepada Ardan di mulai sejak insiden di kantor Dhani.''Yang jelas enggak gue kantongin...'' jawab Deon ketus dengan tetap menatap dokumen-dokumen di hadapannya.''Deon kalo kek gini kerjaan bisa berantakan semua...'' sahut Ardan kesal.''Bukan urusan gue juga...''Deon tahu kalau Ardan mulai emosi karena beberapa hari ini Ardan mencoba meminta dokumen atau apa pun yang berkaitan dengan pekerjaan selalu tidak diperdulikan olehnya. Deon dengan sangat sadar dan sengaja melakukannya untuk membuat
Arjuna yang terlentang di atas tempat tidur Raihan sambil menutup matanya dengan sebelah tangannya berkutat dengan berbagai macam pikiran. Maju mundur dari satu peristiwa ke peristiwa lainnya, mengobrak-barik memorinya, mencari kepingan-kepingan puzle yang masih tercecer. Mencari jalan keluar dari labirin yang masih menjebaknya dalam kegelapan.''Jun, kamu tahu?!''Wajah ceria seoarang pemuda tampan bertanya kepada Arjuna yang terlihat sibuk dengan beberapa catatan di meja belajarnya.''Apa?'' tanya Arjuna menanggapi pertanyaan kakaknya, Raihan.''Gue ditugasin ama orang yang selama ini selalu bikin gue kesel...''''Tapi, kok kakak mukanya seneng begitu?!'' sahut Arjuna dengan ekspresi menyelidik.''Hehehe... muka kakak keliatan seneng banget ya?!''Raihan yang sedang bahagia tergambar jelas di wajahnya selalu tersenyum kegirangan.
131 Ulah Karissa''Jun, lu enggak pernah cerita tentang diri lo ke gue...''Mengernyit dahi Arjuna sampai seolah ditarik mundur mendengar ucapan Karissa.''Kok gitu sih lu ngeliatnya?!'' sahut Karissa dengan nada sedikit kesal karena reaksi Arjuna, ''Lebay tauk enggak...''''Lu move on dari si ganteng cool lo itu...'' ujar Arjuna mengabaikan kekesalan Karissa.''Kenapa mikir begitu?''''Soalnya aneh aja, lo tiba-tiba tertarik ama gue...''''Loh, gue emang selalu tertarik sama lo kok. Cuma, selama ini pesona lo kehalang ama silaunya pesona Indra...''''Terus sekarang, dia mulai redup sekarang beralih