''Lo kenapa Run?'' tanya Kania yang mulai cemas karena sudah beberapa hari melihat Aruna kehilangan semangat.
''Kagak...'' jawab Aruna singkat sambil memainkan sendok yang berulang kali keluar masuk ke dalam mangkuk dengan soto masih saja belum berkurang isinya.
''Run, itu soto nangis, lu maenin kek gitu...'' ujar Indira yang juga punya pemikiran sama dengan Kania.
Sempat terdiam sesaat Aruna setelah mendengar ucapan Indira, lalu dia menghela nafas seolah memperlihatkan betapa dia sedang banyak masalah.
''Run, cerita dong ama kita... Lo kenapa sih?!'' seru Kania membujuk Aruna.
''Gue paham perasaan elo bedua ama gue... tapi, sorry, laen kali aja...
Arjuna yang bersikap tegas meminta Aruna untuk segera masuk ke kelasnya membuat dua orang yang mengapitnya lengah. Tentu saja celah itu yang ditunggu Aruna sejak tadi. Pegangan tangan mereka mengendur, ujung pisau yang sudah tidak lagi menekan pinggang Aruna, lalu perhatian dua orang pria yang jelas punya niat buruk terhadapnya teralih kepada Arjuna.DUG BRAKAruna mendorong kedua pria yang mengapitnya sekuat tenaga, Aruna berusaha keras agar bisa lolos dari mereka berdua, hal itu juga langsung terlihat oleh Arjuna yang dengan cekatan segera menghampirinya. Tangan Aruna ditarik dengan kasar oleh Arjuna sampai Aruna hampir terjatuh.Dua pria yang mengapit Aruna dan mengancamnya dengan pisau terkejut tapi mereka juga bisa dengan segera bergerak. Pisau yang masih erat di genggaman salah satu pria refleks di ayunkan untuk melukai Aruna tapi segera di tepis oleh Arjuna hingga mengakibatkan darah segar keluar dari luka sayatan
''Ada apa, kok rame bener?'' tanya Gavin kepada salah seorang yang berbaur di dalam hiruk pikuk keramaian ketika dalam perjalanan menuju ruangan Arjuna karena di telefon Aruna barusan. ''Gavin!'' pekik Alisa dari belakanng Gavin saat menyadari kehadiran Gavin, ''Emang lu belom dapet kabar dari Aruna?'' ''Aruna?!... Emang ada apaan?'' tanya Gavin heran. ''Tadi sempet ada keributan, gue juga enggak tahu apa masalahnya, tapi gue lihat Pak Juna kek lagi negur gitu... enggak tauk Runa apa orang-orang yang lagi sama dia, eh tauk-tauk malah ribut, enggak lama Pak Juna luka, terus dipapah ama Aruna...'' ''Kok lu tauk?!'' ''Ya 'kan gue liat, tapi cuma dari jauh... makanya, gue enggak tauk jelas...'' ''Ya udah, makasih infonya Lis...'' ''Eh, Vin!'' pekik Alisa ketika Gavin bergegas meninggalkannya dengan wajah panik tapi Gavin tetap t
''Jadi, apa masalahnya?'' tanya Ardan dengan nada datar. ''Lo, kek lagi nginterogasi gue...'' jawab Arjuna dengan lagak seolah sedang menantangnya. ''Menurut lo gitu?!'' sahut Ardan tak kalah santai Ardan menanggapi Arjuna, ''Terserah, pikirin apa yang lu mau, bebas... jadi, bisa jawab pertanyaan gue?'' tanya Ardan kemudian dengan ekspresi menantang Arjuna yang sedang bermain-main dengannya. ''Bini lo, nyaris diculik...'' ''Lo ada andil?'' ''Menurut lo?!'' ''Apa gue akan tanya kalo gue tauk?!'' ''Jadi elu juga bingung...'' ''Juga!'' seru Ardan menyahut dengan alis naik, ''Jadi, elo juga enggak tauk rupanya...'' ujar Ardan melanjutkan ucapannya. Ardan merasa tenang karena ternyata Arjuna tidak berhubungan dengan percobaan penculikan Aruna, tapi di sisi lain dia juga merasa gusar k
Aruna menanggapi Ardan dengan nada suara seperti sedang merengek, dengan tubuh gemetar dia memperlihatkan ekspresinya yang menunjukkan kalau dia kecewa. ''Runa... Abang...'' ''Kalau abang tanya itu, Runa enggak ngerti...'' ujar Aruna menyela ucapan Ardan yang ragu-ragu, ''Runa enggak bisa misahin antara perasaan Runa saat abang ninggalin Runa, sama perasaan Runa setelah ngerasaain hampir diculik tadi... Runa enggak tahu gimana misahinnya...'' tambah Aruna dengan suaranya yang bergetar menahan tangis agar tidak tumpah ruah memperlihatkan kelemahannya yang berusaha disembunyikan. Emosi Aruna sedang berusaha memberontak setelah selama beberapa hari Aruna bahkan nyaris tidak tidur karena benaknya tidak bisa tidak memikirkan bagaimana suaminya meninggalkannya setelah menghardiknya dengan sangat keras saat itu. Ardan dengan segera memeluk istrinya yang hanya dalam hitungan detik akan segera meledak
Wajah Ardan memelas menanggapi reaksi istrinya yang tidak bisa menerima penjelasannya. Hatinya terenyuh dengan perasaan kecewa istri kecilnya yang jelas merasa tidak puas dengan keputusannya. Tanpa bicara, Ardan membelai wajah istri kecilnya, menatapnya dengan sorot mata yang redup, mengisyaratkan kalau dirinya juga merasa tersakiti karena tidak bisa membuat istrinya merasa aman dan nyaman. Sepasang suami istri saling bertatapan selama beberapa waktu, keduanya menunjukkan perasaan terluka. Pada akhirnya, Aruna kembali mengalah setelah melihat kekecewaan yang juga tersirat dibalik wajah tampan suaminya yang muram. Aruna menundukkan kepalanya, mengukuhkan perasaannya agar kembali tenang dan tetap tabah dengan konsekuensi yang harus diterima karena dia memiliki suami yang punya beban tanggung jawab besar karena tugas dan kewajibannya sebagai aparat pemerintah yang spesial. Tanpa melihat ke arah
126 Terbentuknya benih iri dan dengkiBaru saja kembali dari yang kata Ardan adalah bulan madu terlambatnya antara Ardan dan Aruna. Ardan dikejutkan oleh mobil mewah yang tiba-tiba memblokir jalan ketika Ardan hendak masuk ke pekarangan rumah.''Astaghfirullah...'' pekik Aruna karena terkejut.Di bangku kemudi Ardan mengernyitkan dahi dengan sorot mata kesal menatap pemandangan di hadapannya. Dia tahu siapa pengemudi mobil mewah di depannya.''Kak Karissa?!'' pekik Aruna pelan saat dia melihat dengan jelas pengemudi mobil mewah di hadapannya. Sontak saja Aruna segera menoleh ke arah suami di sebelahnya dengan ekspresi bertanya.Ardan tidak berkata apa-apa, tapi, dia tersenyum manis menanggapi wajah khawatir istri kecilnya, seolah berkata, ''tenang saja,
127 Penolakan''Maksud lo apa?'' tanya Ardan serius saat menghampiri Karissa di ruangan kantornya.''Ndra, kenapa sih, jutek amat... ada apa?'' tanya Karissa dengan wajah polosnya.''Enggak usah belagak pilon!'' seru Ardan ketus menjawab Karissa.''Ndra, semakin hari semakin hari kamu kok makin kasar sama aku... salah aku apa?!''Karissa masih memperlihatkan ekspresi yang menunjukkan kalau dia tidak mengerti maksud pertanyaan Ardan.''Sa, Nata mati di tabrak, itu semua elo kan?!'' sahut Ardan menanggapi Karissa dengan nada curiga.''Nata, mati ditabrak?!'' sahut Karissa dengan ekspresi heran, ''Kasian amat...'' kali ini wajahnya menampilkan ekspr
128 Perbincangan Aruna dan ArjunaArjuna mengelus dada di dalam hatinya melihat kelakuan nyeleneh dari anak didiknya yang satu ini. Dia kesal tapi dia sendiri juga heran dengan dirinya sendiri. Kenapa dia tidak bisa marah? Justru dia malah merasa kagum dengan tindakan berani sekaligus nekat Aruna meski yang juga terbilang tidak sopan.''Saya tahu, saya tidak sopan... tapi, pak... saya kan minta ijin bapak dulu...'' ujar Aruna kembali menjelaskan setelah melihat reaksi Arjuna yang juga membuat Aruna merasa bersalah.''Apa yang mendasari tindakan kamu kali ini?''''Kejadian kemarin pemicunya...''''Insiden percobaan penculikan kamu itu?!''''Iya pak...''
Dion dan Rafli bertindak mengikuti improvisasi dari situasi yang mereka ciptakan setelah terdesak.Desakan para preman yang meminta mereka untuk menyerahkan kunci mobil membuat mereka kesulitan mengulur-ulur waktu. Tapi, kreativitas dengan modal nyali nekat sekaligus bukti bahwa diklat yang mereka jalani menunjukkan kepiawaian mereka dalam melaksanakan tugas.''Lah, mana ya?!'' sahut Dion sambil kasak-kusuk berlagak mencari kunci di saku pakaiannya, ''Fli, mana kunci?''''Lah, bukannya ama elu?!'' jawab Rafli mengikuti skenario dadakan di lapangan.''Pe'a, kagak ada di gua... ama lu, kan...''''Kagak, kagak ada... tuh, liat!'' seru Rafli sambil menarik kantong pakaiannya keluar.''Ngelawak lu bedua!'' pekik preman yang menunggu kunci mobil mereka untuk di serahkan dengan mata melotot.''Ka-kagak bang, beneran dah... cek aja... kagak ada i
''Di mana ini?!" pekik Aruna ketika tali yang mengikat mulutnya dibuka saat sudah berada di sebuah ruangan, ''Mau apa kalian?!''Mereka yang ada di ruangan itu tersenyum sinis menanggapi kegelisahan Aruna dan Amira yang terkejut ketika tudung hoodie yang menutupi separuh wajah mereka dibuka, memperlihatkan suasana di sekeliling dengan lebih jelas sekarang.Salah seorang dari beberapa pria yang baru di lihat oleh Aruna dan Amira datang menghampiri.Pria itu mengangkat dagu Aruna dan Amira, memiringkannya ke kanan dan ke kiri, melihat mereka dengan seksama, menilai penampilan fisik mereka berdua.''Lumayan, biarpun enggak bisa laku mahal, tapi masih cukup ngejual,'' ujar Parta, pria paruh baya tapi punya aura mendominasi yang membuat Aruna dan Amira merasa sangat tidak nyaman, ''Enggak banyak duit yang bisa kamu dapet dari mereka berdua...'' tambah Parta seraya melirik kepada Karissa.
CKIITTTRem berdecit dan mobil yang dikendarai oleh para petugas yang mengikuti Karissa berhenti mendadak.''Dimana Pak Ardan?!" tanya Dion, salah satu petugas yang ditugaskan untuk mengawasi.''OTW,'' jawab Rafli yang jadi rekan bertugas Dion, ''Enggak jauh... dia pasti bentar lagi nyampe...''''Oke... keknya target udah sampe di tujuan. Gimana, kita lanjut masuk?''''Enggak tauk, tapi tempat ini sarang mafia, cuma kita bedua... ini mah nganter nyawa...''Dion dan Rafli berdiskusi tentang bagaimana langkah selanjutnya karena intruksi selanjutnya belum turun dari atasan mereka.''Terus gimana, target udah turun... iya kalo tujuan dia disini, kalo dia lanjut ke tempat laen... bakal repot...'' ujar Rafli dengan nada gemas.''Sialan!'' pekik Dion kesal, ''Gue juga bingung, kita cuma ditugasin buat ngintai... terjun langs
Ardan bergegas bergerak segera setelah mendapat laporan dari anak buahnya yang mengawasi rumah Amira.''Dua orang di seret paksa... kenapa dua?!'' tanya Ardan di dalam hatinya, ''Apa mungkin bukan Runa?!''Tidak banyak laporan yang diberikan anak buahnya selama dua hari terakhir karena sama sekali sulit untuk menemukan celah guna mengintip lebih dekat untuk melihat situasi di dalam rumah Amira supaya lebih jelas.Ardan bahkan meminta pada Ibunya Lita untuk menghubungi Amira dan menanyakan apakah ada hal lain yang dibutuhkannya supaya ada kesempatan baginya untuk bisa masuk ke dalam rumah Amira. Tapi, sayangnya, karena baru saja mendapat pasokan, Amira menolak tawaran bibinya.''Terserah deh... liat yang ini aja dulu. Enggak tauk kenapa tapi feeling gue beda tentang yang ini. Entah kenapa semangat gue naik buat ngejar yang ini... mudah-mudahan enggak salah...'' gumam Ardan d
Ardan memberikan beberapa foto Karissa dari berbagai posisi sebagai referensi agar Lita tidak salah mengenali.''Maafkan saya pak, saya tidak begitu yakin karena saya hanya melihat sekilas. Tapi pak, Ini bukan hal yang biasa di lakukan Kak Amira... Meski Kak Amira yang sekarang sangat jauh berbeda dengan Kak Amira tujuh tahun yang lalu. Tapi, tetap saja, saya merasa ada yang janggal...''Lita dengan jujur mengemukakan opininya karena dia juga tidak mau membohongi orang yang sedang kesulitan.''Saya tahu kalau ini tidak tepat,'' ujar ibu Lita menambahkan dengan wajah memelas menatap Ardan, ''Di saat bapak sedang susah saya malah merepotkan... tapi pak, bapak juga kan seorang petugas. Tolong bantu kami pak... Amira adalah anak baik yang ceria sebelumnya. Tapi, sejak tujuh tahun yang lalu tiba-tiba dia berubah... kami yakin ada sesuatu karena setelah tujuh tahun dia berdiam diri, tiba-tiba dia menghubungi kami.''&nb
Organisasi ilegal yang selama ini terselubung dengan bisnis taipan-taipan besar berjatuhan satu per satu. Pengacara-pengacara kecil mulai melejit naik menyaingi pengacara kondang yang telah penuh Schedule-nya karena banyak orang-orang berduit terciduk aparat. Semua itu bisa terjadi karena adanya efek domino dari penggerebekan-penggerebekan atas laporan dan data yang diberikan Ardan dan juga Rendra.Sudah sejak tujuh tahun terakhir satu per satu organisasi ilegal di jatuhkan Ardan secara diam-diam. Meski hanya organisasi kecil tapi sukses melemahkan pergerakan mereka sehingga mempersulit organisasi besar di atasnya untuk mengembangkan sayapnya. Karenanya, sejak Ardan menyusup tujuh tahun yang lalu, pergerakan organisasi ilegal yang meresahkan hingga merugikan negara berhasil di tekan seminimal mungkin.''Ardan, kita sudah mempersempit rute pelarian...'' ujar atasan Ardan, ''Kita akan segera menemukan istrimu, secepatnya...''
''Brengsek!'' pekik Arjuna menggebrak meja sambil menatap layar laptopnya dengan mata nanar, ''Ada di mana lu?!''Sudah tiga hari sejak Aruna di culik dan belum ada tanda-tanda keberadaannya sama sekali. Ardan yang hampir putus asa menghubungi Arjuna meminta bantuannya.''Kagak ada bayangan apa pun tentang keberadaan Karissa?!''''Gue udah cari, tapi enggak ketemu...''''Apa Karissa ada sebutin sesuatu selama lu kenal dia selama ini?!''''Dari kemaren otak gue jungkir balik berusaha nginget sesuatu tentang Karissa yang mungkin ketinggalan...'' jawab Arjuna dengan nada kesal, dia lalu menjeda ucapannya kemudian mendesah putus asa setelahnya dia menggelengkan kepalanya sambil menatap Ardan dengan ekspresi menyesal.Ardan membanting bokongnya di sofa ruang tamu Arjuna lalu menyandarkan punggung, wajahnya menengadah ke langit-langit ruangan memperlihatkan betapa
''Brengsek!'' pekik Arjuna menggebrak meja sambil menatap layar laptopnya dengan mata nanar, ''Ada di mana lu?!''Sudah tiga hari sejak Aruna di culik dan belum ada tanda-tanda keberadaannya sama sekali. Ardan yang hampir putus asa menghubungi Arjuna meminta bantuannya.''Kagak ada bayangan apa pun tentang keberadaan Karissa?!''''Gue udah cari, tapi enggak ketemu...''''Apa Karissa ada sebutin sesuatu selama lu kenal dia selama ini?!''''Dari kemaren otak gue jungkir balik berusaha nginget sesuatu tentang Karissa yang mungkin ketinggalan...'' jawab Arjuna dengan nada kesal, dia lalu menjeda ucapannya kemudian mendesah putus asa setelahnya dia menggelengkan kepalanya sambil menatap Ardan dengan ekspresi menyesal.Ardan membanting bokongnya di sofa ruang tamu Arjuna lalu menyandarkan punggung, wajahnya menengadah ke langit-langit ruangan memperlihatkan betapa
Alis mata Ardan nyaris menyatu dengan sorot mata tajam, giginya bergemeretak menahan emosi hingga membuat salah tingkah beberapa bawahannya ketika Ardan, Rendra dan yang lainnya tiba di TKP selang waktu 40 menit setelah mendapat laporan.Suara sirene mobil polisi dan mobil ambulans bersahutan sebelum kedatangannya ke TKP. Kehebohan terjadi dengan beberapa mahasiswa terlihat tergeletak bertebaran dengan luka-luka di tubuh.Beberapa preman tertangkap dan babak belur, nyaris sekarat karena di hajar banyaknya warga kampus yang kesal apa lagi saat beberapa orang hampir tewas karena mini van yang nekat melaju menerjang kerumunan.''Vin, elu enggak apa-apa?!''''Dimananya?!'' jawab Gavin dengan nada ketus, ''Udah jelas bonyok begini...''''Baru bonyok...'' sahut Ardan sambil menepak dahi Gavin,''Nah bini gue, ilang lagi aja...''Ardan tampak tenang menanggapi Gavin,