Sukhumvit, Bangkok.
Hari ini adalah hari terakhir Gavin di Bangkok. Besok pagi ia akan pulang ke Indonesia. Pekerjaan hari ini ditutup Gavin dengan rapat besar karena ia akan menetap di Jakarta. Namun, tetap dia akan menghandle seluruh pekerjaannya dari Indonesia. Meski harus bolak-balik tidak masalah baginya. Itu adalah keputusan Direktur utama Gavin Maheswari pada meeting sore ini.
Setelah meeting selesai tinggal lah Gavin di kursi meeting. Begitu juga dengan Lucy yang sibuk merapikan berkas-berkas di atas meja.
Semenjak Gavin kembali ke Bangkok, Lucy merubah penampilannya. Ia melepas kacamata yang selalu dikenakannya dengan softlens berwarna hazel. Memoles wajah cantiknya dengan make-up dan berpakaian semakin ketat dan seksi. Ya, Lucy sengaja merub
Saat Raline mengambil dress yang terlipat rapi, tiba-tiba ada selembar kartu ucapan jatuh menyelip di sela gaun cantik berwarna hitam, hadiah dari Gavin."Jelek banget tulisannya," ejek Raline saat membaca pesan yang tersemat di kartu ucapan. Tulisan dari tangan seorang direktur muda yang sukses.'Pakai hadiah dariku malam ini.Temui aku di suatu tempat nanti malam, pukul tujuh.Aku sudah tidak sabar bertemu dengan kamu.Tertanda, suamimu yang paling tampan.'Garis lengkung terumbar di wajah cantik Raline. Bahkan bola matanya terlihat berkaca-kaca. Jantungnya berdegup kencang. Suaminya sudah kembali, dan malam ini ia akan bertemu. Rindunya akan
Gavin datang mendekati sang istri. Mengeluarkan tangannya dari kedua saku celana bahannya, lalu memeluk Raline dengan erat. Membenam wajahnya di ceruk leher Raline, menghirup aroma tubuh wanita yang sangat dirindukannya. Seakan tubuh istrinya adalah oksigen terbaik untuk bertahan hidup. "Aku sangat merindukanmu, cupu." Air mata Raline semakin menetes tak tertahan. Ia juga merindukan Gavin. Namun tidak ada kata-kata yang mampu diucapkan kali ini. Bibirnya seakan kelu tidak bisa mengutarakan apa yang ada dalam hatinya. Dengan cepat Raline menyeka air matanya, tidak ingin terlihat lemah didepan Gavin. "Kenapa kamu mengajakku kesini?" tanya Raline. Gavin melepas pelukannya setelah puas menghirup
Selesai makan malam, Gavin membawa kembali Raline pulang ke villa. Mereka berjalan-jalan sepanjang pantai. Deburan ombak kecil menjadi saksi keromantisan mereka berdua. Bergandengan tangan, berjalan di atas pasir putih sambil melepas kerinduan yang memuncak."Terima kasih karena sudah hadir dalam hidupku," ucap Gavin saat menghentikan langkahnya dan menarik tubuh Raline ke pelukan. "Kamu mau maafin aku kan? Karena selama ini aku malah ninggalin kamu terus."Raline mengangguk tanpa sanggup berkata-kata. Ia seperti anak kecil yang sedang dalam pelukan. Tubuhnya terasa menciut saat dipeluk Gavin. Tubuh lelaki itu sangat hangat, membuat Raline nyaman berada dalam dekapan.Saat Gavin melepas pelukan, hari mulai bergemuruh dan turun rintik hujan. Seketika Raline menutupi tubuhnya dengan tangan karena rin
'Malam pertama untuk cinta pertama yang paling disayang' ______ Raline mengangguk lemas. Ia sudah sangat bergairah karena Gavin memainkan jarinya di titik gundukan yang sudah menegang. Menggigit bibir bawah sambil menggeliat gelisah. Rasanya begitu nikmat. Pandangannya mulai buram sekarang. Ia meminta lebih dari sebuah sentuhan lembut. Tubuh Raline seketika meremang. Gavin baru kali ini padahal melakukan hubungan seintim ini. Meski dia dijuluki mesum tetapi memang ini kali pertama dia akan melakukan melepas masa perjakanya. Usia cukup muda, di dua puluh satu tahun. Gavin terus saja bermain-main, memperhatikan istrinya yang menerima setiap treatment darinya. Sekarang lelaki itu semakin gila. Ia menjatuhkan ciuman lagi di paha Raline. Mengecu
"Aku akan menyiapkan air hangat untukmu mandi. Tunggu sebentar," ujar Gavin sambil menyelimuti tubuh Raline yang polos.Gavin meraih handuk dan melilitkannya di pinggang. Ia beranjak ke kamar mandi dan mengisi bathup dengan air hangat. Meski baru pertama kali, Gavin terlihat telaten menyiapkan untuk wanita yang paling ia cinta. Menuangkan rose oil ke dalam bathup agar mandi Raline terasa nyaman. Pasti akan sakit, karena Gavin baru saja mengoyak keperawanan wanita itu.Setelah semua siap, Gavin kembali ke luar kamar mandi. Melihat istrinya terlelap lantas membuatnya ragu untuk membangunkan. Ia menghampiri tempat tidur sambil memandangi wajah sang istri. Merapikan anak rambut yang menghalangi wajah cantik Raline.Raline menggeliat pelan. Membuka matanya dan melihat Gavin di hadapannya. "Sshh!" Wanita
Sepanjang malam Gavin tidak bisa fokus bekerja. Bayangan kejadian malam pertamanya selalu terngiang. Membuat lelaki itu selalu tersenyum dan nanti tertawa saat mengingat kejadian luar biasa dalam hidupnya. Melucuti semua pakaian yang ia beri untuk istrinya itu. Bahkan dia adalah lelaki yang menggagahi Raline untuk pertama kali.Gavin adalah lelaki paling beruntung mendapatkan gadis sepolos dan seteguh Raline. Ia juga bisa membuat wanita itu kecanduan sampai berani meminta lagi untuk bercinta dalam bathup.“Argh!” jerit Gavin tertahan. Ia menggigiti buku jarinya karena gemas mengingat kejadian panasnya bersama Raline.Waktu menunjukan pukul tiga pagi, Gavin langsung menutup laptopnya dan kembali ke kamar. Mendapati Raline tidur, wajahnya kembali bersemu. “Tidur saja bisa cantik beg
“Kau menyukainya, hm?” tanya Gavin sambil mengecup titik berwarna merah muda itu berkali-kali. Mengeluarkan suara letupan karena Gavin seperti sedang mengecup permen lolipop. Bibirnya berhasil membuat titik gundukan Raline menegang keras.Raline mendongak karena suaminya sedang bermain-main di selangkangannya. Membuka kedua pahanya dengan lebar. Memainkan jari di sana, sampai ia menggelinjang gelisah. Seluruh tubuhnya meremang menerima sentuhan Gavin. Saraf di tubuhnya seakan merespon tiap sentuhan dari suaminya yang luar biasa menggairahkan. Memacu adrenalin nya sampai berani nekat berpikir liar.Gavin sudah telanjang di dapur. Sedangkan Raline masih mengenakan kemeja yang sudah terbuka semua kancingnya. Bahkan semua pakaian dalam wanita itu berhasil dilucuti si mesum Gavin dan berserakan di dapur. Keduanya terus melumat dan bertu
"Sudah selesai semuanya, Tuan." Jamal keluar sambil menyeret dua koper keluar kamar."Kalau begitu kita pergi sekarang," titah Gavin sambil merangkul pinggang Raline agar semakin dekat dengannya. Lalu mengarahkan wanita itu keluar villa menuju mobil.Siang ini Gavin membawa Raline pulang ke rumah lamanya. Rumah Yudistoro, Ayah mertua Raline untuk pertama kali sebagai seorang istri dari Gavin Maheswari."Gavin, malu tau! Lepas gak?!" bisik Raline sambil melirik ke arah para pengawal suaminya. Lalu masuk ke dalam mobil.Dengan entengnya Gavin masuk ke dalam mobil tanpa rasa malu. Wajahnya malam bersemu dan terlihat bahagia sekali. Senyum tipis selalu terumbar sejak ia pulang dari Bangkok. Terlihat jelas jika lelaki itu sangat bahagia saat ini. Sedan
Extra bab untuk my readers beloved, PAID LOVE. ___________ Di sebuah mall, Raline dan sang tante pergi ke sebuah store branded luar negeri. Dimana ada foto Raline yang terpampang lebar didepan store menggunakan pakaian branded tersebut dari atas hingga bawah. Ya, hari ini adalah hari tenang Raline sebelum berangkat pergi ke Australia minggu depan. Ia, mendapat black card untuk membelanjakan kartu hitam mewahnya dengan brand yang menjadikannya Brand Model Ambassador. “Ral, Tante mau ke toilet dulu sebentar. Kamu disini aja kan?” ijin Tante Maria pada san keponakan. Raline mengangguk sebagai jawaban. “Raline tunggu disini, ya, Tan.” Maria pun bergegas pergi dari store tersebut dan mencari toilet terdekat. Raline juga kembali diarahkan oleh salah satu retail sales berpengalaman pada produk terbaru mereka. Pada saat tangan Raline meraih salah satu tas yang terpanjang, tiba-tiba ada seseorang yang meraihnya terlebih dahulu. Lantas, wanita itu langsung menoleh dan menatap sosok lelak
Terima kasih sudah berkenan mampir di cerita sederhana ini. Tidak mewah memang, tetapi cerita ini aku tulis dengan hati dan cinta. Segenap hati aku menulis ini dalam keadaan tidak sempurna, karena authornya masih human. Bukan alien. Mhehehe :) Semua emosiku aku tuang di cerita PAID LOVE dari sedih, senang, gusar, bahagia bahkan tersedu-sedu seperti saat aku menuliskan sedikit ucapan untuk yang sudah singgah apalagi menetap bersama Author yang hobi makan remahan taro ini. Kiranya kalian kata-kata tidak puitis dan aneh ini bisa dong, kasih ulasan tentang cerita PAID LOVE, entah itu Raline, Gavin, Laura dan lain-lain. Singkat memang, tapi tidak ada cerita yang berakhir harus bahagia. Cerita ini memang menggantung, dan agak
"Luka itu tidak akan pernah bisa sembuh sekalipun bisa hilang dari pandangan mata ...."***Satu tahun kemudian ….Plak! Sebuah tamparan keras mendarat di pipi Devin. Ia mencium bibir Raline dengan paksa. Berhasil wanita itu membalas dengan tamparan keras di wajah adik dari Gavin. Selama ini dia sangat mempercayai Devin. Tetapi sekarang semua kepercayaan itu hancur lebur."Kamu keterlaluan, Dev! Jadi semua itu kamu penyebabnya, huh!? Aku tidak menyangka kamu sejahat itu ternyata."Raline tidak menyangka jika semua yang terjadi adalah ulah Devin dan Lucy. Hubungan dia bersama Gavin hancur karena dengan sengaja lelaki itu mengadu domba keduanya sampai berpisah seperti sekarang.&nbs
Selama di dalam perjalanan menuju pulang, Laura terus membujuk Raline untuk menerima tawaran pemilik agensi model itu. Bahkan Raline kebingungan menolak tawaran itu saat Gasari memintanya lagi untuk menjadi model.“Ini bakal jadi pengalaman baru buat kamu. Siapa tahu uangnya bisa kamu tabung dan lanjut untuk kuliah. Daripada kamu di rumah terus, Nak. Coba baca dulu kontraknya, terus kamu bisa terima tawaran untuk berkunjung ke kantor agensi itu. Mama temani nanti, deh, ya?” bujuk Laura antusias.Dia juga sebenarnya tidak tega melihat anak kesayangannya itu hanya di rumah seperti dirinya tanpa memiliki aktivitas lain. Hanya Maria yang bekerja. Meski sebenarnya, Laura memiliki uang simpanan pemberian Gavin yang dirahasiakan olehnya dari Raline. Sepeserpun kartu gold pemberian dari menantunya itu tidak pernah disentuh olehnya.
Tiga puluh hari kemudian.Raline tinggal bersama Laura dan Maria. Sudah satu bulan wanita itu pergi dari rumah keluarga Gavin. Sebenarnya Raline ingin pergi dari rumah pemberian suaminya, namun Jamal sudah mewanti-wanti agar tidak perlu meninggalkan hunian mereka sekarang. Rumah yang menjadi tempat tinggal keluarga Raline saat ini, sudah atas nama dia sendiri.Laura dan Maria sampai detik ini tidak tahu kenapa anak kesayangan mereka itu pergi meninggalkan Gavin dan malah tinggal bersama-sama sekarang.Raline berubah menjadi lebih pendiam dan suka berada di dalam kamar setelah keluar dari kediaman mertuanya. Bahkan, tidak jarang dia bisa tahan seharian penuh tidak keluar dari kamar. Laura sempat khawatir, tapi selalu saja Raline bisa berkilah kalau dia akan baik-baik saja.
Raline terikat kedua tangannya salah satu tiang kamar. Gavin menyesapi setiap inci tubuhnya tanpa ada yang tertinggal. Kissmark di leher, dan bekas gigitan membekas di sela paha wanita itu. Ia terperanjat akan sentuhan kasar Gavin yang berada di titik intimnya. Tubuh putih itu sekarang tidak mulus karena lelaki itu menodainya dengan bekas-bekas kegilaannya.Disuruhnya paksa wanita itu menggeliat seksi. Gavin memperlakukan Raline sudah seperti wanita bayaran. Rasa trauma itu kembali muncul. Dia tidak menyangka di dalam hidupnya jika Gavin yang memperlakukannya seperti ini. Kasar dan brutal. Tubuhnya sudah tidak tahan akan kegilaan lelaki itu. Desahan, rintihan tidak hentinya lolos.Pandangan Raline sudah buram. Dia memang bergairah dan sudah mencapai puncak dua kali, namun lelaki itu tidak kunjung menuntaskannya. Malah Gavin hanya menjadikannya tonto
Raline terperanjat setiap kali Gavin mencumbu setiap inci tubuhnya dengan brutal dan kasar. Setitik kristal bening keluar di sudut mata Raline yang tertutup rapat. Saat mata itu terbuka, ia seakan memohon pada Gavin agar berhenti menyiksanya.Tangan Gavin meremas kasar dada Raline tanpa ampun yang masih tertutup bra namun terlihat berantakan. Wanita itu sudah basah dibawah sana, tapi dia tidak merasakan kehangatan sama sekali akan sentuhan yang diberikan Gavin. Lelaki itu menyiksa tubuhnya kasar.“Emmpphh!” rintih Raline. Dia membuka matanya yang sudah sayu berusaha menatap dan memelas belas kasih di mata Gavin. Namun, tidak ada pandangan hangat lagi di mata sang suami. Air mata jatuh tak tertahan lagi. Raline menangis sekarang.Setelah puas membasahi tubuh Raline dengan salivanya
Sesampainya Gavin di rumah, suasana sudah sangat sepi. Hanya ada pengawal yang tengah berjaga di kediaman Yudistoro. Tuan besar di rumah itu pun sedang tidak berada di tempat.Gavin turun dari mobil dengan amarah yang tertahan. Rahangnya mengeras dengan penampilannya yang berantakan. Darah masih bersimbah di jari tangan suami dari Raline itu.Gavin terlebih dahulu mencuci tangannya di kamar dia sebelumnya. Lelaki itu enggan masuk ke dalam kamarnya bersama Raline. Dia sangat gusar dan dalam keadaan tidak baik.Sebisa mungkin Gavin menghindari bertemu dengan istrinya. Dilepasnya kemeja putihnya dan meminum banyak air putih yang baru saja dibawakan oleh pekerja di rumahnya.Membasuh wajah dan rambutnya, Gavin berdiri di depan cermin kamar mandi sambi
"Kamu tunggu disini," pinta Gavin pada Jamal."Baik, Tuan." Jamal berdiri di depan pintu gudang dan menurut saja atas perintah Gavin.Dengan langkah berat, Gavin masuk ke dalam gudang yang temaram. Hanya ada lampu yang menyala tepat di bawah Edd tengah disekap mulutnya. Ada dua pengawal yang berjaga di samping kiri dan kanan.Gavin memberi isyarat dengan mengibaskan tangan pada dua pengawalnya yang berjaga standby. Mereka pergi karena bos mudanya meminta untuk pergi. Tinggallah Gavin sendiri bersama Edd.Edd dalam keadaan tertidur saat ini. Mulutnya dibekap lakban berwarna hitam. Wajahnya terlihat memar di beberapa sudut. Edd melawan saat dibawa paksa oleh dua pengawal Gavin ke gudang ini. Belum hilang bekas pukulan Devin saat itu, sekarang wajah