Hari ini Lintang terlambat ke sekolah. Bukan hanya Lintang, melainkan Vanka juga.
Sebenarnya, Vanka tidak terlambat ke sekolah, tapi karena ia menunggu Lintang untuk menjemputnya jadilah ia ikut terlambat. Dan, sekarang mereka sedang menjalani hukuman mereka. Yaitu, berlari memutari lapangan sebanyak sepuluh kali.
"Capek banget," keluh Vanka.
"Lemah banget sih jadi cewek. Baru satu putaran aja udah ngeluh," ejek Lintang.
"Ih Lintang! Ini semua juga gara-gara lo tahu. Coba aja kalau lo jemput gue cepat, pasti kita gak bakal telat kayak sekarang," omel Vanka.
"Bisa diem gak lo? Salah lo sendiri, gue kan udah nyuruh lo berangkat duluan. Lo aja yang ngotot mau nunggu gue. Jadi, jangan salahin gue kalau sekarang lo dihukum," ucap Lintang masih terus berlari.
Vanka terdiam. Ia kembali berlari, tapi tidak bersuara lagi. Hal itu membuat, Lintang menoleh ke belakang memastikan apa Vanka baik-baik saja atau tidak.
"Kenapa diam?" tanya Lintang masih terus menoleh ke Vanka, hingga ia tidak menyadari kalau di depannya ada tiang. Alhasil, kepalanya membentur tiang tersebut.
"Hahaha," tawa Vanka pecah saat itu juga.
Lintang menatap tajam ke arah Vanka. Ia mengusap-usap dahinya yang memerah.
"Makanya jadi cowok jangan cuek ke pacarnya. Kena batunya, kan?" kekeh Vanka.
"Ck! Dasar cewek nyebelin. Gara-gara lo gue kebentur."
"Ih kok malah nyalahin gue sih? Kan lo sendiri yang nabrak tiangnya."
"Pokoknya gara-gara lo. Udah jangan ngajak gue ngomong lagi."
"Dih, siapa juga yang ngajak lo ngomong sih? Kan, lo sendiri yang noleh ke gue," ucap Vanka.
"Berisik! Ngomong lagi kita putus ya?" ancam Lintang.
Vanka menghentikan larinya sejenak. Ia mencebikan bibirnya kesal.
"Ish. Hobinya ngancam putus mulu. Niat gak sih pacaran sama gue?"
Lintang berhenti sejenak kemudian membalikan badannya menghadap Vanka.
"Gak niatlah," ucap Lintang sembari tersenyum puas membuat Vanka semakin kesal.
"LINTANG NYEBELIN!"
"Kalian berdua! Lanjutin hukuman kalian! Awas saja kalau kalian berhenti, saya tambah hukumannya!" Itu adalah suara Bu Reni. Dia adalah guru BK yang terkenal paling galak di sekolah.
"Iya Bu," ucap Vanka dan Lintang kemudian kembali berlari.
*****
Lintang dan Vanka sudah selesai menjalani hukuman mereka. Kini, mereka sedang berada di kantin.
Vanka meneguk air mineralnya hingga sisa setengah.
"Haus Neng?" sindir Lintang.
Vanka hanya menyengir. "Haus lah. Kan habis lari gimana gak haus coba."
"Makanya, lain kali kalau gue bilang gak usah tuggutun gue, ya gak usah. Jadinya lo dihukum, kan."
Vanka hanya mengangguk.
"Iya. Gue juga gak tahu kalau kita bakal telat."
"Maaf udah buat lo dihukum," ucap Lintang.
Vanka tersenyum. Ia merasa senang karena Lintang meminta maaf padanya. Setidaknya, Lintang masih peduli padanya.
"Iya gak papa kok. Lagian, ini bukan salah lo kok. Gue juga salah."
Vanka menatap dahi Lintang yang memerah karena menabrak tiang tadi.
Ia menyentuh dahi Lintang. "Sakit ya?" tanya Vanka.
"Lumayan," jawab Lintang singkat.
"Gue ambil es batu dulu, ya. Biar gue kompresin takutnya malah bengkak," ucap Vanka yang hanya dibalas anggukan kecil oleh Lintang.
Vanka berjalan ke pedagang dan meminta beberapa es batu. Setelahnya, ia kembali ke Lintang.
"Ya ampun Lintang! Ini kenapa dahi Lo merah gini? Siapa yang udah bikin dahi lo merah kayak gini?" tanya Lisa khawatir.
"Em, gue gak papa kok," jawab Lintang.
Vanka yang melihatnya merasa tidak suka. Ia segera menggeser Lisa dan duduk di samping Lintang.
"Tang, sini gue kompresin dahi lo," ucap Vanka. Baru saja ia ingin mengambil plastik berisi es batu yang ia taruh di meja, Lisa sudah mengambilnya duluan.
"Lisa! Siniin es barunya!" titah Vanka.
"Enggak. Udah lo minggir aja. Biar gue yang kompresin Lintang." Lisa mendorong Vanka hingga gadis itu terjatuh. Ia langsung duduk di samping Lintang dan mengompresi dahi Lintang.
Vanka berdecak sebal. Berani-beraninya Lisa mendorongnya dan sengaja mencari kesempatan untuk dekat dengan Lintang.
"Van, lo gak papa, kan?" tanya seorang cowok. Ia membantu Vanka bangkit berdiri.
"Makasih Dean," ucap Vanka.
"Sama-sama, Van."
Dean Pradipta adalah cowok yang cukup terkenal di sekolah selain Lintang. Banyak gadis yang tergila-gila padanya, tapi ia masih di bawah Lintang. Lintang lebih populer di sekolah ini. Itulah kenapa Vanka sangat tergila-gila dengan Lintang.
Dean memang menyukai Vanka, ia bahkan pernah menyatakan perasaannya pada Vanka, namun gadis itu menolaknya dengan alasan tidak ingin berpacaran. Tapi, ia kecewa begitu mendengar kalau Vanka menerima Lintang menjadi pacarnya.
"Lo belum makan?" tanya Dean pada Vanka.
"Belum."
"Ya udah, kita beli makanan yuk. Daripada lo nungguin Lintang. Dia kan lagi diobatin sama Lisa," ucap Dean sembari melirik Lintang yang juga sedang menatapnya.
"Em, gue---"
Belum sempat Vanka menyelesaikan ucapannya, Lintang langsung bangkit dan menarik Vanka menjauh dari cowok itu.
"Jangan ganggu cewek gue!" ketus Lintang.
Dean tersenyum miring.
"Sorry bro. Gue bukannya mau ganggu cewek lo. Tapi, gue cuma kasihan aja sama dia. Pasti dia kesel liat cowoknya mesra-mesraan sama cewek lain," ucap Dean.
"Maksud lo apa ngomong gitu hah? Lo gak berhak ngurusin urusan gue!"
"Santai dong. Gue cuma kasih tahu aja. Kalau lo sia-siain cewek lo, mendingan lo putusin aja deh." Setelah berucap demikian, ia langsung pergi.
Vanka menatap wajah Lintang yang memerah menahan amarah.
"Udah Tang. Lo duduk dulu, ya." Vanka membawa Lintang untuk duduk di bangku. Lisa yang dari tadi diam, menatap mereka tidak suka.
"Lo sengaja mau cari perhatian sama dia, hah?" ketus Lintang.
"Kok lo ngomong gitu sih? Gue kan tadi jatuh karena Lisa. Dean cuma nolongin gue," ucap Vanka membela diri.
"Gak usah salahin Lisa deh. Jelas-jelas lo sengaja jatuh kan biar Dean nolongin lo? Dasar cewek suka cari perhatian! Kalau lo udah gak mau pacaran sama gue ya bilang! Jangan malah cari perhatian sama cowok lain!" omel Lintang.
Vanka membulatkan kedua matanya. Kenapa Lintang jadi marah-marah padanya? Dan, kenapa Lintang menyebutnya cewek suka cari perhatian?
"Kok lo ngomong gitu sih sama gue? Gue kan udah jelasin ke lo."
"Udah deh, gak usah masang wajah gak bersalah kayak gitu. Gak mempan tahu gak."
"Ayo Lis, kita ke kelas aja. Malas gue liat muka cewek suka cari perhatian kayak dia," ucap Lintang kemudian meraih tangan Lisa dan keluar dari kantin.
"Kenapa Lintang jadi marah sama gue sih? Padahal, gue gak salah," lirihnya.
****
"Tang, lo kenapa sih marah sama Vanka sampai segitunya? Lo cemburu sama dia?" tanya Lisa sedikit tidak suka.
Ia merasa Lintang tadi cemburu pada Vanka dan Dean.
"Cemburu? Ya enggaklah. Buat apa juga gue cemburu sama dia," elak Lintang.
"Bagus deh kalau lo gak suka sama dia. Gue masih nunggu lo, Tang."
Lintang terdiam. Apa benar ia cemburu pada Vanka? Lintang menggelengkan kepalanya cepat. Tidak mungkin ia cemburu. Ia pasti hanya sedang kesal pada Vanka. Hanya itu.
************
Lintang menatap bosan Vanka yang sedari tadi sedang memilih-milih novel yang ada di rak buku. Sekarang mereka sedang berada di toko buku. Vanka meminta Lintang untuk menemaninya ke toko buku. Meskipun, Lintang sedang kesal dengan gadis itu mengingat kejadian di kantin antara Dean dan Vanka, namun ia tetap menuruti permintaan Vanka. Karena ia sudah berjanji akan menemani gadis itu."Tang, kira-kira gue beli novel yang mana ya?" tanya Vanka pada Lintang sembari menunjukkan dua novel yang ada di tangannya pada Lintang."Beli aja yang lo suka," jawab Lintang singkat."Tapi gue suka dua-duanya.""Ya udah, beli dua-duanya aja.""Tapi, uang gue gak cukup kalau beli dua-duanya. Gimana dong?""Ck! Buruan! Gue gak punya banyak waktu buat nunggu lo di sini. Lo pikir gue gak ada kerjaan lain apa?" ketus Lintang.Ia sudah sangat bosan menunggu Vanka di sini. Karena sudah hampir dua jam mereka berada di toko buku. Salah satu alasan Lintang malas menemani
Vanka berdiri di depan Lintang yang sedang menatapnya. Pagi ini, Vanka berangkat sekolah sendiri. Ia tidak menunggu Lintang. Cowok itu tidak tahu kalau Vanka sudah berangkat duluan. Ia tadi sempat ke rumah Vanka, namun gadis itu sudah tidak ada. Dan, sekarang Lintang sedang berada di depan kelas Vanka."Kenapa lo berangkat duluan? Kenapa gak chat gue dulu?" tanya Lintang."Gue gak mau telat kayak kemarin," jawab Vanka singkat."Telat dari mana? Ini aja masih jam setengah tujuh. Gue aja gak telat.""Gue cuma gak mau berangkat sama lo aja."Lintang menatap Vanka bingung. Kenapa gadis ini terlihat jutek padanya? Apa kesalahannya?"Lo kenapa sih? Lo marah sama gue? Emang gue salah apalagi?" tanya Lintang."Harga novel yang lo beliin buat gue berapa? Biar gue ganti uangnya," ucap Vanka tanpa menjawab pertanyaan Lintang."Gak usah ganti uang gue. Gue ikhlas kok beliinnya," tolak Lintang. Tapi ucapannya tidak dipedulikan o
Lintang dan Vanka sedang berada di cafe. Mereka kini sedang menikmati ice cream. Bahkan, Vanka sudah dua kali memesan ice cream.Lintang hanya bisa geleng-geleng kepala melihat kelakuan pacarnya."Doyan banget lo," ucap Lintang.Vanka tersenyum kecil. "Iya lah. Soalnya ice cream di sini enak banget. Makasih ya atas sogokannya."Lintang mengernyitkan keningnya bingung. "Sogokan? Maksud lo?" tanya Lintang tidak mengerti."Iya sogokan. Lo nyogok gue biar gue gak marah lagi sama lo, kan?""Gue gak nyogok. Gue emang mau traktir lo aja," jawab Lintang seadanya.Sebenarnya, ia memang sengaja mengajak Vanka untuk makan ice cream, agar gadis itu tidak marah lagi padanya. Lintang tahu Vanka sangat menyukai ice cream.Setiap Vanka marah padanya, ia pasti akan berusaha membujuk Vanka dengan ice cream, dan hal itu berhasil. Walaupun, kadang-kadang gagal."Oh gitu." Vanka kembali menyuapkan ice cream coklat kesukaannya ke dalam mulutnya.
"LINTANGGG!" teriak Vanka memenuhi ruang kelas Lintang. Hal itu membuat seisi kelas menatap tajam ke arahnya.Vanka tersenyum kikuk. Ia segera meminta maaf pada mereka, karena telah mengganggu mereka.Lintang menatap kesal ke arah Vanka. Ia langsung berjalan menghampiri Vanka yang sedang berada di depan pintu kelasnya."Ngapain lo ke sini?" tanya Lintang."Gue mau minta tolong boleh?""Minta tolong apa?""Temenin gue ke perpus. Mau ya?" pintanya."Enggak. Minta tolong sama temen-temen lo aja," tolak Lintang cepat.Ia sangat malas menemani Vanka ke perpustakaan. Ia tidak mau menunggu Vanka berjam-jam di tempat memuakkan itu.Vanka mengerucutkan bibirnya."Kenapa gak mau temenin gue?" tanya Vanka mencoba menahan rasa kesalnya."Ya gue gak mau. Udah sana pergi. Ganggu gue aja.""Tang," panggil Lisa yang sudah berada di samping Lintang."Kenapa Lis?" tanyanya."Temenin gue ke kantin dong. Gue haus mau be
"GUYS!" teriak Lia memenuhi ruang jelas. Ia sama sekali tidak peduli dengan teman-teman kelasnya yang tengah menatap tajam ke arahnya."Kenapa sih, Ya? Datang-datang bukannya salam malah teriak-teriak," ucap Vanka."Lo berdua tahu gak---""Enggak," potong Vanka dan Sela."Ish. Kalau gue belum selesai ngomong jangan dipotong dulu."Mereka berdua tertawa kecil. "Ya udah buruan ngomong," suruh Sela."Hari ini, satu sekolahan pada heboh karena ada anak baru," ucapnya antusias."Anak baru? Terus kenapa? Gue gak peduli kali," ucap Sela acuh. Ia kembali sibuk dengan ponselnya."Anak barunya cewek apa cowok?" tanya Vanka."Cowok, Van. Gila dia ganteng banget. Bahkan, dia lebih ganteng daripada Lintang," heboh Lia.Sela hanya geleng-geleng kepala mendengar Lia yang begitu antusias menceritakan anak baru itu."Masa sih dia lebih ganteng daripada Lintang? Menurut gue yang paling ganteng itu cuma Lintang seorang," ucap Vanka kemu
Revan dan Vanka sedang berdiri di depan kelas Vanka. Mereka sedang mengobrol mengenai materi pelajaran yang telah diajar di kelas mereka masing-masing.Lintang yang hendak ke kantin melirik mereka berdua. Ia langsung berjalan mendekati mereka."Ngapain lo di sini?" tanya Lintang pada Revan.Wajahnya terlihat tidak suka karena Revan yang begitu akrab dengan Vanka."Gue cuma nanya Vanka materi pelajaran doang kok.""Lo bisa tanya ke temen-temen di kelas. Ngapain sampai harus tanya ke Vanka?" ketusnya."Udah lah, Tang. Revan cuma nanya materi pelajaran doang, gak usah marah-marah deh," sahut Vanka.Lintang beralih menatap Vanka. "Lo belain dia?""Udah deh gak usah bikin masalahnya tambah panjang. Gue mau masuk kelas," ucap Vanka kemudian berjalan masuk ke kelasnya.Lintang yang hendak pergi ke kantin, langsung dicegat oleh Revan."Lo mau ke mana? Bentar lagi kan Pak Doni masuk kelas," ucap Revan."Gue mau ke m
Lintang menunggu Vanka yang masih berada di dalam kelasnya. Gadis itu masih menyapu kelasnya.Tak lama kemudian, Vanka selesai dan berjalan keluar kelas menghampiri Lintang yang menatapnya datar."Lama banget sih. Gue udah tungguin lo dari tadi nih," ucap Lintang."Sorry. Kan gue nyapu sendiri ya pasti lama lah.""Makanya lain kali kalau piket datangnya pagi biar gak nyapu sendiri waktu pulang," omel Lintang."Iya iya. Bawel amat sih. Masalah kecil aja dipermasalahin," ujar Vanka."Masalah kecil lo bilang? Gue udah tunggu lo hampir satu jam. Lo pikir kerjaan gue cuma nungguin lo doang?""Ya udah maaf. Marah-marah mulu.""Ayo pulang."Vanka harus bersabar menghadapi Lintang. Walaupun cowok itu selalu marah-marah padanya karena masalah kecil seperti ini, ia harus mengalah. Kalau tidak, mereka tidak akan selesai bertengkar.Vanka meraih tangan Lintang dan berjalan menuju parkiran.Sesampainya di parkiran, mere
Vanka sedang bersama Lintang di halaman belakang sekolah. Vanka memang menyuruh Lintang untuk menghampirinya di sini, karena ingin berbicara dengan cowok itu."Lo mau ngomong apa?" tanya Lintang langsung."Lo gak mau jelasin ke gue soal kemarin?"Lintang mengangkat sebelah alisnya. "Jelasin apa?""Jelasin kenapa Lisa bisa ke rumah lo.""Lo pengin banget gue jelasin?" tanya Lintang."Gue gak mau salah paham sama lo. Jadi, bisa kan lo jelasin?" pinta Vanka."Oke. Gue jelasin. Jadi, kemarin waktu gue anter lo pulang, dia ke rumah gue dan nungguin gue. Itu aja kok," jelasnya.Vanka hanya manggut-manggut. Walaupun, ia kesal, tapi ia mencoba menahannya."Ngapain dia ke rumah lo?" tanya Vanka."Main," jawabnya singkat."Dia bisa tahu rumah lo, ya? Gue aja yang pacar lo gak tahu rumah lo di mana," ucap Vanka sembari tersenyum kecut."Gak usah cemburu. Kapan-kapan gue bakal bawa lo ke rumah gue."Mata Vanka l
Hari ini adalah hari yang paling tidak menyenangkan bagi Vanka. Bagaimana tidak, tadi pagi saja Lintang tidak menjemputnya sehingga ia harus berangkat dengan ojek online. Padahal Vanka sudah menghubungi cowok itu, tapi Lintang seolah mengabaikannya.Dan, saat ia tiba di sekolah, Sela dan Lia malah mendiaminya. Vanka mencoba mengajak mereka mengobrol, namun mereka hanya diam."Pagi Vanka," sapa Vino yang berjalan memasuki kelas Vanka.Vanka yang masih berusaha mengajak kedua sahabatnya mengobrol pun menoleh pada Vino."Kenapa Vin?" tanya Vanka."Tadi lo berangkat sama Lintang?"Vanka menggeleng. "Enggak. Tadi pagi gue chat dia aja gak dibalas. Emang dia belum datang?""Belum. Apa mungkin dia kesiangan, ya? Tuh anak kan hobinya nge-game mulu.""Tapi belakangan ini dia udah jarang main game. Soalnya gue udah larang dia."Vino manggut-manggut. "Terus dia ke mana, ya? Apa jangan-jangan dia gak datang sekolah?""Coba aja
Pagi ini, Lintang dan Vanka menjadi sorotan murid-murid yang ada di sekolah. Mereka baru saja sampai di sekolah, tapi sudah banyak murid-murid yang mengerubungi mereka."Lintang, Vanka. Lo berdua balikan, ya?" tanya salah satu murid cewek."Iya." Jawaban yang singkat dari Lintang, namun mampu membuat kaum hawa yang ada di sana sakit hati.Mereka berpikir, Lintang akan mencari pengganti Vanka, namun harapan mereka pupus saat mengetahui kalau Lintang dan Vanka sudah kembali berpacaran."Yah, parah banget sih. Padahal kan gue udah berharap lo mau pacaran sama gue," ujar cewek berambut pirang yang tampak centil.Jujur, Vanka tidak suka dengan cewek-cewek yang tampak tidak terima karena Lintang dan dirinya kembali berpacaran. Namun, ia mencoba menutupi rasa kesal dan cemburunya itu. Vanka sudah memutuskan untuk menjadi pacar yang lebih dewasa, yang tidak mudah cemburu. Karena ia sadar, di sekolah ini, Lintang adalah cowok populer yang disukai oleh hampi
"Jadi apa jawabannya?"Vanka menghembuskan napasnya, mencoba menenangkan dirinya."Gue mau balikan sama lo.""Serius? Lo beneran mau balikan sama gue?" tanya Lintang dengan wajah terkejut. Masih tidak menyangka dengan jawaban Vanka."I... iya." Tanpa ragu, Lintang langsung membawa Vanka ke dalam pelukannya. Meskipun terkejut dengan perlakuan Lintang, Vanka tidak bisa membohongi perasaannya kalau ia senang bisa dipeluk oleh Lintang lagi."Makasih Van. Makasih karena udah mau nerima gue lagi. Gue senang banget.""Iya. Sama-sama."Lintang melepas pelukannya."Gue janji gak bakal kecewain lo lagi, Van.""Ini kesempatan terakhir buat lo. Kalau lo kecewain gue lagi, gue gak bakal mau balikan lagi sama lo."Lintang menaruh tangannya di pelipis seperti sikap hormat. "Siap bos.""Ya udah sana pulang.""Kok lo ngusir gue? Kan kita baru aja balikan. Udah lama juga gue gak mampir ke rumah lo, kan?"Vanka
"Maaf karena dulu udah sia-siakan lo. Gue tahu gue gak tahu diri, tapi boleh gak kita balik kayak dulu. Boleh gak gue jadi pacar lo lagi?"Vanka menahan napasnya untuk beberapa saat ketika mendengar ucapan Lintang. Ia tidak menduga Lintang akan meminta balikan dengannya. Karena ia pikir cowok itu masih menyukai Lisa."Bukannya lo suka sama Lisa? Kok minta balikan sama gue?" tanya Vanka mencoba menghilangkan rasa gugupnya."Gue gak suka sama Lisa, Van. Gue sukanya lo.""Please kasih gue satu kesempatan lagi, ya?""Kasih gue waktu dulu buat mikir, ya."Lintang tersenyum lalu mengangguk. "Oke. Tapi jangan lama-lama, ya. Soalnya gue gak bisa nunggu lama-lama.""Kenapa gak bisa nunggu lama-lama?""Karena kalau gue nunggu lama, ntar gue diambil cewek lain lagi. Emangnya lo rela gue sama cewek lain?""Rela-rela aja tuh," jawab Vanka cuek."Yakin?""Yakin.""Yakin aja atau yakin banget?""Yakin banget
Pagi-pagi sekali, Lintang sudah berada di depan rumah Vanka. Cowok itu merapikan rambutnya sembari menatap kaca spion motornya."Ngapain ke sini?" Pertanyaan Vanka membuat Lintang langsung beralih menatap cewek itu lalu tersenyum."Mau jemput lo lah. Gue kan udah chat lo.""Gue gak mau berangkat bareng lo.""Gue gak mau dengar penolakan dari lo." Lintang menarik pelan lengan Vanka lalu memakaikan helm pada gadis itu."Gue bilang gue---" Ucapan Vanka terhenti saat Lintang menempelkan jari telunjuknya pada bibir Vanka."Please, Van, sekali ini aja jangan nolak gue. Kasih gue kesempatan sekali lagi."Vanka tidak membalas ucapan Lintang, tapi ia berjalan mendekati motor Lintang. Hal itu membuat Lintang sedikit kecewa, tapi itu tidak masalah. Karena setidaknya, Vanka mau berangkat bersamanya."Buruan!""Iya."*****"Loh, Lintang sama Vanka berangkat barengan? Bukannya mereka udah putus, ya?""Iya sih mere
Vanka duduk di samping Lisa. Cewek itu sedang berada di rumahnya. Vanka cukup terkejut karena cewek itu tiba-tiba datang ke rumahnya. Apalagi mereka tidak akur, jadi wajar saja kalau Vanka merasa heran dan aneh."Ngapain lo ke sini?" tanya Vanka."Gue mau minta maaf.""Minta maaf buat apa?""Karena gue udah kirimin videonya Lintang sama Evan," jawab Lisa.Terlihat jelas dari raut wajah Lisa kalau cewek itu menyesal akan perbuatannya."Jadi lo yang kirim videonya?" Vanka tidak menduga kalau Lisa adalah orang yang mengirim video tersebut. Pasalnya, cewek itu tidak memiliki nomor Vanka.Lisa mengangguk pelan. "Iya. Gue pikir dengan lo putus dari Lintang, gue bisa sama Lintang. Gue pikir Lintang masih suka sama gue, tapi ternyata enggak. Perasaannya udah gak buat gue lagi.""Sekarang lo bisa kejar dia lagi, Lis. Karena gue udah gak cinta lagi sama Lintang." Lisa segera melepas tangan Vanka dari tangannya.Lisa menggeleng. "Eng
Sudah seminggu Lintang dan Vanka putus. Dan seminggu itu pula Vanka tampak tidak bersemangat. Ia seperti tidak ingin melakukan kegiatan apa pun. Bahkan, belajar saja ia tidak bisa fokus.Apalagi Lintang juga sering mendekatinya. Cowok itu masih berusaha agar hubungan mereka bisa kembali. Walaupun Lintang sudah berulang kali mengatakan pada Vanka kalau dia sudah menyukai Vanka, tetap saja Vanka masih tidak percaya dengan Lintang. Ia masih yakin kalau Lintang masih menyukai Lisa. Dilihat dari manapun, memang Lintang menyukai Lisa. Tatapan Lintang pada cewek itu berbeda ketika Lintang menatap dirinya. Dan, Vanka bisa merasakan itu.Walaupun Vanka masih belum bisa melupakan Lintang, tapi ia akan berusaha."Vanka," panggil Lintang. Tanpa menoleh, Vanka sudah tahu siapa yang memanggilnya. Tapi Vanka memilih tidak menoleh dan terus melangkah. Namun baru beberapa langkah, tiba-tiba Lintang menahan lengannya membuat langkah Vanka terhenti."Van, please jangan hind
"Hai," sapa Vanka.Lintang yang berdiri di hadapan Vanka menatap gadisnya itu tanpa berkedip.Malam ini, gadisnya itu terlihat sangat cantik.Tang." Vanka melambai-lambaikan tangannya di depan wajah Lintang membuat cowok itu segera berkedip."Kok bengong? Ayo jalan sekarang," ujar Vanka."Ah, iya." Lintang meraih tangan Vanka membawa gadis itu mendekati mobilnya."Kok bawa mobil? Motor lo ke mana?" tanya Vanka.Ini kali pertama seorang Lintang mengendarai mobil. Biasanya, cowok itu selalu mengendarai motor kesayangannya.Lintang tersenyum. "Malam ini gue sengaja bawa mobil biar rambut lo gak berantakan. Gue gak mau wajah cantik lo harus kena angin malam.""Bisa aja lo." Vanka memukul pelan lengan Lintang membuat cowok itu terkekeh.Lintang membuka pintu mobil untuk Vanka membuat gadis itu tersenyum."Makasih.""Sama-sama."*****Vanka menatap takjub ke sekeliling rooftop restauran. Lintan
Lintang melirik Vanka yang sedari tadi sedang sibuk membaca novelnya. Mereka kini sedang berada di depan kelas Vanka. Lintang sengaja ke kelas Vanka agar ia bisa terbebas dari Lisa.Lintang pikir setelah ia memberitahu Lisa kalau ia sudah tidak menyukai cewek itu, Lisa akan berhenti menunggunya. Namun, nyatanya lebih parah. Lisa bukan hanya menunggunya saja melainkan cewek itu juga terus mengganggunya. Tentu saja Lintang terganggu."Baca novel apa? Serius banget."Vanka menutup novelnya lalu beralih menatap Lintang. "Baca novel horor. Mau baca?" Vanka menyodorkan novelnya, namun langsung ditolak oleh Lintang."Gue gak suka baca novel.""Udah baca aja. Ini seru kok. Gue yakin lo yang malas baca novel bakal ketagihan baca novel ini. Karena novelnya itu selalu bikin kita penasaran.""Enggak. Gue gak mau. Ngapain baca novel? Yang ada buang-buang waktu. Kayak gak ada kerjaan yang lebih penting aja." Ucapan Lintang membuat Vanka mengerucutkan