Vanka sedang bersama Lintang di halaman belakang sekolah. Vanka memang menyuruh Lintang untuk menghampirinya di sini, karena ingin berbicara dengan cowok itu.
"Lo mau ngomong apa?" tanya Lintang langsung.
"Lo gak mau jelasin ke gue soal kemarin?"
Lintang mengangkat sebelah alisnya. "Jelasin apa?"
"Jelasin kenapa Lisa bisa ke rumah lo."
"Lo pengin banget gue jelasin?" tanya Lintang.
"Gue gak mau salah paham sama lo. Jadi, bisa kan lo jelasin?" pinta Vanka.
"Oke. Gue jelasin. Jadi, kemarin waktu gue anter lo pulang, dia ke rumah gue dan nungguin gue. Itu aja kok," jelasnya.
Vanka hanya manggut-manggut. Walaupun, ia kesal, tapi ia mencoba menahannya.
"Ngapain dia ke rumah lo?" tanya Vanka.
"Main," jawabnya singkat.
"Dia bisa tahu rumah lo, ya? Gue aja yang pacar lo gak tahu rumah lo di mana," ucap Vanka sembari tersenyum kecut.
"Gak usah cemburu. Kapan-kapan gue bakal bawa lo ke rumah gue."
Mata Vanka l
Lintang berjalan ke kelas Vanka. Ia ingin meminta maaf kepada gadis itu karena kemarin tidak bisa mengantar pulang Vanka."Lia," panggil Lintang saat gadis itu ingin masuk ke kelas.Lia menoleh pada Lintang. "Kenapa?" tanya Lia."Tolong panggilin Vanka dong.""Oke."Tak butuh waktu lama, Vanka keluar menghampirinya.Lintang mengembangkan senyumnya."Hai," sapanya.Vanka hanya diam. Ia tidak berniat membalas sapaan Lintang. Wajahnya terlihat datar."Kenapa?" tanya Vanka langsung."Nih, buat lo." Lintang menyodorkan sebungkus coklat yang dipegangnya pada Vanka."Ngapain kasih ke gue?""Ya buat dimakan lah. Emangnya coklat buat lo apain?""Sorry, tapi gue lagi diet coklat. Kasih ke Lisa aja.""Sorry, karena kemarin gak ke kelas lo. Kemarin gue harus antar Lisa karena dia sakit," ucap Lintang."Lain kali, kalau gak bisa ya kasih tahu. Jangan bikin gue nunggu. Lo pikir ker
Hari ini, Vanka bisa tidur sepuasnya tanpa takut terlambat ke sekolah. Karena hari ini libur."Vanka! Ya ampun, jam segini masih tidur. Ayo bangun." Suara Erin menggelegar di kamar Vanka membuat gadis itu terbangun dari tidurnya."Aduh, Ma kenapa sih? Aku masih ngantuk. Kenapa udah teriak-teriak di kamar aku?" Vanka mengucek-ucek matanya.Posisinya yang tadi berbaring sudah berubah menjadi duduk."Ini udah jam dua belas siang. Masih tidur aja kamu. Jadi anak perempuan kok malas banget," ucap Erin."Iya ini kan aku udah bangun. Mama kenapa sih tumben bangunin aku dihari libur gini. Biasanya kan Mama gak pernah peduli."Erin menarik gorden jendela membuat sinar matahari masuk ke dalam kamar Vanka."Mandi sana," suruh Erin."Nanti aja. Aku mau lanjut tidur lagi."Erin langsung menarik tangan Vamka ketika gadis itu ingin berbaring lagi."Buruan mandi. Lintang udah nungguin kamu dari tadi." Ucapan Erin membuat Vanka membulatkan
Vanka melirik Lintang yang baru sampai di sekolah. Ia memicingkan matanya saat melihat Lisa yang berjalan bersama Lintang. Apa mereka berangkat sekolah bersama?"Lintang," panggil Vanka.Lintang yang sedang mengobrol dengan Lisa pun, menoleh pada Vanka."Kenapa?""Lo bareng Lisa?" tanya Vanka."Iya. Kenapa? Gak suka?" Itu bukan suara Lintang, melainkan suara Lisa."Katanya lo gak bisa jemput gue karena ada urusan, jadi ini urusan lo? Karena lo harus jemput Lisa?"Vanka memang tadi menghubungi Lintang untuk menjemputnya di rumah, agar bisa berangkat sekolah bersama, tapi Lintang bilang ia tidak bisa menjemputnya karena ada urusan."Lisa gak ada nganter, makanya gue jemput dia," jawab Lintang."Kan dia bisa naik ojek online atau bisa pesan taksi online. Kenapa harus berangkat sama lo?""Udah deh, Van. Gue lagi gak mau ribut sama lo.""Yuk Lis, kita ke kelas," ajak Lintang. Lisa hanya m
Vanka sedang duduk di pinggir lapangan sembari menonton Lintang yang sedang bermain basket dengan teman-temannya.Cowok itu tampak begitu menikmati permainannya.Vanka mengakui Lintang merupakan pemain basket yang handal."Van," panggil Dean yang sudah duduk di sampingnya.Vanka menoleh sejenak pada Dean, kemudian kembali menatap ke arah lapangan."Liatin Lintang main basket, ya?" tanya Dean yang dibalas anggukan oleh Vanka."Lo suka banget ya sama Lintang?"Pertanyaan Dean berhasil membuat Vanka menoleh ke arahnya."Kenapa lo nanya kayak gitu?"Dean tersenyum. "Enggak. Gue cuma nanya doang.""Iya. Gue suka banget sama Lintang. Dia orang pertama yang buat gue jatuh cinta sama dia."Dean dapat melihat mata Vanka yang begitu berbinar-binar ketika ia membicarakan Lintang."Kira-kira Lintang juga cinta gak sama lo?""Ya pasti cinta lah. Kalau gak mana mungkin dia nembak gue di depan banyak orang,"
Vanka, Lia, dan Sela berlari ke arah lapangan ketika melihat kerumunan orang di lapangan.Vanka segera masuk ke dalam kerumunan tersebut."Lintang, stop!" teriak Vanka.Lintang yang sedang memukul seorang cowok pun, menoleh pada Vanka, tapi hanya sekilas. Karena ia kembali melayangkan pukulan pada seorang cowok, sehingga cowok itu terjatuh ke lantai lapangan."Udah Tang," ujar Lisa sembari menarik Lintang agar cowok itu berhenti memukul lawannya."Sekali lagi lo dekatin Lisa, gue bakal bikin lo masuk rumah sakit," ucap Lintang.Raut wajahnya terlihat sangat marah. Sedangkan cowok yang dipukul Lintang itu hanya tersenyum miring."Ada apa ini ribut-ribut?" Itu suara Bu Reni.Semua murid yang berada di tengah lapangan langsung bubar. Mereka tidak ingin dimarahi Bu Reni tak terkecuali Lia dan Sela.Kini, di lapangan hanya tersisa Lintang, Vanka, Lisa, dan cowok yang tadi dipukuli Lintang."Lagi-lagi kalian. Saya sud
"LINTANG!" teriak Vanka.Lintang yang sedang berjalan menyusuri koridor, tidak berniat menoleh ke belakang. Karena ia sudah tahu siapa yang meneriaki namanya."LINTANG! IH, LINTANG! KALAU DIPANGGIL ITU JAWAB!" Vanka berlari mengejar Lintang. Namun, karena tidak melihat tangga, ia malah terjatuh."Aww," rintihnya.Mendengar rintihan Vanka, cowok itu menghentikan langkahnya dan berbalik badan. Dengan malas ia berjalan mendekati Vanka."Ngapain sih lo lari-lari gue segala?""Lo gak mau berhenti, makanya gue lari," ujar Vanka."Lain kali gak usah lari-lari. Kayak gak ada kerjaan aja.""Iya maaf."Vanka mengulurkan tangannya pada Lintang membuat cowok itu mengerutkan kening."Apa?""Bantuin berdiri.""Bangun sendiri. Gak usah manja."Vanka mengerucutkan bibirnya. "Tega banget sih. Bantuin," rengeknya seperti anak kecil.Lintang berdecak. Kenapa Vanka malah seperti anak kecil?Saat
"Lintang?"Lintang langsung merebut topinya dari tangan Vanka. Kemudian kembali memakainya."Kok lo bisa di sini?" tanya Vanka.Lintang meneguk salivanya. Bagaimana ini? Ia harus menjawab apa? Tidak mungkin ia memberitahu kalau ia mengikuti Vanka dan Dean. Bisa-bisa ia ditertawai oleh Vanka."Jawab dong. Kok malah diam?"Dean berjalan mendekati Vanka."Lo ngikutin kita, ya?" tuding Dean."Eh, lo ngikutin kita, Tang?""Enak aja lo. Ya gak mungkinlah gue ngikutin lo berdua. Ngapain juga ngikutin lo berdua? Kayak gak ada kerjaan aja," kilah Lintang."Beneran lo gak ngikutin kita?" tanya Vanka lagi. Ia merasa ada yang aneh dengan Lintang.Lintang berdecak. "Gue gak ngikutin lo berdua."Ia memberikan tiketnya pada petugas. Setelahnya ia masuk ke dalam diikuti Vanka dan Dean.*****Di dalam bioskop, Lintang tidak tenang. Ia bahkan tidak menikmati film yang ada di layar.Tatapannya hanya tertuju pada
Lintang dan Revan sedang mengobrol di kelas Vanka. Di kelas hanya tinggal mereka berdua karena yang lainnya sudah pulang. Revan sengaja ke kelas Vanka agar ia bisa bertanya materi pelajaran yang belum dipahami olehnya."Jadi, yang mana yang lo belum paham?" tanya Vanka."Ini gue belum ngerti yang bagian ini loh. Kayak susah banget ngerjainnya." Revan menunjuk salah satu soal yang tidak bisa ia kerjakan."Oh ini. Cara kerjanya itu---"Belum sempat Vanka menyelesaikan ucapannya, tiba-tiba Lintang datang dan menutup buku paket yang sedang di pegang oleh Revan.Mereka berdua menatap Lintang sedikit terkejut."Lintang?""Ngapain lo berdua di kelas? Berduaan lagi," ujar Lintang sedikit tidak suka."Jangan salah paham dulu. Gue ke kelasnya Vanka karena mau nanya materi aja sama dia," ujar Revan."Halah. Gak usah bohong. Lo pikir gue gak tahu. Lo pasti sengaja kan mau dekatin Vanka?""Enggak. Gue gak ada niat buat dekatin Vanka."
Hari ini adalah hari yang paling tidak menyenangkan bagi Vanka. Bagaimana tidak, tadi pagi saja Lintang tidak menjemputnya sehingga ia harus berangkat dengan ojek online. Padahal Vanka sudah menghubungi cowok itu, tapi Lintang seolah mengabaikannya.Dan, saat ia tiba di sekolah, Sela dan Lia malah mendiaminya. Vanka mencoba mengajak mereka mengobrol, namun mereka hanya diam."Pagi Vanka," sapa Vino yang berjalan memasuki kelas Vanka.Vanka yang masih berusaha mengajak kedua sahabatnya mengobrol pun menoleh pada Vino."Kenapa Vin?" tanya Vanka."Tadi lo berangkat sama Lintang?"Vanka menggeleng. "Enggak. Tadi pagi gue chat dia aja gak dibalas. Emang dia belum datang?""Belum. Apa mungkin dia kesiangan, ya? Tuh anak kan hobinya nge-game mulu.""Tapi belakangan ini dia udah jarang main game. Soalnya gue udah larang dia."Vino manggut-manggut. "Terus dia ke mana, ya? Apa jangan-jangan dia gak datang sekolah?""Coba aja
Pagi ini, Lintang dan Vanka menjadi sorotan murid-murid yang ada di sekolah. Mereka baru saja sampai di sekolah, tapi sudah banyak murid-murid yang mengerubungi mereka."Lintang, Vanka. Lo berdua balikan, ya?" tanya salah satu murid cewek."Iya." Jawaban yang singkat dari Lintang, namun mampu membuat kaum hawa yang ada di sana sakit hati.Mereka berpikir, Lintang akan mencari pengganti Vanka, namun harapan mereka pupus saat mengetahui kalau Lintang dan Vanka sudah kembali berpacaran."Yah, parah banget sih. Padahal kan gue udah berharap lo mau pacaran sama gue," ujar cewek berambut pirang yang tampak centil.Jujur, Vanka tidak suka dengan cewek-cewek yang tampak tidak terima karena Lintang dan dirinya kembali berpacaran. Namun, ia mencoba menutupi rasa kesal dan cemburunya itu. Vanka sudah memutuskan untuk menjadi pacar yang lebih dewasa, yang tidak mudah cemburu. Karena ia sadar, di sekolah ini, Lintang adalah cowok populer yang disukai oleh hampi
"Jadi apa jawabannya?"Vanka menghembuskan napasnya, mencoba menenangkan dirinya."Gue mau balikan sama lo.""Serius? Lo beneran mau balikan sama gue?" tanya Lintang dengan wajah terkejut. Masih tidak menyangka dengan jawaban Vanka."I... iya." Tanpa ragu, Lintang langsung membawa Vanka ke dalam pelukannya. Meskipun terkejut dengan perlakuan Lintang, Vanka tidak bisa membohongi perasaannya kalau ia senang bisa dipeluk oleh Lintang lagi."Makasih Van. Makasih karena udah mau nerima gue lagi. Gue senang banget.""Iya. Sama-sama."Lintang melepas pelukannya."Gue janji gak bakal kecewain lo lagi, Van.""Ini kesempatan terakhir buat lo. Kalau lo kecewain gue lagi, gue gak bakal mau balikan lagi sama lo."Lintang menaruh tangannya di pelipis seperti sikap hormat. "Siap bos.""Ya udah sana pulang.""Kok lo ngusir gue? Kan kita baru aja balikan. Udah lama juga gue gak mampir ke rumah lo, kan?"Vanka
"Maaf karena dulu udah sia-siakan lo. Gue tahu gue gak tahu diri, tapi boleh gak kita balik kayak dulu. Boleh gak gue jadi pacar lo lagi?"Vanka menahan napasnya untuk beberapa saat ketika mendengar ucapan Lintang. Ia tidak menduga Lintang akan meminta balikan dengannya. Karena ia pikir cowok itu masih menyukai Lisa."Bukannya lo suka sama Lisa? Kok minta balikan sama gue?" tanya Vanka mencoba menghilangkan rasa gugupnya."Gue gak suka sama Lisa, Van. Gue sukanya lo.""Please kasih gue satu kesempatan lagi, ya?""Kasih gue waktu dulu buat mikir, ya."Lintang tersenyum lalu mengangguk. "Oke. Tapi jangan lama-lama, ya. Soalnya gue gak bisa nunggu lama-lama.""Kenapa gak bisa nunggu lama-lama?""Karena kalau gue nunggu lama, ntar gue diambil cewek lain lagi. Emangnya lo rela gue sama cewek lain?""Rela-rela aja tuh," jawab Vanka cuek."Yakin?""Yakin.""Yakin aja atau yakin banget?""Yakin banget
Pagi-pagi sekali, Lintang sudah berada di depan rumah Vanka. Cowok itu merapikan rambutnya sembari menatap kaca spion motornya."Ngapain ke sini?" Pertanyaan Vanka membuat Lintang langsung beralih menatap cewek itu lalu tersenyum."Mau jemput lo lah. Gue kan udah chat lo.""Gue gak mau berangkat bareng lo.""Gue gak mau dengar penolakan dari lo." Lintang menarik pelan lengan Vanka lalu memakaikan helm pada gadis itu."Gue bilang gue---" Ucapan Vanka terhenti saat Lintang menempelkan jari telunjuknya pada bibir Vanka."Please, Van, sekali ini aja jangan nolak gue. Kasih gue kesempatan sekali lagi."Vanka tidak membalas ucapan Lintang, tapi ia berjalan mendekati motor Lintang. Hal itu membuat Lintang sedikit kecewa, tapi itu tidak masalah. Karena setidaknya, Vanka mau berangkat bersamanya."Buruan!""Iya."*****"Loh, Lintang sama Vanka berangkat barengan? Bukannya mereka udah putus, ya?""Iya sih mere
Vanka duduk di samping Lisa. Cewek itu sedang berada di rumahnya. Vanka cukup terkejut karena cewek itu tiba-tiba datang ke rumahnya. Apalagi mereka tidak akur, jadi wajar saja kalau Vanka merasa heran dan aneh."Ngapain lo ke sini?" tanya Vanka."Gue mau minta maaf.""Minta maaf buat apa?""Karena gue udah kirimin videonya Lintang sama Evan," jawab Lisa.Terlihat jelas dari raut wajah Lisa kalau cewek itu menyesal akan perbuatannya."Jadi lo yang kirim videonya?" Vanka tidak menduga kalau Lisa adalah orang yang mengirim video tersebut. Pasalnya, cewek itu tidak memiliki nomor Vanka.Lisa mengangguk pelan. "Iya. Gue pikir dengan lo putus dari Lintang, gue bisa sama Lintang. Gue pikir Lintang masih suka sama gue, tapi ternyata enggak. Perasaannya udah gak buat gue lagi.""Sekarang lo bisa kejar dia lagi, Lis. Karena gue udah gak cinta lagi sama Lintang." Lisa segera melepas tangan Vanka dari tangannya.Lisa menggeleng. "Eng
Sudah seminggu Lintang dan Vanka putus. Dan seminggu itu pula Vanka tampak tidak bersemangat. Ia seperti tidak ingin melakukan kegiatan apa pun. Bahkan, belajar saja ia tidak bisa fokus.Apalagi Lintang juga sering mendekatinya. Cowok itu masih berusaha agar hubungan mereka bisa kembali. Walaupun Lintang sudah berulang kali mengatakan pada Vanka kalau dia sudah menyukai Vanka, tetap saja Vanka masih tidak percaya dengan Lintang. Ia masih yakin kalau Lintang masih menyukai Lisa. Dilihat dari manapun, memang Lintang menyukai Lisa. Tatapan Lintang pada cewek itu berbeda ketika Lintang menatap dirinya. Dan, Vanka bisa merasakan itu.Walaupun Vanka masih belum bisa melupakan Lintang, tapi ia akan berusaha."Vanka," panggil Lintang. Tanpa menoleh, Vanka sudah tahu siapa yang memanggilnya. Tapi Vanka memilih tidak menoleh dan terus melangkah. Namun baru beberapa langkah, tiba-tiba Lintang menahan lengannya membuat langkah Vanka terhenti."Van, please jangan hind
"Hai," sapa Vanka.Lintang yang berdiri di hadapan Vanka menatap gadisnya itu tanpa berkedip.Malam ini, gadisnya itu terlihat sangat cantik.Tang." Vanka melambai-lambaikan tangannya di depan wajah Lintang membuat cowok itu segera berkedip."Kok bengong? Ayo jalan sekarang," ujar Vanka."Ah, iya." Lintang meraih tangan Vanka membawa gadis itu mendekati mobilnya."Kok bawa mobil? Motor lo ke mana?" tanya Vanka.Ini kali pertama seorang Lintang mengendarai mobil. Biasanya, cowok itu selalu mengendarai motor kesayangannya.Lintang tersenyum. "Malam ini gue sengaja bawa mobil biar rambut lo gak berantakan. Gue gak mau wajah cantik lo harus kena angin malam.""Bisa aja lo." Vanka memukul pelan lengan Lintang membuat cowok itu terkekeh.Lintang membuka pintu mobil untuk Vanka membuat gadis itu tersenyum."Makasih.""Sama-sama."*****Vanka menatap takjub ke sekeliling rooftop restauran. Lintan
Lintang melirik Vanka yang sedari tadi sedang sibuk membaca novelnya. Mereka kini sedang berada di depan kelas Vanka. Lintang sengaja ke kelas Vanka agar ia bisa terbebas dari Lisa.Lintang pikir setelah ia memberitahu Lisa kalau ia sudah tidak menyukai cewek itu, Lisa akan berhenti menunggunya. Namun, nyatanya lebih parah. Lisa bukan hanya menunggunya saja melainkan cewek itu juga terus mengganggunya. Tentu saja Lintang terganggu."Baca novel apa? Serius banget."Vanka menutup novelnya lalu beralih menatap Lintang. "Baca novel horor. Mau baca?" Vanka menyodorkan novelnya, namun langsung ditolak oleh Lintang."Gue gak suka baca novel.""Udah baca aja. Ini seru kok. Gue yakin lo yang malas baca novel bakal ketagihan baca novel ini. Karena novelnya itu selalu bikin kita penasaran.""Enggak. Gue gak mau. Ngapain baca novel? Yang ada buang-buang waktu. Kayak gak ada kerjaan yang lebih penting aja." Ucapan Lintang membuat Vanka mengerucutkan