Lintang menatap bosan Vanka yang sedari tadi sibuk membaca buku paket. Mereka sedang berada di perpustakaan sekolah.
Vanka meminta Lintang untuk menemaninya ke perpustakaan. Sebenarnya, Lintang sudah menolak, tapi karena Vanka terus-terusan memohon membuatnya terpaksa mengikuti kemauan gadis itu.
"Van, udah selesai belum bacanya? Gue udah laper, nih," ucap Lintang sembari melipat tangannya di depan dada.
"Bentar Tang. Ini gue masih baca materinya. Lo mau baca? Ini tuh materinya lengkap banget. Siapa tahu dengan lo baca buku ini lo bisa kerjain tugas lo sendiri," ucap Vanka sembari tersenyum.
"Ogah. Ngapain juga baca buku? Gak bakal masuk ke otak gue," ucap Lintang.
"Tapi, Tang ini tuh bagus banget bukunya. Lo harus baca."
"Enggak," tolak Lintang. Ia bangkit dari duduknya dan berjalan keluar dari perpustakaan.
"Eh, Lintang! Tungguin gue!" Vanka segera menaruh kembali buku paket ke rak dan berlari mengejar Lintang.
Ia langsung menggenggam tangan Lintang ketika ia berhasil mensejajarkan langkahnya dengan Lintang.
"Kok lo tinggalin gue sih?" tanya Vanka sedikit kesal.
"Gue laper. Lo pikir gue bakal kenyang liat lo baca buku gitu?" ketus Lintang.
"Ya enggak sih. Tapi, apa salahnya sambil nunggu gue lo baca buku juga. Baca buku itu bagus, loh," ucap Vanka antusias.
Vanka memang suka membaca. Apalagi membaca novel. Jika ia sudah membaca, ia seolah asyik dengan dunianya sendiri. Tidak peduli dengan keadaan sekitar. Dan, hal itu membuat Lintang kesal.
"Lo tahu kan gue gak suka baca. Udah deh kalau lo mau baca lagi, ya balik aja ke perpus," ucapnya.
"Ya udah maaf. Gue gak bakal paksa lo baca buku lagi, deh. Lo udah laper, kan? Kita ke kantin aja yuk."
"Emang gue mau ke kantin. Lo pikir mau ke mana lagi?"
Vanka mengerucutkan bibirnya.
"Iya iya. Gitu aja marah."
Mereka memasuki kantin. Sudah ada Vino dan Roy di kantin. Mereka sedang menikmati makanan mereka.
"Woi, lo berdua kok duluan ke kantin sih?" tanya Lintang.
"Habisnya lo lama sih. Kalau kita nungguin lo, bisa mati kelaparan kita," ucap Vino.
"Gue mau beli makan dulu." Lintang berjalan menuju pedagang untuk membeli makanan.
"Lintang! Tunggu!" Vanka berlari kecil mendekati Lintang.
Setelah mereka berdua membeli makanan, mereka duduk dan melahap makanan mereka.
"Hai, gue boleh gabung gak?" tanya Lisa yang baru datang sembari memegang semangkuk soto ayam.
Vino dan Roy menatap sejenak ke arah Lisa, kemudian kembali sibuk dengan makanan mereka tanpa menjawab pertanyaan cewek itu.
Mereka berdua memang tidak suka dengan Lisa. Gadis itu selalu mendekati Lintang di mana pun cowok itu berada.
"Boleh. Duduk aja," jawab Lintang.
Lisa tersenyum kemudian duduk di samping kiri Lintang.
"Tang, pulang sekolah nanti lo bisa temenin gue gak?" pinta Lisa.
"Ke mana?" tanya Lintang.
"Ke mall. Kemarin gue sempat liat sepatu bagus banget dan limited edition. Kemarin gue gak bisa beli karena uang gue gak cukup. Lo mau kan temenin gue?" ucap Lisa antusias.
"Oke," jawab Lintang tanpa berpikir panjang.
Vanka membulatkan kedua matanya. Bagaimana bisa Lintang langsung mengiyakannya? Padahal, kemarin Lintang sudah menemani cewek itu pergi ke mall.
"Tang, kok lo mau nemenin dia sih? Kemarin kan lo udah nemenin dia," ucap Vanka tidak terima.
"Lintang aja gak papa. Kok lo yang sewot sih?" ucap Lisa.
"Tahu nih. Lo ke mall terus. Gak bosen apa? Kenapa lo gak beli aja sama mall-mall nya sekalian biar gak usah ke sana lagi," sahut Roy kesal.
"Kalau dia beli sama mall-mall nya sekalian, gimana caranya dia bawa itu mall coba? Yang ada dia keburu mampus," kekeh Vino diikuti Vino dan Vanka.
Lisa menatap mereka bertiga tidak suka.
"Lo berdua kenapa sih selalu ngejek gue?" tanya Lisa tidak suka.
"Emang lo pantas buat diejek. Iya gak Roy?"
"Yoi bro."
Lisa memutar bola matanya malas.
"Udah deh. Lo berdua mendingan makan. Jangan ngejekin Lisa mulu," sahut Lintang.
"Iya iya."
Vanka menatap Lisa yang tengah tersenyum ke arahnya.
Ia merasa kesal dengan cewek itu.
****
Vanka berjalan memasuki kelas Lintang yang sudah sepi. Di kelas Lintang hanya tersisa Lintang, Lisa, Roy, dan Vino.
"Lintang," panggil Vanka yang sudah berada di hadapan Lintang.
Lintang yang baru saja selesai memasukkan buku-bukunya ke dalan tas menoleh pada Vanka.
"Ngapain lo ke sini?" tanya Lintang.
"Mau pulang sama lo."
Lisa tertawa membuat mereka menatap ke arahnya.
"Lo lupa, Lintang sama gue. Dia mau nemenin gue ke mall," ucap Lisa.
"Tang, lo beneran mau nemenin dia?" tanya Vanka pada Lintang.
"Iya," jawab Lintang singkat.
"Lo temenin gue beli buku, ya? Kemarin kan lo bilang kalau lo bakal mau nemenin gue beli buku," ucap Vanka sengaja.
Ia ingin membuat Lintang memilih antara dirinya atau Lisa.
"Tang, lo udah janji lo sama gue tadi di kantin."
"Lain kali aja gue temenin lo ke toko buku. Sekarang gue mau temenin Lisa ke mall," ucap Lintang pada Vanka membuat gadis itu kecewa.
"Kok lo gitu sih? Lo lebih milih nemenin dia daripada gue? Gue ini pacar lo, Tang!"
"Ck! Gue udah janji sama Lisa. Lo dengar sendiri kan tadi di kantin? Udah deh gak usah macam-macam. Muak gue sama sikap lo yang kekanakan itu!" ketus Lintang.
"Jadi, lo nganggap gue childish? Hanya karena dia? Oke." Vanka langsung keluar dari kelasnya dengan perasaan kesal.
Ia menoleh ke belakang berharap Lintang menyusulnya. Namun, Lintang sama sekali tidak menyusulnya.
"Tang, lo kenapa sih selalu kayak gitu sama Vanka? Dia kan cuma minta lo nemenin dia ke toko buku," ucap Vino.
"Lagian, kemarin lo kan juga udah nemenin nih cewek ke mall. Apa salahnya hari ini lo nemenin Vanka?" timpal Roy.
"Kok lo berdua pada belain Vanka sih? Lagian, lo berdua kan juga udah tahu kalau gue udah janji sama Lisa. Harusnya lo berdua belain gue bukan Vanka. Dia itu sengaja biar gue mau pergi sama dia. Padahal, dia tahu kalau gue udah janji sama Lisa," ucap Lintang panjang lebar.
Lisa tersenyum miring. Ia merasa menang karena Lintang membelanya.
"Kita bukannya belain Vanka, Tang. Tapi, sebagai teman lo kita cuma ngingetin lo aja. Terserah kalau lo gak mau terima omongan kita yang penting kita udah kasih tahu lo," ucap Roy kemudian merangkul Vino keluar kelas.
Lintang terdiam sejenak. Apa dirinya salah? Tapi, ia merasa tidak bersalah. Vanka lah yang bersalah. Gadis itu sudah tahu kalau dirinya sudah berjanji pada Lisa untuk menemani Lisa ke mall, tapi ia malah meminta Lintang untuk menemaninya ke toko buku. Ia yakin Vanka sengaja melakukan itu.
"Tang, ayo pergi," ajak Lisa.
Lintang tersentak dari lamunannya.
"Iya."
****
Vanka membuang asal buku-bukunya ke lantai. Ia sudah sampai di rumahnya. Saat ini, ia merasa sangat marah karena kejadian tadi, di mana Lintang lebih memilih menemani Lisa daripada dirinya yang statusnya adalah pacarnya.
"Gue benci sama Lisa! Dasar cewek gak tahu diri! Kenapa dia harus ada sih?"
"Lintang juga kenapa lebih milih dia sih? Gue kesel sama Lintang!"
Vanka menatap ponselnya yang bergetar. Terdapat pesan masuk. Keningnya mengerut saat tahu kalau Lintang yang mengirimnya pesan.
|Lintang❤️|
|Sorry.
|Besok gue temenin lo ke toko buku.
|Gak usah marah lagi. Oke?
Senyumnya langsung mengembang. Ia menaruh ponselnya di nakas. Ia menahan dirinya untuk tidak membalas pesan dari Lintang. Ia tidak mau langsung membalas pesan cowok itu. Ia ingin membuat Lintang merasa bersalah padanya.
Beberapa menit kemudian, ponselnya kembali bergetar. Ia kembali mengambil ponselnya dan membuka pesan dari Lintang.
|Lintang ❤️|
|Kok diread doang?
|Lo marah?
|Jangan marah lama-lama. Gue gak bisa dicuekin sama lo.
Vanka tersenyum lebar. Ia merasa pipinya memerah.
"Kalau dia kayak gini, mana bisa gue marah lama-lama sama dia?" gumamnya.
*************
Hari ini Lintang terlambat ke sekolah. Bukan hanya Lintang, melainkan Vanka juga.Sebenarnya, Vanka tidak terlambat ke sekolah, tapi karena ia menunggu Lintang untuk menjemputnya jadilah ia ikut terlambat. Dan, sekarang mereka sedang menjalani hukuman mereka. Yaitu, berlari memutari lapangan sebanyak sepuluh kali."Capek banget," keluh Vanka."Lemah banget sih jadi cewek. Baru satu putaran aja udah ngeluh," ejek Lintang."Ih Lintang! Ini semua juga gara-gara lo tahu. Coba aja kalau lo jemput gue cepat, pasti kita gak bakal telat kayak sekarang," omel Vanka."Bisa diem gak lo? Salah lo sendiri, gue kan udah nyuruh lo berangkat duluan. Lo aja yang ngotot mau nunggu gue. Jadi, jangan salahin gue kalau sekarang lo dihukum," ucap Lintang masih terus berlari.Vanka terdiam. Ia kembali berlari, tapi tidak bersuara lagi. Hal itu membuat, Lintang menoleh ke belakang memastikan apa Vanka baik-baik saja atau tidak."Kenapa diam?" tanya Lintang masih te
Lintang menatap bosan Vanka yang sedari tadi sedang memilih-milih novel yang ada di rak buku. Sekarang mereka sedang berada di toko buku. Vanka meminta Lintang untuk menemaninya ke toko buku. Meskipun, Lintang sedang kesal dengan gadis itu mengingat kejadian di kantin antara Dean dan Vanka, namun ia tetap menuruti permintaan Vanka. Karena ia sudah berjanji akan menemani gadis itu."Tang, kira-kira gue beli novel yang mana ya?" tanya Vanka pada Lintang sembari menunjukkan dua novel yang ada di tangannya pada Lintang."Beli aja yang lo suka," jawab Lintang singkat."Tapi gue suka dua-duanya.""Ya udah, beli dua-duanya aja.""Tapi, uang gue gak cukup kalau beli dua-duanya. Gimana dong?""Ck! Buruan! Gue gak punya banyak waktu buat nunggu lo di sini. Lo pikir gue gak ada kerjaan lain apa?" ketus Lintang.Ia sudah sangat bosan menunggu Vanka di sini. Karena sudah hampir dua jam mereka berada di toko buku. Salah satu alasan Lintang malas menemani
Vanka berdiri di depan Lintang yang sedang menatapnya. Pagi ini, Vanka berangkat sekolah sendiri. Ia tidak menunggu Lintang. Cowok itu tidak tahu kalau Vanka sudah berangkat duluan. Ia tadi sempat ke rumah Vanka, namun gadis itu sudah tidak ada. Dan, sekarang Lintang sedang berada di depan kelas Vanka."Kenapa lo berangkat duluan? Kenapa gak chat gue dulu?" tanya Lintang."Gue gak mau telat kayak kemarin," jawab Vanka singkat."Telat dari mana? Ini aja masih jam setengah tujuh. Gue aja gak telat.""Gue cuma gak mau berangkat sama lo aja."Lintang menatap Vanka bingung. Kenapa gadis ini terlihat jutek padanya? Apa kesalahannya?"Lo kenapa sih? Lo marah sama gue? Emang gue salah apalagi?" tanya Lintang."Harga novel yang lo beliin buat gue berapa? Biar gue ganti uangnya," ucap Vanka tanpa menjawab pertanyaan Lintang."Gak usah ganti uang gue. Gue ikhlas kok beliinnya," tolak Lintang. Tapi ucapannya tidak dipedulikan o
Lintang dan Vanka sedang berada di cafe. Mereka kini sedang menikmati ice cream. Bahkan, Vanka sudah dua kali memesan ice cream.Lintang hanya bisa geleng-geleng kepala melihat kelakuan pacarnya."Doyan banget lo," ucap Lintang.Vanka tersenyum kecil. "Iya lah. Soalnya ice cream di sini enak banget. Makasih ya atas sogokannya."Lintang mengernyitkan keningnya bingung. "Sogokan? Maksud lo?" tanya Lintang tidak mengerti."Iya sogokan. Lo nyogok gue biar gue gak marah lagi sama lo, kan?""Gue gak nyogok. Gue emang mau traktir lo aja," jawab Lintang seadanya.Sebenarnya, ia memang sengaja mengajak Vanka untuk makan ice cream, agar gadis itu tidak marah lagi padanya. Lintang tahu Vanka sangat menyukai ice cream.Setiap Vanka marah padanya, ia pasti akan berusaha membujuk Vanka dengan ice cream, dan hal itu berhasil. Walaupun, kadang-kadang gagal."Oh gitu." Vanka kembali menyuapkan ice cream coklat kesukaannya ke dalam mulutnya.
"LINTANGGG!" teriak Vanka memenuhi ruang kelas Lintang. Hal itu membuat seisi kelas menatap tajam ke arahnya.Vanka tersenyum kikuk. Ia segera meminta maaf pada mereka, karena telah mengganggu mereka.Lintang menatap kesal ke arah Vanka. Ia langsung berjalan menghampiri Vanka yang sedang berada di depan pintu kelasnya."Ngapain lo ke sini?" tanya Lintang."Gue mau minta tolong boleh?""Minta tolong apa?""Temenin gue ke perpus. Mau ya?" pintanya."Enggak. Minta tolong sama temen-temen lo aja," tolak Lintang cepat.Ia sangat malas menemani Vanka ke perpustakaan. Ia tidak mau menunggu Vanka berjam-jam di tempat memuakkan itu.Vanka mengerucutkan bibirnya."Kenapa gak mau temenin gue?" tanya Vanka mencoba menahan rasa kesalnya."Ya gue gak mau. Udah sana pergi. Ganggu gue aja.""Tang," panggil Lisa yang sudah berada di samping Lintang."Kenapa Lis?" tanyanya."Temenin gue ke kantin dong. Gue haus mau be
"GUYS!" teriak Lia memenuhi ruang jelas. Ia sama sekali tidak peduli dengan teman-teman kelasnya yang tengah menatap tajam ke arahnya."Kenapa sih, Ya? Datang-datang bukannya salam malah teriak-teriak," ucap Vanka."Lo berdua tahu gak---""Enggak," potong Vanka dan Sela."Ish. Kalau gue belum selesai ngomong jangan dipotong dulu."Mereka berdua tertawa kecil. "Ya udah buruan ngomong," suruh Sela."Hari ini, satu sekolahan pada heboh karena ada anak baru," ucapnya antusias."Anak baru? Terus kenapa? Gue gak peduli kali," ucap Sela acuh. Ia kembali sibuk dengan ponselnya."Anak barunya cewek apa cowok?" tanya Vanka."Cowok, Van. Gila dia ganteng banget. Bahkan, dia lebih ganteng daripada Lintang," heboh Lia.Sela hanya geleng-geleng kepala mendengar Lia yang begitu antusias menceritakan anak baru itu."Masa sih dia lebih ganteng daripada Lintang? Menurut gue yang paling ganteng itu cuma Lintang seorang," ucap Vanka kemu
Revan dan Vanka sedang berdiri di depan kelas Vanka. Mereka sedang mengobrol mengenai materi pelajaran yang telah diajar di kelas mereka masing-masing.Lintang yang hendak ke kantin melirik mereka berdua. Ia langsung berjalan mendekati mereka."Ngapain lo di sini?" tanya Lintang pada Revan.Wajahnya terlihat tidak suka karena Revan yang begitu akrab dengan Vanka."Gue cuma nanya Vanka materi pelajaran doang kok.""Lo bisa tanya ke temen-temen di kelas. Ngapain sampai harus tanya ke Vanka?" ketusnya."Udah lah, Tang. Revan cuma nanya materi pelajaran doang, gak usah marah-marah deh," sahut Vanka.Lintang beralih menatap Vanka. "Lo belain dia?""Udah deh gak usah bikin masalahnya tambah panjang. Gue mau masuk kelas," ucap Vanka kemudian berjalan masuk ke kelasnya.Lintang yang hendak pergi ke kantin, langsung dicegat oleh Revan."Lo mau ke mana? Bentar lagi kan Pak Doni masuk kelas," ucap Revan."Gue mau ke m
Lintang menunggu Vanka yang masih berada di dalam kelasnya. Gadis itu masih menyapu kelasnya.Tak lama kemudian, Vanka selesai dan berjalan keluar kelas menghampiri Lintang yang menatapnya datar."Lama banget sih. Gue udah tungguin lo dari tadi nih," ucap Lintang."Sorry. Kan gue nyapu sendiri ya pasti lama lah.""Makanya lain kali kalau piket datangnya pagi biar gak nyapu sendiri waktu pulang," omel Lintang."Iya iya. Bawel amat sih. Masalah kecil aja dipermasalahin," ujar Vanka."Masalah kecil lo bilang? Gue udah tunggu lo hampir satu jam. Lo pikir kerjaan gue cuma nungguin lo doang?""Ya udah maaf. Marah-marah mulu.""Ayo pulang."Vanka harus bersabar menghadapi Lintang. Walaupun cowok itu selalu marah-marah padanya karena masalah kecil seperti ini, ia harus mengalah. Kalau tidak, mereka tidak akan selesai bertengkar.Vanka meraih tangan Lintang dan berjalan menuju parkiran.Sesampainya di parkiran, mere
Hari ini adalah hari yang paling tidak menyenangkan bagi Vanka. Bagaimana tidak, tadi pagi saja Lintang tidak menjemputnya sehingga ia harus berangkat dengan ojek online. Padahal Vanka sudah menghubungi cowok itu, tapi Lintang seolah mengabaikannya.Dan, saat ia tiba di sekolah, Sela dan Lia malah mendiaminya. Vanka mencoba mengajak mereka mengobrol, namun mereka hanya diam."Pagi Vanka," sapa Vino yang berjalan memasuki kelas Vanka.Vanka yang masih berusaha mengajak kedua sahabatnya mengobrol pun menoleh pada Vino."Kenapa Vin?" tanya Vanka."Tadi lo berangkat sama Lintang?"Vanka menggeleng. "Enggak. Tadi pagi gue chat dia aja gak dibalas. Emang dia belum datang?""Belum. Apa mungkin dia kesiangan, ya? Tuh anak kan hobinya nge-game mulu.""Tapi belakangan ini dia udah jarang main game. Soalnya gue udah larang dia."Vino manggut-manggut. "Terus dia ke mana, ya? Apa jangan-jangan dia gak datang sekolah?""Coba aja
Pagi ini, Lintang dan Vanka menjadi sorotan murid-murid yang ada di sekolah. Mereka baru saja sampai di sekolah, tapi sudah banyak murid-murid yang mengerubungi mereka."Lintang, Vanka. Lo berdua balikan, ya?" tanya salah satu murid cewek."Iya." Jawaban yang singkat dari Lintang, namun mampu membuat kaum hawa yang ada di sana sakit hati.Mereka berpikir, Lintang akan mencari pengganti Vanka, namun harapan mereka pupus saat mengetahui kalau Lintang dan Vanka sudah kembali berpacaran."Yah, parah banget sih. Padahal kan gue udah berharap lo mau pacaran sama gue," ujar cewek berambut pirang yang tampak centil.Jujur, Vanka tidak suka dengan cewek-cewek yang tampak tidak terima karena Lintang dan dirinya kembali berpacaran. Namun, ia mencoba menutupi rasa kesal dan cemburunya itu. Vanka sudah memutuskan untuk menjadi pacar yang lebih dewasa, yang tidak mudah cemburu. Karena ia sadar, di sekolah ini, Lintang adalah cowok populer yang disukai oleh hampi
"Jadi apa jawabannya?"Vanka menghembuskan napasnya, mencoba menenangkan dirinya."Gue mau balikan sama lo.""Serius? Lo beneran mau balikan sama gue?" tanya Lintang dengan wajah terkejut. Masih tidak menyangka dengan jawaban Vanka."I... iya." Tanpa ragu, Lintang langsung membawa Vanka ke dalam pelukannya. Meskipun terkejut dengan perlakuan Lintang, Vanka tidak bisa membohongi perasaannya kalau ia senang bisa dipeluk oleh Lintang lagi."Makasih Van. Makasih karena udah mau nerima gue lagi. Gue senang banget.""Iya. Sama-sama."Lintang melepas pelukannya."Gue janji gak bakal kecewain lo lagi, Van.""Ini kesempatan terakhir buat lo. Kalau lo kecewain gue lagi, gue gak bakal mau balikan lagi sama lo."Lintang menaruh tangannya di pelipis seperti sikap hormat. "Siap bos.""Ya udah sana pulang.""Kok lo ngusir gue? Kan kita baru aja balikan. Udah lama juga gue gak mampir ke rumah lo, kan?"Vanka
"Maaf karena dulu udah sia-siakan lo. Gue tahu gue gak tahu diri, tapi boleh gak kita balik kayak dulu. Boleh gak gue jadi pacar lo lagi?"Vanka menahan napasnya untuk beberapa saat ketika mendengar ucapan Lintang. Ia tidak menduga Lintang akan meminta balikan dengannya. Karena ia pikir cowok itu masih menyukai Lisa."Bukannya lo suka sama Lisa? Kok minta balikan sama gue?" tanya Vanka mencoba menghilangkan rasa gugupnya."Gue gak suka sama Lisa, Van. Gue sukanya lo.""Please kasih gue satu kesempatan lagi, ya?""Kasih gue waktu dulu buat mikir, ya."Lintang tersenyum lalu mengangguk. "Oke. Tapi jangan lama-lama, ya. Soalnya gue gak bisa nunggu lama-lama.""Kenapa gak bisa nunggu lama-lama?""Karena kalau gue nunggu lama, ntar gue diambil cewek lain lagi. Emangnya lo rela gue sama cewek lain?""Rela-rela aja tuh," jawab Vanka cuek."Yakin?""Yakin.""Yakin aja atau yakin banget?""Yakin banget
Pagi-pagi sekali, Lintang sudah berada di depan rumah Vanka. Cowok itu merapikan rambutnya sembari menatap kaca spion motornya."Ngapain ke sini?" Pertanyaan Vanka membuat Lintang langsung beralih menatap cewek itu lalu tersenyum."Mau jemput lo lah. Gue kan udah chat lo.""Gue gak mau berangkat bareng lo.""Gue gak mau dengar penolakan dari lo." Lintang menarik pelan lengan Vanka lalu memakaikan helm pada gadis itu."Gue bilang gue---" Ucapan Vanka terhenti saat Lintang menempelkan jari telunjuknya pada bibir Vanka."Please, Van, sekali ini aja jangan nolak gue. Kasih gue kesempatan sekali lagi."Vanka tidak membalas ucapan Lintang, tapi ia berjalan mendekati motor Lintang. Hal itu membuat Lintang sedikit kecewa, tapi itu tidak masalah. Karena setidaknya, Vanka mau berangkat bersamanya."Buruan!""Iya."*****"Loh, Lintang sama Vanka berangkat barengan? Bukannya mereka udah putus, ya?""Iya sih mere
Vanka duduk di samping Lisa. Cewek itu sedang berada di rumahnya. Vanka cukup terkejut karena cewek itu tiba-tiba datang ke rumahnya. Apalagi mereka tidak akur, jadi wajar saja kalau Vanka merasa heran dan aneh."Ngapain lo ke sini?" tanya Vanka."Gue mau minta maaf.""Minta maaf buat apa?""Karena gue udah kirimin videonya Lintang sama Evan," jawab Lisa.Terlihat jelas dari raut wajah Lisa kalau cewek itu menyesal akan perbuatannya."Jadi lo yang kirim videonya?" Vanka tidak menduga kalau Lisa adalah orang yang mengirim video tersebut. Pasalnya, cewek itu tidak memiliki nomor Vanka.Lisa mengangguk pelan. "Iya. Gue pikir dengan lo putus dari Lintang, gue bisa sama Lintang. Gue pikir Lintang masih suka sama gue, tapi ternyata enggak. Perasaannya udah gak buat gue lagi.""Sekarang lo bisa kejar dia lagi, Lis. Karena gue udah gak cinta lagi sama Lintang." Lisa segera melepas tangan Vanka dari tangannya.Lisa menggeleng. "Eng
Sudah seminggu Lintang dan Vanka putus. Dan seminggu itu pula Vanka tampak tidak bersemangat. Ia seperti tidak ingin melakukan kegiatan apa pun. Bahkan, belajar saja ia tidak bisa fokus.Apalagi Lintang juga sering mendekatinya. Cowok itu masih berusaha agar hubungan mereka bisa kembali. Walaupun Lintang sudah berulang kali mengatakan pada Vanka kalau dia sudah menyukai Vanka, tetap saja Vanka masih tidak percaya dengan Lintang. Ia masih yakin kalau Lintang masih menyukai Lisa. Dilihat dari manapun, memang Lintang menyukai Lisa. Tatapan Lintang pada cewek itu berbeda ketika Lintang menatap dirinya. Dan, Vanka bisa merasakan itu.Walaupun Vanka masih belum bisa melupakan Lintang, tapi ia akan berusaha."Vanka," panggil Lintang. Tanpa menoleh, Vanka sudah tahu siapa yang memanggilnya. Tapi Vanka memilih tidak menoleh dan terus melangkah. Namun baru beberapa langkah, tiba-tiba Lintang menahan lengannya membuat langkah Vanka terhenti."Van, please jangan hind
"Hai," sapa Vanka.Lintang yang berdiri di hadapan Vanka menatap gadisnya itu tanpa berkedip.Malam ini, gadisnya itu terlihat sangat cantik.Tang." Vanka melambai-lambaikan tangannya di depan wajah Lintang membuat cowok itu segera berkedip."Kok bengong? Ayo jalan sekarang," ujar Vanka."Ah, iya." Lintang meraih tangan Vanka membawa gadis itu mendekati mobilnya."Kok bawa mobil? Motor lo ke mana?" tanya Vanka.Ini kali pertama seorang Lintang mengendarai mobil. Biasanya, cowok itu selalu mengendarai motor kesayangannya.Lintang tersenyum. "Malam ini gue sengaja bawa mobil biar rambut lo gak berantakan. Gue gak mau wajah cantik lo harus kena angin malam.""Bisa aja lo." Vanka memukul pelan lengan Lintang membuat cowok itu terkekeh.Lintang membuka pintu mobil untuk Vanka membuat gadis itu tersenyum."Makasih.""Sama-sama."*****Vanka menatap takjub ke sekeliling rooftop restauran. Lintan
Lintang melirik Vanka yang sedari tadi sedang sibuk membaca novelnya. Mereka kini sedang berada di depan kelas Vanka. Lintang sengaja ke kelas Vanka agar ia bisa terbebas dari Lisa.Lintang pikir setelah ia memberitahu Lisa kalau ia sudah tidak menyukai cewek itu, Lisa akan berhenti menunggunya. Namun, nyatanya lebih parah. Lisa bukan hanya menunggunya saja melainkan cewek itu juga terus mengganggunya. Tentu saja Lintang terganggu."Baca novel apa? Serius banget."Vanka menutup novelnya lalu beralih menatap Lintang. "Baca novel horor. Mau baca?" Vanka menyodorkan novelnya, namun langsung ditolak oleh Lintang."Gue gak suka baca novel.""Udah baca aja. Ini seru kok. Gue yakin lo yang malas baca novel bakal ketagihan baca novel ini. Karena novelnya itu selalu bikin kita penasaran.""Enggak. Gue gak mau. Ngapain baca novel? Yang ada buang-buang waktu. Kayak gak ada kerjaan yang lebih penting aja." Ucapan Lintang membuat Vanka mengerucutkan