Vanka berdiri di depan Lintang yang sedang menatapnya. Pagi ini, Vanka berangkat sekolah sendiri. Ia tidak menunggu Lintang. Cowok itu tidak tahu kalau Vanka sudah berangkat duluan. Ia tadi sempat ke rumah Vanka, namun gadis itu sudah tidak ada. Dan, sekarang Lintang sedang berada di depan kelas Vanka.
"Kenapa lo berangkat duluan? Kenapa gak chat gue dulu?" tanya Lintang.
"Gue gak mau telat kayak kemarin," jawab Vanka singkat.
"Telat dari mana? Ini aja masih jam setengah tujuh. Gue aja gak telat."
"Gue cuma gak mau berangkat sama lo aja."
Lintang menatap Vanka bingung. Kenapa gadis ini terlihat jutek padanya? Apa kesalahannya?
"Lo kenapa sih? Lo marah sama gue? Emang gue salah apalagi?" tanya Lintang.
"Harga novel yang lo beliin buat gue berapa? Biar gue ganti uangnya," ucap Vanka tanpa menjawab pertanyaan Lintang.
"Gak usah ganti uang gue. Gue ikhlas kok beliinnya," tolak Lintang. Tapi ucapannya tidak dipedulikan oleh Vanka. Gadis itu merogoh dua lembar uang seratus ribu dan memberikannya pada Lintang.
"Uangnya udah gue ganti, ya. Gue masuk kelas dulu," pamit Vanka.
Lintang langsung menarik lengan Vanka membuat gadis itu langsung membalikkan badannya.
"Kenapa?" tanya Vanka ketus.
"Lo kenapa sih, hah? Gue salah apa sama lo? Bilang sama gue dong. Lo pikir gue terawang yang bisa tahu pikiran lo?"
Vanka tersenyum kecut. Ia langsung melepas tangan Lintang dan berjalan masuk ke kelasnya tanpa mempedulikan Lintang.
"Ck! Dia kenapa lagi sih?" decak Lintang.
*****
Vanka berjalan menuju perpustakaan. Di sepanjang jalan, ia berpapasan dengan Dean.
"Hai Vanka," sapa Dean.
"Hai Dean," balas Vanka sembari tersenyum.
"Lo mau ke perpus ya?" tanya Dean yang dibalas anggukan kecil oleh Vanka.
"Bareng ya sama gue. Kebetulan gue juga mau ke perpus. Mau balikin buku," ucap Dean.
"Iya, boleh."
"Tang," panggil Vino.
"Apa sih?" tanya Lintang.
"Itu lo liat deh. Vanka lagi sama Dean," ucap Vino sembari memegang kedua pundak Lintang agar cowok itu menoleh ke arah Vanka dan Dean.
Ia menatap Vanka dan Dean yang sedang berjalan beriringan. Sesekali, Vanka tertawa karena guyonan yang dilontarkan Dean.
Tanpa sadar, Lintang sudah mengepalkan kedua tangannya. Ia paling tidak suka jika miliknya diganggu oleh orang lain.
Ia langsung berjalan menuju mereka.
"Ngapain lo deketin cewek gue?" tanya Lintang dengan wajah dingin.
"Gue gak deketin Vanka. Gue cuma mau ke perpus bareng dia," jelas Dean.
"Halah gak usah banyak omong lo!"
Bugh!
Lintang medaratkan pukulannya tepat mengenai wajah Dean membuat Vanka membulatkan kedua matanya.
Ia langsung menghadang Lintang, ketika cowok itu ingin melayangkan pukulannya lagi.
"Udah stop Lintang! Bisa gak sih, sehari aja gak usah bikin masalah?"
"Gimana gue gak bikin masalah, dia udah deketin lo! Lo juga kenapa jadi cewek kecentilan banget? Udah punya cowok masih aja cari perhatian sama cowok lain," sinis Lintang.
Vanka tertawa renyah membuat Lintang menatap bingung ke arahnya.
"Lo marah karena gue sama Dean? Terus, apa kabar lo sama Lisa? Lo boleh dekat-dekat sama Lisa dan mesra-mesraan sama Lisa, sedangkan gue gak boleh dekat sama cowok lain gitu? Mau lo apa sih sebenarnya? Jadi orang itu jangan egois, Tang. Muak gue lama-lama hadapin lo," ucap Vanka dengan wajah kesal kemudian menarik Dean berjalan masuk ke perpustakaan.
"Argh! Sialan!" umpatnya.
"Sabar, Tang," ucap Vino yang sudah berada di sampingnya.
"Lo emang salah, Tang. Lo larang Vanka buat dekat-dekat sama cowok lain, sedangkan lo dekat sama Lisa. Gimana dia gak marah sama lo coba?" sahut Roy.
"Ingat Tang, jadi orang jangan egois. Lisa ya Lisa, Vanka ya Vanka. Jangan dua-duanya lo embat. Lo jangan sakitin hati Vanka, Tang," nasehat Vino.
Lintang terdiam sejenak. Apa ia salah hanya karena tidak ingin miliknya didekati orang lain? Walaupun, ia tidak mencintai Vanka. Tapi, tetap saja ia tidak suka kalau ada cowok lain yang mendekati Vanka selain dirinya. Terdengar egois bukan? Namun, itu lah dirinya. Dan, ia juga tidak mengerti kenapa dirinya bisa seperti itu.
*****
"Van," panggil Dean membuat Vanka menoleh padanya.
Mereka sudah keluar dari perpustakaan. Sekarang, mereka sedang berjalan menuju kantin.
"Kenapa De?"
"Lo lagi ada masalah ya sama Lintang?"
Dean menatap wajah Vanka yang tiba-tiba berubah menjadi sendu.
"Sorry. Kalau lo gak mau jawab juga gak papa kok," ucap Dean.
"Gak papa. Gue emang lagi ada masalah sama Lintang. Malah hampir setiap hari gue ada masalah sama dia. Gue gak tahu kenapa, tapi gue sama dia selalu berantem. Kebanyakan sih gue sering marah sama dia karena Lisa. Dia sering banget jalan sama Lisa, seolah-olah Lisa itu pacarnya. Tapi, giliran gue yang ngajak dia jalan dia gak mau. Dia selalu marah setiap kali gue cemburu sama Lisa, tapi dia jauh lebih marah kalau liat gue sama cowok lain. Itu yang buat gue kesel sama dia. Dia itu egois. Gak pernah ngerti perasaan gue," cerita Vanka.
Dean terdiam sejenak setelah Vanka menceritakan masalahnya.
"Sorry ya gue jadi curhat," kekeh Vanka. Ia merasa tidak enak karena sudah menceritakan masalah pribadinya pada Dean.
"It's okay. Gue senang kok kalau gue bisa jadi teman curhat lo. Kadang emang lo butuh orang buat ceritain masalah lo, baru lo merasa lega."
Vanka mengangguk-angguk setuju dengan ucapan Dean.
"Makasih ya lo udah mau dengar cerita gue."
"Sama-sama. Tapi, kalau saran gue sih lo harus tegas sama Lintang. Lo harus suruh dia milih antara lo sama Lisa. Lo jangan biarin Lintang sama Lisa dekat mulu. Ntar, yang ada Lintang jadian sama Lisa. Lo gak mau kan sampai itu terjadi?"
Vanka menggeleng cepat. Tentu saja, ia tidak akan terima kalau Lintang pacaran dengan Lisa. Sampai kapanpun, ia tidak akan merelakan Lintang ke pelukan cewek lain.
"Ya itu kalau lo mau ikut saran gue sih. Kalau gak mau juga gak papa."
"Makasih atas sarannya. Gue bakal ikutin saran lo. Gak sia-sia gue curhat sama lo," ucap Vanka sembari tersenyum.
Dean menyunggingkan senyumnya. "Kalau lo ada masalah lo boleh cerita ke gue. Dengan senang hati, gue bakal dengar cerita lo."
Vanka mengangguk. Ternyata, ada untungnya ia bercerita dengan Dean. Tidak seperti, Lia dan Sela yang ketika ia meminta saran pada mereka, selalu mereka menyuruhnya untuk putus dari Lintang.
Mereka sudah sampai di kantin. Terlihat Lia dan Sela yang sedang melambaikan tangan padanya.
"Yuk, kita ke teman-teman gue," ajak Vanka pada Dean.
Cowok itu mengangguk dan berjalan mengikuti Vanka.
"Lama banget lo ke perpus. Ngapain aja lo di sana?" tanya Sela.
"Ada deh," jawab Vanka yang mendapat cibiran dari Sela.
"Lo mau makan apa Van? Biar gue beliin buat lo," tawar Dean.
"Eh, gak usah. Nanti gue beli sendiri aja," tolak Vanka.
"Udah gak papa. Lo mau makan apa?"
"Ditanyain tuh, Van. Jawab dong," sahut Lia.
"Em, gue mi instan sama es teh aja deh," jawab Vanka.
"Oke. Gue beliin dulu."
"Vanka, lo beruntung tahu gak bisa dekat sama Dean. Kalau gue perhatiin dia itu suka banget sama lo," ucap Lia antusias.
"Udah mendingan lo putusin Lintang aja. Biar lo sama Dean. Ngapain juga lo sama cowok kayak Lintang? Yang sukanya bikin lo sakit hati doang."
"Ekhem," deham Lintang membuat ketiganya langsung menoleh pada Lintang.
Lintang tengah berada di samping Vanka sembari menatap tajam pada Lia, membuat cewek itu langsung diam.
Lintang duduk di samping Vanka.
"Enak banget ya jelek-jelekin gue di belakang gue. Lo mau cuci otak Vanka biar dia mau putusin gue?" tanya Lintang sinis.
"Gue gak cuci otaknya. Gue cuma mau buka otaknya aja biar dia itu sadar kalau dia udah pacaran sama orang yang salah," ucap Lia membalas tatapan tajam Lintang.
Persetan dengan Lintang. Ia sama sekali tidak takut dengan cowok ini. Ia tidak mau Lintang terus-terusan menyakiti hati Vanka.
"Maksud lo apa ngomong kayak gitu?" Lintang memukul meja membuat ketiganya langsung tersentak kaget.
"Lintang! Apa-apaan sih lo? Lo gak boleh kayak gitu sama Lia!" ucap Vanka kesal.
"Lo belain teman lo, iya? Lo mau turutin dia buat putus dari gue, iya?" sentak Lintang.
Dean mendorong Lintang membuat cowok itu menoleh padanya.
"Gak usah bentak-bentak Vanka! Jadi cowok kasar banget sama cewek."
"Diam lo! Gue gak ada urusan sama lo!"
Lintang menarik tangan Vanka keluar dari kantin. Melihat hal itu, Dean ingin menyusul mereka. Namun, Sela langsung menahan lengannya.
"Biarin mereka selesain masalah mereka sendiri, Dean. Lo jangan bikin masalah tambah runyam," ucapnya.
*****
Lintang membawa Vanka ke halaman belakang sekolah.
"Kenapa harus narik-narik sih, Tang? Sakit tahu," omel Vanka.
"Lo mau putus dari gue?" tanya Lintang langsung.
"Enggak," jawab Vanka cepat membuat Lintang menyunggingkan senyumnya.
"Gue harap lo jangan pernah minta putus dari gue," ucap Lintang.
"Ya itu tergantung dari lo. Kalau lo masih dekat-dekat sama Lisa, ya gue bisa aja minta putus dari lo," ucap Vanka.
Lintang menatapnya tajam. "Gue gak bisa jauhin Lisa. Jangan pernah lo nyuruh gue buat jauhin dia!"
Vanka tertawa sinis. "See, lo gak mau jauh-jauh dari Lisa, tapi lo juga gak mau gue dekat-dekat sama cowok lain. Maksud lo apa coba?"
"Gue cuma gak suka milik gue didekatin sama orang lain."
Lintang menarik Vanka ke pelukannya, membuat Vanka terkejut bukan main.
"Bisa kan lo jangan dekat-dekat sama Dean atau cowok manapun?" tanya Lintang.
Vanka mengangguk dalam pelukannya. Ia dapat merasakan jantungnya berdetak kencang dan pipinya memanas. Ia yakin pipinya pasti sudah memerah.
Lintang melepas pelukannya.
"Janji ya jangan dekat-dekat sama cowok lain?"
"Iya janji."
Lintang tersenyum kemudian mengacak-acak rambut Vanka.
"Anak pinter."
Vanka tersenyum sipu. Justru perlakuan Lintang seperti ini yang membuatnya mudah luluh pada cowok ini.
'Gue benar-benar gak ngerti sama lo, Tang. Lo selalu punya cara biar gue gak bisa marah lama-lama sama lo,' batinnya.
***********
Lintang dan Vanka sedang berada di cafe. Mereka kini sedang menikmati ice cream. Bahkan, Vanka sudah dua kali memesan ice cream.Lintang hanya bisa geleng-geleng kepala melihat kelakuan pacarnya."Doyan banget lo," ucap Lintang.Vanka tersenyum kecil. "Iya lah. Soalnya ice cream di sini enak banget. Makasih ya atas sogokannya."Lintang mengernyitkan keningnya bingung. "Sogokan? Maksud lo?" tanya Lintang tidak mengerti."Iya sogokan. Lo nyogok gue biar gue gak marah lagi sama lo, kan?""Gue gak nyogok. Gue emang mau traktir lo aja," jawab Lintang seadanya.Sebenarnya, ia memang sengaja mengajak Vanka untuk makan ice cream, agar gadis itu tidak marah lagi padanya. Lintang tahu Vanka sangat menyukai ice cream.Setiap Vanka marah padanya, ia pasti akan berusaha membujuk Vanka dengan ice cream, dan hal itu berhasil. Walaupun, kadang-kadang gagal."Oh gitu." Vanka kembali menyuapkan ice cream coklat kesukaannya ke dalam mulutnya.
"LINTANGGG!" teriak Vanka memenuhi ruang kelas Lintang. Hal itu membuat seisi kelas menatap tajam ke arahnya.Vanka tersenyum kikuk. Ia segera meminta maaf pada mereka, karena telah mengganggu mereka.Lintang menatap kesal ke arah Vanka. Ia langsung berjalan menghampiri Vanka yang sedang berada di depan pintu kelasnya."Ngapain lo ke sini?" tanya Lintang."Gue mau minta tolong boleh?""Minta tolong apa?""Temenin gue ke perpus. Mau ya?" pintanya."Enggak. Minta tolong sama temen-temen lo aja," tolak Lintang cepat.Ia sangat malas menemani Vanka ke perpustakaan. Ia tidak mau menunggu Vanka berjam-jam di tempat memuakkan itu.Vanka mengerucutkan bibirnya."Kenapa gak mau temenin gue?" tanya Vanka mencoba menahan rasa kesalnya."Ya gue gak mau. Udah sana pergi. Ganggu gue aja.""Tang," panggil Lisa yang sudah berada di samping Lintang."Kenapa Lis?" tanyanya."Temenin gue ke kantin dong. Gue haus mau be
"GUYS!" teriak Lia memenuhi ruang jelas. Ia sama sekali tidak peduli dengan teman-teman kelasnya yang tengah menatap tajam ke arahnya."Kenapa sih, Ya? Datang-datang bukannya salam malah teriak-teriak," ucap Vanka."Lo berdua tahu gak---""Enggak," potong Vanka dan Sela."Ish. Kalau gue belum selesai ngomong jangan dipotong dulu."Mereka berdua tertawa kecil. "Ya udah buruan ngomong," suruh Sela."Hari ini, satu sekolahan pada heboh karena ada anak baru," ucapnya antusias."Anak baru? Terus kenapa? Gue gak peduli kali," ucap Sela acuh. Ia kembali sibuk dengan ponselnya."Anak barunya cewek apa cowok?" tanya Vanka."Cowok, Van. Gila dia ganteng banget. Bahkan, dia lebih ganteng daripada Lintang," heboh Lia.Sela hanya geleng-geleng kepala mendengar Lia yang begitu antusias menceritakan anak baru itu."Masa sih dia lebih ganteng daripada Lintang? Menurut gue yang paling ganteng itu cuma Lintang seorang," ucap Vanka kemu
Revan dan Vanka sedang berdiri di depan kelas Vanka. Mereka sedang mengobrol mengenai materi pelajaran yang telah diajar di kelas mereka masing-masing.Lintang yang hendak ke kantin melirik mereka berdua. Ia langsung berjalan mendekati mereka."Ngapain lo di sini?" tanya Lintang pada Revan.Wajahnya terlihat tidak suka karena Revan yang begitu akrab dengan Vanka."Gue cuma nanya Vanka materi pelajaran doang kok.""Lo bisa tanya ke temen-temen di kelas. Ngapain sampai harus tanya ke Vanka?" ketusnya."Udah lah, Tang. Revan cuma nanya materi pelajaran doang, gak usah marah-marah deh," sahut Vanka.Lintang beralih menatap Vanka. "Lo belain dia?""Udah deh gak usah bikin masalahnya tambah panjang. Gue mau masuk kelas," ucap Vanka kemudian berjalan masuk ke kelasnya.Lintang yang hendak pergi ke kantin, langsung dicegat oleh Revan."Lo mau ke mana? Bentar lagi kan Pak Doni masuk kelas," ucap Revan."Gue mau ke m
Lintang menunggu Vanka yang masih berada di dalam kelasnya. Gadis itu masih menyapu kelasnya.Tak lama kemudian, Vanka selesai dan berjalan keluar kelas menghampiri Lintang yang menatapnya datar."Lama banget sih. Gue udah tungguin lo dari tadi nih," ucap Lintang."Sorry. Kan gue nyapu sendiri ya pasti lama lah.""Makanya lain kali kalau piket datangnya pagi biar gak nyapu sendiri waktu pulang," omel Lintang."Iya iya. Bawel amat sih. Masalah kecil aja dipermasalahin," ujar Vanka."Masalah kecil lo bilang? Gue udah tunggu lo hampir satu jam. Lo pikir kerjaan gue cuma nungguin lo doang?""Ya udah maaf. Marah-marah mulu.""Ayo pulang."Vanka harus bersabar menghadapi Lintang. Walaupun cowok itu selalu marah-marah padanya karena masalah kecil seperti ini, ia harus mengalah. Kalau tidak, mereka tidak akan selesai bertengkar.Vanka meraih tangan Lintang dan berjalan menuju parkiran.Sesampainya di parkiran, mere
Vanka sedang bersama Lintang di halaman belakang sekolah. Vanka memang menyuruh Lintang untuk menghampirinya di sini, karena ingin berbicara dengan cowok itu."Lo mau ngomong apa?" tanya Lintang langsung."Lo gak mau jelasin ke gue soal kemarin?"Lintang mengangkat sebelah alisnya. "Jelasin apa?""Jelasin kenapa Lisa bisa ke rumah lo.""Lo pengin banget gue jelasin?" tanya Lintang."Gue gak mau salah paham sama lo. Jadi, bisa kan lo jelasin?" pinta Vanka."Oke. Gue jelasin. Jadi, kemarin waktu gue anter lo pulang, dia ke rumah gue dan nungguin gue. Itu aja kok," jelasnya.Vanka hanya manggut-manggut. Walaupun, ia kesal, tapi ia mencoba menahannya."Ngapain dia ke rumah lo?" tanya Vanka."Main," jawabnya singkat."Dia bisa tahu rumah lo, ya? Gue aja yang pacar lo gak tahu rumah lo di mana," ucap Vanka sembari tersenyum kecut."Gak usah cemburu. Kapan-kapan gue bakal bawa lo ke rumah gue."Mata Vanka l
Lintang berjalan ke kelas Vanka. Ia ingin meminta maaf kepada gadis itu karena kemarin tidak bisa mengantar pulang Vanka."Lia," panggil Lintang saat gadis itu ingin masuk ke kelas.Lia menoleh pada Lintang. "Kenapa?" tanya Lia."Tolong panggilin Vanka dong.""Oke."Tak butuh waktu lama, Vanka keluar menghampirinya.Lintang mengembangkan senyumnya."Hai," sapanya.Vanka hanya diam. Ia tidak berniat membalas sapaan Lintang. Wajahnya terlihat datar."Kenapa?" tanya Vanka langsung."Nih, buat lo." Lintang menyodorkan sebungkus coklat yang dipegangnya pada Vanka."Ngapain kasih ke gue?""Ya buat dimakan lah. Emangnya coklat buat lo apain?""Sorry, tapi gue lagi diet coklat. Kasih ke Lisa aja.""Sorry, karena kemarin gak ke kelas lo. Kemarin gue harus antar Lisa karena dia sakit," ucap Lintang."Lain kali, kalau gak bisa ya kasih tahu. Jangan bikin gue nunggu. Lo pikir ker
Hari ini, Vanka bisa tidur sepuasnya tanpa takut terlambat ke sekolah. Karena hari ini libur."Vanka! Ya ampun, jam segini masih tidur. Ayo bangun." Suara Erin menggelegar di kamar Vanka membuat gadis itu terbangun dari tidurnya."Aduh, Ma kenapa sih? Aku masih ngantuk. Kenapa udah teriak-teriak di kamar aku?" Vanka mengucek-ucek matanya.Posisinya yang tadi berbaring sudah berubah menjadi duduk."Ini udah jam dua belas siang. Masih tidur aja kamu. Jadi anak perempuan kok malas banget," ucap Erin."Iya ini kan aku udah bangun. Mama kenapa sih tumben bangunin aku dihari libur gini. Biasanya kan Mama gak pernah peduli."Erin menarik gorden jendela membuat sinar matahari masuk ke dalam kamar Vanka."Mandi sana," suruh Erin."Nanti aja. Aku mau lanjut tidur lagi."Erin langsung menarik tangan Vamka ketika gadis itu ingin berbaring lagi."Buruan mandi. Lintang udah nungguin kamu dari tadi." Ucapan Erin membuat Vanka membulatkan
Hari ini adalah hari yang paling tidak menyenangkan bagi Vanka. Bagaimana tidak, tadi pagi saja Lintang tidak menjemputnya sehingga ia harus berangkat dengan ojek online. Padahal Vanka sudah menghubungi cowok itu, tapi Lintang seolah mengabaikannya.Dan, saat ia tiba di sekolah, Sela dan Lia malah mendiaminya. Vanka mencoba mengajak mereka mengobrol, namun mereka hanya diam."Pagi Vanka," sapa Vino yang berjalan memasuki kelas Vanka.Vanka yang masih berusaha mengajak kedua sahabatnya mengobrol pun menoleh pada Vino."Kenapa Vin?" tanya Vanka."Tadi lo berangkat sama Lintang?"Vanka menggeleng. "Enggak. Tadi pagi gue chat dia aja gak dibalas. Emang dia belum datang?""Belum. Apa mungkin dia kesiangan, ya? Tuh anak kan hobinya nge-game mulu.""Tapi belakangan ini dia udah jarang main game. Soalnya gue udah larang dia."Vino manggut-manggut. "Terus dia ke mana, ya? Apa jangan-jangan dia gak datang sekolah?""Coba aja
Pagi ini, Lintang dan Vanka menjadi sorotan murid-murid yang ada di sekolah. Mereka baru saja sampai di sekolah, tapi sudah banyak murid-murid yang mengerubungi mereka."Lintang, Vanka. Lo berdua balikan, ya?" tanya salah satu murid cewek."Iya." Jawaban yang singkat dari Lintang, namun mampu membuat kaum hawa yang ada di sana sakit hati.Mereka berpikir, Lintang akan mencari pengganti Vanka, namun harapan mereka pupus saat mengetahui kalau Lintang dan Vanka sudah kembali berpacaran."Yah, parah banget sih. Padahal kan gue udah berharap lo mau pacaran sama gue," ujar cewek berambut pirang yang tampak centil.Jujur, Vanka tidak suka dengan cewek-cewek yang tampak tidak terima karena Lintang dan dirinya kembali berpacaran. Namun, ia mencoba menutupi rasa kesal dan cemburunya itu. Vanka sudah memutuskan untuk menjadi pacar yang lebih dewasa, yang tidak mudah cemburu. Karena ia sadar, di sekolah ini, Lintang adalah cowok populer yang disukai oleh hampi
"Jadi apa jawabannya?"Vanka menghembuskan napasnya, mencoba menenangkan dirinya."Gue mau balikan sama lo.""Serius? Lo beneran mau balikan sama gue?" tanya Lintang dengan wajah terkejut. Masih tidak menyangka dengan jawaban Vanka."I... iya." Tanpa ragu, Lintang langsung membawa Vanka ke dalam pelukannya. Meskipun terkejut dengan perlakuan Lintang, Vanka tidak bisa membohongi perasaannya kalau ia senang bisa dipeluk oleh Lintang lagi."Makasih Van. Makasih karena udah mau nerima gue lagi. Gue senang banget.""Iya. Sama-sama."Lintang melepas pelukannya."Gue janji gak bakal kecewain lo lagi, Van.""Ini kesempatan terakhir buat lo. Kalau lo kecewain gue lagi, gue gak bakal mau balikan lagi sama lo."Lintang menaruh tangannya di pelipis seperti sikap hormat. "Siap bos.""Ya udah sana pulang.""Kok lo ngusir gue? Kan kita baru aja balikan. Udah lama juga gue gak mampir ke rumah lo, kan?"Vanka
"Maaf karena dulu udah sia-siakan lo. Gue tahu gue gak tahu diri, tapi boleh gak kita balik kayak dulu. Boleh gak gue jadi pacar lo lagi?"Vanka menahan napasnya untuk beberapa saat ketika mendengar ucapan Lintang. Ia tidak menduga Lintang akan meminta balikan dengannya. Karena ia pikir cowok itu masih menyukai Lisa."Bukannya lo suka sama Lisa? Kok minta balikan sama gue?" tanya Vanka mencoba menghilangkan rasa gugupnya."Gue gak suka sama Lisa, Van. Gue sukanya lo.""Please kasih gue satu kesempatan lagi, ya?""Kasih gue waktu dulu buat mikir, ya."Lintang tersenyum lalu mengangguk. "Oke. Tapi jangan lama-lama, ya. Soalnya gue gak bisa nunggu lama-lama.""Kenapa gak bisa nunggu lama-lama?""Karena kalau gue nunggu lama, ntar gue diambil cewek lain lagi. Emangnya lo rela gue sama cewek lain?""Rela-rela aja tuh," jawab Vanka cuek."Yakin?""Yakin.""Yakin aja atau yakin banget?""Yakin banget
Pagi-pagi sekali, Lintang sudah berada di depan rumah Vanka. Cowok itu merapikan rambutnya sembari menatap kaca spion motornya."Ngapain ke sini?" Pertanyaan Vanka membuat Lintang langsung beralih menatap cewek itu lalu tersenyum."Mau jemput lo lah. Gue kan udah chat lo.""Gue gak mau berangkat bareng lo.""Gue gak mau dengar penolakan dari lo." Lintang menarik pelan lengan Vanka lalu memakaikan helm pada gadis itu."Gue bilang gue---" Ucapan Vanka terhenti saat Lintang menempelkan jari telunjuknya pada bibir Vanka."Please, Van, sekali ini aja jangan nolak gue. Kasih gue kesempatan sekali lagi."Vanka tidak membalas ucapan Lintang, tapi ia berjalan mendekati motor Lintang. Hal itu membuat Lintang sedikit kecewa, tapi itu tidak masalah. Karena setidaknya, Vanka mau berangkat bersamanya."Buruan!""Iya."*****"Loh, Lintang sama Vanka berangkat barengan? Bukannya mereka udah putus, ya?""Iya sih mere
Vanka duduk di samping Lisa. Cewek itu sedang berada di rumahnya. Vanka cukup terkejut karena cewek itu tiba-tiba datang ke rumahnya. Apalagi mereka tidak akur, jadi wajar saja kalau Vanka merasa heran dan aneh."Ngapain lo ke sini?" tanya Vanka."Gue mau minta maaf.""Minta maaf buat apa?""Karena gue udah kirimin videonya Lintang sama Evan," jawab Lisa.Terlihat jelas dari raut wajah Lisa kalau cewek itu menyesal akan perbuatannya."Jadi lo yang kirim videonya?" Vanka tidak menduga kalau Lisa adalah orang yang mengirim video tersebut. Pasalnya, cewek itu tidak memiliki nomor Vanka.Lisa mengangguk pelan. "Iya. Gue pikir dengan lo putus dari Lintang, gue bisa sama Lintang. Gue pikir Lintang masih suka sama gue, tapi ternyata enggak. Perasaannya udah gak buat gue lagi.""Sekarang lo bisa kejar dia lagi, Lis. Karena gue udah gak cinta lagi sama Lintang." Lisa segera melepas tangan Vanka dari tangannya.Lisa menggeleng. "Eng
Sudah seminggu Lintang dan Vanka putus. Dan seminggu itu pula Vanka tampak tidak bersemangat. Ia seperti tidak ingin melakukan kegiatan apa pun. Bahkan, belajar saja ia tidak bisa fokus.Apalagi Lintang juga sering mendekatinya. Cowok itu masih berusaha agar hubungan mereka bisa kembali. Walaupun Lintang sudah berulang kali mengatakan pada Vanka kalau dia sudah menyukai Vanka, tetap saja Vanka masih tidak percaya dengan Lintang. Ia masih yakin kalau Lintang masih menyukai Lisa. Dilihat dari manapun, memang Lintang menyukai Lisa. Tatapan Lintang pada cewek itu berbeda ketika Lintang menatap dirinya. Dan, Vanka bisa merasakan itu.Walaupun Vanka masih belum bisa melupakan Lintang, tapi ia akan berusaha."Vanka," panggil Lintang. Tanpa menoleh, Vanka sudah tahu siapa yang memanggilnya. Tapi Vanka memilih tidak menoleh dan terus melangkah. Namun baru beberapa langkah, tiba-tiba Lintang menahan lengannya membuat langkah Vanka terhenti."Van, please jangan hind
"Hai," sapa Vanka.Lintang yang berdiri di hadapan Vanka menatap gadisnya itu tanpa berkedip.Malam ini, gadisnya itu terlihat sangat cantik.Tang." Vanka melambai-lambaikan tangannya di depan wajah Lintang membuat cowok itu segera berkedip."Kok bengong? Ayo jalan sekarang," ujar Vanka."Ah, iya." Lintang meraih tangan Vanka membawa gadis itu mendekati mobilnya."Kok bawa mobil? Motor lo ke mana?" tanya Vanka.Ini kali pertama seorang Lintang mengendarai mobil. Biasanya, cowok itu selalu mengendarai motor kesayangannya.Lintang tersenyum. "Malam ini gue sengaja bawa mobil biar rambut lo gak berantakan. Gue gak mau wajah cantik lo harus kena angin malam.""Bisa aja lo." Vanka memukul pelan lengan Lintang membuat cowok itu terkekeh.Lintang membuka pintu mobil untuk Vanka membuat gadis itu tersenyum."Makasih.""Sama-sama."*****Vanka menatap takjub ke sekeliling rooftop restauran. Lintan
Lintang melirik Vanka yang sedari tadi sedang sibuk membaca novelnya. Mereka kini sedang berada di depan kelas Vanka. Lintang sengaja ke kelas Vanka agar ia bisa terbebas dari Lisa.Lintang pikir setelah ia memberitahu Lisa kalau ia sudah tidak menyukai cewek itu, Lisa akan berhenti menunggunya. Namun, nyatanya lebih parah. Lisa bukan hanya menunggunya saja melainkan cewek itu juga terus mengganggunya. Tentu saja Lintang terganggu."Baca novel apa? Serius banget."Vanka menutup novelnya lalu beralih menatap Lintang. "Baca novel horor. Mau baca?" Vanka menyodorkan novelnya, namun langsung ditolak oleh Lintang."Gue gak suka baca novel.""Udah baca aja. Ini seru kok. Gue yakin lo yang malas baca novel bakal ketagihan baca novel ini. Karena novelnya itu selalu bikin kita penasaran.""Enggak. Gue gak mau. Ngapain baca novel? Yang ada buang-buang waktu. Kayak gak ada kerjaan yang lebih penting aja." Ucapan Lintang membuat Vanka mengerucutkan