Aurel menekan kepala Alva agar semakin mengulum payudaranya. Ini pertama kalinya bagi Aurel dan Aurel tidak menyangka jika ini sangat nikmat.
Alva terus mengecup, menjilat dan mengulum payudara Aurel, menyusu selama yang dia mau. Sampai Alva merasa puas dan turun mengecup perut rata Aurel. Alva menatap Aurel saat sudah berlutut tepat didepan kewanitaan Aurel yang masih berada didalam hotpants nya.
"Can i ?" tanya Alva sambil memegang pinggang Aurel dan mengelus nya..
Aurel menatap Alva sambil mengulum bibirnya. Kepalanya mengangguk pelan mengisyaratkan dia mengizinkan Alva membuka hotpants nya.
Bak gayung bersambut, Alva membuka hotpants Aurel dengan senang hati. Alva meneguk salivanya melihat kewanitaan Aurel yang ditutupi oleh celana dalam. Aurel tersentak saat Alva mengecup kewanitaannya.
Alva menatap takjub kewanitaan Aurel yang bersih tanpa bulu saat dirinya menurunkan celana dalam Aurel. Alva berdiri dan mengangkat Aurel keatas pantry. Aurel menekuk Kakinya membuat kewanitaannya terbuka lebar tepat didepan Alva.
"Wow Aurel. You are so hot." puji Alva saat menatap haus kewanitaan Aurel.
Aurel tersenyum tersipu-sipu melihat Alva tepat berhadapan dengan kewanitaannya.
Tanpa berlama-lama Alva mengecup bibir kewanitaan Aurel. Aurel tersentak saat Jari telunjuk dan jadi tengah Alva menyentuh klitorisnya.
"Kamu sudah basah Aurel." ucap Alva menatap Aurel sambil mengusap klitoris Aurel dengan jarinya.
Mata Aurel meram melek saat jari tengah Alva masuk kedalam vaginanya dengan jari telunjuk yang mengusap klitorisnya cepat. Belum lagi ditambah bibir dan lidah Alva ikut bermain pada titik sensitif nya itu. Aurel mendesah nikmat dan mengusap tengkuk dan mendorong kepala Alva agar terus bermain disana.
Alva berkali-kali tersenyum dan mengumpat senang dalam hati, fantasinya pada Aurel akhirnya terwujud. Bibir Aurel mendesah dan memanggil dirinya dengan sangat lembut dan menggoda.
Aurel terus menikmati kumulan dan tusukan pada kewanitaannya. Sampai Aurel merasa ada yang mendesak ingin keluar dari dalam dirinya. "Kak... Ahhh."
Alva berdeham berat saat menaikkan wajahnya dari kewanitaan Aurel. Dan memandang Aurel penuh nafsu.
"Ahh.. Bisa berhenti Kak.."
"Berhenti, kenapa?" Alva bertanya sambil terus mengocok tangannya didalam kewanitaannya. Berhenti? Tidak, bahkan Alva semakin mempercepat kocokannya.
"Mau keluar Kak..."
Alva mendekatkan wajahnya pada wajah Aurel dan kembali mencium bibir ranum Aurel dengan kocokan yang semakin cepat. "Keluar kan saja Baby."
Tidak, Aurel sudah tidak tahan lagi. Aurel menarik tengkuk Alva dan menciumnya kuat. Pekikan Aurel tertahan didalam ciumannya. Pekikan saat Aurel melepaskan hal yang ditahannya sedari tadi, tubuh Aurel mengejang dan Kaki Aurel bergetar saat mendapat pelepasannya.
Alva menarik jari tengahnya keluar, Alva tersenyum senang saat melihat jarinya yang dipenuhi cairan kewanitaan Aurel. Tidak membiarkan Aurel beristirahat barang sebentar, Alva menundukkan kepalanya dan mengulum kewanitaan Aurel lalu menghisap kuat cairan Aurel. Aurel kembali mendesah nikmat akan perlakuan Alva.
Alva mengangkat kepalanya setelah mengisap cairan Aurel sampai tandas. Alva tersenyum menatap Aurel yang sedang mengatur nafasnya. Aurel memeluk tubuh Alva erat, payudaranya menempel langsung pada perut Alva.
Aurel menatap bagian bawah Alva, terlihat jelas tonjolan diantara paha Alva. Dengan hati-hati Aurel menggerakkan tangannya menyentuh tonjolan tersebut.
Alva mengeram saat jemari lentik Aurel menyentuk miliknya. "Kamu sudah membangunkannya Aurel. Puaskan milikku Aurel."
Aurel menatap Alva menggoda. Aurel meremas milik Alva keras sambil menatap wajah Alva yang mengeram nikmat.
"Jangan main-main Aurel."
Aurel terkekeh pelan, tangan Aurel membuka celana pendek dan celana dalam Alva. Kejantanan Alva langsung mengacuk tegak saat dibebaskan. Dengan spontan Aurel memijatnya membuat Alva semakin mengeram nikmat.
Alva mendorong tubuh Aurel pelan dan langsung menerjang bibir ranum Aurel. Tangannya memijat kejantanannya sendiri dan mengelusnya pada bibir kewanitaan Aurel.
Aurel mendesah dalam ciuman mereka saat Alva mendorong kejantanannya masuk. Alva menarik keluar kejantanannya dan memasukkannya kembali beberapa kali. Sampai akhirnya Aurel memekik kuat saat kejantanan Alva menerobos masuk kedalam miliknya. Aurel memeluk dan meremas kulit punggung Alva kuat.
Alva tersenyum saat merasa merobek sesuatu didalam sana. Alva diam sejenak tidak langsung menggerakkan kejantanannya didalam sana. Ini yang pertama kali bagi Aurel, Alva ingin membiarkan milik Aurel terbiasa dengan kejantanannya terlebih dahulu.
Aurel memejamkan matanya kuat dan menggigit bibir bawahnya kuat. Rasanya sangat sakit saat milik Alva menerobos masuk kedalam miliknya. Dalam diamnya, air matanya menetes karna menahan sakit.
Alva mengecup mata, hidung dan bibir Aurel, mencoba mengalihkan perhatiannya pada rasa sakit nya.
Ketika Aurel mulai hanyut dalam ciumannya. Alva mulai menggerakkan pinggangnya perlahan, Aurel berdesis nyeri. Namun Aurel mencoba mengabaikan rasa sakitnya, Aurel berfikir mungkin lama kelamaan itu akan menjadi nikmat.
Alva menggerakkan pinggangnya pelan, lalu semakin lama semakin cepat dan menuntun. Perlahan-lahan Aurel mulai terbiasa, desis sakit yang keluar dari bibirnya mulai berubah menjadi desahan nikmat.
Aurel memeluk erat punggung Alva, membiarkan Alva memompanya dengan keras dan menuntun. Alva benar-benar merasa sangat bahagia, bagaimana tidak fantasinya satu tahun lalu berhasil di wujudkan nya. Alva berhasil membuat Aurel mendesah nikmat dibawah kuasanya.
Alva terus memompa Aurel dengan bersemangat, Aurel tentu saja menikmatinya. Sampai akhirnya Aurel merasa pelepasannya sudah hampir sampai, namun tidak dengan Alva. Aurel menatap Alva dan menahan dada Alva pelan. "Kak.. berhenti.."
Alva tidak mengindahkan ucapan Aurel, dirinya masih terus menggempur Aurel dengan keras. Alva menatap Aurel dengan dahi berkerut. "Kenapa Aurel?"
"Akhh.. Aurel Akkhh Kak." Desah Aurel nikmat sambil melengkingkan tubuhnya. Membuat payudara nya yang sudah tegang mengacung keras menantang Alva.
"Mau keluar Kak, berh---Akhhh.." Ucapan Aurel berubah menjadi desahan saat tangan Alva yang meremas kuat payudara Aurel.
Alva menenggelamkan wajahnya pada ceruk leher Aurel, menggigitnya kecil-kecil dan berbisik erotis ditelinga Aurel. "Keluarkan saja sayang, itu tidak masalah." ujar Alva lalu mengulum daun telinga Aurel.
Aurel tidak bisa berhenti mendesah, tidak bisa dengan semua perlakuan Alva pada dirinya. Alva memberikan serangan nikmat yang beruntun pada Aurel. Selain karna kejantanannya yang tidak berhenti bergerak kuat memompanya, tangan Alva tidak berhenti bergerak meremas payudara Aurel dan ditambah bibirnya yang memberikan kecupan bahkan gigitan kecil pada lehernya.
Aurel menyerah, Aurel sudah tidak tahan akan ini. Aurel memeluk Alva erat, meremas kulit punggung Alva kencang saat pelepasannya tiba. Alva tersenyum puas saat Aurel meneriaki namanya saat pelepasannya, Alva merasa ini kemenangannya.
Alva masih terus memompa kejantanannya dibawah sana, Alva terus mendorong masuk miliknya sampai menyentuh titik sensitif Aurel. Terkadang miliknya sampai keluar dan kembali masuk karna kuatnya pompaan Alva.
Alva mengernyit saat ada dorongan didalam dirinya saat memompa dalam milik Aurel. Alva menenggelamkan wajahnya pada ceruk leher Aurel. Dirinya sudah tidak tahan lagi, milik Aurel menjepit kejantannya dengan kuat. Alva semakin menambah tempo hujamannya dan akhirnya Alva menghentak kuat miliknya masuk menyentuh titik terdalam Aurel.
"Shit Aurel Ahhh." Alva mengeram nikmat, Alva menekan kejantanannya semakin dalam dan menyemburkan cairannya bergabung dengan cairan orgasme Aurel. Saling berbaur saling memberi kehangatan.
Alva menaikkan wajahnya dan menatap wajah Aurel. Iris mata Alva bertemu dengan iris coklat Aurel. Tanpa sadar bibirnya tersenyum menatap Aurel. Alva mendekatkan wajahnya pada bibir Aurel, kembali melumat bibir ranum Aurel. Keduanya saling melumat dan menggigit satu sama lain.
Alva menggerakkan tubuhnya perlahan, menarik keluar miliknya. Terasa sangat lengket namun sangat nikmat. Aurel melepaskan ciumannya dan melenguh nikmat saat Alva menarik keluar kejantanannya.
Alva tersenyum menatap Aurel yang masih dibawah kuasanya. Dengan lembut Alva mengusap keringat yang ada pada dahi Aurel. "Are you okay?" tanya Alva lembut.
Aurel memeluk tubuh polos Alva dan mengangguk pelan.
"Ini pertama kali untuk kamu, kamu yakin kamu gak papa?" tanya Alva meyakinkan.
"Aurel gak papa Kak. Malah Aurel senang." jawab Aurel sambil tersipu-sipu.
Alva mengernyit heran mendengar jawab Aurel. "Senang? Kenapa?"
"Karna Kakak yang pertama." ujar Aurel sambil menatap Alva penuh binar.
Alva tersenyum tipis sambil mengusap wajah Aurel. "Saya juga senang menjadi yang pertama untuk kamu." ujar Alva sambil membubuhkan kecupan kecil pada kening Aurel.
Aurel tersenyum manis, terlihat jelas aura senang dalam dirinya.
Alva mengangkat tubuhnya perlahan, menatap tubuh polos Aurel yang masih setengah berbaring di pantry. Alva menggendong tubuh yang dipujanya tersebut, menggendongnya ke kamar Aurel yang tak jauh ditempat mereka bercinta.
Aurel mengalungkan tangannya dileher Alva, matanya tidak berhenti menatap Alva memuja.
Alva membaringkan tubuh Aurel ditempat tidur, menyelimuti tubuh polos Aurel dan duduk disebelahnya. "Tidurlah, kamu pasti sangat lelah." ujar Alva sambil mengelus rambut Aurel.
Aurel menahan tangan Alva dan menatapnya. "Temenin Aurel tidur ya Kak."
"Dengan tubuh polos mu? Saya tidak jamin kamu akan tidur Aurel. Bisa-bisa kamu melayani saya sampai pagi." ujar Alva sambil terkekeh kecil.
"Gak papa, Aurel mau tidur dipeluk Kakak."
Alva menatap Aurel dalam. Tak tinggal diam, Aurel menggenggam tangan Alva dan menuntunnya pada payudara sintalnya. Lha meneguk salivanya saat tangannya berada diatas payudara Aurel. Jantungnya berdebar kencang saat menyentuh benda kenyal itu.
"Baiklah, tapi jangan salahkan saya jika kamu harus kembali melayani sampai pagi buta Aurel."
Aurel tersenyum menang saat Alva membaringkan tubuhnya dan bergabung dengannya didalam selimut.
Alvabangun terlebih dahulu pagi ini, dia masih berada didalam kamar yang di dominasi warna putih pink milik Aurel.Alva tersenyum tipis saat melihat punggung telanjang Aurel, Aurel masih tertidur pulas membelakanginya. Setelah tadi malam Aurel membujuknya agar dia tetap berada disana dan menemani Aurel tidur. Alva kembali menggagahi Aurel sampai gadis itu lemas dan tak berdaya.
Aurelsudah berada dikamar hotel yang dibooking oleh Alva. Alva belum berada disana, karna lelaki itu belum pulang dari kantor. Aurel menonton televisi sambil berbaring ditempat tidur. Sesekali matanya menoleh pada jam, entahlah dia sangat ingin cepat-cepat bertemu dengan pria yang sudah menggagahinya tadi malam.Aurel mengendus sebal, dalam hati dia bertanya mengapa waktu berjalan lama sekali. Ingin rasanya dia menjemput pria itu ke kantor dan membawanya pulang sekarang juga.
Aurelsudah kembali ke rumah sejak pagi-pagi buta, begitu juga dengan Alva. Tentu saja keduanya kembali dengan mobil yang berbeda. Kini Aurel sudah berada dimeja makan dan berhadapan dengan Alva dan Jessi."Kuliah kamu gimana Aurel?" tanya Jessi membuka obrolan."Hm? Baik Kak, good gak ada masalah apapun." ujar Aurel sambil menatap Jessi.
Aurelsudah berada didepan kediaman orang tua Alva, Aurel pergi dengan Alva dan Jessi. Awalnya Aurel khawatir jika harus melihat Alva dan Jessi yang bermesraan di kursi depan. Aurel takut melihat adegan yang sebelumnya dilakukan Alva dengan dirinya. Aurel takut jika Alva menggenggam tangan Jessi dan mengecup mesra tangan Kakak nya itu.Egois memang. Namun semua tidak seperti yang dibayangkannya, Alva hanya sibuk menyetir dan Jessi sibuk dengan iPad-nya dan berbicara sesekali pada Aurel.
Waktuberjalan dengan cepat, sudah enam bulan berlalu sejak Aurel dan Alva punya hubungan diam-diam, sudah ada enam bulan mereka saling memberi rasa dan kenikmatan satu sama lain. Selama enam bulan ini keduanya melakoni sandiwara dengan hebat. Keduanya bersikap seolah mereka adalah ipar yang rukun dan damai.Tak jarang selama enam bulan ini Alva menerima pujian karna perhatian yang diberikannya pada Aurel adik iparnya yang mana terkadang Jessi Kakaknya pun tidak memberikan perhatian te
"Kak Al.""Hm?""Kakak sayang Aurel gak?" tanya Aurel sambil menatap Alva yang sedang menyetir.Alva menoleh pada Aurel, "Aurel----"
"Alva?" panggil tante Aliya.Keterdiaman Alva membuat Aurel semakin takut. Namun tak lama Aurel terkesiap saat tangannya diraih dan digenggam oleh Alva. Aurel menatap Alva dengan tatapan takut."Hmm, sebelumnya Alva minta maaf sama Mama, mungkin sikap Alva ini mengecewakan Mama."
Hari ini adalah hari pernikahan Aurel dan Alva. Pernikahan mereka diadakan saat Jessi berada di luar kota secara kecil-kecilan dan hanya mengundang keluarga Mahardika. Ada pro dan kontra di dalam pernikahan rahasia mereka. Pihak pro menyetujui hal itu karna menurut mereka Jessi tidak bisa menjadi istri yang baik karna sudah 10 tahun Jessi belum bisa memberikan keturunan untuk Alva. Sedangkan pihak kontra menolak pernikahan itu namun mereka tidak bisa berbuat apa pun. Dan alasannya adalah karna Aurel merupakan adik Jessi, bagaimana bisa Alva menikahi dua Kakak beradik. "Hai my little wife, you look so hot Baby." ucap Alva sambil memeluk Aurel dari belakang. Aurel menoleh kebelakang menatap Alva dan tersenyum. "Kak Al." panggil Aurel.
Hari ini adalah hari ulang tahun Aurel. Alva sudah meninggalkan kamarnya sejak subuh dengan bucket bunga disamping Aurel. Alva sengaja pergi lagi buta dan berencana tidak mau bertemu Aurel sampai malam tiba. Dia berencana memberikan kejutan-kejutan manis untuk istrinya itu. Aurel bangun ketika cahaya matahari mulai memenuhi kamarnya. Aurel menoleh pada sebelahnya, tempat itu sudah kosong. Tidak ada Alva namun ada bucket bunga mawar merah yang sangat banyak. Aurel tersenyum dan menghirup aroma bunga yang sangat memanjakan indra penciuman nya. Aurel mengambil surat yang ada pada deretan bunga yang indah itu. Aurel tersenyum saat membuka surat tersebut, sangat manis dan romantis. My heart is all yours Baby. You make everydaymeaningfuland full of joy. I wish you
Aurel menjemput Ansel dan membawa Ansel makan disalah satu cafe tidak jauh dari sekolah Ansel. Keduanya duduk sambil menikmati makanannya. "Aurel." panggil seseorang. Tubuh Aurel menegang seketika, Aurel tau suara siapa itu. Suara sumber ketakutan terbesar Aurel, itu adalah suara Jessi. Aurel menoleh pada Jessi dan tersenyum. "Hai Kak Jessi." sapa Aurel lembut. Aurel melihat sorot mata Jessi pada Ansel Bayi kecilnya yang sedang menikmati makanannya, mata Jessi menatap Ansel intens. "Kak?" panggil Aurel membuyarkan tatapan Jessi pada Ansel. "Ya." Aurel menatap Jessi dengan se
Lima tahun berlalu, kehidupan Aurel dan Alva berjalan layaknya kehidupan rumah tangga orang pada umumnya. Romantis dan harmonis seperti yang diharapkan Aurel. Mereka sangat romantis baik didalam ataupun diluar rumah, saling berkerja sama dalam mengurus Ansel dan yang paling penting mereka sangat harmonis dan panas di ranjang. "Mami." panggil Ansel sambil mengunyah makanannya. "Iya sayang." "Daddy mana mami?" tanya Ansel. "Daddy masih mandi, kenapa sayang?" tanya Aurel sambil menyuapi makanan pada Ansel. "Ansel boleh jemput Daddy ke kamar gak mami?" tanya Ansel sambil menatap Aurel dengan tatapan berharap. "Setelah selesai maka
Berbulan-bulan sudah berlalu sejak hari itu, hari pertemuan Alva dan Jessi. Hari dimana perjanjian mereka berakhir begitu juga dengan pernikahan yang sudah dibina selama dua belas tahun. Seminggu setelah pertemuan Jessi dan Alva, Aurel melahirkan putra pertama mereka. Saat itu Alva selalu mendampingi istrinya. Keduanya menyambut kelahiran putra pertama mereka dengan suka cita. Putra yang diberi nama Ansel Arsenio Mahardika. Semenjak kelahiran Ansel, Alva lebih sering bangun pagi. Alva akan bangun dan melihat putranya dan menggendongnya. Alva sangat menikmati hidupnya menjadi seorang Daddy. "Kak." panggil Aurel sambil mengucek matanya. "Ya Baby." jawab Alva sambil berdiri menggendong Ansel dan mendekat pada Aurel ditempat
"Jadi Mama mau ngomongin apa ma? Tumben banget ngajak ketemu di luar. Biasanya dirumah." ujar Jessi tak berniat untuk mendengar basa-basi lebih lama lagi. Mama Aliya menarik nafas dalam-dalam. Menatap Jessi dan mengambil amplop coklat yang ada didalam tasnya, lalu memberikan pada Jessi. "Ini apa ma?" tanya Jessi bingung. Ini bukan amplop coklat tebal yang berisi uang yang diberikan seorang ibu saat meminta seorang wanita untuk menjauh dan pergi dari hidup putranya seperti di drama. Amplop coklat itu tipis, sangat tipis. "Kamu buka saja Jessi." ujar Mama Aliya. Jessi menegak salivanya kasar saat melihat stempel yang ada dimuka amplop tersebut, stempel pengadilan agama. Tanpa memb
Aurel bangun saat Alva sudah menutup sambungan teleponnya. Aurel mengucek matanya sambil manggil Alva. "Kak Al." panggil Aurel manja. Alva menoleh pada Aurel disebelahnya. "IyaBaby?" jawab Alva lembut. "Kakak habis nelpon siapa?" tanya Aurel sambil menarik tangan Alva keatas perut buncitnya. "Jessi." jawab Alva sambil mengelus perut Aurel lembut. Aurel menatap Alva intens. Tatapan Aurel sangat jelas tersirat rasa cemas, sedih dan ingin memiliki Alva untuk dirinya sendiri. Tidak untuk Jessi, hanya untuk dirinya sendiri. "Kak Jessi kenapa?" "Nanya Kakak pulang a
Alva tersenyum menatap Aurel yang sedang tidur pulas. Setelah acara kunjungan untuk Bayi kacang, Alva membersihkan diri dan juga membersihkan Aurel. Dan setelah puas dan bersih Aurel tertidur dengan pulas di dalam pelukan Alva. Suara ketukan pintu membuat atensi Alva pada wajah tenang Aurel teralih. Alva melepaskan pelukannya perlahan tanpa mengganggu ketenangan Aurel lalu berjalan menuju pintu guna membuKakan pintu. "Kenapa bik?" tanya Alva sesaat setelah membuka pintu. "Ini tuan, bibik mau tanya tuan sama non Aurel mau makan malam apa? Ibu Aliya nanya." ujar bibik menjelaskan. "Ohh, apa aja bik. Bebas." ujar Alva. "Baik tuan, bibik permisi. Maaf mengganggu tuan." pamit bibik.
Hari ini Aurel sudah berencana untuk pergicheckkandungannya. Kandungannya sudah berusia 36 Minggu, Aurelcheck upuntuk mencari due date kelahirannya. Selama 4 bulan Aurel hidup tenang tanpa memikirkan akan berbohong apa jika Jessi ingin bertemu dengannya, mengingat perutnya sudah sangat buncit. "Kak Al." panggil Aurel. "IyaBaby?" jawab Alva menoleh pada Aurel. "Kakak temenin Aurel ketemu dokternya kan?" tanya Aurel sambil menatap Alva yang berada disampingnya. Alva menoleh pada Aurel, "Iya sayang." ujar Alva mengelus pipi Aurel. Aurel tersenyum manis pada Alva. Saat ini keduanya sedang diperjalanan menuju rumah sakit. Hubun
"Alva." "Iya ma?" "Tadi apa? Kamu bicara soal apa?" tanya Mama Aliya. "Gak ada ma." "Gak ada kenapa Aurel sampai melamun, sampai tersedak lagi pas minum." "Aurel nanya sama Alva." "Nanya apa?" "Alva bisa lepasin Jessi atau enggak, kalau suatu saat Jessi tau soal hubungan Alva dan Aurel, tau soal kehamilan Aurel." "Dan kamu jawab?" "Alva gak jawab." "Kenapa?" "Alva ga