Aurel sudah berada dikamar hotel yang dibooking oleh Alva. Alva belum berada disana, karna lelaki itu belum pulang dari kantor. Aurel menonton televisi sambil berbaring ditempat tidur. Sesekali matanya menoleh pada jam, entahlah dia sangat ingin cepat-cepat bertemu dengan pria yang sudah menggagahinya tadi malam.
Aurel mengendus sebal, dalam hati dia bertanya mengapa waktu berjalan lama sekali. Ingin rasanya dia menjemput pria itu ke kantor dan membawanya pulang sekarang juga.
Tak lama bunyi bel room berbunyi, dengan malas Aurel berjalan kearah pintu dan membuka tanpa melihat siapa orang yang datang. Aurel pikir hanya waiters yang datang mengantar makanan yang dipesannya.
"Hei Baby ada apa?" tanya Alva saat melihat wajah kesal Aurel yang membuka pintu.
Mata Aurel berbinar saat melihat Alva lah yang ada didepannya. "Kak Alva." pekik Aurel senang.
Alva mengangkat sebelah alisnya. Mengapa wajah gadis ini berubah saat melihat dirinya. Belum sempat Alva menanyakan hal tersebut, Alva terkesiap saat Aurel memeluk tubuhnya.
"Aurel."
"Aurel pikir Kakak masih lama datangnya, padahal kan Aurel udah kangen Kakak.." ujar Aurel didalam pelukan Alva.
Alva benar-benar bingung saat ini, mengapa sikap Aurel berubah 180° padanya dalam waktu satu malam. Setelah aksi nekat menyatakan kesukaannya pada Alva semalam, Aurel menjadi lebih berani berekspresi pada Alva. Namun disamping rasa bingung nya, Alva senang disukai oleh gadis bertubuh menggiurkan ini. Tidak munafik, tubuh Aurel mampu membuat Alva mabuk kepayang selama setahun ini.
"Kita baru bertemu tadi pagi Baby." ujar Alva sedikit terkekeh.
"Biarpun, Aurel tetap kangen Kak." rengek Aurel.
Alva terkekeh kecil sambil mengelus punggung Aurel lembut. "Bisa kita masuk?" tanya Alva sambil mengusap pipi Aurel.
Aurel mengangguk dengan semangat. Alva merangkul pundak Aurel dan masuk kedalam dengan Aurel yang memeluk dirinya dari samping. Alva duduk di sofa dengan Aurel yang berada disampingnya.
"Sudah izin pada Jessi?" tanya Alva sambil membuka jasnya.
"Udah, tadi Aurel udah drop Kak Jessi dirumah sebelum kesini." ujar Aurel sambil membuka dasi Alva.
"Dia gak tanya apapun?"
"Aurel udah jelasin mau kemana." ujar Aurel sambil tersenyum.
Alva mengangguk pelan.
"Kak.."
"Ya?"
Aurel memeluk tubuh Alva dari samping dan memainkan jarinya di dada Alva.
"Kenapa Baby?" tanya Alva mengelus pundak Aurel.
"Aurel salah gak?"
"Salah apa?"
"Suka sama Kakak gini." ujar Aurel masih memainkan jarinya di dada Alva.
"Tidak, kita tidak bisa menahan untuk suka dengan siapa. Kalau kamu menyukai ku itu bukan salah mu Baby." ujar Alva sambil mengecup puncak gunung kepala Aurel.
"Tapi Kak Jessi..."
"Cukup diam dan rahasiakan hubungan kita, Jessi tidak perlu tau hal ini. Dan kamu tidak perlu merasa bersalah." ujar Alva lagi.
Aurel menghela nafas panjang. "Tapi Kak.."
"Tapi apa?"
"Kita apa? Hmm hubungan kita---"
"Anggap apapun yang kamu mau. Kamu bisa menganggap Kakak ini sugar Daddy mu atau kamu bisa menganggap kita berpacaran."
Aurel mengangguk pelan.
"Tapi bagaimana jika sugar Daddy saja, kufikir berpacaran agak terlihat cukup aneh diantara kita, kamu terlalu muda untuk berpacaran dengan Kakak."
"Ahh berbicara tentang sugar Daddy, apa kamu sudah melihat M-banking mu Baby?"
"Hmm, kenapa Kak?"
"Aku sudah mengirimkan uang jajan untuk mu. Aku tidak tau itu cukup atau tidak, jika kurang kamu bisa langsung memintanya."
"Kok Kakak tumben ngasih Aurel uang jajan, kan biasanya Kak Jessi."
"Itu uang jajan tambahan untuk mu Baby. Belilah apapun yang kau mau dengan uang itu, tak perlu berhemat. Aku akan memberikan jika sudah habis."
"Kak.."
"Terima saja dan jangan komplain sayang. Aku akan memberimu uang jajan tambahan mulai hari ini."
Aurel mengendus sebal pada Kakak iparnya itu. Bukannya takut, Alva malah terkekeh kecil melihat Aurel. Baginya Aurel sangat lucu dan ingin rasanya dirinya memiliki wanita ini setiap hari untuk menghangatkan ranjangnya.
"Mandilah Baby, kamu belum mandi bukan" pinta Alva sambil mengusap lengan Aurel.
Aurel mengangguk mengiyakan, "Hmm, tapi Kak"
"Kenapa Baby?"
"Aurel mau mandi sama Kakak." ucap Aurel malu-malu..
Alva terkekeh melihat Aurel. Sepertinya gadis ini benar-benar sudah bertekuk lutut padanya. Dia benar-benar memberikan raganya pada Alva.
"Itu akan jadi mandi yang panjang Baby."
"Gak papa, asal Aurel sama Kakak." ujar Aurel sambil mengusap dada Alva sensual.
Sialan batin Alva. Dari mana gadis kecil ini belajar menggoda dan kenapa dia bisa begitu lihai menggoda dirinya. Dan sialnya lagi, dia tidak bisa menolak godaan gadis kecil ini.
Alva berdiri dan menatap Aurel, "Baiklah jika begitu. Mari kita mandi bersama." ujar Alva sambil mengulurkan tangannya pada Aurel.
Aurel tersenyum sambil menjabat tangan Alva dan memeluk tubuh lelaki itu. Keduanya berjalan ke kamar mandi sambil berpelukan. Keduanya memulai mandi yang sangat panjang.
*****
"Eeuuhmm." Desah Aurel saat bibir Alva mengulum payudara kanannya dengan keras, dan diikuti remasan kuat pada payudara kirinya.
Aurel membiarkan Alva bermain di dadanya, membiarkan Alva mengecup dan menggigit kecil payudaranya, mengulum dan mengemut puting Aurel. Aurel hanya mengusap dan sesekali meremas rambut legam Alva.
Tangan kanan Alva mulai bergerak turun dari payudara Aurel. Tangan kanannya berlabuh di bibir kewanitaan Aurel yang terbungkus celana dalam. Jari tengah Alva menelusup masuk dari sela celana dalam Aurel.
Aurel mengulum bibirnya saat tangan Alva mengelus klitorisnya. Mulut Alva masih terus bergerilya di payudara kanan Aurel. Aurel mendesah saat jari tengah Alva masuk kedalam kewanitaannya.
Alva mengangkat wajahnya menatap Aurel, mata Aurel meram-melek saat tangan Alva mengaduk didalam kewanitaan Aurel. Alva tersenyum senang saat melihat Aurel yang tidak bisa menahan desahannya.
Aurel menarik tengkuk Alva dan melumat bibir Alva, dan meredam desahannya. Alva membalas ciuman Aurel, keduanya saling melumat, membelit dan menggigit satu sama lain. Tangan Alva tidak berhenti, Alva semakin mempercepat kocokan tangannya dibawah sana. Alva menambahkan jari telunjuknya bergabung, mengaduk-aduk memutar dan menggosok klitoris Aurel.
Ciuman keduanya terhenti saat keduanya kehabisan oksigen. Alva mengecup singkat bibir Aurel, tangannya masih terus bergerilya dibawah milik Aurel.
Alva menarik tangannya ketika Aurel telah mendapat pelepasannya. Alva tersenyum puas saat melihat tubuh Aurel yang mengejang dan bergetar hebat akibat ulah jarinya. Alva menatap kedua jarinya yang telah berlumur cairan kenikmatan Aurel dan tersenyum.
"Apa kamu udah senang Baby?" tanya Alva sambil mengusap bibir Aurel dengan ibu jarinya.
Aurel mengangguk dan mengulum ibu jari Alva dengan sensual. Alva mengeram saat merasakan hangatnya lumatan Aurel pada ibu jarinya.
"This your time sayang, puaskan milikku." ucap Alva sambil menarik jempolnya dari mulut Aurel dan berbaring disebelah Aurel.
Aurel beringsut naik keatas Alva. Mengecup kecil setiap inci wajah Alva. Lalu kecupan itu turun ke tengkuk Alva lalu turun pada dada Alva ke perut dan semakin turun sampai akhirnya pada kejantanan Alva yang sudah berdiri tegak.
Aurel menyentuh kejantanan Alva dan mendongak keatas menatap Alva yang sedang mengeram nikmat. Aurel mengocok kejantanan Alva dengan jari lentiknya maju mundur. Badan Alva melengking saat bibir manis aurel Aurel mengecup kecil milik.
"Ahhh." Desah Alva saat Aurel mengulum kejantanan Alva. Entah dorongan dari mana Aurel memasukkan kejantanan yang tadi malam memasukinya itu kedalam mulut kecilnya.
Aurel awalnya kaget saat mulut kecilnya mampu menerima kejantanan besar dan keras milik Alva. Namun sisi binalnya kembali mengulum milik Alva memberikan rasa nikmat pada Alva.
Erangan Alva semakin menjadi-jadi saat miliknya bersentuhan dengan lidah dan gigi Aurel. Alva mengusap rambut Aurel sambil menahan rambut Aurel agar tidak mengganggu blow job nya.
Alva mengeram kuat dan mengenggam kuat rambut Aurel saat kejantanannya menyemprotkan cairannya dengan keras. Aurel hampir tersedak saat menerima cairan orgasme Alva.
"Pelan-pelan Baby." ucap Alva sambil mengelus rambut Aurel. Aurel masih terus menyesap cairan orgasme Alva sampai tandas.
Setelah memuaskan Alva, Aurel beringsut memeluk Alva. Aurel menenggelamkan wajahnya pada ceruk leher Alva.
"Kenapa Baby?" Tanya Alva sambil mengelus pinggang ramping Aurel.
"Malu Kak."
Alva terkekeh pelan. Sebinal apapun Aurel saat memuaskannya, Aurel tetaplah gadis polos dan lugu.
"Kamu gak perlu malu sayang." ujar Alva di daun telinga Aurel.
"Tapi Kak.."
"Tapi apa sayang?"
"Aurel udah memuaskan Kakak belum?" tanya Aurel sambil mendongak menatap Alva.
"Sudah, sangat. Kakak gak tau kamu sepintar itu memuaskan ku Baby.." ucap Alva sambil mengecup bibir Aurel.
Aurel tersenyum tipis. "Beneran Kak?"
"Iya sayang."
"Lebih dari Kak Jessi gak?"
Alva terdiam sejenak. Serius gadis ini bertanya seperti itu? Bertanya kelegitan antara dirinya dan Kakak nya sendiri?
"Kak Alva." rengek Aurel.
"Tentu saja, kamu memuaskan. Bahkan terlalu memuaskan Baby." ujar Alva sambil meremas pantat sintal Aurel.
"Hmm Kak Alva.."
"Iya Baby."
"Aurel keluar aja apa dari rumah Kakak sama Kak Jessi?"
Alva mengernyit heran, "Kenapa kamu harus keluar Baby?"
"Aurel mau sama Kakak gini tiap malam kayak gini. Kalau Aurel masih dirumah, terus ada Kak Jessi, pasti gak bisa." ujar Aurel sambil memanyunkan bibirnya.
"Tidak usah Aurel, tinggallah dirumah itu. Jessi tidak akan lama tinggal dirumah, dia masih harus menyelesaikan kerjaannya diluar kota."
"Tapi Kak----"
"Besok Kakak akan tidur dikamar kamu. Dan Jessi tidak akan tau itu." ujar Alva meyakinkan Aurel.
"Janji ya Kak tidur sama Aurel."
"Iya Aurel."
Aurel tersenyum manis dan kembali menenggelamkan wajahnya di ceruk leher Alva. Alva diam sambil mengusap lembut punggung telanjang Aurel. Pikirannya melambung jauh, berpikir bagaimana caranya agar dia bisa tetap bersama Aurel dan tetap mempertahankan pernikahannya dengan Jessi Kakak Aurel.
Aurelsudah kembali ke rumah sejak pagi-pagi buta, begitu juga dengan Alva. Tentu saja keduanya kembali dengan mobil yang berbeda. Kini Aurel sudah berada dimeja makan dan berhadapan dengan Alva dan Jessi."Kuliah kamu gimana Aurel?" tanya Jessi membuka obrolan."Hm? Baik Kak, good gak ada masalah apapun." ujar Aurel sambil menatap Jessi.
Aurelsudah berada didepan kediaman orang tua Alva, Aurel pergi dengan Alva dan Jessi. Awalnya Aurel khawatir jika harus melihat Alva dan Jessi yang bermesraan di kursi depan. Aurel takut melihat adegan yang sebelumnya dilakukan Alva dengan dirinya. Aurel takut jika Alva menggenggam tangan Jessi dan mengecup mesra tangan Kakak nya itu.Egois memang. Namun semua tidak seperti yang dibayangkannya, Alva hanya sibuk menyetir dan Jessi sibuk dengan iPad-nya dan berbicara sesekali pada Aurel.
Waktuberjalan dengan cepat, sudah enam bulan berlalu sejak Aurel dan Alva punya hubungan diam-diam, sudah ada enam bulan mereka saling memberi rasa dan kenikmatan satu sama lain. Selama enam bulan ini keduanya melakoni sandiwara dengan hebat. Keduanya bersikap seolah mereka adalah ipar yang rukun dan damai.Tak jarang selama enam bulan ini Alva menerima pujian karna perhatian yang diberikannya pada Aurel adik iparnya yang mana terkadang Jessi Kakaknya pun tidak memberikan perhatian te
"Kak Al.""Hm?""Kakak sayang Aurel gak?" tanya Aurel sambil menatap Alva yang sedang menyetir.Alva menoleh pada Aurel, "Aurel----"
"Alva?" panggil tante Aliya.Keterdiaman Alva membuat Aurel semakin takut. Namun tak lama Aurel terkesiap saat tangannya diraih dan digenggam oleh Alva. Aurel menatap Alva dengan tatapan takut."Hmm, sebelumnya Alva minta maaf sama Mama, mungkin sikap Alva ini mengecewakan Mama."
Hari ini adalah hari pernikahan Aurel dan Alva. Pernikahan mereka diadakan saat Jessi berada di luar kota secara kecil-kecilan dan hanya mengundang keluarga Mahardika. Ada pro dan kontra di dalam pernikahan rahasia mereka. Pihak pro menyetujui hal itu karna menurut mereka Jessi tidak bisa menjadi istri yang baik karna sudah 10 tahun Jessi belum bisa memberikan keturunan untuk Alva. Sedangkan pihak kontra menolak pernikahan itu namun mereka tidak bisa berbuat apa pun. Dan alasannya adalah karna Aurel merupakan adik Jessi, bagaimana bisa Alva menikahi dua Kakak beradik. "Hai my little wife, you look so hot Baby." ucap Alva sambil memeluk Aurel dari belakang. Aurel menoleh kebelakang menatap Alva dan tersenyum. "Kak Al." panggil Aurel.
Sudah seminggu Aurel dan Alva menikah, selama seminggu ini Alva membenarkan ucapannya. Alva sama sekali tidak membiarkan Aurel untuk beranjak dari tempat tidur kecuali saat makan dan mandi. Selain itu, mereka hanya berada di tempat tidur saling memuaskan dan memberi kepuasan. Tidak ada yang bisa melarang Alva bahkan Mama Aliya sekalipun. Hari ini Jessi kembali dari luar kota, mau tidak mau Aurel dan Alva harus kembali bersandiwara seakan mereka ipargoals. Aurel belum membicarakan mengenai dirinya yang akan tinggal di rumah Mama Aliya. Namun Aurel berencana untuk membicarakan tentang itu hari ini. "Kak Jessi, sibuk?" tanya Aurel saat menghampiri Jessi di ruang tamu. "Enggak dek, kenapa?" tanya J
"Alva." panggil Mama Aliya saat masuk ke dalam rumah. "Mama?" panggil Jessi bingung. Mama Aliya menoleh pada Jessi dan senyum tipis, setelahnya Mama Aliya menatap Alva lagi. "Aurel mana Alva?" tanya Mama Aliya. "Aurel di dalam kamar ma." ujar Alva sambil mengusap wajahnya. Dengan cepat Mama Aliya beranjak pergi ke kamar Aurel. Alva berdiri dari duduknya dan menyusul Mamanya. "Al." panggil Jessi. Alva menoleh pada Jessi tanpa menjawab "Aurel beneran cuman terkilir?" tanya Jessi. "Lo udah dengar kan kata Gilang kalau tulang
Hari ini adalah hari ulang tahun Aurel. Alva sudah meninggalkan kamarnya sejak subuh dengan bucket bunga disamping Aurel. Alva sengaja pergi lagi buta dan berencana tidak mau bertemu Aurel sampai malam tiba. Dia berencana memberikan kejutan-kejutan manis untuk istrinya itu. Aurel bangun ketika cahaya matahari mulai memenuhi kamarnya. Aurel menoleh pada sebelahnya, tempat itu sudah kosong. Tidak ada Alva namun ada bucket bunga mawar merah yang sangat banyak. Aurel tersenyum dan menghirup aroma bunga yang sangat memanjakan indra penciuman nya. Aurel mengambil surat yang ada pada deretan bunga yang indah itu. Aurel tersenyum saat membuka surat tersebut, sangat manis dan romantis. My heart is all yours Baby. You make everydaymeaningfuland full of joy. I wish you
Aurel menjemput Ansel dan membawa Ansel makan disalah satu cafe tidak jauh dari sekolah Ansel. Keduanya duduk sambil menikmati makanannya. "Aurel." panggil seseorang. Tubuh Aurel menegang seketika, Aurel tau suara siapa itu. Suara sumber ketakutan terbesar Aurel, itu adalah suara Jessi. Aurel menoleh pada Jessi dan tersenyum. "Hai Kak Jessi." sapa Aurel lembut. Aurel melihat sorot mata Jessi pada Ansel Bayi kecilnya yang sedang menikmati makanannya, mata Jessi menatap Ansel intens. "Kak?" panggil Aurel membuyarkan tatapan Jessi pada Ansel. "Ya." Aurel menatap Jessi dengan se
Lima tahun berlalu, kehidupan Aurel dan Alva berjalan layaknya kehidupan rumah tangga orang pada umumnya. Romantis dan harmonis seperti yang diharapkan Aurel. Mereka sangat romantis baik didalam ataupun diluar rumah, saling berkerja sama dalam mengurus Ansel dan yang paling penting mereka sangat harmonis dan panas di ranjang. "Mami." panggil Ansel sambil mengunyah makanannya. "Iya sayang." "Daddy mana mami?" tanya Ansel. "Daddy masih mandi, kenapa sayang?" tanya Aurel sambil menyuapi makanan pada Ansel. "Ansel boleh jemput Daddy ke kamar gak mami?" tanya Ansel sambil menatap Aurel dengan tatapan berharap. "Setelah selesai maka
Berbulan-bulan sudah berlalu sejak hari itu, hari pertemuan Alva dan Jessi. Hari dimana perjanjian mereka berakhir begitu juga dengan pernikahan yang sudah dibina selama dua belas tahun. Seminggu setelah pertemuan Jessi dan Alva, Aurel melahirkan putra pertama mereka. Saat itu Alva selalu mendampingi istrinya. Keduanya menyambut kelahiran putra pertama mereka dengan suka cita. Putra yang diberi nama Ansel Arsenio Mahardika. Semenjak kelahiran Ansel, Alva lebih sering bangun pagi. Alva akan bangun dan melihat putranya dan menggendongnya. Alva sangat menikmati hidupnya menjadi seorang Daddy. "Kak." panggil Aurel sambil mengucek matanya. "Ya Baby." jawab Alva sambil berdiri menggendong Ansel dan mendekat pada Aurel ditempat
"Jadi Mama mau ngomongin apa ma? Tumben banget ngajak ketemu di luar. Biasanya dirumah." ujar Jessi tak berniat untuk mendengar basa-basi lebih lama lagi. Mama Aliya menarik nafas dalam-dalam. Menatap Jessi dan mengambil amplop coklat yang ada didalam tasnya, lalu memberikan pada Jessi. "Ini apa ma?" tanya Jessi bingung. Ini bukan amplop coklat tebal yang berisi uang yang diberikan seorang ibu saat meminta seorang wanita untuk menjauh dan pergi dari hidup putranya seperti di drama. Amplop coklat itu tipis, sangat tipis. "Kamu buka saja Jessi." ujar Mama Aliya. Jessi menegak salivanya kasar saat melihat stempel yang ada dimuka amplop tersebut, stempel pengadilan agama. Tanpa memb
Aurel bangun saat Alva sudah menutup sambungan teleponnya. Aurel mengucek matanya sambil manggil Alva. "Kak Al." panggil Aurel manja. Alva menoleh pada Aurel disebelahnya. "IyaBaby?" jawab Alva lembut. "Kakak habis nelpon siapa?" tanya Aurel sambil menarik tangan Alva keatas perut buncitnya. "Jessi." jawab Alva sambil mengelus perut Aurel lembut. Aurel menatap Alva intens. Tatapan Aurel sangat jelas tersirat rasa cemas, sedih dan ingin memiliki Alva untuk dirinya sendiri. Tidak untuk Jessi, hanya untuk dirinya sendiri. "Kak Jessi kenapa?" "Nanya Kakak pulang a
Alva tersenyum menatap Aurel yang sedang tidur pulas. Setelah acara kunjungan untuk Bayi kacang, Alva membersihkan diri dan juga membersihkan Aurel. Dan setelah puas dan bersih Aurel tertidur dengan pulas di dalam pelukan Alva. Suara ketukan pintu membuat atensi Alva pada wajah tenang Aurel teralih. Alva melepaskan pelukannya perlahan tanpa mengganggu ketenangan Aurel lalu berjalan menuju pintu guna membuKakan pintu. "Kenapa bik?" tanya Alva sesaat setelah membuka pintu. "Ini tuan, bibik mau tanya tuan sama non Aurel mau makan malam apa? Ibu Aliya nanya." ujar bibik menjelaskan. "Ohh, apa aja bik. Bebas." ujar Alva. "Baik tuan, bibik permisi. Maaf mengganggu tuan." pamit bibik.
Hari ini Aurel sudah berencana untuk pergicheckkandungannya. Kandungannya sudah berusia 36 Minggu, Aurelcheck upuntuk mencari due date kelahirannya. Selama 4 bulan Aurel hidup tenang tanpa memikirkan akan berbohong apa jika Jessi ingin bertemu dengannya, mengingat perutnya sudah sangat buncit. "Kak Al." panggil Aurel. "IyaBaby?" jawab Alva menoleh pada Aurel. "Kakak temenin Aurel ketemu dokternya kan?" tanya Aurel sambil menatap Alva yang berada disampingnya. Alva menoleh pada Aurel, "Iya sayang." ujar Alva mengelus pipi Aurel. Aurel tersenyum manis pada Alva. Saat ini keduanya sedang diperjalanan menuju rumah sakit. Hubun
"Alva." "Iya ma?" "Tadi apa? Kamu bicara soal apa?" tanya Mama Aliya. "Gak ada ma." "Gak ada kenapa Aurel sampai melamun, sampai tersedak lagi pas minum." "Aurel nanya sama Alva." "Nanya apa?" "Alva bisa lepasin Jessi atau enggak, kalau suatu saat Jessi tau soal hubungan Alva dan Aurel, tau soal kehamilan Aurel." "Dan kamu jawab?" "Alva gak jawab." "Kenapa?" "Alva ga