“Qailula … anak saya yang bernama Kalila membeli sebuah perusahaan yang baru saja dibangun tapi belum sempat beroperasi … segala komponennya telah siap dan memadai dan tinggal beroperasi … Kalila tidak mau merekrut pegawai dengan minim pengalaman mengingat untuk memulai sebuah perusahaan membutuhkan SDM terbaik agar perusahaan bisa mulai berjalan dengan lancar dan cepat berkembang … jadi banyak karyawan AG Group terbaik akan bekerja di sana termasuk kamu, kamu enggak perlu khawatir masalah gaji, tunjangan serta fasilitas yang sudah kamu dapatkan sekarang akan kamu dapatkan juga di perusahaan yang baru … tapi perusahaan itu bukan berada di bawah AG Group melainkan di bawah Alterio Corp ….” Presdir Narendra Gunadhya menjeda kalimatnya.
Beliau menatap mata Qailula yang menyiratkan kekecewaan.
“Dan nanti yang memimpin perusahaan itu adalah Evrard … cucu saya.”
Setelah Presdir Narendra selesai bicara, Qailula masih diam menatapnya.
“Jadi bagaimana? Apa kamu bersedia untuk menjadi sekertaris cucu saya?” tanya sang Presdir kemudian.
“Kenapa harus saya, Pak? Apa kurang saya? Apa kesalahan saya? Kenapa Bapak memilih saya dari kelima sekretarisnya lainnya?” Qailula memberanikan diri bertanya hati-hati.
Presdir Narendra tertawa mendengarnya. “Justru karena kamu adalah sekretaris terbaik setelah Tyo … ya kamu sama lah sama Tyo.” Presdir Narendra meralat.
“Tadi ‘kan saya sudah bilang kalau Kalila anak saya menginginkan pegawai terbaik untuk perushaaan barunya.”
Qailula menatap nanar Presdir Narendra. “Lalu bagaimana dengan perusahaan AG Grup jika karyawan terbaiknya pindah ke Alterio Corp?”
“Kami akan mencari karyawan terbaik lainnya untuk menempati posisi penting lalu posisi karyawan yang terpilih itu akan digantikan oleh orang-orang yang lolos perekrutan besar-besaran yang akan kami adakan sebentar lagi.” Presdir Narendra menjelaskan.
Sesungguhnya dari ratusan karyawan hanya Qailula yang mendapat penjelasan langsung dari Presdir Narendra karena sang Presdir merasa kalau Qailula sangat dekat dengannya mengingat gadis itu adalah sekretaris yang selalu ikut ke mana Presdir Narendra pergi.
Dari kelima sekretaris akan bergantian mengikuti Presdir Narendra untuk kunjungan bisnis atau hanya sekedar liburan baik ke luar Kota maupun ke luar Negri.
Dan menurut sang Presdir kalau kerja Qailula sangat bagus juga cekatan.
Tadinya Tyo yang akan Narendra berikan untuk mendampingi cucunya tapi Tyo adalah sekretaris dari jaman ayahnya dulu, selain itu Tyo adalah seorang pria sehingga sang Presdir tidak perlu merasa segan atau risih bila di saat-saat tertentu membutuhkannya.
Qailula tersenyum lantas mengangguk. “Baik kalau begitu, Pak … Terimakasih atas tawaran yang diberikan kepada saya.”
Presdir Narendra mengangguk-anggukan kepala.
“Oh ya, bagaimana kabar nenek kamu?” Beliau
lantas bertanya perhatian.
“Nenek masih dirawat, Pak … belum tahu sampai kapan … belum ada tanda-tanda nenek membaik.” Sorot mata Qailula berubah sendu.
“Kamu berdoa saja untuk kesembuhan nenek kamu, ada klien dengan kasus medis sama dengan nenek kamu tapi berhasil pulih hanya saja butuh waktu … nanti saya akan bicara dengan menantu saya agar diberikan keringanan biaya.” Sang Presdir dengan senang hati membantu membuat senyum Qailula terkembang lebar.
Sewaktu mengetahui kalau neneknya Qailula harus dirawat di rumah sakit, Presdir Narendra langsung menyarankan kepada Qailula agar membawa neneknya ke rumah sakit yang dimiliki oleh menantunya agar mendapat pelayanan terbaik.
“Terimakasih, Pak.” Qailula bersyukur sekali, matanya sampai berkaca-kaca, dia tidak tahu bagaimana lagi membalas kebaikan pemilik perushaan dan keluarga besarnya yang begitu baik dalam memperlakukannya.
Setiap kali Qailula ditugaskan untuk ikut dalam acara keluarga atau liburan sang Presdir bersama keluarga—rekeningnya selalu gemuk karena transferan dari anak-anak beliau yang memberikan bonus sebagai rasa Terimakasih untuk waktu dan tenaganya dalam melayani ayah dan ibu mereka.
Setelah pembicaraan mereka selesai, Qailula pun keluar dari ruangan sang Presdir dengan perasaan tenang karena sebelumnya dia mendapat kabar kalau akan dipindahkan ke Alterio Corp tapi tanpa kejelasan dan sekarang dia tidak perlu khawatir lagi.
“Selamat ya, kamu yang terpilih.” Suara bas seorang pria membuat Qailula terhenyak.
“Pak Tyo, ih ngagetin!”
Pak Tyo terkekeh. “Kamu kerja sama pak Evrard nanti, cucunya pak Narendra … dan dia juga adalah Alterio.” Pak Tyo memberitahu setelah duduk di mejanya.
Meja mereka memang berada di depan ruangan Presdir.
“Terus?” Qailula masih saja bertanya meski dia sudah tahu tentang apa yang disampaikan Pak Tyo, dia juga lantas duduk di mejanya.
“Udah tahu belum orangnya?” Pak Tyo bertanya acuh sembari membuka berkas.
“Aku pernah bertemu beberapa kali tapi enggak pernah terlibat komunikasi dan kalau enggak salah dia kembar ya?” Qailula malah balik bertanya.
“Iya … dia punya kembaran dan ganteng banget! Tunangannya pak Evrard anak Bangsawan Inggris lho,” sambar Ellyn-sekretaris lain dari sang Presdir menyembulkan kepala dari kubikelnya.
Gosip mengenai perusahaan baru yang dibentuk anak dari pemilik AG Group ini langsung ramai sewaktu banyak karyawan yang dicopot dari jabatannya untuk dipindahkan ke perusahaan baru tersebut.
Yang membuat mereka resah adalah perusahaan baru itu berada di bawah payung Alterio Corp dan bukannya AG Group.
Mereka kadung nyaman dan aman dengan apa yang AG Group berikan, meski Alterio Corp adalah perusahaan multinasional tapi mereka tidak tahu bagaimana nasib mereka di sana nantinya.
“Wah … menang banyak kamu, La …,” timpal Yoga dari kubikelnya. Pria itu juga adalah teman Qailula sesama sekretaris.
“Menang banyak apaan? Kan tadi kata Ellyn udah punya tunangan,” balas Qailula mendelik sebal.
“Kamu harus bisa bedain pak Evrard sama Pak Elvern ….” Pak Tyo bangkit dari kursi lantas bergerak mendekati meja Qailula.
Dia memperlihatkan iPad kepada juniornya itu.
“Ini pak Elvern dan ini pak Evrard,” kata pak Tyo sembari menggeser-geser layar pada yang dia simpan di atas meja
Yoga dan Ellyn lantas mendekat mengelilingi meja Qailula, penasaran dengan foto yang ditunjukan Pak Tyo.
“Kamu udah tahu bedanya?” Pak Tyo lantas bertanya.
“Kalau pak Elvern ramah karena aku lihat dari foto-fotonya dia sering tersenyum tapi kalau Pak Evrard dingin, tatapannya juga tajam.” Qailula membandingkan.
“Bagus!” seru pak Tyo memuji.
“Nanti kamu akan tinggal satu lantai di bawah Penthouse milik pak Evrard, kamu sendiri yang melayani kebutuhan pak Evrard seperti menyiapkan pakaian dan memasak untuknya … nanti saya kasih menu makanan kesukaan dia, itu berarti kamu juga yang belanja … akan ada petugas kebersihan yang membersihkan Penthouse tapi akan datang di saat pak Evrard enggak ada di Penthouse … pak Evrard enggak suka ada orang lain di Penthousenya kalau dia lagi ada di sana.” Pak Tyo menjelaskan semua tentang bos barunya Qailula.
Qailula menunjuk hidungnya sendiri. “Terus aku gimana? Enggak boleh ada di sana juga?”
“Kecuali kamu, kamu ‘kan sekretarisnya … kamu akan jadi orang yang paling dekat dengan pak Evrard,” jawab pak Tyo menatap serius Qailula.
Qailula menganggukan kepala penuh semangat.
“La … pak Evrard ini masih muda dan dari yang saya dengar kalau dia ini ambisius jadi mungkin jam kerja kamu akan dua puluh empat jam sehari dan tujuh hari seminggu tapi yang saya dapet info dari bagian HRD yang akan bertugas di perushaaan itu nanti, akan diberlakukan uang lembur yang besar jadi kamu enggak usah khawatir kalau kamu sibuk, kamu bisa membayar orang untuk menjaga nenek kamu.” Sebagai senior, Pak Tyo memikirkan betul bagaimana nasib Qailula nanti.
“Iya Pak Tyo, makasih infonya.” Qailula jadi terharu karena pak Tyo sampai melakukan riset untuknya.
Pak Tyo, Yoga dan Ellyn pun membubarkan diri dari meja Qailula untuk memberi kesempatan gadis itu menyelesaikan pekerjaannya yang belum selesai sebelum dia pindah ke Alterio Corp.
“Mommy sudah siapkan semuanya, kamu tinggal berangkat aja ke Jakarta,” kata mommy Kalila di sela makan malam.Evrard menghentikan gerakan tangannya yang memegang pisau steak lalu mendongak menatap mommy Kalila.Dia menganggukan kepala lantas melanjutkan menekuni kembali makan malamnya.Seefisien itu gerakan si kalem Evrard jauh berbeda dengan Elvern-sang kakak yang pecicilan banyak bergerak.“Lalu bagaimana denagn Sienna? Apa dia protes kamu pindah ke Jakarta?” Daddy King bertanya.“Enggak Dad, Sienna enggak masalah … kita bisa bertemu seminggu sekali, aku ke London atau dia yang ke Jakarta … tapi Sienna juga lagi sibuk membuka toko Perhiasannya yang baru di Paris.” Evrard menjelaskan dengan rinci agar tidak ada pertanyaan lagi.“Wah … Sienna memang menantu idaman,” celetuk mommy Kalila yang bangga memiliki calon menantu sukses dalam bisnis perhiasan.Evrard tersenyum tipis sebagai respon, dia juga tentunya merasa bangga.“Terus kamu mau kapan kenalin calon istri sama Mommy, El?” Momm
“Ev … aaaahh,” desah penuh kenikmatan yang memanggil nama Evrard dengan sensual itu tercetus berulang kali dari bibir Sienna saat pria gagah perkasa yang tidak lain adalah tunangannya memberikan hentakan dari atas.Tubuh Sienna terdorong ke headboard bersama payudaranya yang memantul setiap kali Evrard menghentak.Pria itu meremat bagian yang menyembul di dada Sienna seiring tempo hentakan yang kian cepat.Sienna selalu dibuat melayang hingga Nirwana oleh segala sentuhan Evrard yang memabukan.Evrard mencabut miliknya dari dalam Sienna, memutar badannya pelan dengan sekali gerakan mudah, mengangkat bokongnya dan kembali memasukinya dari belakang.“Aaaah ….” Desah lega tercetus nyaring bersama pejaman mata erat.Evrard yang berdiri menggunakan kedua lutut di atas ranjang kembali mendorong bokongnya, membuat miliknya keluar masuk.Evrard membungkuk, melapisi punggung Sienna menggunakan dadanya dengan satu tangan meremat bagian menyembul itu dan wajah yang melesak di leher Sienna
Pilot memberi pengumuman kalau beberapa menit lagi pesawat akan mendarat di Bandara.Evrard menegakan punggung lalu menarik sweater cashmere yang dia kenakan untuk merapihkannya dan terakhir menyisir rambut menggunakan jari.Bagi seorang Alterio, penampilan adalah yang paling utama jadi harus selalu terlihat rapih dalam kesempatan apapun atau bertemu dengan siapapun.“Silahkan Tuan ….” Seorang awak kabin cantik mempersilahkan Evrard untuk turun setelah pesawat berhenti sempurna.Pintu pesawat dibuka oleh awak kabin pria sebelum Evrard sampai di sana.Pria bermata abu itu lantas keluar menuruni anak tangga disambut hawa panas menerpa kulitnya.Iklim di Jerman berbeda dengan di Indonesia, sepertinya dia tidak akan pernah menggunakan sweater-sweater atau pakaian lengan panjang yang biasa dia kenakan di Jerman.Terparkir sebuah mobil dengan seorang wanita berdiri tegap di ambang pintu yang terbuka.Pandangan Evrard langsung tertuju ke sana, dia tahu kalau itu adalah mobil yang men
“Kita langsung ke Penthouse, Pak?” Qailula bertanya.“Ya.” Evrard menjawab cepat.Beberapa saat kemudian mereka tiba di gedung pencakar langit dengan kaca anti peluru sebagai dindingnya.Qailula turun lebih dulu untuk membuka pintu bagi Evrard.Pria itu lantas keluar lantas menderapkan langkahnya masuk ke dalam gedung.Qailula mengikuti dari belakang, dia memberikan kode kepada sekuriti dan resepsionis menggunakan gerakan bibir, kedipan mata juga tangannya kalau pria tampan yang berjalan di depannya itu adalah penghuni Penthouse yang baru seperti yang sudah Qailula sampaikan sebelumnya kepada mereka.Mereka pun mengangguk mengerti.Qailula dan Evrard berhenti di depan pintu lift.“Liftnya sebagai pintu utama ke Penthouse, Pak … kodenya dua tiga nol delapan,” kata Qailula memberitahu.“Dua tiga nol delapan?” Evrard mengernyit menoleh menatap Qailula.“Betul Pak, saya telah mendapat banyak informasi dari tuan Thompson-sekertaris Bapak di Jerman … salah satunya adalah bapak ser
“Selamat pagi, Pak Evrard!” Suara lembut itu menyapa Evrard saat keluar dari kamar.Evrard yang tengah membuat simpul dasi di lehernya lantas mendongak.Dia pikir sudah kesiangan sehingga terburu-buru untuk menyiapkan data yang belum sempat dia pindahkan dari MacBook jadi keluar kamar sambil memakai dasi.Dan cukup terkejut karena mendapati sang sekretaris yang pulang jam dua pagi dari Penthousenya kini sudah berdiri tidak jauh dari hadapannya dengan pakaian rapih layaknya sekretaris pada umumnya berupa rok span dan blouse dengan tali yang menggantung di leher di bentuk pita, segar dan juga … cantik.Sesaat Evrard terpaku dengan pesona yang dipancarkan sekretarisnya itu sampai tidak sadar kalau Qailula mengikis jarak dan kini sudah berada tepat di depannya.“Pagi ….” Evrard menggumam.“Saya bantu, Pak?” Qailula menawarkan yang sebetulnya hanya basa-basi tapi Evrard menganggukan kepala jadi mau tidak mau Qailula melangkah sekali lagi lalu mengangkat tangan membuat simpul dasi.J
Tok …Tok … Ceklek …“Permisi, Pak.” Suara lembut Qailula tidak mampu membuat Evrard mengalihkan tatap dari layar MacBook.Setelah sosok Qailula sampai di depannya barulah pria itu mendongak.“Pak Evrard mau makan malam di sini atau di rumah?” Evrard menatap Qailula yang kepalanya menunduk padahal sedang bicara dengannya.Dia melirik arloji di pergelangan tangan sebelum menjawab.“Di rumah aja,” kata Evrard lantas menutup MacBook.“Baik, Pak.” Qailula undur diri dari ruangan tersebut untuk bersiap pulang.Evrard keluar dari ruangannya sesaat kemudian dan sebelum melewati mejanya—Qailula pergi lebih dulu bermaksud menekan tombol lift.Suasana di lantai itu telah sepi karena jam menunjukkan pukul tujuh malam.Hanya mereka berdua saja yang masih berada sana dengan lampu temaram.Karena berjalan sambil menundukan kepala, Qailula tidak melihat kalau ada tiang di depannya.Refleks Evrard mempercepat langkah, menyimpan telapak tangannya di depan kening Qailula sehingga tian
Setiap harinya Qailula sibuk sekali mempersiapkan keperluan Evrard dari semenjak bangun tidur sampai mau tidur lagi karena pria itu tidak ingin dilayani oleh orang lain.Bahkan di kantor setiap hari lebih dari seratus kali pria itu memanggilnya untuk bertanya, meminta tolong, memberi instruksi sampai memberi suatu informasi yang dia minta untuk mengingatkannya nanti.Tapi Qailula memang tidak bekerja sendiri, ada office boy dan office girl di kantor yang siap membantu dan di rumah ada asisten rumah tangga yang menyelesaikan pekerjaan rumah.Namun ketika mereka ada kunjungan ke luar kota, otomatis Qailula melakukan semuanya sendiri.Sebuah kota di dataran tinggi dengan udaranya yang dingin di tengah pulau Jawa menjadi tujuan mereka kali ini.Evrard akan meninjau sebuah lokasi untuk proyek baru dari klien pertama yang berhasil dipinang untuk bekerjasama kerja sama dengan perusahaan.Sebelum kembali ke unit apartemennya, Qailula menyiapkan pakaian dan memasukan segala keperluan Evr
Dani melirik ke arah Qailula bersama senyum ironi sebagai penyemangat, dia pikir kalau Qailula akan mengeluh namun Dani salah karena Qailula tahan banting, gadis itu malah tersenyum lebar.Evrard yang tidak sengaja melihat Dani sedang tersenyum kepada Qailula seketika berhenti bicara, dia tidak suka sekretaris pak Hendri menggoda Qailula.“Pak Hendri, bagaimana kalau kita lanjutkan diskusi kita nanti setelah makan malam,” kata Evrard memberi ide.“Boleh … boleh Pak, hujan juga semakin deras ini.” Pak Hendri setuju.Mereka kemudian balik badan untuk kembali ke sebuah Villa besar sekaligus kantor sementara milik pak Hendri.Melihat Qailula kesulitan memayungi tubuhnya yang tinggi menjulang, Evrard mengambil alih payung dari tangan Qailula.Qailula melongo bingung saat Evrard merebut payung dari tangannya.“Ayo!” Evrard berseru pelan dengan satu tangannya mendorong pelan punggung Qailula sehingga langkahnya kini sejajar dengan pria itu.Tangan Evrard seolah mengendalikan Qailula,
“Mommy!!! Daddy!!!” Queenaya Everly Alterio-putri bungsu Qailula dan Evrard berlari berhamburan memasuki kamar.Sang Nanny menyusul dari belakang tapi tidak berani melewati pintu sedangkan Agarva, Atharva dan Aksena masuk dengan santainya untuk menyapa mommy dan daddy.“Hai sayang, akhirnya kalian sampai!” Qailula langsung mendudukan tubuhnya untuk memeluk si bungsu yang secepat kilat telah berada di atas ranjang.Tidak lupa Qailula mengapit selimut di ketiak karena tubuhnya polos usai bercinta sampai pagi tadi dengan Evrard.Evrard ikuta-ikutan memeluk Qailula yang tengah memeluk Queenaya meski perasaanya campur aduk kepergok anak-anak dalam keadaan polos dibalik selimut.“Oh … Mom … Dad, jangan bilang kalian habis buat anak kelima.” Atharva merotasi bola matanya jengah.“Kenapa memang?” Evrard bertanya tidak terima tapi tertawa.“Mommy sama Daddy enggak tahu aja kalau setiap kali kalian pergi berdua, Athar kerepotan ngawasin Sena sama Queen.” Atharva mengeluh.“Halaaah, cari
Berpelukan di atas daybed dengan hanya menggunakan bikini dan celana renang sambil menikmati sunset tidak pernah sesyahdu ini.Setelah acara pesta bergengsi untuk para Pengusaha di seluruh dunia selesai dilaksanakan di kota New York—sengaja Evrard membawa Qailula ke Utah untuk menikmati sekantong kemewahan modern di lanskap antah berantah yang liar.Sebuah resort bintang lima menjadi pilihan Evrard di mana tempat persembunyian batu pasir yang indah berada di jantung Negara Najavo.Anak-anak sedang dalam perjalanan setelah menyelesaikan ujian sekolahnya dan dijadwalkan baru sampai esok pagi jadi Evrard memiliki waktu berdua dengan Qailula malam ini.Evrard membelai pundak Qailula, sentuhannya merayap ke lengan dan berakhir di jemari yang kemudian dia genggam.Pria itu pikir istrinya tertidur tapi ternyata netra indah dibalik sunglasess sedang menatapnya sedari tadi.Dia mengangkat kepala kemudian menunduk memberikan kecupan ringan di bibir Qailula yang kemudian tersenyum.“Aku b
Sienna sedang menonton tayangan mengenai keberhasilan Evrard yang mendapat penghargaan bergengsi di dunia bisnis yang diselenggarakan oleh sebuah majalah bisnis ternama di Amerika.Berita tersebut sengaja Sienna cari di kanal berita online setelah dia mendapat informasi dari salah satu temannya.Kedua tangan Sienna mengepal di atas meja makan, rahangnya mengetat melihat kemesraan Evrard dan Qailula yang tertangkap kamera.Selama ini Sienna tidak mau tahu kehidupan tentang Evrard namun sebuah informasi dari sahabatnya membuat dia penasaran.“Si sialan itu malah hidup bahagia dengan si Jalang,” gumam Sienna menggeram kesal.Cup.Sebuah kecupan mendarat di pipi Sienna membuat wanita itu menoleh.“Fred, kamu sudah pulang?” Sienna buru-buru menutup MacBooknya.Fredrick melirik sambil tersenyum miring. “Aku sampai di sini sejak tadi dan menyaksikan kamu mengumpati Evrard serta istrinya,” kata suami Sienna yang usianya terpaut sepuluh tahun lebih tua dari wanita itu.Seorang kepala
Dua minggu berlalu, Elvern memenuhi janji kepada Vita untuk membawanya dan anak-anak liburan ke Indonesia.“El, kenapa kita landing di Surabaya?” Vita bertanya keheranan saat Pilot memberi informasi kalau sebentar lagi mereka akan landing di Bandara Internasional Juanda.“Kita akan bertemu seseorang ….” Elvern berteka-teki.“Siapa?” Vita penasaran.“Nanti juga kamu tahu.” Elvern bangkit dari kursi lalu mengulurkan tangannya membantu Vita berdiri.Namun genggaman itu tidak Elvern lepaskan hingga ke kabin depan di mana putra dan putri mereka duduk ditemani para Nanny dan bodyguard.Elvern menggendong Alani yang merentangkan kedua tangan kepadanya menggunakan satu tangan tanpa melepaskan satu tangan yang digenggam Vita.Sementara Arzana telah turun lebih dulu dan Arzeta dituntun Nanny menuruni tangga pesawat.Mereka masuk ke dalam satu mobil yang sama ditemani satu bodyguard sementara dua pengawal dan tiga Nanny masuk ke dalam mobil yang lain.
Elvern sudah tidak lagi bergaul dengan teman-temannya yang dulu untuk mencari kesenangan.Pria itu sekarng lebih suka masuk ke circle para pria pengusaha sukses yang tentunya kebanyakan dari mereka telah berumur.Jadi, jika dulu Elvern pulang dini hari karena menghabiskan malam di nightclub namun tidak semenjak beberapa tahun terakhir yang setiap kali terlambat pulang pasti dia habiskan di dalam gedung pencakar langit yang terletak di distrik pusat perkantoran.Vita tidak pernah komplain atau bertanya tentang keberadaannya.Elvern menganggap sang istri percaya dan mengerti dengan kesibukannya.Jam telah menunjukkan pukul dua dini hari saat semua pekerjaan Elvern hari ini selesai.Pria itu menggeliat meregangkan tubuh setelah berjam-jam duduk di kursi.Mematikan MacBook lantas bangkit dari kursi kebesarannya lalu menyambar tas sebelum dia melangkahkan kaki keluar dari ruangan.Masuk ke dalam lift, Elvern langsung menekan tombol basement di mana
Hampir sepuluh tahun usia pernikahan mereka tapi Evrard masih memperlakukan Qailula seperti saat pria itu menginginkannya dulu, tidak pernah berubah masih selalu mendambanya begitu hebat.“Aku ingin anak ke empat,” celetuk Evrard tiba-tiba menghasilkan tawa renyah Qailula.“Kenapa tiba-tiba sekali? Apa Vita lagi hamil anak keempat?” Qailula jadi skeptis mengingat Evrard dan Elvern sang kompetitif apalagi urusan memiliki keturunan untuk penerus Alterio.“Aku enggak tahu, tapi aku ingin anak perempuan.” Sorot mata Evrard tampak memohon.“Jadi liburan sekarang sekaligus honeymoon?” Qailula mengulum senyum dibalas senyum penuh arti oleh Evrard.“Kamar kita nanti terpisah jauh di sebrang ruangan jadi jeritan kamu enggak akan terdengar oleh anak-anak,” bisik Evrard di telinga Qailula kemudian mengulum cupingnya membuat Qailula menggeram pelan sebagai protes.Tangan Evrard masuk ke dalam rok dari dress Qailula mengusap lembut pahanya.“Ada program khusus
Netra Qailula bergerak mencari pantulan Evrard di cermin meja rias saat langkah berat terdengar dari arah belakang. Senyum Evrard terkembang tatkala pandangan mereka bertemu sesaat setelah pria itu masuk ke dalam kamar. Evrard menghentikan langkah di belakang Qailula yang dalam posisi duduk lantas membungkuk mengecup puncak kepalanya. “Udah selesai?” Evrard bertanya tanpa maksud membuat Qailula terburu-buru. “Tinggal pakai lipstik.” Qailula menjawab lalu memoles bibirnya dengan lipstik warna orange soft. “Yang lain udah siap?” Qailula balas bertanya. “Udah … mereka lagi anteng di baw—“ “Mommyyyyyyyy!” Suara Atharva terdengar berteriak menghentikan kalimat Evrard. Pria itu merotasi bola matanya bersama ringisan pelan menghasilkan gelak tawa Qailula. “Ayo … kita ke bawah sekarang sebelum terjadi perang,” kata Qailula lantas bangkit dari kursi meja rias. Merangkul lengan beroto
Di lobby, daddy Bianco merentangkan tangan menyambut cicitnya yang langsung beliau gendong di tangan kiri dan kanan sekaligus.Setelah beberapa saat istirahat yang diisi dengan mengobrol ringan melepas rindu antara Qailula, Vita dan Janina—mereka bertiga pun memisahkan diri dengan suami dan anak untuk melakukan final meeting bersama orang-orang yang membatu acara launching serta pengelola resort yang bernama Julian.Julian adalah pria berusia tiga puluh tahun yang kinerjanya telah diakui di banyak hotel berbintang di Italia.Sedangkan daddy Bianco bersama para cicitnya dan pengasuh pergi ke area bermain.Ruangan meeting yang semua dindingnya terbuat dari kaca memungkinkan ketiga suami itu bisa mengawasi dari sebuah ruangan yang nantinya akan menjadi ruangan Julian.Ada meja kerja dan satu set sofa untuk menerima tamu lalu sebuah kamar lengkap dengan kamar mandi dan mini pantry untuk tempat tinggal Julian yang hanya dibatasi satu tembok dan pintu pemisah yang
Bisnis resort yang pernah dimimpikan Qailula, Vita dan Janina baru bisa terwujud setelah lima tahun kemudian.Itu dikarenakan Janina dikabarkan tengah mengandung beberapa hari setelah pesta pernikahannya dengan El Bara berlangsung yang membuat Qailula serta Vita tidak memiliki kaki tangan untuk membangun bisnis tersebut terlebih mereka berdua juga disibukan mengurus si kembar.Saat ini, setelah lima tahun berlalu dan anak-anak mereka sudah bisa diajak bepergian jauh—akhirnya Qailula dan Evrard beserta si kembar milik mereka bertolak ke Itali untuk meresmikan bisnis impian mereka tersebut.Vita dan Elvern bersama Arzana dan Arzeta juga tentunya pasuka pengasuh akan berangkat satu hari setelah keberangkatan Qailula dan Evrard mengingat jarak tempuh dan perbedaan waktu antara Indonesia dengan Jerman tapi nantinya mereka akan sampai di hari yang sama di Italia.“Sayang ….” Evrard berbisik begitu membuka pintu kamar di kabin belakang privat jet miliknya pribadi yang b