Tok …
Tok … Ceklek … “Permisi, Pak.” Suara lembut Qailula tidak mampu membuat Evrard mengalihkan tatap dari layar MacBook. Setelah sosok Qailula sampai di depannya barulah pria itu mendongak. “Pak Evrard mau makan malam di sini atau di rumah?” Evrard menatap Qailula yang kepalanya menunduk padahal sedang bicara dengannya. Dia melirik arloji di pergelangan tangan sebelum menjawab. “Di rumah aja,” kata Evrard lantas menutup MacBook. “Baik, Pak.” Qailula undur diri dari ruangan tersebut untuk bersiap pulang. Evrard keluar dari ruangannya sesaat kemudian dan sebelum melewati mejanya—Qailula pergi lebih dulu bermaksud menekan tombol lift. Suasana di lantai itu telah sepi karena jam menunjukkan pukul tujuh malam. Hanya mereka berdua saja yang masih berada sana dengan lampu temaram. Karena berjalan sambil menundukan kepala, Qailula tidak melihat kalau ada tiang di depannya. Refleks Evrard mempercepat langkah, menyimpan telapak tangannya di depan kening Qailula sehingga tiang itu tidak sempat mengenai kening Qailula tapi jadinya tangan Evrard terjepit cukup kuat antara kening dan tiang. “Ups!” Qailula terkesiap. “Kenapa kamu nunduk terus, hah?” Evrard bertanya dengan nada seperti sedang marah. Qailula mendongak akhirnya mempertemukan tatap dengan sang bos tampan. “Maaf Pak.” Qailula memperlihatkan raut menyesal. Evrard melanjutkan langkah setelah mengembuskan nafas dan gelengan kepala samar meningkahi kekonyolan Qailula. Qailula mengerutkan wajahnya sembari mengusap kening. “Bisa-bisa benjol kalau enggak dihalangi tangan pak Evrard,” gumam Qailula menyusul Evrard. Dia jadi bisa menilai meskipun dingin tapi Evrard cukup peka. Ah, Qailula semakin kagum kepada bosnya. Seperti biasa pak Joko standbye di depan lobby karena telah mendapat instruksi dari Qailula. Jadi Qailula tidak pernah lepas dari ponselnya selalu koordinasi sana-sini untuk memfasilitasi segala kebutuhan Evrard dan membuat orang-orang berguna di mata pria itu. Sampai di Penthouse, Qailula langsung memasak sementara Evrard membersihkan tubuhnya di kamar mandi. Setelah selesai, Evrard turun dan mendapati Qailula sedang menata meja makan dengan apron melapisi tubuh bagian depannya. “Makan malamnya sudah siap, Pak.” Qailula menarik kursi untuk Evrard dan dengan ekspresi dingin juga datar, Evrard duduk di kursi tersebut. “Pak, apakah kita akan diskusi lagi malam ini?” Qailula bertanya dengan gesture ragu disertai segan. Evrard mendongak menatap Qailula, tatapan setajam Elang itu membuat Qailula gentar. “Maksud saya, apakah Bapak masih membutuhkan saya? Kalau boleh saya minta ijin pergi ke rumah sakit menjenguk nenek.” Kali ini Qailula memberanikan diri menatap mata Evrard yang berwarna abu-abu. “Nenek kamu sakit?” Evrard bertanya setelah mengalihkan tatapan ke piring dan kembali menyantap makan malamnya. “Betul, Pak … sekarang dirawat di rumah sakit milik bu Zara … nenek dalam keadaan koma saat dipindah dari rumah sakit sebelumnya dan saya belum menjenguk beliau ….” Kalimat Qailula menggantung. “Semenjak sibuk mempersiapkan pembukaan kantor baru,” sambungnya di dalam hati. “Pergilah, diantar pak Joko.” Evrard mengijinkan, mendengar kalau neneknya Qailula koma membuat hati nurani Evrard terketuk, sebetulnya dia masih membutuhkan Qailula untuk bertanya beberapa hal tapi menjenguk nenek menurut Evrard lebih penting karena dia tidak akan tahu apakah neneknya Qailula bisa bertahan hidup lebih lama atau tidak. “Enggak usah, Pak … saya pakai taksi aja.” Qailula menolak fasilitas tersebut. “Kamu punya sim A?” Evrard kembali bertanya. “Ada Pak.” “Pake salah satu mobil punya saya, saya enggak mau besok pagi mendapat telepon dari Polisi kalau sekretaris saya tewas dibegal.” Qailula terhenyak, matanya mengerjap dengan cepat, dia jadi gelagapan membayangkan hal mengerikan itu. “Ba-baik, Pak … kalau gitu saya permisi. Setelah menyimpan apron di lemari kitchen set. Qailula pergi ke tempat di mana kunci dari berbagai jenis mobil mewah tergantung di dekat pintu utama. Dia memilih mobil biasa yang tidak terlalu mewah tapi mobil biasa yang Evrard miliki seharga tiga koma lima Milyar. Akhirnya Qailula memilih mobil itu lantas keluar dari Penthouse menggunakan lift langsung menuju basement di mana mobil mewah Evrard terparkir. Tanpa Qailula ketahui kalau sudut bibir Evrard menerbitkan sebuah senyum karena berhasil menakut-nakuti Qailula sehingga ekspresi wajah sekretarisnya terlihat lucu. Bukannya kejam, tapi Evrard tahu kalau Qailula akan menolak bila dia tidak demikian. Bukan perhatian juga namun Evrard memang tidak pernah ingin hal buruk terjadi kepada seluruh karyawannya … apalagi Qailula. *** “Malem Sus,” sapa Qailula kepada perawat yang berjaga. “Malem Mbak.” Semua perawat membalas ramah. Qailula dititipkan oleh menantu Presdir Narendra yang bernama Zara pemilik dari rumah sakit ini jadi bagaimana para perawat itu tidak ramah? “Ada perkembangan dari nenek?” Qailula bertanya. “Belum ada Mbak, coba Mbak ajak ngobrol dan kasih semangat siapa tahu ibu Warsih memiliki keinginan untuk hidup dan bangun dari koma.” Perawat paruh baya memberikan nasihat. “Baik Sus, saya ijin masuk ke ruangan nenek ya.” “Jangan lupa pakai jubah pelindung dan penutup kepala,” kata sang perawat berpesan. “Baik, Sus.” Qailula pun menderapkan langkah masuk ke ruangan rawat nenek kelas VIP sehingga nenek hanya sendirian di ruangan itu ditemani segala macam alat penunjang kehidupan. Dia menggunakan jubah pelindung dan penutup kepala lalu duduk di kursi di samping ranjang nenek. Tatapan sendu Qailula terpaku pada tubuh ringkih sang nenek. Dia genggam tangan nenek yang tidak tertancap selang infus. Sewaktu dirawat di rumah sakit sebelumnya, nenek masih sadar tapi tidak banyak berinteraksi dan ketika beliau akan dipindahkan ke sini tiba-tiba nenek koma, entah karena apa Qailula juga tidak mengerti tapi dia tahu kalau tim medis di rumah sakit ini sudah mengupayakan semua yang terbaik untuk nenek. “Nek, maaf Lula baru dateng … Lula sibuk banget akhir-akhir ini.” Qailula bergumam. “Lula rela kerja sehari dua puluh empat jam dan seminggu tujuh hari tapi Nenek bangun ya, nenek sama-sama Lula lagi … Lula cuma punya nenek di dunia ini.” Satu buliran kristal jatuh dari mata kiri Qailula. “Ijinkan Lula membalas kebaikan nenek, jadi … sembuh ya, Nek … nanti Lula ceritain kalau bos Lula yang baru itu ganteng banget kaya pemain film Hollywood, terus Lula udah pindah apartemen, Nek … yang ini kolam renangnya lebih besar.” Qailula berceloteh sembari menyusut jejak airmata di pipinya. Hembusan nafas berat dia keluarkan. “Bertahan ya, Nek … Lula belum punya seseorang yang bisa menemani hidup Lula, bukan karena Lula enggak laku lho, Nek.” Qailula tersedak tawa. Dia yang berkelakar, dia sendiri yang tertawa. “Tapi karena Lula sibuk cari duit untuk kita, kalau Nenek bangun dari koma dan sembuh … kita jalan-jalan keliling Eropa ya, Nek … atau ke Arab Saudi cari mama … Nenek kangen mama, kan? Lula udah enggak marah lagi sama mama, ayo kita cari mama, Nek … tapi Lula minta, bangun ya, Nek.”Setiap harinya Qailula sibuk sekali mempersiapkan keperluan Evrard dari semenjak bangun tidur sampai mau tidur lagi karena pria itu tidak ingin dilayani oleh orang lain.Bahkan di kantor setiap hari lebih dari seratus kali pria itu memanggilnya untuk bertanya, meminta tolong, memberi instruksi sampai memberi suatu informasi yang dia minta untuk mengingatkannya nanti.Tapi Qailula memang tidak bekerja sendiri, ada office boy dan office girl di kantor yang siap membantu dan di rumah ada asisten rumah tangga yang menyelesaikan pekerjaan rumah.Namun ketika mereka ada kunjungan ke luar kota, otomatis Qailula melakukan semuanya sendiri.Sebuah kota di dataran tinggi dengan udaranya yang dingin di tengah pulau Jawa menjadi tujuan mereka kali ini.Evrard akan meninjau sebuah lokasi untuk proyek baru dari klien pertama yang berhasil dipinang untuk bekerjasama kerja sama dengan perusahaan.Sebelum kembali ke unit apartemennya, Qailula menyiapkan pakaian dan memasukan segala keperluan Evr
Dani melirik ke arah Qailula bersama senyum ironi sebagai penyemangat, dia pikir kalau Qailula akan mengeluh namun Dani salah karena Qailula tahan banting, gadis itu malah tersenyum lebar.Evrard yang tidak sengaja melihat Dani sedang tersenyum kepada Qailula seketika berhenti bicara, dia tidak suka sekretaris pak Hendri menggoda Qailula.“Pak Hendri, bagaimana kalau kita lanjutkan diskusi kita nanti setelah makan malam,” kata Evrard memberi ide.“Boleh … boleh Pak, hujan juga semakin deras ini.” Pak Hendri setuju.Mereka kemudian balik badan untuk kembali ke sebuah Villa besar sekaligus kantor sementara milik pak Hendri.Melihat Qailula kesulitan memayungi tubuhnya yang tinggi menjulang, Evrard mengambil alih payung dari tangan Qailula.Qailula melongo bingung saat Evrard merebut payung dari tangannya.“Ayo!” Evrard berseru pelan dengan satu tangannya mendorong pelan punggung Qailula sehingga langkahnya kini sejajar dengan pria itu.Tangan Evrard seolah mengendalikan Qailula,
Hujan malam ini turun deras sekali, udara dingin menusuk hingga kulit meski Qailula menggunakan sweater tebal.Padahal di dalam kamar Evrard tadi dingin tidak terasa sepekat ini dan hujan tidak terdengar begitu deras.Angin kencang berhembus kencang menerbangkan rambut panjang Qailula, sekali dia menoleh ke belakang dan mendapati suasana gelap hutan belantara membuat bulu kuduknya berdiri.Qailula mendorong pintu kamar setelah memutar kunci yang tadi dia masukan ke lubangnya.Menutup pintu rapat, Qailula berjalan dalam gelap menuju sebuah meja untuk menyimpan MacBook beserta iPad.Dia berhasil mencapai meja dan meletakan benda canggih tersebut namun ketika hendak menarik langkah menuju ranjang, suara petir menyambar begitu kencang.“Aaaarrrggghhhh!!!” Qailula menjerit karena terkejut kemudian membekap mulutnya sendiri khawatir suaranya terdengar oleh Evrard.Dia tidak tahu saja kalau Evrard sudah ada di depan pintu kamarnya, tadi pria itu berlari hendak menyusul Qailula sewaktu
Beberapa jam lamanya mereka berguncang di dalam mobil sampai akhirnya tiba di tempat tujuan.Setelah semuanya turun, pemandu menuntun mereka ke tempat proyek ke dua.Dan di sinilah feeling Evrard dipertaruhkan, salah satu alasan kenapa dia mau repot-repot meninjau area yang akan dijadikan tempat proyek dalam kerjasama bisnis dengan klien adalah untuk menentukan apakah proyek tersebut patut dijalankan?Evrard tampak berpikir, cukup lama dia memindai tempat tersebut.Dia juga berdiskusi dengan para tenaga ahli yang sudah lebih dulu mengamati area tersebut selama beberapa minggu.Terlalu asyik berdiskusi membuat mereka tidak sadar kalau hujan mulai turun.Wajah pak Hendri dan Dani sudah pucat pasi karena bila hujan tidak berhenti saat sore nanti maka mereka benar-benar tidak bisa pulang dan harus menginap di sini.Sambil berharap hujan akan berhenti, mereka melanjutkan diskusi.Qailula jadi cemas karena hujan malah semakin deras.“Maaf Pak, kita enggak bisa kembali sekarang … ja
Perusahaan yang tengah dipimpin Evrard ini memang tidak ada yang sejenis dengan perusahaan-perusahaan milik AG Group sehingga AG Group tidak bisa memenuhi kebutuhan karyawan yang ahli untuk bagian survei ke lapangan.“Baik, Pak ….” Qailula tersenyum lega membalas ucapan Evrard.Qailula mengubah posisi membelakangi Evrard agar pria itu bisa beristirahat tapi Evrard malah bergerak menghadap punggung Qailula.Dia pandangi punggung kecil itu lalu beralih ke tengkuk yang setengah terekspose karena rambutnya tergerai ke bantal.Evrard akui kalau timbul perasaan tertarik kepada Qailula semenjak pertama kali bertemu dengannya. Dia belum pernah seperti ini, proses sampai bisa jatuh cinta dengan Sienna saja membutuhkan waktu beberapa lama dengan pertemuan intens.Apalagi tertarik kepada perempuan yang baru dia temui dan berbeda jauh kasta dengannya, suatu hal yang sangat mustahil bagi Evrard.Qailula hanya karyawan biasa yang berasal dari keluarga sederhana bahkan setelah diam-diam Evra
Pekerjaan Qailula menyita waktunya setiap hari, meski begitu dia masih sempat untuk bertanya kabar sang nenek kepada perawat baik yang merawat nenek di rumah sakit.Qailula menatap layar ponselnya dengan pendar sendu setelah membaca balasan pesan dari Ratih-sang perawat yang memberi informasi tentang nenek yang belum ada perkembangan.“La,” panggil Evrard membuat Qailula yang duduk dengan posisi menyamping di sofa yang sama dengan Evrard duduki lantas mengangkat pandangan.“Ya, Pak?” Qailula menyahut.Sesaat Evrard menatap netra Qailula yang terdapat pendar sedih di sana.Sesungguhnya Evrard penasaran dengan apa yang membuat Qailula bersedih namun dia merasa kalau tidak etis bila bertanya langsung, hanya akan membuatnya terkesan perhatian sekali kepada Qailula jadi Evrard putuskan untuk memberi banyak pekerjaan kepada Qailula agar bisa melupakan kesedihannya, terlebih beberapa hari terakhir memang mereka sedang menyiapkan peresmian perusahaan yang akan dilangsungkan akhir minggu
Qailula memberikan data yang Evrard minta dan menunggu sebentar sampai Evrard selesai membacanya.Tidak lama kemudian Evrard mendongak menatap Qailula.“Nanti lagi kamu bisa bawa pulang pekerjaan kamu,” kata Evrard dengan sorot mata yang tidak bisa Qailula artikan.“Baik, Pak.” Qailula menyahut singkat dengan template seperti biasa.Dia tidak perlu menjelaskan apapun kepada bosnya, dia hanya perlu mendengar perintah Evrard lalu menjalankannya.“Pulang lah,” ujar Evrard kemudian.“Selamat malam Pak Evrard.” Qailula bangkit berdiri dari kursi di depan meja kerja Evrard.“La,” panggil Evrard saat Qailula nyaris mencapai pintu.“Ya, Pak?” Qailula membalikan tubuhnya.“Kamu udah makan?” Evrard bertanya tapi di dalam hati.Pada kenyataannya dia hanya menatap Qailula lekat sembari merutuki pertanyaannya barusan padahal dia ucapkan di dalam hati.“Enggak jadi.” Evrard mengembalikan tatapannya pada iPad milik Qailula yang sengaja gadis itu tinggalkan.Qailula lantas memutar kembali
“Besok saya ke Paris, kamu bisa libur selama weekend untuk nemenin nenek kamu di rumah sakit.” Evrard berujar dari kursi kabin belakang mobil mewah ini dalam perjalanan pulang dari kantor.“Baik, Pak.” Qailula menyahut dari kabin depan.Beberapa menit kemudian mobil yang dikemudikan pak Joko tiba di depan gedung hunian mewah.Qailula turun lebih dulu untuk membukakan pintu bagi Evrard setelah Evrard turun, dia mengikuti Evrard dari belakang.Evrard sebenarnya bertanya-tanya kenapa Qailula mengikutinya tidak langsung pulang saja ke unit apartemen gadis itu menggunakan lift lain yang menuju lantai di mana unit apartemennya berada.Pasalnya mereka baru saja pulang lembur hari ini dan disediakan makan malam dari restoran jadi Qailula tidak perlu memasak untuk Evrard.Evrard yang irit bicara tidak juga mengungkapkan keheranannya itu malah si pria dingin introvert ini menatap Qailula dari pintu lift yang seperti cermin.Qailula berdiri di belakangnya dengan posisi berada di samping s
“Mommy!!! Daddy!!!” Queenaya Everly Alterio-putri bungsu Qailula dan Evrard berlari berhamburan memasuki kamar.Sang Nanny menyusul dari belakang tapi tidak berani melewati pintu sedangkan Agarva, Atharva dan Aksena masuk dengan santainya untuk menyapa mommy dan daddy.“Hai sayang, akhirnya kalian sampai!” Qailula langsung mendudukan tubuhnya untuk memeluk si bungsu yang secepat kilat telah berada di atas ranjang.Tidak lupa Qailula mengapit selimut di ketiak karena tubuhnya polos usai bercinta sampai pagi tadi dengan Evrard.Evrard ikuta-ikutan memeluk Qailula yang tengah memeluk Queenaya meski perasaanya campur aduk kepergok anak-anak dalam keadaan polos dibalik selimut.“Oh … Mom … Dad, jangan bilang kalian habis buat anak kelima.” Atharva merotasi bola matanya jengah.“Kenapa memang?” Evrard bertanya tidak terima tapi tertawa.“Mommy sama Daddy enggak tahu aja kalau setiap kali kalian pergi berdua, Athar kerepotan ngawasin Sena sama Queen.” Atharva mengeluh.“Halaaah, cari
Berpelukan di atas daybed dengan hanya menggunakan bikini dan celana renang sambil menikmati sunset tidak pernah sesyahdu ini.Setelah acara pesta bergengsi untuk para Pengusaha di seluruh dunia selesai dilaksanakan di kota New York—sengaja Evrard membawa Qailula ke Utah untuk menikmati sekantong kemewahan modern di lanskap antah berantah yang liar.Sebuah resort bintang lima menjadi pilihan Evrard di mana tempat persembunyian batu pasir yang indah berada di jantung Negara Najavo.Anak-anak sedang dalam perjalanan setelah menyelesaikan ujian sekolahnya dan dijadwalkan baru sampai esok pagi jadi Evrard memiliki waktu berdua dengan Qailula malam ini.Evrard membelai pundak Qailula, sentuhannya merayap ke lengan dan berakhir di jemari yang kemudian dia genggam.Pria itu pikir istrinya tertidur tapi ternyata netra indah dibalik sunglasess sedang menatapnya sedari tadi.Dia mengangkat kepala kemudian menunduk memberikan kecupan ringan di bibir Qailula yang kemudian tersenyum.“Aku b
Sienna sedang menonton tayangan mengenai keberhasilan Evrard yang mendapat penghargaan bergengsi di dunia bisnis yang diselenggarakan oleh sebuah majalah bisnis ternama di Amerika.Berita tersebut sengaja Sienna cari di kanal berita online setelah dia mendapat informasi dari salah satu temannya.Kedua tangan Sienna mengepal di atas meja makan, rahangnya mengetat melihat kemesraan Evrard dan Qailula yang tertangkap kamera.Selama ini Sienna tidak mau tahu kehidupan tentang Evrard namun sebuah informasi dari sahabatnya membuat dia penasaran.“Si sialan itu malah hidup bahagia dengan si Jalang,” gumam Sienna menggeram kesal.Cup.Sebuah kecupan mendarat di pipi Sienna membuat wanita itu menoleh.“Fred, kamu sudah pulang?” Sienna buru-buru menutup MacBooknya.Fredrick melirik sambil tersenyum miring. “Aku sampai di sini sejak tadi dan menyaksikan kamu mengumpati Evrard serta istrinya,” kata suami Sienna yang usianya terpaut sepuluh tahun lebih tua dari wanita itu.Seorang kepala
Dua minggu berlalu, Elvern memenuhi janji kepada Vita untuk membawanya dan anak-anak liburan ke Indonesia.“El, kenapa kita landing di Surabaya?” Vita bertanya keheranan saat Pilot memberi informasi kalau sebentar lagi mereka akan landing di Bandara Internasional Juanda.“Kita akan bertemu seseorang ….” Elvern berteka-teki.“Siapa?” Vita penasaran.“Nanti juga kamu tahu.” Elvern bangkit dari kursi lalu mengulurkan tangannya membantu Vita berdiri.Namun genggaman itu tidak Elvern lepaskan hingga ke kabin depan di mana putra dan putri mereka duduk ditemani para Nanny dan bodyguard.Elvern menggendong Alani yang merentangkan kedua tangan kepadanya menggunakan satu tangan tanpa melepaskan satu tangan yang digenggam Vita.Sementara Arzana telah turun lebih dulu dan Arzeta dituntun Nanny menuruni tangga pesawat.Mereka masuk ke dalam satu mobil yang sama ditemani satu bodyguard sementara dua pengawal dan tiga Nanny masuk ke dalam mobil yang lain.
Elvern sudah tidak lagi bergaul dengan teman-temannya yang dulu untuk mencari kesenangan.Pria itu sekarng lebih suka masuk ke circle para pria pengusaha sukses yang tentunya kebanyakan dari mereka telah berumur.Jadi, jika dulu Elvern pulang dini hari karena menghabiskan malam di nightclub namun tidak semenjak beberapa tahun terakhir yang setiap kali terlambat pulang pasti dia habiskan di dalam gedung pencakar langit yang terletak di distrik pusat perkantoran.Vita tidak pernah komplain atau bertanya tentang keberadaannya.Elvern menganggap sang istri percaya dan mengerti dengan kesibukannya.Jam telah menunjukkan pukul dua dini hari saat semua pekerjaan Elvern hari ini selesai.Pria itu menggeliat meregangkan tubuh setelah berjam-jam duduk di kursi.Mematikan MacBook lantas bangkit dari kursi kebesarannya lalu menyambar tas sebelum dia melangkahkan kaki keluar dari ruangan.Masuk ke dalam lift, Elvern langsung menekan tombol basement di mana
Hampir sepuluh tahun usia pernikahan mereka tapi Evrard masih memperlakukan Qailula seperti saat pria itu menginginkannya dulu, tidak pernah berubah masih selalu mendambanya begitu hebat.“Aku ingin anak ke empat,” celetuk Evrard tiba-tiba menghasilkan tawa renyah Qailula.“Kenapa tiba-tiba sekali? Apa Vita lagi hamil anak keempat?” Qailula jadi skeptis mengingat Evrard dan Elvern sang kompetitif apalagi urusan memiliki keturunan untuk penerus Alterio.“Aku enggak tahu, tapi aku ingin anak perempuan.” Sorot mata Evrard tampak memohon.“Jadi liburan sekarang sekaligus honeymoon?” Qailula mengulum senyum dibalas senyum penuh arti oleh Evrard.“Kamar kita nanti terpisah jauh di sebrang ruangan jadi jeritan kamu enggak akan terdengar oleh anak-anak,” bisik Evrard di telinga Qailula kemudian mengulum cupingnya membuat Qailula menggeram pelan sebagai protes.Tangan Evrard masuk ke dalam rok dari dress Qailula mengusap lembut pahanya.“Ada program khusus
Netra Qailula bergerak mencari pantulan Evrard di cermin meja rias saat langkah berat terdengar dari arah belakang. Senyum Evrard terkembang tatkala pandangan mereka bertemu sesaat setelah pria itu masuk ke dalam kamar. Evrard menghentikan langkah di belakang Qailula yang dalam posisi duduk lantas membungkuk mengecup puncak kepalanya. “Udah selesai?” Evrard bertanya tanpa maksud membuat Qailula terburu-buru. “Tinggal pakai lipstik.” Qailula menjawab lalu memoles bibirnya dengan lipstik warna orange soft. “Yang lain udah siap?” Qailula balas bertanya. “Udah … mereka lagi anteng di baw—“ “Mommyyyyyyyy!” Suara Atharva terdengar berteriak menghentikan kalimat Evrard. Pria itu merotasi bola matanya bersama ringisan pelan menghasilkan gelak tawa Qailula. “Ayo … kita ke bawah sekarang sebelum terjadi perang,” kata Qailula lantas bangkit dari kursi meja rias. Merangkul lengan beroto
Di lobby, daddy Bianco merentangkan tangan menyambut cicitnya yang langsung beliau gendong di tangan kiri dan kanan sekaligus.Setelah beberapa saat istirahat yang diisi dengan mengobrol ringan melepas rindu antara Qailula, Vita dan Janina—mereka bertiga pun memisahkan diri dengan suami dan anak untuk melakukan final meeting bersama orang-orang yang membatu acara launching serta pengelola resort yang bernama Julian.Julian adalah pria berusia tiga puluh tahun yang kinerjanya telah diakui di banyak hotel berbintang di Italia.Sedangkan daddy Bianco bersama para cicitnya dan pengasuh pergi ke area bermain.Ruangan meeting yang semua dindingnya terbuat dari kaca memungkinkan ketiga suami itu bisa mengawasi dari sebuah ruangan yang nantinya akan menjadi ruangan Julian.Ada meja kerja dan satu set sofa untuk menerima tamu lalu sebuah kamar lengkap dengan kamar mandi dan mini pantry untuk tempat tinggal Julian yang hanya dibatasi satu tembok dan pintu pemisah yang
Bisnis resort yang pernah dimimpikan Qailula, Vita dan Janina baru bisa terwujud setelah lima tahun kemudian.Itu dikarenakan Janina dikabarkan tengah mengandung beberapa hari setelah pesta pernikahannya dengan El Bara berlangsung yang membuat Qailula serta Vita tidak memiliki kaki tangan untuk membangun bisnis tersebut terlebih mereka berdua juga disibukan mengurus si kembar.Saat ini, setelah lima tahun berlalu dan anak-anak mereka sudah bisa diajak bepergian jauh—akhirnya Qailula dan Evrard beserta si kembar milik mereka bertolak ke Itali untuk meresmikan bisnis impian mereka tersebut.Vita dan Elvern bersama Arzana dan Arzeta juga tentunya pasuka pengasuh akan berangkat satu hari setelah keberangkatan Qailula dan Evrard mengingat jarak tempuh dan perbedaan waktu antara Indonesia dengan Jerman tapi nantinya mereka akan sampai di hari yang sama di Italia.“Sayang ….” Evrard berbisik begitu membuka pintu kamar di kabin belakang privat jet miliknya pribadi yang b