Setiap harinya Qailula sibuk sekali mempersiapkan keperluan Evrard dari semenjak bangun tidur sampai mau tidur lagi karena pria itu tidak ingin dilayani oleh orang lain.
Bahkan di kantor setiap hari lebih dari seratus kali pria itu memanggilnya untuk bertanya, meminta tolong, memberi instruksi sampai memberi suatu informasi yang dia minta untuk mengingatkannya nanti. Tapi Qailula memang tidak bekerja sendiri, ada office boy dan office girl di kantor yang siap membantu dan di rumah ada asisten rumah tangga yang menyelesaikan pekerjaan rumah. Namun ketika mereka ada kunjungan ke luar kota, otomatis Qailula melakukan semuanya sendiri. Sebuah kota di dataran tinggi dengan udaranya yang dingin di tengah pulau Jawa menjadi tujuan mereka kali ini. Evrard akan meninjau sebuah lokasi untuk proyek baru dari klien pertama yang berhasil dipinang untuk bekerjasama kerja sama dengan perusahaan. Sebelum kembali ke unit apartemennya, Qailula menyiapkan pakaian dan memasukan segala keperluan Evrard ke dalam koper sementara pria itu sedang olah raga di pusat kebugaran yang masih berada di dalam gedung ini. Qailula tidak segan lagi memegang boxer Evrard untuk dia masukan ke dalam koper. Sambil sesekali melirik iPad yang terdapat fashion para old money, Qailula bolak balik mix and match pakaian untuk Evrard kenakan nanti. Qailula tidak tahu apakah Evrard akan menerima saja pakaian yang dipilihkan untuknya atau memiliki kriteria sendiri, itu kenapa Qailula memutuskan untuk mencari gaya pakaian old money di internet yang akan menunjang penampilan Evrard saat bertemu dengan klien. Sebuah coat disimpan di rak paling atas oleh orang yang merapihkan pakaian Evrard ke dalam walk in closet, mungkin pertimbangan menyimpan di rak paling atas karena Evrard akan jarang membutuhkannya mengingat udara di Jakarta panas. Namun Evrard akan membutuhkannya dalam perjalanan bisnis kali ini jadi terpaksa—dengan masih menggunakan rok span—Qailula menaiki tangga kecil untuk menggapai coat tersebut. Tinggi Qailula yang tidak sampai ke rak paling atas meski sudah menggunakan tangga membuatnya harus berjinjit untuk menggapai coat tersebut. Dengan usaha keras akhirnya Qailula bisa menggapai coat itu, dia lantas menariknya namun tertahan sesuatu. Qailula terus berusaha menarik sekuat tenaga dan salahnya dia menarik terlalu kuat menggunakan kedua tangan sehingga saat coat itu berhasil lepas dari sesuatu yang mengganjal—Qailula kehilangan keseimbangan lalu terjengkang ke belakang. “Aaaaarrrggghh!” Qailula memekik. Dia pasrah kalau tubuhnya harus terjerembap di lantai dan pasti akan sakit-sakit badan setelahnya. Namun …. Hap! Seseorang menangkapnya, bayangan kesakitan itu tidak pernah terjadi padahal dia telah berhenti jatuh. Perlahan Qailula membuka mata dan pandangannya segera saja dipenuhi wajah tampan pria yang tampak segar setelah mandi sementara coat sialan itu terlempar entah ke mana. “Pak Evrard.” Qailula bergumam. Sejak kapan bos tampannya ini sampai di Penthouse? Kenapa Qailula tidak mendengar langkah kaki dan gemericik air dari kamar mandi ketika pria itu mandi? Lalu pandangannya dia turunkan dan mendapati dada bidang yang polos dengan otot terpatri indah di sana. “Ma-maaf, Pak!” Qailula meronta hendak turun namun gara-gara itu handuk yang melilit di pinggang Evrard terlepas dan jatuh melingkari kaki pria itu. “Lula! Berhenti gerak, handuk saya jatuh!” tegurnya dengan kening mengkerut dan tatapan mengintimidasi. Akhirnya Qailula berhenti bergerak, ekspresi wajahnya tampak menyesal, serba salah, dan malu. Kalau dia turun sekarang maka Qailula akan melihat Evrard yang telanjang bulat jadi gadis itu memilih untuk diam dalam gendongan Evrard ala bridal dan melingkarkan kedua tangan di leher pria itu sebagai pegangan. Biar Evrard yang memutuskan apa yang harus mereka lakukan. “Maaf ya, Pak.” Sekali lagi Qailula mengucapkannya karena Evrarad tidak memberikan tanggapan. “Tutup mata kamu,” pinta Evrard dan Qailula menurut. Dia memejamkan mata erat hingga perlahan merasakan tubuhnya turun lalu kaki Qailula menapaki lantai berlapis karpet. Qailula melepaskan lingkaran tangan di leher Evrard. “Sekarang kamu boleh buka mata kamu,” kata Evrard yang sosoknya sudah menjauh sembari melilitkan handuk di pinggang. Qailula menunduk tidak berani melihat sekitar apalagi menggapai sosok Evrard, langsung keluar dari walk in closet dengan jantung berdebar kencang. Nyaris saja dia melihat milik Evrard yang diyakini berukuran di atas ukuran pria Indonesia pada umumnya memingingat tubuh Evrard yang tinggi besar atletis serta merupakan blasteran. “Bisa-bisanya aku mikirin ukurannya Pak Evrard.” Qailula membatin sembari menggelengkan kepala samar menghempaskan pikiran erotis tersebut. Qailula menunggu di samping pintu walk in closet sampai Evrard keluar dari sana. “Nanti lagi kamu minta bantuan saya kalau enggak sanggup melakukan sesuatu,” kata Evrard dingin sembari melengos begitu saja. “Baik, Pak.” Qailula mengangguk lalu kembali masuk ke dalam walk in closet untuk menyelesaikan pekerjaannya dengan perasaan malu yang masih menjalari setiap sel di seluruh tubuh. Setelah semua selesai, Qailula keluar membawa koper besar berisi keperluan Evrard selama di luar Kota. Qailula berhenti tepat di belakang Evrard yang sedang duduk di sofa depan televisi menonton program News. Sengaja tidak berdiri di samping atau di depannya karena Qailula masih malu bertemu tatap dengan Evrard. Jantungnya saja masih berdebar tidak karuan kalau mengingat kejadian tadi. “Apa ada yang Bapak butuhkan lagi?” Qailula bertanya sebelum pamit. “Enggak ada, pulang lah.” Evrard menjawab dingin tanpa menoleh ke belakang. “Saya pamit, Pak.” Dan Qailula tidak mendapat sahutan sampai dia keluar melewati pintu Penthouse. Evrard tidak kesal atau malu seperti yang Qailula rasakan. Pria itu hanya merasa aneh, sesuatu yang asing menyelinap ke dalam hatinya dan entah kenapa membuat Evrard cemas. *** Perjalanan darat mereka tempuh selama tujuh jam sampai ke kota tersebut karena tidak ada akses jalur udara dan dari sana harus melanjutkan tiga jam perjalanan sampai akhirnya mereka tiba di daerah terpencil di pegunungan dengan udaranya yang dingin menusuk. Qailula yang telah memakai coat langsung mengeluarkan coat dari dalam koper untuk Evrard. Qailula juga membantu Evrard memakai coat tersebut. Begitulah pekerjaan sekretaris yang merangkap asisten pribadi, itu kenapa Presdir Narendra dan kebanyakan Gunadhya yang telah beristri memilih seorang pria untuk menjadi sekretaris. Qailula berdiri di belakang Evrard saat pria itu diskusi di tempat proyek dengan klien yang tadi menyambut mereka begitu hangat. Tanpa membuang waktu, Evrard dan klien langsung membahas proyek mereka. Qailula mencatat beberapa hal penting dari diskusi tersebut. Gemuruh di langit terdengar pertanda akan hujan namun tidak ada tanda-tanda Evrard dan sang klien menghentikan diskusi. Sekretaris dari si klien sigap dengan membawa dua buah payung besar jadi ketika hujan mulai turun rintik-rintik, Qailula dan si pria sekretaris bernama Dani itu pun melindungi bos mereka dari hujan menggunakan payung. Diskusi yang dilakukan Evrard dengan klien berdarah Tiongkok itu masih terus berlangsung meski rintik-rintik hujan perlahan menderas.Dani melirik ke arah Qailula bersama senyum ironi sebagai penyemangat, dia pikir kalau Qailula akan mengeluh namun Dani salah karena Qailula tahan banting, gadis itu malah tersenyum lebar.Evrard yang tidak sengaja melihat Dani sedang tersenyum kepada Qailula seketika berhenti bicara, dia tidak suka sekretaris pak Hendri menggoda Qailula.“Pak Hendri, bagaimana kalau kita lanjutkan diskusi kita nanti setelah makan malam,” kata Evrard memberi ide.“Boleh … boleh Pak, hujan juga semakin deras ini.” Pak Hendri setuju.Mereka kemudian balik badan untuk kembali ke sebuah Villa besar sekaligus kantor sementara milik pak Hendri.Melihat Qailula kesulitan memayungi tubuhnya yang tinggi menjulang, Evrard mengambil alih payung dari tangan Qailula.Qailula melongo bingung saat Evrard merebut payung dari tangannya.“Ayo!” Evrard berseru pelan dengan satu tangannya mendorong pelan punggung Qailula sehingga langkahnya kini sejajar dengan pria itu.Tangan Evrard seolah mengendalikan Qailula,
Hujan malam ini turun deras sekali, udara dingin menusuk hingga kulit meski Qailula menggunakan sweater tebal.Padahal di dalam kamar Evrard tadi dingin tidak terasa sepekat ini dan hujan tidak terdengar begitu deras.Angin kencang berhembus kencang menerbangkan rambut panjang Qailula, sekali dia menoleh ke belakang dan mendapati suasana gelap hutan belantara membuat bulu kuduknya berdiri.Qailula mendorong pintu kamar setelah memutar kunci yang tadi dia masukan ke lubangnya.Menutup pintu rapat, Qailula berjalan dalam gelap menuju sebuah meja untuk menyimpan MacBook beserta iPad.Dia berhasil mencapai meja dan meletakan benda canggih tersebut namun ketika hendak menarik langkah menuju ranjang, suara petir menyambar begitu kencang.“Aaaarrrggghhhh!!!” Qailula menjerit karena terkejut kemudian membekap mulutnya sendiri khawatir suaranya terdengar oleh Evrard.Dia tidak tahu saja kalau Evrard sudah ada di depan pintu kamarnya, tadi pria itu berlari hendak menyusul Qailula sewaktu
Beberapa jam lamanya mereka berguncang di dalam mobil sampai akhirnya tiba di tempat tujuan.Setelah semuanya turun, pemandu menuntun mereka ke tempat proyek ke dua.Dan di sinilah feeling Evrard dipertaruhkan, salah satu alasan kenapa dia mau repot-repot meninjau area yang akan dijadikan tempat proyek dalam kerjasama bisnis dengan klien adalah untuk menentukan apakah proyek tersebut patut dijalankan?Evrard tampak berpikir, cukup lama dia memindai tempat tersebut.Dia juga berdiskusi dengan para tenaga ahli yang sudah lebih dulu mengamati area tersebut selama beberapa minggu.Terlalu asyik berdiskusi membuat mereka tidak sadar kalau hujan mulai turun.Wajah pak Hendri dan Dani sudah pucat pasi karena bila hujan tidak berhenti saat sore nanti maka mereka benar-benar tidak bisa pulang dan harus menginap di sini.Sambil berharap hujan akan berhenti, mereka melanjutkan diskusi.Qailula jadi cemas karena hujan malah semakin deras.“Maaf Pak, kita enggak bisa kembali sekarang … ja
Perusahaan yang tengah dipimpin Evrard ini memang tidak ada yang sejenis dengan perusahaan-perusahaan milik AG Group sehingga AG Group tidak bisa memenuhi kebutuhan karyawan yang ahli untuk bagian survei ke lapangan.“Baik, Pak ….” Qailula tersenyum lega membalas ucapan Evrard.Qailula mengubah posisi membelakangi Evrard agar pria itu bisa beristirahat tapi Evrard malah bergerak menghadap punggung Qailula.Dia pandangi punggung kecil itu lalu beralih ke tengkuk yang setengah terekspose karena rambutnya tergerai ke bantal.Evrard akui kalau timbul perasaan tertarik kepada Qailula semenjak pertama kali bertemu dengannya. Dia belum pernah seperti ini, proses sampai bisa jatuh cinta dengan Sienna saja membutuhkan waktu beberapa lama dengan pertemuan intens.Apalagi tertarik kepada perempuan yang baru dia temui dan berbeda jauh kasta dengannya, suatu hal yang sangat mustahil bagi Evrard.Qailula hanya karyawan biasa yang berasal dari keluarga sederhana bahkan setelah diam-diam Evra
Pekerjaan Qailula menyita waktunya setiap hari, meski begitu dia masih sempat untuk bertanya kabar sang nenek kepada perawat baik yang merawat nenek di rumah sakit.Qailula menatap layar ponselnya dengan pendar sendu setelah membaca balasan pesan dari Ratih-sang perawat yang memberi informasi tentang nenek yang belum ada perkembangan.“La,” panggil Evrard membuat Qailula yang duduk dengan posisi menyamping di sofa yang sama dengan Evrard duduki lantas mengangkat pandangan.“Ya, Pak?” Qailula menyahut.Sesaat Evrard menatap netra Qailula yang terdapat pendar sedih di sana.Sesungguhnya Evrard penasaran dengan apa yang membuat Qailula bersedih namun dia merasa kalau tidak etis bila bertanya langsung, hanya akan membuatnya terkesan perhatian sekali kepada Qailula jadi Evrard putuskan untuk memberi banyak pekerjaan kepada Qailula agar bisa melupakan kesedihannya, terlebih beberapa hari terakhir memang mereka sedang menyiapkan peresmian perusahaan yang akan dilangsungkan akhir minggu
Qailula memberikan data yang Evrard minta dan menunggu sebentar sampai Evrard selesai membacanya.Tidak lama kemudian Evrard mendongak menatap Qailula.“Nanti lagi kamu bisa bawa pulang pekerjaan kamu,” kata Evrard dengan sorot mata yang tidak bisa Qailula artikan.“Baik, Pak.” Qailula menyahut singkat dengan template seperti biasa.Dia tidak perlu menjelaskan apapun kepada bosnya, dia hanya perlu mendengar perintah Evrard lalu menjalankannya.“Pulang lah,” ujar Evrard kemudian.“Selamat malam Pak Evrard.” Qailula bangkit berdiri dari kursi di depan meja kerja Evrard.“La,” panggil Evrard saat Qailula nyaris mencapai pintu.“Ya, Pak?” Qailula membalikan tubuhnya.“Kamu udah makan?” Evrard bertanya tapi di dalam hati.Pada kenyataannya dia hanya menatap Qailula lekat sembari merutuki pertanyaannya barusan padahal dia ucapkan di dalam hati.“Enggak jadi.” Evrard mengembalikan tatapannya pada iPad milik Qailula yang sengaja gadis itu tinggalkan.Qailula lantas memutar kembali
“Besok saya ke Paris, kamu bisa libur selama weekend untuk nemenin nenek kamu di rumah sakit.” Evrard berujar dari kursi kabin belakang mobil mewah ini dalam perjalanan pulang dari kantor.“Baik, Pak.” Qailula menyahut dari kabin depan.Beberapa menit kemudian mobil yang dikemudikan pak Joko tiba di depan gedung hunian mewah.Qailula turun lebih dulu untuk membukakan pintu bagi Evrard setelah Evrard turun, dia mengikuti Evrard dari belakang.Evrard sebenarnya bertanya-tanya kenapa Qailula mengikutinya tidak langsung pulang saja ke unit apartemen gadis itu menggunakan lift lain yang menuju lantai di mana unit apartemennya berada.Pasalnya mereka baru saja pulang lembur hari ini dan disediakan makan malam dari restoran jadi Qailula tidak perlu memasak untuk Evrard.Evrard yang irit bicara tidak juga mengungkapkan keheranannya itu malah si pria dingin introvert ini menatap Qailula dari pintu lift yang seperti cermin.Qailula berdiri di belakangnya dengan posisi berada di samping s
Waktu telah menunjukkan lewat tengah malam saat Evrard dan Sienna sampai di Penthouse milik Sienna.Menara Eiffel menjadi pemandangan dari jendela kamarnya setiap hari.Sienna menutup tirai sebelum dia masuk ke dalam walk in closet untuk berganti pakaian.“Acara besok jam berapa?” Evrard bertanya saat memasuki walk in closet dan mendapati Sienna sedang telanjang bulat.“Jam sebelas … jadi paginya aku bisa mempersiapkan semua sebelum launching dimulai.” Sienna menjawab sembari menarik gaun tidur dari lemari.“Mommy dan daddy sudah berada di Paris, besok mereka juga akan datang.” Evrard berujar sembari menanggalkan kemejanya.Dia lantas menurunkan celana dan menggantinya dengan celana pendek yang nyaman untuk tidur.“Aku senang sekali mereka akan datang.” Sienna berujar sembari melangkah mendekat.Mengecup pipi Evrard sekilas sebelum menarik langkah untuk keluar dari walk in closet.Namun langkah Sienna terhenti karena Evrard melingkari pinggang ramping itu dengan satu tanganny
“Mommy!!! Daddy!!!” Queenaya Everly Alterio-putri bungsu Qailula dan Evrard berlari berhamburan memasuki kamar.Sang Nanny menyusul dari belakang tapi tidak berani melewati pintu sedangkan Agarva, Atharva dan Aksena masuk dengan santainya untuk menyapa mommy dan daddy.“Hai sayang, akhirnya kalian sampai!” Qailula langsung mendudukan tubuhnya untuk memeluk si bungsu yang secepat kilat telah berada di atas ranjang.Tidak lupa Qailula mengapit selimut di ketiak karena tubuhnya polos usai bercinta sampai pagi tadi dengan Evrard.Evrard ikuta-ikutan memeluk Qailula yang tengah memeluk Queenaya meski perasaanya campur aduk kepergok anak-anak dalam keadaan polos dibalik selimut.“Oh … Mom … Dad, jangan bilang kalian habis buat anak kelima.” Atharva merotasi bola matanya jengah.“Kenapa memang?” Evrard bertanya tidak terima tapi tertawa.“Mommy sama Daddy enggak tahu aja kalau setiap kali kalian pergi berdua, Athar kerepotan ngawasin Sena sama Queen.” Atharva mengeluh.“Halaaah, cari
Berpelukan di atas daybed dengan hanya menggunakan bikini dan celana renang sambil menikmati sunset tidak pernah sesyahdu ini.Setelah acara pesta bergengsi untuk para Pengusaha di seluruh dunia selesai dilaksanakan di kota New York—sengaja Evrard membawa Qailula ke Utah untuk menikmati sekantong kemewahan modern di lanskap antah berantah yang liar.Sebuah resort bintang lima menjadi pilihan Evrard di mana tempat persembunyian batu pasir yang indah berada di jantung Negara Najavo.Anak-anak sedang dalam perjalanan setelah menyelesaikan ujian sekolahnya dan dijadwalkan baru sampai esok pagi jadi Evrard memiliki waktu berdua dengan Qailula malam ini.Evrard membelai pundak Qailula, sentuhannya merayap ke lengan dan berakhir di jemari yang kemudian dia genggam.Pria itu pikir istrinya tertidur tapi ternyata netra indah dibalik sunglasess sedang menatapnya sedari tadi.Dia mengangkat kepala kemudian menunduk memberikan kecupan ringan di bibir Qailula yang kemudian tersenyum.“Aku b
Sienna sedang menonton tayangan mengenai keberhasilan Evrard yang mendapat penghargaan bergengsi di dunia bisnis yang diselenggarakan oleh sebuah majalah bisnis ternama di Amerika.Berita tersebut sengaja Sienna cari di kanal berita online setelah dia mendapat informasi dari salah satu temannya.Kedua tangan Sienna mengepal di atas meja makan, rahangnya mengetat melihat kemesraan Evrard dan Qailula yang tertangkap kamera.Selama ini Sienna tidak mau tahu kehidupan tentang Evrard namun sebuah informasi dari sahabatnya membuat dia penasaran.“Si sialan itu malah hidup bahagia dengan si Jalang,” gumam Sienna menggeram kesal.Cup.Sebuah kecupan mendarat di pipi Sienna membuat wanita itu menoleh.“Fred, kamu sudah pulang?” Sienna buru-buru menutup MacBooknya.Fredrick melirik sambil tersenyum miring. “Aku sampai di sini sejak tadi dan menyaksikan kamu mengumpati Evrard serta istrinya,” kata suami Sienna yang usianya terpaut sepuluh tahun lebih tua dari wanita itu.Seorang kepala
Dua minggu berlalu, Elvern memenuhi janji kepada Vita untuk membawanya dan anak-anak liburan ke Indonesia.“El, kenapa kita landing di Surabaya?” Vita bertanya keheranan saat Pilot memberi informasi kalau sebentar lagi mereka akan landing di Bandara Internasional Juanda.“Kita akan bertemu seseorang ….” Elvern berteka-teki.“Siapa?” Vita penasaran.“Nanti juga kamu tahu.” Elvern bangkit dari kursi lalu mengulurkan tangannya membantu Vita berdiri.Namun genggaman itu tidak Elvern lepaskan hingga ke kabin depan di mana putra dan putri mereka duduk ditemani para Nanny dan bodyguard.Elvern menggendong Alani yang merentangkan kedua tangan kepadanya menggunakan satu tangan tanpa melepaskan satu tangan yang digenggam Vita.Sementara Arzana telah turun lebih dulu dan Arzeta dituntun Nanny menuruni tangga pesawat.Mereka masuk ke dalam satu mobil yang sama ditemani satu bodyguard sementara dua pengawal dan tiga Nanny masuk ke dalam mobil yang lain.
Elvern sudah tidak lagi bergaul dengan teman-temannya yang dulu untuk mencari kesenangan.Pria itu sekarng lebih suka masuk ke circle para pria pengusaha sukses yang tentunya kebanyakan dari mereka telah berumur.Jadi, jika dulu Elvern pulang dini hari karena menghabiskan malam di nightclub namun tidak semenjak beberapa tahun terakhir yang setiap kali terlambat pulang pasti dia habiskan di dalam gedung pencakar langit yang terletak di distrik pusat perkantoran.Vita tidak pernah komplain atau bertanya tentang keberadaannya.Elvern menganggap sang istri percaya dan mengerti dengan kesibukannya.Jam telah menunjukkan pukul dua dini hari saat semua pekerjaan Elvern hari ini selesai.Pria itu menggeliat meregangkan tubuh setelah berjam-jam duduk di kursi.Mematikan MacBook lantas bangkit dari kursi kebesarannya lalu menyambar tas sebelum dia melangkahkan kaki keluar dari ruangan.Masuk ke dalam lift, Elvern langsung menekan tombol basement di mana
Hampir sepuluh tahun usia pernikahan mereka tapi Evrard masih memperlakukan Qailula seperti saat pria itu menginginkannya dulu, tidak pernah berubah masih selalu mendambanya begitu hebat.“Aku ingin anak ke empat,” celetuk Evrard tiba-tiba menghasilkan tawa renyah Qailula.“Kenapa tiba-tiba sekali? Apa Vita lagi hamil anak keempat?” Qailula jadi skeptis mengingat Evrard dan Elvern sang kompetitif apalagi urusan memiliki keturunan untuk penerus Alterio.“Aku enggak tahu, tapi aku ingin anak perempuan.” Sorot mata Evrard tampak memohon.“Jadi liburan sekarang sekaligus honeymoon?” Qailula mengulum senyum dibalas senyum penuh arti oleh Evrard.“Kamar kita nanti terpisah jauh di sebrang ruangan jadi jeritan kamu enggak akan terdengar oleh anak-anak,” bisik Evrard di telinga Qailula kemudian mengulum cupingnya membuat Qailula menggeram pelan sebagai protes.Tangan Evrard masuk ke dalam rok dari dress Qailula mengusap lembut pahanya.“Ada program khusus
Netra Qailula bergerak mencari pantulan Evrard di cermin meja rias saat langkah berat terdengar dari arah belakang. Senyum Evrard terkembang tatkala pandangan mereka bertemu sesaat setelah pria itu masuk ke dalam kamar. Evrard menghentikan langkah di belakang Qailula yang dalam posisi duduk lantas membungkuk mengecup puncak kepalanya. “Udah selesai?” Evrard bertanya tanpa maksud membuat Qailula terburu-buru. “Tinggal pakai lipstik.” Qailula menjawab lalu memoles bibirnya dengan lipstik warna orange soft. “Yang lain udah siap?” Qailula balas bertanya. “Udah … mereka lagi anteng di baw—“ “Mommyyyyyyyy!” Suara Atharva terdengar berteriak menghentikan kalimat Evrard. Pria itu merotasi bola matanya bersama ringisan pelan menghasilkan gelak tawa Qailula. “Ayo … kita ke bawah sekarang sebelum terjadi perang,” kata Qailula lantas bangkit dari kursi meja rias. Merangkul lengan beroto
Di lobby, daddy Bianco merentangkan tangan menyambut cicitnya yang langsung beliau gendong di tangan kiri dan kanan sekaligus.Setelah beberapa saat istirahat yang diisi dengan mengobrol ringan melepas rindu antara Qailula, Vita dan Janina—mereka bertiga pun memisahkan diri dengan suami dan anak untuk melakukan final meeting bersama orang-orang yang membatu acara launching serta pengelola resort yang bernama Julian.Julian adalah pria berusia tiga puluh tahun yang kinerjanya telah diakui di banyak hotel berbintang di Italia.Sedangkan daddy Bianco bersama para cicitnya dan pengasuh pergi ke area bermain.Ruangan meeting yang semua dindingnya terbuat dari kaca memungkinkan ketiga suami itu bisa mengawasi dari sebuah ruangan yang nantinya akan menjadi ruangan Julian.Ada meja kerja dan satu set sofa untuk menerima tamu lalu sebuah kamar lengkap dengan kamar mandi dan mini pantry untuk tempat tinggal Julian yang hanya dibatasi satu tembok dan pintu pemisah yang
Bisnis resort yang pernah dimimpikan Qailula, Vita dan Janina baru bisa terwujud setelah lima tahun kemudian.Itu dikarenakan Janina dikabarkan tengah mengandung beberapa hari setelah pesta pernikahannya dengan El Bara berlangsung yang membuat Qailula serta Vita tidak memiliki kaki tangan untuk membangun bisnis tersebut terlebih mereka berdua juga disibukan mengurus si kembar.Saat ini, setelah lima tahun berlalu dan anak-anak mereka sudah bisa diajak bepergian jauh—akhirnya Qailula dan Evrard beserta si kembar milik mereka bertolak ke Itali untuk meresmikan bisnis impian mereka tersebut.Vita dan Elvern bersama Arzana dan Arzeta juga tentunya pasuka pengasuh akan berangkat satu hari setelah keberangkatan Qailula dan Evrard mengingat jarak tempuh dan perbedaan waktu antara Indonesia dengan Jerman tapi nantinya mereka akan sampai di hari yang sama di Italia.“Sayang ….” Evrard berbisik begitu membuka pintu kamar di kabin belakang privat jet miliknya pribadi yang b