Qailula memberikan data yang Evrard minta dan menunggu sebentar sampai Evrard selesai membacanya.Tidak lama kemudian Evrard mendongak menatap Qailula.“Nanti lagi kamu bisa bawa pulang pekerjaan kamu,” kata Evrard dengan sorot mata yang tidak bisa Qailula artikan.“Baik, Pak.” Qailula menyahut singkat dengan template seperti biasa.Dia tidak perlu menjelaskan apapun kepada bosnya, dia hanya perlu mendengar perintah Evrard lalu menjalankannya.“Pulang lah,” ujar Evrard kemudian.“Selamat malam Pak Evrard.” Qailula bangkit berdiri dari kursi di depan meja kerja Evrard.“La,” panggil Evrard saat Qailula nyaris mencapai pintu.“Ya, Pak?” Qailula membalikan tubuhnya.“Kamu udah makan?” Evrard bertanya tapi di dalam hati.Pada kenyataannya dia hanya menatap Qailula lekat sembari merutuki pertanyaannya barusan padahal dia ucapkan di dalam hati.“Enggak jadi.” Evrard mengembalikan tatapannya pada iPad milik Qailula yang sengaja gadis itu tinggalkan.Qailula lantas memutar kembali
“Besok saya ke Paris, kamu bisa libur selama weekend untuk nemenin nenek kamu di rumah sakit.” Evrard berujar dari kursi kabin belakang mobil mewah ini dalam perjalanan pulang dari kantor.“Baik, Pak.” Qailula menyahut dari kabin depan.Beberapa menit kemudian mobil yang dikemudikan pak Joko tiba di depan gedung hunian mewah.Qailula turun lebih dulu untuk membukakan pintu bagi Evrard setelah Evrard turun, dia mengikuti Evrard dari belakang.Evrard sebenarnya bertanya-tanya kenapa Qailula mengikutinya tidak langsung pulang saja ke unit apartemen gadis itu menggunakan lift lain yang menuju lantai di mana unit apartemennya berada.Pasalnya mereka baru saja pulang lembur hari ini dan disediakan makan malam dari restoran jadi Qailula tidak perlu memasak untuk Evrard.Evrard yang irit bicara tidak juga mengungkapkan keheranannya itu malah si pria dingin introvert ini menatap Qailula dari pintu lift yang seperti cermin.Qailula berdiri di belakangnya dengan posisi berada di samping s
Waktu telah menunjukkan lewat tengah malam saat Evrard dan Sienna sampai di Penthouse milik Sienna.Menara Eiffel menjadi pemandangan dari jendela kamarnya setiap hari.Sienna menutup tirai sebelum dia masuk ke dalam walk in closet untuk berganti pakaian.“Acara besok jam berapa?” Evrard bertanya saat memasuki walk in closet dan mendapati Sienna sedang telanjang bulat.“Jam sebelas … jadi paginya aku bisa mempersiapkan semua sebelum launching dimulai.” Sienna menjawab sembari menarik gaun tidur dari lemari.“Mommy dan daddy sudah berada di Paris, besok mereka juga akan datang.” Evrard berujar sembari menanggalkan kemejanya.Dia lantas menurunkan celana dan menggantinya dengan celana pendek yang nyaman untuk tidur.“Aku senang sekali mereka akan datang.” Sienna berujar sembari melangkah mendekat.Mengecup pipi Evrard sekilas sebelum menarik langkah untuk keluar dari walk in closet.Namun langkah Sienna terhenti karena Evrard melingkari pinggang ramping itu dengan satu tanganny
Evrard dan Sienna kembali ke Penthouse hampir larut malam karena Sienna masih harus melakukan evaluasi dan persiapan pembukaan toko untuk umum di esok hari.Bayangkan saja, seharian Evrard berada di toko Sienna sedangkan Elvern, El Bara beserta kedua orang tuanya sudah meninggalkan acara sebelum sore.Elvern sempat mengajak Evrard ke night club terdekat tapi Evrard menolak.Kedatangannya ke Paris untuk Sienna jadi dia harus menghabiskan waktu dengan Sienna meski tunangannya itu sibuk dengan hal lain.Sungguh beruntung Sienna yang dicintai Evrard dengan ugal-ugalan meski minim ungkapan cinta.Begitu masuk ke dalam kamar, Evrard menarik pinggang Sienna membuat sang tunangan berputar dan tawa kecil tercetus keluar dari bibir Sienna yang masih dilapisi lipstik.Tanpa basa-basi Evrard menanamkan ciuman begitu dalam di bibir Sienna, melesakan lidah ke dalam rongga mulut Sienna sampai terdengar lenguhan.Evrard mengangkat tubuh Sienna dan membawanya ke atas ranjang.Sienna yang dalam
“Mau sarapan di mana nih kita?” tanya El Bara sesaat setelah memasuki lift yang akan mengantar mereka ke Penthouse Evrard.Mereka tiba di Jakarta tadi malam pukul sebelas tepatnya, El Bara menginap di Penthouse Evrard dan subuhnya Evrard mengajak El Bara ngegym sebelum berangkat kerja.Tentunya tubuh atletis itu tidak terbentuk begitu saja, juga dibutuhkan usaha juga untuk mempertahankannya.“Sarapan di sini aja, aku udah minta sekertaris aku siapin sarapan untuk kita berdua,” kata Evrard sembari mengusap keringat di keningnya menggunakan handuk kecil.“Sekretaris kamu masak juga?“ El Bara tidak percaya karena dalam pikirannya sekretaris Evrard adalah seorang pria mengingat sekretaris Evrard di Jerman juga adalah pria.“Hem ….” Evrard menyahut singkat.“Keren mana kerjanya sama Thompson?” El Bara jadi penasaran.“Sama saja,” balas Evrard singkat saat pintu lift terbuka.Pria itu lantas keluar dari sana langsung menderapkan langkah menuju ruang makan.“Selamat pagi, Pak Evrard
Di dalam kamarnya Evrard bertemu Qailula yang baru saja akan keluar.“La ….,” panggil Evrard menghentikan langkah Qailula.“Ya Pak?” Qailula membalikan badan untuk menatap wajah Evrard namun tubuhnya kembali memutar menghadap semula karena Evrard tengah menanggalkan kaosnya.Evrard mengulum senyum merasa lucu dengan tingkah Qailula yang belum imun melihat tubuhnya.“Kamu udah dapet sekretaris baru?” Evrard bertanya padahal dia bisa bertanya nanti.“Sudah Pak, namanya Kevin … mungkin nanti Bapak akan lebih membutuhkan dia untuk bisnis trip dari pada saya karena dia laki-laki dan dapat diandalkan ….” Kalimat Qailula menggantung, dia menundukan kepala.Berkecil hati memikirkan kemungkinan dirinya akan diberhentikan karena Kevin bisa menggantikan tugasnya.Tapi Qailula tidak bisa mencari sekretaris untuk Evrard asal-asalan.Sekretaris baru dipilih yang terbaik di antara kandidat yang lainnya, yang mampu melakukan pekerjaan dengan hasil memuaskan. “Kata siapa?” bisik Evrard tepat
Qailula bergegas keluar dari ruangan Evrard mencari OB di pantry.“Mau ke mana Mbak?” Kevin bertanya melantangkan suaranya melihat Qailula lari terbirit-birit dari ruangan Evrard.“Cari OB!” serunya menyahut.Qailula melangkah cepat menyusuri lorong yang satu sisinya adalah dinding kaca dan menyuguhkan pemandangan gedung pencakar langit.Namun langkah Qailula tiba-tiba memelan saat di ujung sana dia menangkap sosok El Bara sedang melangkah mendekat.Sepertinya pria itu hendak menuju ruangan Evrard.Qailula berusaha mengabaikan El Bara, menoleh ke luar dinding kaca saat mereka berpapasan namun langkah Qailula harus terhenti karena El Bara mencekal pergelangan tangannya.“La ….” Belum apa-apa sorot mata El Bara sudah memelas.“Enggak! Kali ini aku enggak akan maafin!” seru Qailula tegas sembari menghempaskan cekalan tangan El Bara.“Aku bisa jelasin … dengarkan penjelasan ak—“ Kalimat El Bara terjeda.“Enggak! Aku enggak mau denger apa-apa lagi dari kamu,” sambar Qailula ketus
“Mau sampai kapan kamu usaha merebut hati Qailula kembali?” Evrard sedang meledek El Bara yang usahanya tidak ada kemajuan.“Sampai dapet lah,” balas El Bara masih dengan penuh percaya diri.Netranya menatap Qailula yang duduk sendiri di meja tidak jauh dari mereka.Evrard mendengkus geli. “Tidak akan aku biarkan,” batinnya berjanji.*** “La, pulang bareng yuk! Mami aku ingin ketemu kamu,” kata El Bara melibatkan sang mami yang dulu memang begitu menyukai Qailula.Mereka sedang berada di ruangan Evrard, Qailula berdiri di samping Evrard yang tengah pura-pura mematuti layar iPad membaca sebuah data padahal dia juga ingin mendengar jawaban Qailula.“Pekerjaan saya masih banyak, Pak … saya enggak tahu kapan selesainya.” Qailula menolak secara halus.Evrard mengulum senyum, suka dengan jawaban Qailula dan berharap El Bara mengerti.“Ya udah, aku tungguin ya La.” El Bara pantang menyerah.Evrard mengumpat di dalam hati sedangkan Qailula mengesah pasrah.Sore harinya, Evrard kel
“Mommy!!! Daddy!!!” Queenaya Everly Alterio-putri bungsu Qailula dan Evrard berlari berhamburan memasuki kamar.Sang Nanny menyusul dari belakang tapi tidak berani melewati pintu sedangkan Agarva, Atharva dan Aksena masuk dengan santainya untuk menyapa mommy dan daddy.“Hai sayang, akhirnya kalian sampai!” Qailula langsung mendudukan tubuhnya untuk memeluk si bungsu yang secepat kilat telah berada di atas ranjang.Tidak lupa Qailula mengapit selimut di ketiak karena tubuhnya polos usai bercinta sampai pagi tadi dengan Evrard.Evrard ikuta-ikutan memeluk Qailula yang tengah memeluk Queenaya meski perasaanya campur aduk kepergok anak-anak dalam keadaan polos dibalik selimut.“Oh … Mom … Dad, jangan bilang kalian habis buat anak kelima.” Atharva merotasi bola matanya jengah.“Kenapa memang?” Evrard bertanya tidak terima tapi tertawa.“Mommy sama Daddy enggak tahu aja kalau setiap kali kalian pergi berdua, Athar kerepotan ngawasin Sena sama Queen.” Atharva mengeluh.“Halaaah, cari
Berpelukan di atas daybed dengan hanya menggunakan bikini dan celana renang sambil menikmati sunset tidak pernah sesyahdu ini.Setelah acara pesta bergengsi untuk para Pengusaha di seluruh dunia selesai dilaksanakan di kota New York—sengaja Evrard membawa Qailula ke Utah untuk menikmati sekantong kemewahan modern di lanskap antah berantah yang liar.Sebuah resort bintang lima menjadi pilihan Evrard di mana tempat persembunyian batu pasir yang indah berada di jantung Negara Najavo.Anak-anak sedang dalam perjalanan setelah menyelesaikan ujian sekolahnya dan dijadwalkan baru sampai esok pagi jadi Evrard memiliki waktu berdua dengan Qailula malam ini.Evrard membelai pundak Qailula, sentuhannya merayap ke lengan dan berakhir di jemari yang kemudian dia genggam.Pria itu pikir istrinya tertidur tapi ternyata netra indah dibalik sunglasess sedang menatapnya sedari tadi.Dia mengangkat kepala kemudian menunduk memberikan kecupan ringan di bibir Qailula yang kemudian tersenyum.“Aku b
Sienna sedang menonton tayangan mengenai keberhasilan Evrard yang mendapat penghargaan bergengsi di dunia bisnis yang diselenggarakan oleh sebuah majalah bisnis ternama di Amerika.Berita tersebut sengaja Sienna cari di kanal berita online setelah dia mendapat informasi dari salah satu temannya.Kedua tangan Sienna mengepal di atas meja makan, rahangnya mengetat melihat kemesraan Evrard dan Qailula yang tertangkap kamera.Selama ini Sienna tidak mau tahu kehidupan tentang Evrard namun sebuah informasi dari sahabatnya membuat dia penasaran.“Si sialan itu malah hidup bahagia dengan si Jalang,” gumam Sienna menggeram kesal.Cup.Sebuah kecupan mendarat di pipi Sienna membuat wanita itu menoleh.“Fred, kamu sudah pulang?” Sienna buru-buru menutup MacBooknya.Fredrick melirik sambil tersenyum miring. “Aku sampai di sini sejak tadi dan menyaksikan kamu mengumpati Evrard serta istrinya,” kata suami Sienna yang usianya terpaut sepuluh tahun lebih tua dari wanita itu.Seorang kepala
Dua minggu berlalu, Elvern memenuhi janji kepada Vita untuk membawanya dan anak-anak liburan ke Indonesia.“El, kenapa kita landing di Surabaya?” Vita bertanya keheranan saat Pilot memberi informasi kalau sebentar lagi mereka akan landing di Bandara Internasional Juanda.“Kita akan bertemu seseorang ….” Elvern berteka-teki.“Siapa?” Vita penasaran.“Nanti juga kamu tahu.” Elvern bangkit dari kursi lalu mengulurkan tangannya membantu Vita berdiri.Namun genggaman itu tidak Elvern lepaskan hingga ke kabin depan di mana putra dan putri mereka duduk ditemani para Nanny dan bodyguard.Elvern menggendong Alani yang merentangkan kedua tangan kepadanya menggunakan satu tangan tanpa melepaskan satu tangan yang digenggam Vita.Sementara Arzana telah turun lebih dulu dan Arzeta dituntun Nanny menuruni tangga pesawat.Mereka masuk ke dalam satu mobil yang sama ditemani satu bodyguard sementara dua pengawal dan tiga Nanny masuk ke dalam mobil yang lain.
Elvern sudah tidak lagi bergaul dengan teman-temannya yang dulu untuk mencari kesenangan.Pria itu sekarng lebih suka masuk ke circle para pria pengusaha sukses yang tentunya kebanyakan dari mereka telah berumur.Jadi, jika dulu Elvern pulang dini hari karena menghabiskan malam di nightclub namun tidak semenjak beberapa tahun terakhir yang setiap kali terlambat pulang pasti dia habiskan di dalam gedung pencakar langit yang terletak di distrik pusat perkantoran.Vita tidak pernah komplain atau bertanya tentang keberadaannya.Elvern menganggap sang istri percaya dan mengerti dengan kesibukannya.Jam telah menunjukkan pukul dua dini hari saat semua pekerjaan Elvern hari ini selesai.Pria itu menggeliat meregangkan tubuh setelah berjam-jam duduk di kursi.Mematikan MacBook lantas bangkit dari kursi kebesarannya lalu menyambar tas sebelum dia melangkahkan kaki keluar dari ruangan.Masuk ke dalam lift, Elvern langsung menekan tombol basement di mana
Hampir sepuluh tahun usia pernikahan mereka tapi Evrard masih memperlakukan Qailula seperti saat pria itu menginginkannya dulu, tidak pernah berubah masih selalu mendambanya begitu hebat.“Aku ingin anak ke empat,” celetuk Evrard tiba-tiba menghasilkan tawa renyah Qailula.“Kenapa tiba-tiba sekali? Apa Vita lagi hamil anak keempat?” Qailula jadi skeptis mengingat Evrard dan Elvern sang kompetitif apalagi urusan memiliki keturunan untuk penerus Alterio.“Aku enggak tahu, tapi aku ingin anak perempuan.” Sorot mata Evrard tampak memohon.“Jadi liburan sekarang sekaligus honeymoon?” Qailula mengulum senyum dibalas senyum penuh arti oleh Evrard.“Kamar kita nanti terpisah jauh di sebrang ruangan jadi jeritan kamu enggak akan terdengar oleh anak-anak,” bisik Evrard di telinga Qailula kemudian mengulum cupingnya membuat Qailula menggeram pelan sebagai protes.Tangan Evrard masuk ke dalam rok dari dress Qailula mengusap lembut pahanya.“Ada program khusus
Netra Qailula bergerak mencari pantulan Evrard di cermin meja rias saat langkah berat terdengar dari arah belakang. Senyum Evrard terkembang tatkala pandangan mereka bertemu sesaat setelah pria itu masuk ke dalam kamar. Evrard menghentikan langkah di belakang Qailula yang dalam posisi duduk lantas membungkuk mengecup puncak kepalanya. “Udah selesai?” Evrard bertanya tanpa maksud membuat Qailula terburu-buru. “Tinggal pakai lipstik.” Qailula menjawab lalu memoles bibirnya dengan lipstik warna orange soft. “Yang lain udah siap?” Qailula balas bertanya. “Udah … mereka lagi anteng di baw—“ “Mommyyyyyyyy!” Suara Atharva terdengar berteriak menghentikan kalimat Evrard. Pria itu merotasi bola matanya bersama ringisan pelan menghasilkan gelak tawa Qailula. “Ayo … kita ke bawah sekarang sebelum terjadi perang,” kata Qailula lantas bangkit dari kursi meja rias. Merangkul lengan beroto
Di lobby, daddy Bianco merentangkan tangan menyambut cicitnya yang langsung beliau gendong di tangan kiri dan kanan sekaligus.Setelah beberapa saat istirahat yang diisi dengan mengobrol ringan melepas rindu antara Qailula, Vita dan Janina—mereka bertiga pun memisahkan diri dengan suami dan anak untuk melakukan final meeting bersama orang-orang yang membatu acara launching serta pengelola resort yang bernama Julian.Julian adalah pria berusia tiga puluh tahun yang kinerjanya telah diakui di banyak hotel berbintang di Italia.Sedangkan daddy Bianco bersama para cicitnya dan pengasuh pergi ke area bermain.Ruangan meeting yang semua dindingnya terbuat dari kaca memungkinkan ketiga suami itu bisa mengawasi dari sebuah ruangan yang nantinya akan menjadi ruangan Julian.Ada meja kerja dan satu set sofa untuk menerima tamu lalu sebuah kamar lengkap dengan kamar mandi dan mini pantry untuk tempat tinggal Julian yang hanya dibatasi satu tembok dan pintu pemisah yang
Bisnis resort yang pernah dimimpikan Qailula, Vita dan Janina baru bisa terwujud setelah lima tahun kemudian.Itu dikarenakan Janina dikabarkan tengah mengandung beberapa hari setelah pesta pernikahannya dengan El Bara berlangsung yang membuat Qailula serta Vita tidak memiliki kaki tangan untuk membangun bisnis tersebut terlebih mereka berdua juga disibukan mengurus si kembar.Saat ini, setelah lima tahun berlalu dan anak-anak mereka sudah bisa diajak bepergian jauh—akhirnya Qailula dan Evrard beserta si kembar milik mereka bertolak ke Itali untuk meresmikan bisnis impian mereka tersebut.Vita dan Elvern bersama Arzana dan Arzeta juga tentunya pasuka pengasuh akan berangkat satu hari setelah keberangkatan Qailula dan Evrard mengingat jarak tempuh dan perbedaan waktu antara Indonesia dengan Jerman tapi nantinya mereka akan sampai di hari yang sama di Italia.“Sayang ….” Evrard berbisik begitu membuka pintu kamar di kabin belakang privat jet miliknya pribadi yang b