Share

Bab 5. Bagaimana Hidup Sebagai Seorang 'Wajendra'

Brak!!

Naura menutup kasar pintu kamarnya, kali ini ia tidak bisa membendung emosinya. Dia melepas seluruh perhiasannya dengan kasar, membantingnya ke meja rias, tidak peduli apakah akan hancur atau tidak.

"Naura!"

Zafir mengikutinya ke kamar, pria itu tidak mengerti mengapa istrinya menjadi sangat marah. Ia membuka pintu cepat dan menutupnya kembali, lalu menatap heran Naura dari ambang pintu.

"Apa yang membuatmu menjadi semarah ini?" tanya Zafir, wajahnya menunjukkan perasaan frustasi. Siang tadi mereka sempat hampir berdebat, kemudian malamnya kembali meledak. Pria itu merasa lelah sekarang.

Naura menatap tajam suaminya, kemudian menunjuk Zafir dengan jari telunjuknya. "Wanita itu, apa yang--!"

"Jangan salahkan Evelyn! Wanita itu tidak bersalah, aku lah yang mengajaknya untuk ikut!" Zafir memotong kalimat penuh amarah Naura, membuat Naura mengerutkan keningnya semakin kesal.

"Aku juga tidak bermaksud untuk menyalahkan wanita itu, hanya--!" Saat Naura mencoba kembali bicara, Zafir sekali lagi memotong kalimatnya.

"Benar, itu salahku! Aku minta maaf, oke? Sudah cukup, Evelyn menangis ketakutan karenamu!" Zafir menatap Naura dengan tatapan yang berbeda dari biasanya, seolah saat ini dia tidak sedang berdebat dengan pasangannya.

Naura yang mendengar kalimat Zafir tertawa, kemudian beralih menunjuk dirinya sendiri. "Lalu, aku?"

Zafir menatap Naura semakin bingung. "Kamu? Kenapa?"

Naura tersenyum getir, wanita itu menggelengkan kepalanya pelan, dia tidak pernah menduga bahwa suaminya sangat mementingkan wanita lain di hadapannya.

"Jika Evelyn menangis karenaku, bagaimana denganku? Suamiku sedang membela wanita lain sekarang, kamu tidak pernah bertanya bagaimana perasaanku saat kamu dan wanita itu muncul di--"

"Hei, cukup. Naura, kamu sepertinya kelelahan. Aku tidak mengerti mengapa kamu menjadi seperti ini, terlalu kekanakan. Evelyn tidak punya siapapun di sini dan sekarang dia sedang mengandung, sementara kamu yang sudah memiliki segalanya masih terus menerus menyalahkannya? Terlalu jahat, Naura."

Seperti ada petir yang menembus atap kediaman mereka dan menyambarnya, Naura sangat terkejut Zafir menganggapnya sebagai wanita jahat karena Evelyn. Kedua matanya yang semula memancarkan kemarahan berubah menjadi seolah ia tidak berdaya.

Naura berbalik memunggungi pria itu, kemudian berkata,"Keluar."

Zafir yang melihat ini menghela napas tipis, pria itu melangkah mendekati Naura. Sementara, Naura yang menyadari langkah pria itu segera berbalik menghadap Zafir kembali dan mengambil langkah mundur untuk mencegah Zafir mendekatinya.

Zafir yang menyadari hal ini segera menghentikan langkahnya, suasana menjadi jauh lebih rumit sekarang.

"Naura?" Zafir menatap Naura, sementara wanita itu membuang tatapannya ke arah lain, berusaha menghindar.

"Keluar." Perintah yang sama keluar dari bibir Naura, wanita itu mengepalkan kedua tangannya erat.

"Apa ada yang salah dengan kalimatku?" tanya Zafir, pria itu sepertinya mulai merasakan ada sesuatu yang berlebihan darinya sehingga menyinggung Naura.

Naura menggeleng, kemudian kembali berbalik memunggungi Zafir. "Keluar!!"

Wanita itu sama sekali tidak mengubah atau pun menambah kalimatnya. Sejujurnya, saat ini Naura terasa sangat lemas. Kerongkongannya seolah tercekat, dia tidak bisa bicara terlalu panjang. Mengeluarkan satu kata seperti sebelumnya sudah cukup menguras seluruh energinya.

Zafir menyentuh rambutnya dengan frustasi, suara desah emosi pria itu terdengar. Setelah suara langkah kaki terdengar menuju ke luar ruangan dan pintu kembali ditutup rapat, Naura seketika terjatuh ke lantai dengan lemas. Wanita itu mulai menangis, kedua tangannya ia letakkan di atas dada untuk sesekali memukulnya. Ada sesuatu di hatinya yang berkecamuk, seolah seluruh organnya akan meloncat dan meledak keluar.

"Bagaimana bisa?" ucap Naura di tengah isak tangisnya, kemudian matanya menatap bingkai besar foto pernikahan mereka yang ada di dalam kamarnya.

Keesokan harinya, Naura bangun dengan mata sembab. Wanita itu berusaha sekeras mungkin untuk beraktivitas seperti biasa. Sesekali ia melakukan kesalahan dan disadarkan oleh Kate, kemudian di tengah kesibukannya ini, pintu ruangan kerjanya diketuk.

Tanpa menunggu perintah, Kate dengan cepat berjalan ke arah pintu dan membukanya. Kedua mata wanita itu berubah rumit saat melihat sosok Evelyn.

Naura melirik ke arah pintu sekilas, kemudian kembali menatap lembar pekerjaanya dan berkata, "Biarkan dia masuk."

Evelyn melangkah masuk saat Kate memberinya jalan, raut wajah Evelyn terlihat sedih dan takut. Naura berhenti dari aktivitasnya, kemudian menatap sosok Evelyn yang duduk tepat di hadapannya setelah Kate menyiapkan kursi.

"Ada apa?" tanya Naura, kedua matanya menatap dingin Evelyn. Mulai saat ini sudah tidak ada lagi senyum formalitas dan sebagainya, Naura sudah cukup muak dengan tingkah Evelyn dan suaminya.

Evelyn menunduk dalam, wanita itu merasa terbebani dengan atmosfer mengintimidasi di sekitar Naura.

"Ini... Soal kemarin, aku...."

Naura mengerutkan keningnya, apa wanita itu kemari hanya untuk membahas masalah makan malam kemarin?

Naura dengan malas mengabaikan wanita itu, kemudian kembali menatap ke arah lembar pekerjaannya sambil berkata,"Tidak perlu dibahas lagi, lupakan."

Evelyn mengangkat kepalanya untuk menatap Naura, kemudian tangannya bergerak secara tiba-tiba untuk menggenggam tangan Naura.

"Tetapi, karena aku... Kak Naura dan Zafir jadi--"

"Berhenti memanggilku dengan sebutan itu, aku adalah orang asing untukmu, begitu juga sebaliknya. Jangan melewati batas, Evelyn." Naura menepis tangan Evelyn sambil membalas panggilan menyebalkannya.

Evelyn menarik tangannya cepat, kepalanya kembali tertunduk. Kedua air matanya berkaca-kaca, sosoknya saat ini terlihat sangat rapuh. Siapapun yang melihat adegan ini pasti akan menganggap bahwa Naura menindas Evelyn.

"Tetapi... Zafir berkata bahwa kamu tidak keberatan dan... Hubungan kita akan--" Saat Evelyn mencoba kembali membalas, Naura mulai semakin muak dan sekali lagi memotong kalimat wanita itu.

"Aku keberatan dan aku tidak mengerti hubungan apa yang kamu maksud. Tetapi... Evelyn, Wajendra adalah keluarga yang memiliki aturan. Kamu tidak bisa sembarangan bergerak hanya karena kamu mau." Naura berusaha untuk tidak mengeluarkan kalimat kasar, Naura hanya berharap Evelyn berpikir dan tahu bagaimana keluarga Wajendra.

Evelyn diam-diam mengepalkan kedua tangannya, sepertinya ada bagian kalimat Naura yang benar-benar menyinggung perasaan wanita itu. Naura yang menyadari hal ini merasa acuh, jika dia bersikap lebih lembut dari ini hanya akan membiarkan masalah lain muncul di masa depan.

Naura berdiri dari kursinya, menatap Evelyn yang duduk tertunduk."Kate akan mengajarimu bagaimana hidup sebagai seorang 'Wajendra'. Jika besok kamu ingin ikut ke peresmian tambang yang dipenuhi oleh sorotan media, maka belajarlah dengan baik." Kemudian matanya melirik ke arah Kate untuk memberikan kode.

Evelyn mengangkat kepalanya, beberapa bulit air mata sudah menghiasi pipi wanita itu. Kepalanya mendongak ke atas, melihat sosok Naura yang dingin, dia diam-diam merasakan ada jarak luar biasa antara dirinya dan Naura.

Naura menyadari tatapan aneh Evelyn, namun dia tidak peduli dan beralih berjalan ke arah jendela dan memunggungi wanita itu.

"Nona..." Kate mendekat ke arah Evelyn untuk mengajaknya keluar ruangan.

Evelyn tidak berbicara apa pun lagi, wanita itu hanya diam dan mengikuti Kate keluar ruangan. Sementara Naura, wanita itu menghela napas gusar sambil memijit keningnya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status