Beranda / Romansa / One Night To Forever / Rencana Balas Dendam

Share

Rencana Balas Dendam

Penulis: Merah Jambu
last update Terakhir Diperbarui: 2022-03-10 09:07:02

Semula Sherly hendak makan siang di warung tenda depan kantor saja, tapi karena mengingat waktu yang ia punya hanya setengah jam, Sherly pun memutuskan untuk makan siang di kantin kantor yang terletak di lantai lima. Karena Sherly datang saat jam makan siang sudah setengah jam berlalu, maka Sherly pun mendapati kantin itu tidak terlalu ramai. Ada beberapa orang yang tampak masih duduk mengobrol sambil menghabiskan makanannya.

Sherly memesan menu makan siangnya lantas membawanya duduk ke sebuah meja. Karena merasa canggung, Sherly pun fokus pada makanannya saja, dari pada menjadi pusat perhatian karena wajahnya yang masih asing di kantor itu.

“Karyawan baru, ya?” tegur seorang pria yang duduk di sebelah meja Sherly.

“Iya, Mas,” sahut Sherly.

“Divisi apa?” tanyanya lagi.

“Hmmm…, saya sekretaris barunya CEO,” jawab Sherly.

“Oh begitu.” Pria itu tampak manggut-manggut. “Oh, ya, saya Ghani, kepala departemen produksi,” ucapnya beberapa menit berselang sambil mengulurkan tanganya.

Sherly pun menjabat tangan itu. “Sherly,” balasnya, turut menyebutkan namanya sendiri.

Ghani tampak manggut-manggut lagi. Beberapa menit berselang, ia menghabiskan minumannya lantas bangkit berdiri. “Saya turun duluan, ya,” ucapnya.

“Ya, silakan, Mas.”

“Oh ya, selama ini di kantor sebaiknya kamu nggak ngelepas kokarde, soalnya itu yang menandakan identitas kamu sebagai bagian dari kantor ini,” terang Ghani.

“Kokarde saya masih sedang dicetak, Mas. Nanti akan saya urus ke bagian administrasi. Terima kasih sudah mengingatkan ya, Mas,” balas Sherly sopan.

“Sama-sama.” Ghani tersenyum tipis kemudian ke luar dari kantin tersebut.

Sementara Sherly melanjutkan makan siang kembalinya. Kendati orang-orang di kantor itu terlihat dingin dan ketus, tapi sebenarnya mereka semua baik. Diana dan Ghani adalah dua di antaranya. Bu Melinda juga sebenarnya baik hati meski pembawaannya sedikit ketus. Hanya Raymond saja yang tidak punya sisi baik di mata di Sherly.

Usai makan siang dan mengambil kokardenya di bagian administrasi, Sherly pun kembali ke meja kerjanya yang berada di lantai tujuh. Tampak Raymond yang sudah menunggunya dengan mata melotot.

“Kamu telat lima belas menit dari batas waktu yang telah saya berikan,” ucap Raymond ketus.

“Maaf, Pak. Tadi saya mengurus kokarde dulu di bagian administrasi,” balas Sherly.

“Saya tidak butuh alasan kamu. Sekarang juga, kamu ikut saya untuk rapat dengan klien,” tegas Raymond.

“Baik, Pak.” Sherly langsung mengambil tasnya lantas mengikuti Raymond meninggalkan lantai tujuh itu.

Ketika tiba di lantai dasar, seseorang sudah menyiapkan mobil untuk sang CEO. Sherly membukakan pintu dan mempersilakan Raymond untuk masuk terlebih dahulu, setelah itu ia duduk di sebelah Raymond.

Begitu melihat Sherly turut duduk di sebelahnya, Raymond langsung menatap sinis pada Sherly. “Siapa yang suruh kamu duduk di sini?”

Sherly melongo. Masih tidak mengerti dengan maksud pertanyaan bosnya itu.

“Kalau kamu dan saya sama-sama duduk di belakang, trus siapa yang akan menyetir?” ujar Raymond lagi, nada suaranya makin tinggi.

“Maaf, Pak. Apa maksud Bapak, saya yang harus menyetir?” balas Sherly dengan polosnya.

“Trus, menurut kamu, saya yang harus jadi supir kamu, hah?” balas Raymond.

Sherly meneguk ludahnya, kemudian bergegas turun lantas mengambil alih di belakang kemudi. Sherly mendumel dalam hati saat menyadari bahwa sang CEO sudah memberikannya tugas di luar jobdesk pekerjaannya.

“Kamu bisa menyetir, kan?” tanya Raymond saat Sherly sudah mulai menyalakan mesin mobil.

“Semoga saja bisa, Pak,” jawab Sherly asal lantas mulai melajukan kendaraan roda empat itu. Sherly memang bisa menyetir, bahkan dahulu ia difasilitasi mobil pribadi oleh orang tuanya untuk berkuliah. Hanya saja, selama tiga tahun terakhir Sherly tidak pernah memegang setir mobil lagi.

“Eh, kalau kamu nggak bisa, biar saya saja yang nyetir,” ujar Raymond yang mulai ragu dengan Sherly, terlebih saat perempuan itu berkendara dengan kecepatan tinggi.

“Santai aja, Pak. Mobil ini nggak bakal tumbang kok, Pak. Palingan cuman nabrak,” cetus Sherly. Ia sengaja menyetir ugal-ugalan sekalian balas dendam pada bosnya itu.

“Sembarangan ya kamu kalau ngomong. Kalau sama mobil saya kenapa-napa, gaji kamu bisa saya potong, lho.” Raymond terus mendumel sambil mengencangkan sabuk pengaman, tapi Sherly sama sekali tidak menghiraukan ocehan laki-laki itu.

Sekitar tiga puluh menit kemudian, mereka pun tiba di sebuah restoran temanpat Raymond akan melakukan pertemuan dengan kliennya. Sebagai sekretaris, Sherly pun mendampingi bosnya itu.

“Kamu nanti catat hal-hal penting selama meeting ya.” Raymond memperingatkan Sherly.

“Baik, Pak,” sahut Sherly.

Namun, saat rapat berlangsung, Sherly justru hanya memandangi wajah Raymond sambil mencoret-coret buku catatan kecil yang ia bawa. ‘Dasar laki-laki tidak bertanggung jawab! Lo udah bikin hidup gue menderita! Awas saja! Gue akan balas semua perbuatan lo! Kalau perlu, gue akan bikin lo lebih menderita!’ Sherly sibuk menghujat Raymond dalam hatinya.

Dua jam berselang, rapat kecil itu pun berakhir. Raymond berjabat tangan dengan kliennya sebelum keluar dari ruang VVIP restorant tersebut. “Kamu sudah mencatat bahasan rapat tadi, kan?” tanya Raymond pada Sherly sambil berjalan menuju parkiran.

“Sudah, Pak,” sahut Sherly.

“Oh ya, saya lupa, untuk rapat selanjutnya tadi mereka bilangnya hari apa, ya?” tanya Raymond lagi.

“Hari … Hmm…” Sherly meneguk ludahnya, bagaimana mungkin ia bisa menjawab pertanyaan itu. Sherly sama sekali tidak menyimak rapat yang ia ikuti tadi.

Melihat Sherly yang hanya diam, Raymond pun jadi memutar kepala menghadap sekretaris barunya itu. “Hari apa?” ulangnya.

“Hmmm… Hari…” Sherly masih tidak menemukan jawabannya.

“Kamu sebenarnya nyatat atau enggak, sih?” Raymond merebut buku catatan kecil yang dibawa Sherly sedari tadi. Ia pun terbelalak melihat coretan-coretan di setiap lembarnya. Terang saja, Raymond jadi tersulut emosi. “Apa-apaan ini?” bentak Raymond sambil memperlihatkan isi buku itu pada Sherly. “Kamu sebenarnya niat kerja atau hanya ingin mempermalukan saya, hah?”

Sherly hanya bisa menundukkan kepala sambil mengomeli kebodohannya sendiri dalam hati. “Maaf, Pak, saya ngaku salah,” lirih Sherly.

Raymond jadi geleng-geleng kepala. “Saya benar-benar tidak habis pikir ya sama kamu. Baru hari pertama kerja, kamu sudah berkali-kali bikin saya emosi. Kalau kinerja kamu seperti ini, saya bisa aja mecat kamu lho, dan kamu harus membayar denda karena melanggar perjanjian yang sudah kamu tanda tangani di kontrak kerja. Kamu sama sekali nggak melakukan pekerjaan kamu dengan baik,” kecam Raymond.

Sherly terbelalak mendengarnya. “Tolong jangan pecat saya, Pak. Saya benar-benar minta maaf,” pinta Sherly dengan raut wajah menyesal.

Raymond yang terlanjur emosi, memilih untuk memasuki mobilnya sendiri. Ia mengambil kunci mobil dari tangan Sherly. “Kamu balik ke kantor sendiri!” tegasnya, lantas meninggalkan Sherly di parkiran kantor itu.

“Pak! Jangan tinggalkan saya, Pak!” Sherly mencoba mengejar mobil Raymond, tapi hasilnya nihil. “Arghhh…! Sial!” Sherly mengumpat pada dirinya sendiri.

Bab terkait

  • One Night To Forever   Tanggung Jawab Atau Mati

    Karena ditinggalkan Raymond seorang diri di restorant itu, Sherly terpaksa balik ke kantor dengan menggunakan transportasi umum. Semula ia ingin memesan taksi, tapi karena uang di sakunya hanya seratus ribu, sementara jarak restoran dan kantor tersebut cukup jauh, Sherly pun memutuskan untuk menaiki bus kota saja.Suasana jalanan yang sangat macet sore itu menyebabkan Sherly baru tiba di kantor pukul lima sore. Sherly pun bergegas menuju ruang CEO yang berada di lantai tujuh, di dalam lift, ia sibuk menyeka keringatnya sendiri, sementara karyawan lain tampak sudah bersiap untuk meninggalkan kantor.Tok! Tok! Tok!Sherly mengetuk pintu ruangan CEO. Tidak lama berselang pintu pun dibukakan oleh Raymond hanya mengenakan celana pendek dan baju kaos. Sherly mengerutkan dahi, merasa heran kenapa pria itu mengenakan pakaian informal di dalam kantornya.“Mau apa kamu?” tanya Raymond dengan nada ketus.“Hmm … tadi kan Bapak nyuruh s

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-10
  • One Night To Forever   Teror Dari Nomor Asing

    Raymond yang sedang berlari-lari kecil di treadmill bergegas mengurangi kecepatan alat olahraga itu ketika mendengar ponselnya berdering. Dengan menggunakan bantuan headset yang sudah terpaut di telinganya, Raymond pun mengangkat panggilan tersebut.“Halo!”“Raymond! Ini Oma.” Terdengar seseorang menyahut di ujung sana.“Ya, kenapa, Oma?”“Tadi Oma ke apartementmu, tapi apartement itu kosong. Oma juga tanya ke petugas keamanan di sana, katanya apartement itu jarang dihuni. Kamu masih rutin menginap di kantor, ya?”“Iya, Oma. Sedang banyak kerjaan sekarang. Lagian lebih efektif menginap di kantor dari pada bolak-balik ke apartemen,”“Tapi kan kamu itu seorang CEO RR Tech, Rey, masa seorang CEO menginap di kantor, seperti tidak terurus saja.”Raymond tersenyum kecil. “Kantor Raymond kan besar, Ma. Lagipula ruangan CEO-nyo juga sudah Raymond renovasi, ada kamar

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-10
  • One Night To Forever   Obat Pencahar Salah Sasaran

    Karena semalam menginap di rumah Oma-nya, Raymond jadi terlambat datang ke kantor. Raymond langsung menghampiri meja sekretarisnya. “Apa saja agenda saya hari ini?” tanya Raymond pada Sherly yang sedang asik membaca profil perusahaan.Sherly yang terkejut dengan kedatangan Raymond pun langsung berdiri. “Saya tidak tahu, Pak,” jawabnya.“Hah? Bagaimana kamu sampai tidak tahu? Kamu kan sekretaris pribadi saya? Kamu harus tahu semua jadwal saya,” bentak Raymond yang langsung tersulut emosi.“Tapi kan saya baru masuk kemarin, Pak,” balas Sherly.Raymond tampak menghembuskan napas. “Ya, sudah, kamu ikut ke ruangan saya sekarang.”“Baik, Pak.”“Di atas meja saya itu ada buku agenda, nanti kamu salin ke catatan kamu, ya. Sekalian tolong kamu cek agenda saya hari ini!” perintah Raymond. Ia tampak memasuki bilik kecil dalam ruang CEO itu untuk mengganti kemejanya yang

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-10
  • One Night To Forever   Pakaian Kotor Sherly

    Raymond melepaskan jemari Sherly yang menggenggam lengannya. “Tidak bisa Sherly. Ini kita sudah terlambat. Nanti saja cari toilet di hotelnya. Lagian salah kamu juga, siapa suruh masukin obat pencahar ke minuman saya.”Raymond terus mengoceh, hingga tiba-tiba …Prutt…! Brruutt…!Raymond terbelalak mendengar suara yang diiringi aroma tidak sedap itu. Ia menghadap Sherly sambil melotot.“Maaf, Pak. Saya tidak tahan,” lirih Sherly, matanya sayu karena menahan kesakitan sedari tadi.“Aishhh…!” Raymond langsung menepikan mobilnya dan ke luar dari mobil itu.“Saya kasih kamu lima menit untung menghilangkan aroma busuk itu!” teriak Raymond dari luar mobil.Sherly menurunkan kaca mobilnya. “Apa Bapak mau membelikan celana dalam dan rok buat saya di toko itu baju itu, Pak? Kotoran saya ke luar sedikit,” pinta Sherly menahan malu sendiri.“Hah?&

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-10
  • One Night To Forever   Antara Rindu dan Dendam

    Sherly benar-benar kesal dengan ajakan Raymond. Berani-beraninya Raymond memberikan tawaran kencan satu malam lagi padanya. Tidak puaskah Raymond menghancurkan hidup Sherly dengan kencan satu malam pada tiga tahun silam? Sherly semakin yakin bahwa Raymond memanglah laki-laki hidung belang. Ia pasti sudah sering meniduri banyak perempuan. Pantas saja Raymond tidak ingat bahwa Sherly adalah salah satu perempuan yang pernah tidur dengannya.“Lupakan ayahmu, itu! Dia nggak cocok jadi ayah buat kamu! Kamu adalah anak mama, hanya anak mama!” ucap Sherly saat menjemput Bryan di tempat penitipan anak. Dia terpaksa pulang jalan kaki karena uangnya sudah habis untuk ongkos taksi.Di tengah perjalanan, hak sepatunya patah. Maka terpaksalah Sherly menjinjing sepatu itu dan berjalan tanpa alas kaki. Untunglah hari sudah malam hingga aspal tidak terlalu dingin lagi. Dengan Bryan dalam gendongannya, Sherly sesekali menatap langit malam itu. Ada begitu banyak bintang di la

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-10
  • One Night To Forever   Ada Apa dengan Raymond?

    Sherly diam sejenak, ia tahu sikapnya sudah keterlaluan pada kakak dan ibunya itu. Tapi Sherly bersikap demikian juga karena rasa sakit hati yang ia tanggung selama tiga tahun ini. Sherly pun akhirnya bangkit berdiri. “Ya, sudah, silakan pergi. Tau pintu ke luar sebelah mana, kan?” ucap Sherly ketus.“Benar-benar tidak punya hati kamu, Dek!” hujat Sheina yang turut emosi melihat sikap adiknya yang kasar itu. Ia pun bangkit berdiri bersama sang mama yang tampak sudah berlinangan air mata.“Sheina, sebelum mama pulang, bolehkah Mama melihat wajah cucu mama dulu?” pinta Mama Rita.“Anakku bukanlah cucu Mama. Anakku tidak punya Nenek, tidak punya Kakek, tidak punya Tante, tidak punya Ayah. Anakku hanya memiliki aku seorang sebagai ibunya,” tandas Sherly perih.Sheina semakin kesal mendengar kalimat yang terucap di mulut adiknya itu. “Sudahlah, Ma. Tidak usah kita pedulikan orang yang keras kepala seperti d

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-10
  • One Night To Forever   Jodoh Pilihan Oma

    Sherly dan Raymond sudah berada di dalam mobil, hendak menuju lokasi untuk bertemu dengan kliennya. Seperti biasa, Raymond yang menyetir. Sementara Sherly di sebelahnya sibuk membaca susunan agenda hari itu.“… Sore nanti, pukul setengah empat ada konferensi pers dengan media, launching produk terbaru RR Tech-““Agenda konferensi per situ kamu undur saja jadi malam. Soalnya saya nggak yakin bisa terkejar sore,” potong Raymond.“Kalau malam saya tidak bisa, Pak. Gimana kalau diundur sampai besok pagi saja, Pak?”Raymond langsung mendelik pada wanita yang duduk di sebelahnya itu. “Di sini yang bos adalah saya, ya. Saya yang berhak ngatur kamu, bukan kamu yang malah ngatur saya!” tandas Raymond.“Tapi saya benaran nggak bisa kalau malam, Pak. Kecuali kalau Bapak mau menghadiri acara konferensi pers itu tanpa saya ya silakan,” terang Raymond.“Kamu ini lancang sekali, ya! S

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-16
  • One Night To Forever   Menerima Perjodohan

    "Terserah Oma saja. Silakan Oma yang atur sendiri," rajuk Raymond. Setelah berkata demikian, ia langsung ke luar dari kediaman Oma Kenanga.Sherly terbelalak mendengar jawaban Raymond yang tanpa perlawanan itu. Terserah Oma? Apa itu artinya Raymond menerima perjodohan tersebut?"Sherly! Cepat!"Sherly tersentak mendengar teriakan si bos dari luar. Setelah membungkukkan badan pada Oma Kenanga dan Bella, Sherly pun bergegas menyusul Raymond.Begitu Sherly masuk ke mobil, Raymond langsung tancap, tidak kalah ngebut dengan kecepatannya saat menuju kediaman Oma Kenanga tadi."Ki-kita mau ke mana, Pak?" tanya Sherly yang terhuyung-huyung dalam mobil itu."Ketemu klien," jawab Raymond dingin."Tapi kan semua agenda hari ini sudah dicancel, Pak."Tittttt....!Raymond menginjak rem secara mendadak. Sherly benar-benar dibuat jantungan. Mobil itu menepi ke pinggir jalan, dekat jembatan. Ada bapak-bapak pedagang yang menjual minuman kaleng. Raymond t

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-17

Bab terbaru

  • One Night To Forever   Butuh Pertolongan

    "Apa kamu mau menikah dengan saya, Sherly?"Uhukk! Uhuk! Sherly langsung terbatuk mendengar pertanyaan itu dari mulut sang CEO. Bergegas ia menyeruput minuman yang ada di sebelahnya, karena grogi, Sherly malah jadi meminum minuman Raymond. Raymond langsung tersenyum melihat hal itu."Katanya nggak mau minum di bekas bibir saya, eh ujung-ujungnya minuman saya diembat juga," sindir Raymond.Muka Sherly langsung berubah jadi merah padam. "So-sorry, saya nggak sengaja," ucap Sherly tergagap. "Lagian bapak juga, sih. Ngaco banget ngomongnya!""Saya yang ngaco atau kamu yang grogi?" Raymond menatap sambil menaikkan sebelah alisnya. Dari jarak yang dekat itu, tatapan Raymond terlihat amat memabukkan. Namun Sherly buru-buru mengalihkan wajahnya."Pokoknya Bapak ngaco! Masa tiba-tiba ngajak nikah kayak gitu?""Hahaha." Raymond tertawa, Sherly menatap curiga pada laki-laki itu."Kamu pikir saya emang serius ngajak kamu nikah, hah? Ya enggaklah. Saya hanya me

  • One Night To Forever   Menerima Perjodohan

    "Terserah Oma saja. Silakan Oma yang atur sendiri," rajuk Raymond. Setelah berkata demikian, ia langsung ke luar dari kediaman Oma Kenanga.Sherly terbelalak mendengar jawaban Raymond yang tanpa perlawanan itu. Terserah Oma? Apa itu artinya Raymond menerima perjodohan tersebut?"Sherly! Cepat!"Sherly tersentak mendengar teriakan si bos dari luar. Setelah membungkukkan badan pada Oma Kenanga dan Bella, Sherly pun bergegas menyusul Raymond.Begitu Sherly masuk ke mobil, Raymond langsung tancap, tidak kalah ngebut dengan kecepatannya saat menuju kediaman Oma Kenanga tadi."Ki-kita mau ke mana, Pak?" tanya Sherly yang terhuyung-huyung dalam mobil itu."Ketemu klien," jawab Raymond dingin."Tapi kan semua agenda hari ini sudah dicancel, Pak."Tittttt....!Raymond menginjak rem secara mendadak. Sherly benar-benar dibuat jantungan. Mobil itu menepi ke pinggir jalan, dekat jembatan. Ada bapak-bapak pedagang yang menjual minuman kaleng. Raymond t

  • One Night To Forever   Jodoh Pilihan Oma

    Sherly dan Raymond sudah berada di dalam mobil, hendak menuju lokasi untuk bertemu dengan kliennya. Seperti biasa, Raymond yang menyetir. Sementara Sherly di sebelahnya sibuk membaca susunan agenda hari itu.“… Sore nanti, pukul setengah empat ada konferensi pers dengan media, launching produk terbaru RR Tech-““Agenda konferensi per situ kamu undur saja jadi malam. Soalnya saya nggak yakin bisa terkejar sore,” potong Raymond.“Kalau malam saya tidak bisa, Pak. Gimana kalau diundur sampai besok pagi saja, Pak?”Raymond langsung mendelik pada wanita yang duduk di sebelahnya itu. “Di sini yang bos adalah saya, ya. Saya yang berhak ngatur kamu, bukan kamu yang malah ngatur saya!” tandas Raymond.“Tapi saya benaran nggak bisa kalau malam, Pak. Kecuali kalau Bapak mau menghadiri acara konferensi pers itu tanpa saya ya silakan,” terang Raymond.“Kamu ini lancang sekali, ya! S

  • One Night To Forever   Ada Apa dengan Raymond?

    Sherly diam sejenak, ia tahu sikapnya sudah keterlaluan pada kakak dan ibunya itu. Tapi Sherly bersikap demikian juga karena rasa sakit hati yang ia tanggung selama tiga tahun ini. Sherly pun akhirnya bangkit berdiri. “Ya, sudah, silakan pergi. Tau pintu ke luar sebelah mana, kan?” ucap Sherly ketus.“Benar-benar tidak punya hati kamu, Dek!” hujat Sheina yang turut emosi melihat sikap adiknya yang kasar itu. Ia pun bangkit berdiri bersama sang mama yang tampak sudah berlinangan air mata.“Sheina, sebelum mama pulang, bolehkah Mama melihat wajah cucu mama dulu?” pinta Mama Rita.“Anakku bukanlah cucu Mama. Anakku tidak punya Nenek, tidak punya Kakek, tidak punya Tante, tidak punya Ayah. Anakku hanya memiliki aku seorang sebagai ibunya,” tandas Sherly perih.Sheina semakin kesal mendengar kalimat yang terucap di mulut adiknya itu. “Sudahlah, Ma. Tidak usah kita pedulikan orang yang keras kepala seperti d

  • One Night To Forever   Antara Rindu dan Dendam

    Sherly benar-benar kesal dengan ajakan Raymond. Berani-beraninya Raymond memberikan tawaran kencan satu malam lagi padanya. Tidak puaskah Raymond menghancurkan hidup Sherly dengan kencan satu malam pada tiga tahun silam? Sherly semakin yakin bahwa Raymond memanglah laki-laki hidung belang. Ia pasti sudah sering meniduri banyak perempuan. Pantas saja Raymond tidak ingat bahwa Sherly adalah salah satu perempuan yang pernah tidur dengannya.“Lupakan ayahmu, itu! Dia nggak cocok jadi ayah buat kamu! Kamu adalah anak mama, hanya anak mama!” ucap Sherly saat menjemput Bryan di tempat penitipan anak. Dia terpaksa pulang jalan kaki karena uangnya sudah habis untuk ongkos taksi.Di tengah perjalanan, hak sepatunya patah. Maka terpaksalah Sherly menjinjing sepatu itu dan berjalan tanpa alas kaki. Untunglah hari sudah malam hingga aspal tidak terlalu dingin lagi. Dengan Bryan dalam gendongannya, Sherly sesekali menatap langit malam itu. Ada begitu banyak bintang di la

  • One Night To Forever   Pakaian Kotor Sherly

    Raymond melepaskan jemari Sherly yang menggenggam lengannya. “Tidak bisa Sherly. Ini kita sudah terlambat. Nanti saja cari toilet di hotelnya. Lagian salah kamu juga, siapa suruh masukin obat pencahar ke minuman saya.”Raymond terus mengoceh, hingga tiba-tiba …Prutt…! Brruutt…!Raymond terbelalak mendengar suara yang diiringi aroma tidak sedap itu. Ia menghadap Sherly sambil melotot.“Maaf, Pak. Saya tidak tahan,” lirih Sherly, matanya sayu karena menahan kesakitan sedari tadi.“Aishhh…!” Raymond langsung menepikan mobilnya dan ke luar dari mobil itu.“Saya kasih kamu lima menit untung menghilangkan aroma busuk itu!” teriak Raymond dari luar mobil.Sherly menurunkan kaca mobilnya. “Apa Bapak mau membelikan celana dalam dan rok buat saya di toko itu baju itu, Pak? Kotoran saya ke luar sedikit,” pinta Sherly menahan malu sendiri.“Hah?&

  • One Night To Forever   Obat Pencahar Salah Sasaran

    Karena semalam menginap di rumah Oma-nya, Raymond jadi terlambat datang ke kantor. Raymond langsung menghampiri meja sekretarisnya. “Apa saja agenda saya hari ini?” tanya Raymond pada Sherly yang sedang asik membaca profil perusahaan.Sherly yang terkejut dengan kedatangan Raymond pun langsung berdiri. “Saya tidak tahu, Pak,” jawabnya.“Hah? Bagaimana kamu sampai tidak tahu? Kamu kan sekretaris pribadi saya? Kamu harus tahu semua jadwal saya,” bentak Raymond yang langsung tersulut emosi.“Tapi kan saya baru masuk kemarin, Pak,” balas Sherly.Raymond tampak menghembuskan napas. “Ya, sudah, kamu ikut ke ruangan saya sekarang.”“Baik, Pak.”“Di atas meja saya itu ada buku agenda, nanti kamu salin ke catatan kamu, ya. Sekalian tolong kamu cek agenda saya hari ini!” perintah Raymond. Ia tampak memasuki bilik kecil dalam ruang CEO itu untuk mengganti kemejanya yang

  • One Night To Forever   Teror Dari Nomor Asing

    Raymond yang sedang berlari-lari kecil di treadmill bergegas mengurangi kecepatan alat olahraga itu ketika mendengar ponselnya berdering. Dengan menggunakan bantuan headset yang sudah terpaut di telinganya, Raymond pun mengangkat panggilan tersebut.“Halo!”“Raymond! Ini Oma.” Terdengar seseorang menyahut di ujung sana.“Ya, kenapa, Oma?”“Tadi Oma ke apartementmu, tapi apartement itu kosong. Oma juga tanya ke petugas keamanan di sana, katanya apartement itu jarang dihuni. Kamu masih rutin menginap di kantor, ya?”“Iya, Oma. Sedang banyak kerjaan sekarang. Lagian lebih efektif menginap di kantor dari pada bolak-balik ke apartemen,”“Tapi kan kamu itu seorang CEO RR Tech, Rey, masa seorang CEO menginap di kantor, seperti tidak terurus saja.”Raymond tersenyum kecil. “Kantor Raymond kan besar, Ma. Lagipula ruangan CEO-nyo juga sudah Raymond renovasi, ada kamar

  • One Night To Forever   Tanggung Jawab Atau Mati

    Karena ditinggalkan Raymond seorang diri di restorant itu, Sherly terpaksa balik ke kantor dengan menggunakan transportasi umum. Semula ia ingin memesan taksi, tapi karena uang di sakunya hanya seratus ribu, sementara jarak restoran dan kantor tersebut cukup jauh, Sherly pun memutuskan untuk menaiki bus kota saja.Suasana jalanan yang sangat macet sore itu menyebabkan Sherly baru tiba di kantor pukul lima sore. Sherly pun bergegas menuju ruang CEO yang berada di lantai tujuh, di dalam lift, ia sibuk menyeka keringatnya sendiri, sementara karyawan lain tampak sudah bersiap untuk meninggalkan kantor.Tok! Tok! Tok!Sherly mengetuk pintu ruangan CEO. Tidak lama berselang pintu pun dibukakan oleh Raymond hanya mengenakan celana pendek dan baju kaos. Sherly mengerutkan dahi, merasa heran kenapa pria itu mengenakan pakaian informal di dalam kantornya.“Mau apa kamu?” tanya Raymond dengan nada ketus.“Hmm … tadi kan Bapak nyuruh s

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status