Home / Romansa / One Night To Forever / Bertemu Sang CEO

Share

Bertemu Sang CEO

Author: Merah Jambu
last update Last Updated: 2022-02-24 14:13:02

Sherly berlari-lari kecil saat ke luar dari pintu lift. Ia ingin secepat mungkin meninggalkan perusahaan tersebut. Sherly sendiri tidak habis pikir kenapa ia bisa bertemu kembali dengan laki-laki itu. Meski sebenarnya Sherly juga mempertanyakan kenapa ia memilih kabur? Bukankah ia memang mencari laki-laki itu selama ini? Bukankah ia ingin meminta laki-laki itu untuk bertanggung jawab?

Di lobi, Sherly justru bertemu dengan Diana. “Udah selesai wawancaranya?” tegur Diana yang heran melihat Sherly ke luar lift dengan raut ketakutan.

“Su-sudah, Mbak.” Sherly bahkan sampai tergagap saat menjawab pertanyaan Diana. Ia menanggalkan blazer yang dikenakannya lantas mengembalikannya pada Diana. “Terima kasih banyak ya, Mbak,” ucap Sherly.

“Gimana hasil wawancaranya?” tanya Diana lagi, nada bicaranya terdengar dingin, sama seperti Ibuk HRD tadi, pun tidak jauh berbeda dengan sang CEO tadi. Sherly sampai berpikir bahwa seisi kantor memiliki karakter yang seperti itu.

Belum sempat Sherly menjawab pertanyaan Diana, Bu Melinda tampak ke luar dari lift dan mengejar Sherly. “Kamu kok kabur, sih? Katanya mau kerja di sini,” ujar Bu Melinda pada Sherly dengan nada tinggi.

“Saya sepertinya tidak bisa bekerja di sini, Buk,” jawab Sherly.

“Kenapa? Apa alasannya?”

Sherly menghela napas, ia benar-benar tidak tahu harus menjelaskan apa. Ia bahkan tidak tahu bagaimana caranya kabur dari tempat itu. “Maaf, Buk, tadi saya turun karena ingin cari makan siang,” ucap Sherly akhirnya.

Bu Melinda geleng-geleng kepala. “Ada-ada saja kamu. Hari pertama kerja sudah bikin ulah. Sekarang cepat kamu temui Pak Raymond lagi!”

Sherly meneguk ludahnya sendiri. “Baik, Buk,” lirihnya.

***

Sherly kembali menuju ruangan CEO tersebut. Ia mengetuk pintu dan dipersilakan masuk. Sang CEO duduk di kursinya sambil menatap Sherly yang masih menundukkan kepala semenjak memasuki ruangan itu. “Saya sepertinya tahu kenapa kamu tiba-tiba kabur,” ucapnya.

Darah Sherly langsung berdesir. Mukanya langsung berubah merah.

“Kamu pernah bertemu saya sebelumnya?” tanya laki-laki bernama Raymond Rudiart itu.

“Tidak, Pak,” bantah Sherly.

“Tegakkan kepala kamu!”

Sherly pun menegakkan kepalanya, hingga mata mereka berdua pun bertatapan. Sialnya Sherly kembali teringat kejadian tiga tahun yang lalu itu. Satu malam yang telah mengubah hidup Sherly untuk selamanya.

Raymond bangkit dari tempat duduknya dan mendekati Sherly. “Saya rasa kita pernah bertemu. Apa kamu gadis yang di Wakatobi bulan lalu? Oh bukan, kamu gadis yang Labuan Bajo tahun lalu, ya?” selidik Raymond yang menyipitkan matanya sambil mengingat-ingat perempuan di hadapannya itu.

Sherly justru terbelalak mendengar pertanyaan Raymond. Berapa banyak gadis yang telah diajak kencan satu malam oleh laki-laki itu? Lantas Sherly perempuan yang ke berapa?

“Hei, ayo cepat katakan! Kamu orang yang pernah mencuri handphone dan dompet saya, kan? Ayo mengaku, kamu gadis yang mana! Kalau kamu mengaku, mungkin saya bisa memberi hukuman yang lebih ringan untukmu,” desak Raymond.

Kening Sherly berkerut mendengarnya. “Hah? Apa Bapak sedang menuduh saya sebagai pencuri?”

“Memang begitu adanya, kan?” balas Raymond sambil melipat tangannya di depan dada. Tatapannya terlihat begitu mengintimidasi.

“Tidak!” bantah Sherly yang terdengar tegas.

“Lalu kenapa kamu langsung kabur begitu melihat saya, hah?” Raymond menaikkan sebelah alisnya.

Sherly gelagapan. Ia jadi teringat dengan tatapan Raymond tiga tahun yang lalu, yang berhasil menghipnotisnya. Tapi kali ini, Sherly tidak akan menjadi lemah lagi. “Saya lari, karena tadi saya kebelet buang air,” ucap Sherly, mencari-cari alasan.

Raymond justru tertawa mendengar alibi perempuan itu. “Apa kamu tidak punya alasan lain yang lebih berbobot?” sindirnya. “Oke, oke, seperti ini saja. Saya hanya ingin memastikan, kamu masih mau bekerja di perusahaan ini atau tidak?”

Bibir Sherly menjadi bungkam kembali, kendati di saat bersamaan pikirannya sedang berkecamuk. Ia benar-benar merasa dilema. Jika ia menolak pekerjaan itu, maka tujuannya untuk membungkam hinaan keluarganya akan gagal. Tapi, jika ia menerima pekerjaan tersebut, maka ia harus bertemu dengan laki-laki itu setiap hari. Sebenarnya bertemu dengan Raymond setiap hari tidaklah buruk, hanya saja Sherly yang tidak siap karena merasa terus dihantui tragedy yang menimpanya tiga tahun silam. Lagipula, sampai kapan juga ia bisa berpura-pura dan menyembunyikan semua itu dari Raymond? Tapi, buat apa juga ia harus menyembunyikannya? Bukankah Sherly semestinya berterus terang saja dan meminta Raymond bertanggung jawab atas masa depan Bryan? Dengan demikian, Sherly juga dapat membungkam anggapan keluarganya sekaligus.

Sherly menggelengkan kepalanya. Ia tidak ingin mengemis dan mengharap belas kasihan dari Raymond. Sherly memerhatikan penampilan laki-laki itu. Dari sikapnya yang ketus, Sherly beranggapan laki-laki itu bukanlah laki-laki yang baik. Sherly tidak ingin Bryan mengetahui bahwa dalam darahnya mengalir darah laki-laki tidak baik melalui hubungan yang sangat tidak terpuji.

Raymond melirik jam tangannya. “Berapa lama lagi saya harus menunggu kamu menjawab pertanyaan saya, hah?”

Sherly menelan ludah. “Saya masih mau kerja di sini, Pak,” lirih Sherly akhirnya.

Raymond tersenyum sarkas. “Nah, begitu kan jelas. Ini tidak, asal kabur aja. Kamu itu akan bekerja sebagai sekretaris saya, lho. Kalau kamu tidak berpendirian dan tidak bertanggung jawab seperti ini, bisa ikutan kacau juga pekerjaan saya.” Nada bicaranya terdengar ketus dan dingin.

Sherly menundukkan kepalanya. “Saya minta maaf, Pak.”

“Ya, sudah. Karena ini sudah masuk jam makan siang, kamu boleh istirahat dulu. Nanti jam satu, kamu sudah harus standby di meja kamu, ya. Ingat, saya nggak suka karyawan yang kerjanya tidak cermat,” tegas Raymond “Mengerti kamu?”

“Mengerti, Pak,” sahut Sherly. “Kalau begitu, saya permisi, Pak.”

“Silakan,” balas Raymond dingin.

Sherly pun ke luar dari ruangan CEO yang terasa menyeramkan itu. Di depan pintu, ia langsung menghentak-hentakkan kakinya sendiri. “Sial! Sial! Sial! Kenapa sih gue harus ketemu sama dia lagi? Kenapa juga dia harus jadi boss gue?” Sherly merasa geram sendiri dengan scenario hidup yang sedang dijalaninya.

Tapi Sherly kembali teringat dengan putra kecilnya. Ia harus bertahan di sana untuk memberikan kehidupan yang baik untuk Bryan. Sherly bertekad, jika nanti ia mendapatkan pekerjaan lain, ia akan angkat kaki dari kantor itu. Yang jelas, Sherly tidak ingin berlama-lama berhadapan dengan Raymond.

Sementara itu, di dalam ruangannya, Raymond masih berusaha mengingat-ingat sekretaris barunya itu. Ia yakin pernah bertemu dengan Sherly sebelumnya, tapi Raymond tidak mengingat di mana pastinya. Melihat reaksi Sherly saat bertemu dengannya, Raymond merasa yakin bahwa Sherly adalah salah satu perempuan yang pernah melakukan kencan satu malam dengannya. Tapi di mana? Dan kapan? Ya, Raymond memang kerap melakukan kencan satu malam dengan perempuan. Bahkan ia juga melakukan kencan satu malam dengan mantan sekretarisnya, lantas meminta sekretaris tersebut berhenti daripada skandal mereka menjadi rumor seisi kantor.

Related chapters

  • One Night To Forever   Rencana Balas Dendam

    Semula Sherly hendak makan siang di warung tenda depan kantor saja, tapi karena mengingat waktu yang ia punya hanya setengah jam, Sherly pun memutuskan untuk makan siang di kantin kantor yang terletak di lantai lima. Karena Sherly datang saat jam makan siang sudah setengah jam berlalu, maka Sherly pun mendapati kantin itu tidak terlalu ramai. Ada beberapa orang yang tampak masih duduk mengobrol sambil menghabiskan makanannya.Sherly memesan menu makan siangnya lantas membawanya duduk ke sebuah meja. Karena merasa canggung, Sherly pun fokus pada makanannya saja, dari pada menjadi pusat perhatian karena wajahnya yang masih asing di kantor itu.“Karyawan baru, ya?” tegur seorang pria yang duduk di sebelah meja Sherly.“Iya, Mas,” sahut Sherly.“Divisi apa?” tanyanya lagi.“Hmmm…, saya sekretaris barunya CEO,” jawab Sherly.“Oh begitu.” Pria itu tampak manggut-manggut. “Oh,

    Last Updated : 2022-03-10
  • One Night To Forever   Tanggung Jawab Atau Mati

    Karena ditinggalkan Raymond seorang diri di restorant itu, Sherly terpaksa balik ke kantor dengan menggunakan transportasi umum. Semula ia ingin memesan taksi, tapi karena uang di sakunya hanya seratus ribu, sementara jarak restoran dan kantor tersebut cukup jauh, Sherly pun memutuskan untuk menaiki bus kota saja.Suasana jalanan yang sangat macet sore itu menyebabkan Sherly baru tiba di kantor pukul lima sore. Sherly pun bergegas menuju ruang CEO yang berada di lantai tujuh, di dalam lift, ia sibuk menyeka keringatnya sendiri, sementara karyawan lain tampak sudah bersiap untuk meninggalkan kantor.Tok! Tok! Tok!Sherly mengetuk pintu ruangan CEO. Tidak lama berselang pintu pun dibukakan oleh Raymond hanya mengenakan celana pendek dan baju kaos. Sherly mengerutkan dahi, merasa heran kenapa pria itu mengenakan pakaian informal di dalam kantornya.“Mau apa kamu?” tanya Raymond dengan nada ketus.“Hmm … tadi kan Bapak nyuruh s

    Last Updated : 2022-03-10
  • One Night To Forever   Teror Dari Nomor Asing

    Raymond yang sedang berlari-lari kecil di treadmill bergegas mengurangi kecepatan alat olahraga itu ketika mendengar ponselnya berdering. Dengan menggunakan bantuan headset yang sudah terpaut di telinganya, Raymond pun mengangkat panggilan tersebut.“Halo!”“Raymond! Ini Oma.” Terdengar seseorang menyahut di ujung sana.“Ya, kenapa, Oma?”“Tadi Oma ke apartementmu, tapi apartement itu kosong. Oma juga tanya ke petugas keamanan di sana, katanya apartement itu jarang dihuni. Kamu masih rutin menginap di kantor, ya?”“Iya, Oma. Sedang banyak kerjaan sekarang. Lagian lebih efektif menginap di kantor dari pada bolak-balik ke apartemen,”“Tapi kan kamu itu seorang CEO RR Tech, Rey, masa seorang CEO menginap di kantor, seperti tidak terurus saja.”Raymond tersenyum kecil. “Kantor Raymond kan besar, Ma. Lagipula ruangan CEO-nyo juga sudah Raymond renovasi, ada kamar

    Last Updated : 2022-03-10
  • One Night To Forever   Obat Pencahar Salah Sasaran

    Karena semalam menginap di rumah Oma-nya, Raymond jadi terlambat datang ke kantor. Raymond langsung menghampiri meja sekretarisnya. “Apa saja agenda saya hari ini?” tanya Raymond pada Sherly yang sedang asik membaca profil perusahaan.Sherly yang terkejut dengan kedatangan Raymond pun langsung berdiri. “Saya tidak tahu, Pak,” jawabnya.“Hah? Bagaimana kamu sampai tidak tahu? Kamu kan sekretaris pribadi saya? Kamu harus tahu semua jadwal saya,” bentak Raymond yang langsung tersulut emosi.“Tapi kan saya baru masuk kemarin, Pak,” balas Sherly.Raymond tampak menghembuskan napas. “Ya, sudah, kamu ikut ke ruangan saya sekarang.”“Baik, Pak.”“Di atas meja saya itu ada buku agenda, nanti kamu salin ke catatan kamu, ya. Sekalian tolong kamu cek agenda saya hari ini!” perintah Raymond. Ia tampak memasuki bilik kecil dalam ruang CEO itu untuk mengganti kemejanya yang

    Last Updated : 2022-03-10
  • One Night To Forever   Pakaian Kotor Sherly

    Raymond melepaskan jemari Sherly yang menggenggam lengannya. “Tidak bisa Sherly. Ini kita sudah terlambat. Nanti saja cari toilet di hotelnya. Lagian salah kamu juga, siapa suruh masukin obat pencahar ke minuman saya.”Raymond terus mengoceh, hingga tiba-tiba …Prutt…! Brruutt…!Raymond terbelalak mendengar suara yang diiringi aroma tidak sedap itu. Ia menghadap Sherly sambil melotot.“Maaf, Pak. Saya tidak tahan,” lirih Sherly, matanya sayu karena menahan kesakitan sedari tadi.“Aishhh…!” Raymond langsung menepikan mobilnya dan ke luar dari mobil itu.“Saya kasih kamu lima menit untung menghilangkan aroma busuk itu!” teriak Raymond dari luar mobil.Sherly menurunkan kaca mobilnya. “Apa Bapak mau membelikan celana dalam dan rok buat saya di toko itu baju itu, Pak? Kotoran saya ke luar sedikit,” pinta Sherly menahan malu sendiri.“Hah?&

    Last Updated : 2022-03-10
  • One Night To Forever   Antara Rindu dan Dendam

    Sherly benar-benar kesal dengan ajakan Raymond. Berani-beraninya Raymond memberikan tawaran kencan satu malam lagi padanya. Tidak puaskah Raymond menghancurkan hidup Sherly dengan kencan satu malam pada tiga tahun silam? Sherly semakin yakin bahwa Raymond memanglah laki-laki hidung belang. Ia pasti sudah sering meniduri banyak perempuan. Pantas saja Raymond tidak ingat bahwa Sherly adalah salah satu perempuan yang pernah tidur dengannya.“Lupakan ayahmu, itu! Dia nggak cocok jadi ayah buat kamu! Kamu adalah anak mama, hanya anak mama!” ucap Sherly saat menjemput Bryan di tempat penitipan anak. Dia terpaksa pulang jalan kaki karena uangnya sudah habis untuk ongkos taksi.Di tengah perjalanan, hak sepatunya patah. Maka terpaksalah Sherly menjinjing sepatu itu dan berjalan tanpa alas kaki. Untunglah hari sudah malam hingga aspal tidak terlalu dingin lagi. Dengan Bryan dalam gendongannya, Sherly sesekali menatap langit malam itu. Ada begitu banyak bintang di la

    Last Updated : 2022-03-10
  • One Night To Forever   Ada Apa dengan Raymond?

    Sherly diam sejenak, ia tahu sikapnya sudah keterlaluan pada kakak dan ibunya itu. Tapi Sherly bersikap demikian juga karena rasa sakit hati yang ia tanggung selama tiga tahun ini. Sherly pun akhirnya bangkit berdiri. “Ya, sudah, silakan pergi. Tau pintu ke luar sebelah mana, kan?” ucap Sherly ketus.“Benar-benar tidak punya hati kamu, Dek!” hujat Sheina yang turut emosi melihat sikap adiknya yang kasar itu. Ia pun bangkit berdiri bersama sang mama yang tampak sudah berlinangan air mata.“Sheina, sebelum mama pulang, bolehkah Mama melihat wajah cucu mama dulu?” pinta Mama Rita.“Anakku bukanlah cucu Mama. Anakku tidak punya Nenek, tidak punya Kakek, tidak punya Tante, tidak punya Ayah. Anakku hanya memiliki aku seorang sebagai ibunya,” tandas Sherly perih.Sheina semakin kesal mendengar kalimat yang terucap di mulut adiknya itu. “Sudahlah, Ma. Tidak usah kita pedulikan orang yang keras kepala seperti d

    Last Updated : 2022-03-10
  • One Night To Forever   Jodoh Pilihan Oma

    Sherly dan Raymond sudah berada di dalam mobil, hendak menuju lokasi untuk bertemu dengan kliennya. Seperti biasa, Raymond yang menyetir. Sementara Sherly di sebelahnya sibuk membaca susunan agenda hari itu.“… Sore nanti, pukul setengah empat ada konferensi pers dengan media, launching produk terbaru RR Tech-““Agenda konferensi per situ kamu undur saja jadi malam. Soalnya saya nggak yakin bisa terkejar sore,” potong Raymond.“Kalau malam saya tidak bisa, Pak. Gimana kalau diundur sampai besok pagi saja, Pak?”Raymond langsung mendelik pada wanita yang duduk di sebelahnya itu. “Di sini yang bos adalah saya, ya. Saya yang berhak ngatur kamu, bukan kamu yang malah ngatur saya!” tandas Raymond.“Tapi saya benaran nggak bisa kalau malam, Pak. Kecuali kalau Bapak mau menghadiri acara konferensi pers itu tanpa saya ya silakan,” terang Raymond.“Kamu ini lancang sekali, ya! S

    Last Updated : 2022-03-16

Latest chapter

  • One Night To Forever   Butuh Pertolongan

    "Apa kamu mau menikah dengan saya, Sherly?"Uhukk! Uhuk! Sherly langsung terbatuk mendengar pertanyaan itu dari mulut sang CEO. Bergegas ia menyeruput minuman yang ada di sebelahnya, karena grogi, Sherly malah jadi meminum minuman Raymond. Raymond langsung tersenyum melihat hal itu."Katanya nggak mau minum di bekas bibir saya, eh ujung-ujungnya minuman saya diembat juga," sindir Raymond.Muka Sherly langsung berubah jadi merah padam. "So-sorry, saya nggak sengaja," ucap Sherly tergagap. "Lagian bapak juga, sih. Ngaco banget ngomongnya!""Saya yang ngaco atau kamu yang grogi?" Raymond menatap sambil menaikkan sebelah alisnya. Dari jarak yang dekat itu, tatapan Raymond terlihat amat memabukkan. Namun Sherly buru-buru mengalihkan wajahnya."Pokoknya Bapak ngaco! Masa tiba-tiba ngajak nikah kayak gitu?""Hahaha." Raymond tertawa, Sherly menatap curiga pada laki-laki itu."Kamu pikir saya emang serius ngajak kamu nikah, hah? Ya enggaklah. Saya hanya me

  • One Night To Forever   Menerima Perjodohan

    "Terserah Oma saja. Silakan Oma yang atur sendiri," rajuk Raymond. Setelah berkata demikian, ia langsung ke luar dari kediaman Oma Kenanga.Sherly terbelalak mendengar jawaban Raymond yang tanpa perlawanan itu. Terserah Oma? Apa itu artinya Raymond menerima perjodohan tersebut?"Sherly! Cepat!"Sherly tersentak mendengar teriakan si bos dari luar. Setelah membungkukkan badan pada Oma Kenanga dan Bella, Sherly pun bergegas menyusul Raymond.Begitu Sherly masuk ke mobil, Raymond langsung tancap, tidak kalah ngebut dengan kecepatannya saat menuju kediaman Oma Kenanga tadi."Ki-kita mau ke mana, Pak?" tanya Sherly yang terhuyung-huyung dalam mobil itu."Ketemu klien," jawab Raymond dingin."Tapi kan semua agenda hari ini sudah dicancel, Pak."Tittttt....!Raymond menginjak rem secara mendadak. Sherly benar-benar dibuat jantungan. Mobil itu menepi ke pinggir jalan, dekat jembatan. Ada bapak-bapak pedagang yang menjual minuman kaleng. Raymond t

  • One Night To Forever   Jodoh Pilihan Oma

    Sherly dan Raymond sudah berada di dalam mobil, hendak menuju lokasi untuk bertemu dengan kliennya. Seperti biasa, Raymond yang menyetir. Sementara Sherly di sebelahnya sibuk membaca susunan agenda hari itu.“… Sore nanti, pukul setengah empat ada konferensi pers dengan media, launching produk terbaru RR Tech-““Agenda konferensi per situ kamu undur saja jadi malam. Soalnya saya nggak yakin bisa terkejar sore,” potong Raymond.“Kalau malam saya tidak bisa, Pak. Gimana kalau diundur sampai besok pagi saja, Pak?”Raymond langsung mendelik pada wanita yang duduk di sebelahnya itu. “Di sini yang bos adalah saya, ya. Saya yang berhak ngatur kamu, bukan kamu yang malah ngatur saya!” tandas Raymond.“Tapi saya benaran nggak bisa kalau malam, Pak. Kecuali kalau Bapak mau menghadiri acara konferensi pers itu tanpa saya ya silakan,” terang Raymond.“Kamu ini lancang sekali, ya! S

  • One Night To Forever   Ada Apa dengan Raymond?

    Sherly diam sejenak, ia tahu sikapnya sudah keterlaluan pada kakak dan ibunya itu. Tapi Sherly bersikap demikian juga karena rasa sakit hati yang ia tanggung selama tiga tahun ini. Sherly pun akhirnya bangkit berdiri. “Ya, sudah, silakan pergi. Tau pintu ke luar sebelah mana, kan?” ucap Sherly ketus.“Benar-benar tidak punya hati kamu, Dek!” hujat Sheina yang turut emosi melihat sikap adiknya yang kasar itu. Ia pun bangkit berdiri bersama sang mama yang tampak sudah berlinangan air mata.“Sheina, sebelum mama pulang, bolehkah Mama melihat wajah cucu mama dulu?” pinta Mama Rita.“Anakku bukanlah cucu Mama. Anakku tidak punya Nenek, tidak punya Kakek, tidak punya Tante, tidak punya Ayah. Anakku hanya memiliki aku seorang sebagai ibunya,” tandas Sherly perih.Sheina semakin kesal mendengar kalimat yang terucap di mulut adiknya itu. “Sudahlah, Ma. Tidak usah kita pedulikan orang yang keras kepala seperti d

  • One Night To Forever   Antara Rindu dan Dendam

    Sherly benar-benar kesal dengan ajakan Raymond. Berani-beraninya Raymond memberikan tawaran kencan satu malam lagi padanya. Tidak puaskah Raymond menghancurkan hidup Sherly dengan kencan satu malam pada tiga tahun silam? Sherly semakin yakin bahwa Raymond memanglah laki-laki hidung belang. Ia pasti sudah sering meniduri banyak perempuan. Pantas saja Raymond tidak ingat bahwa Sherly adalah salah satu perempuan yang pernah tidur dengannya.“Lupakan ayahmu, itu! Dia nggak cocok jadi ayah buat kamu! Kamu adalah anak mama, hanya anak mama!” ucap Sherly saat menjemput Bryan di tempat penitipan anak. Dia terpaksa pulang jalan kaki karena uangnya sudah habis untuk ongkos taksi.Di tengah perjalanan, hak sepatunya patah. Maka terpaksalah Sherly menjinjing sepatu itu dan berjalan tanpa alas kaki. Untunglah hari sudah malam hingga aspal tidak terlalu dingin lagi. Dengan Bryan dalam gendongannya, Sherly sesekali menatap langit malam itu. Ada begitu banyak bintang di la

  • One Night To Forever   Pakaian Kotor Sherly

    Raymond melepaskan jemari Sherly yang menggenggam lengannya. “Tidak bisa Sherly. Ini kita sudah terlambat. Nanti saja cari toilet di hotelnya. Lagian salah kamu juga, siapa suruh masukin obat pencahar ke minuman saya.”Raymond terus mengoceh, hingga tiba-tiba …Prutt…! Brruutt…!Raymond terbelalak mendengar suara yang diiringi aroma tidak sedap itu. Ia menghadap Sherly sambil melotot.“Maaf, Pak. Saya tidak tahan,” lirih Sherly, matanya sayu karena menahan kesakitan sedari tadi.“Aishhh…!” Raymond langsung menepikan mobilnya dan ke luar dari mobil itu.“Saya kasih kamu lima menit untung menghilangkan aroma busuk itu!” teriak Raymond dari luar mobil.Sherly menurunkan kaca mobilnya. “Apa Bapak mau membelikan celana dalam dan rok buat saya di toko itu baju itu, Pak? Kotoran saya ke luar sedikit,” pinta Sherly menahan malu sendiri.“Hah?&

  • One Night To Forever   Obat Pencahar Salah Sasaran

    Karena semalam menginap di rumah Oma-nya, Raymond jadi terlambat datang ke kantor. Raymond langsung menghampiri meja sekretarisnya. “Apa saja agenda saya hari ini?” tanya Raymond pada Sherly yang sedang asik membaca profil perusahaan.Sherly yang terkejut dengan kedatangan Raymond pun langsung berdiri. “Saya tidak tahu, Pak,” jawabnya.“Hah? Bagaimana kamu sampai tidak tahu? Kamu kan sekretaris pribadi saya? Kamu harus tahu semua jadwal saya,” bentak Raymond yang langsung tersulut emosi.“Tapi kan saya baru masuk kemarin, Pak,” balas Sherly.Raymond tampak menghembuskan napas. “Ya, sudah, kamu ikut ke ruangan saya sekarang.”“Baik, Pak.”“Di atas meja saya itu ada buku agenda, nanti kamu salin ke catatan kamu, ya. Sekalian tolong kamu cek agenda saya hari ini!” perintah Raymond. Ia tampak memasuki bilik kecil dalam ruang CEO itu untuk mengganti kemejanya yang

  • One Night To Forever   Teror Dari Nomor Asing

    Raymond yang sedang berlari-lari kecil di treadmill bergegas mengurangi kecepatan alat olahraga itu ketika mendengar ponselnya berdering. Dengan menggunakan bantuan headset yang sudah terpaut di telinganya, Raymond pun mengangkat panggilan tersebut.“Halo!”“Raymond! Ini Oma.” Terdengar seseorang menyahut di ujung sana.“Ya, kenapa, Oma?”“Tadi Oma ke apartementmu, tapi apartement itu kosong. Oma juga tanya ke petugas keamanan di sana, katanya apartement itu jarang dihuni. Kamu masih rutin menginap di kantor, ya?”“Iya, Oma. Sedang banyak kerjaan sekarang. Lagian lebih efektif menginap di kantor dari pada bolak-balik ke apartemen,”“Tapi kan kamu itu seorang CEO RR Tech, Rey, masa seorang CEO menginap di kantor, seperti tidak terurus saja.”Raymond tersenyum kecil. “Kantor Raymond kan besar, Ma. Lagipula ruangan CEO-nyo juga sudah Raymond renovasi, ada kamar

  • One Night To Forever   Tanggung Jawab Atau Mati

    Karena ditinggalkan Raymond seorang diri di restorant itu, Sherly terpaksa balik ke kantor dengan menggunakan transportasi umum. Semula ia ingin memesan taksi, tapi karena uang di sakunya hanya seratus ribu, sementara jarak restoran dan kantor tersebut cukup jauh, Sherly pun memutuskan untuk menaiki bus kota saja.Suasana jalanan yang sangat macet sore itu menyebabkan Sherly baru tiba di kantor pukul lima sore. Sherly pun bergegas menuju ruang CEO yang berada di lantai tujuh, di dalam lift, ia sibuk menyeka keringatnya sendiri, sementara karyawan lain tampak sudah bersiap untuk meninggalkan kantor.Tok! Tok! Tok!Sherly mengetuk pintu ruangan CEO. Tidak lama berselang pintu pun dibukakan oleh Raymond hanya mengenakan celana pendek dan baju kaos. Sherly mengerutkan dahi, merasa heran kenapa pria itu mengenakan pakaian informal di dalam kantornya.“Mau apa kamu?” tanya Raymond dengan nada ketus.“Hmm … tadi kan Bapak nyuruh s

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status