Wanita dengan kehidupan sederhana, namun sangat menjaga kehormatan. Meskipun pernah menjalin hubungan kasih dengan lelaki lain, tetapi Victor lah yang pertama bagi Mary. Bayangkan saja, bagaimana Victor tidak terus dihantui oleh bayang-bayang Mary. Ya, tetapi bukan bayang-bayang rasa bersalah, just
*** "Besok kita pulang," ujar Victor tiba-tiba saat menyimpan gelas kopi yang sudah kosong ke atas meja. Ia menegakkan tubuh, menoleh untuk menatap Mary di sampingnya. Dari tatapan wanita itu, Victor mengerti bahwa dia pasti sangat kesal mendengar keputusannya itu. "Kamu tidak bisa seenaknya begin
"Buat apa kamu naik ke sini?!" tanya Mary dengan nada sinis ketika menyadari kehadiran Victor yang kini bersiap berbaring di sampingnya. "Jangan tidur di sini, aku tidak sudi seranjang denganmu!" "Kalau bukan di sini, lantas aku tidur di mana?" tanya Victor. "Ya terserah kamu mau tidur di mana, bu
*** Pagi menjelan. Saat ini jarum jam menunjukkan pukul 6. Di atas ranjang sederhana, Mary masih tertidur nyenyak sambil memeluk "guling spesialnya". "Guling spesial?" Ya, tubuh kekar Victor adalah guling spesial bagi Mary saat ini. Wanita hamil itu tertidur dengan posisi yang lucu dan menggemask
"Tidak usah, semuanya sudah beres. Jam 05.00 sore aku dan Mary berangkat," jawab Victor. "Ah, baiklah kalau begitu," sahut Olso. "Aku mengambil ‘economy class’,” ujar Victor. "Why?" Olso bertanya dengan nada bingung. Ada apa dengan Victor? Mengapa pria itu memilih economy class business class?
*** Tok! Tok! Tok! Chiara kembali mengetuk pintu setelah ketukan pertama tak mendapat respon dari dalam. "Mary, apakah kamu baik-baik?" Chiara berseru sambil menempelkan telinga kanannya di pintu. Keningnya berkerut, Chiara menggigit bibir, "Sunyi sekali. Tidak terdengar suara apapun. Biasanya jam
Chiara terdiam, wajahnya terpenuhi dengan ekspresi syok. Ayah dari anak yang dikandung? Pertanyaan tersebut semakin memperkuat rasa penasarannya terhadap sosok pria yang membuat Mary terlihat seperti ini. "Jadi, mobil di depan itu mobil miliknya?" Tanya Chiara. Mary mengangguk pelan. "Mengapa dia b
"Oh iya, bagaimana dengan pagi ini? Kamu pasti masih mual, kan?" tanya Chiara. Deg! Sejenak, Mary tertegun. Keningnya berkerut, menandakan kebingungan yang mendalam. Mual? Mary baru menyadari bahwa ada sesuatu yang berbeda pada dirinya pagi ini. Sejak bangun tidur hingga saat ini, ia sama sekali
Mary berdiri di tengah kamar, memandangi suasana yang berantakan—selimut yang tergeletak di lantai, bantal yang tak pada tempatnya, dan meja kecil yang dipenuhi barang-barang. Pandangannya sempat kosong, tetapi ia menarik napas panjang, memutuskan untuk mulai merapikan kamar. Ia mengambil selimut y
Lucy dan Olso duduk di sofa di ruang tengah, tampak kebingungan. Mereka saling pandang, mencoba membaca situasi, tetapi tidak berani bertanya apa-apa. Mereka tidak tahu apa-apa soal kecurigaan Mary terhadap Victor, apalagi mengenai keterlibatan suaminya dalam kecelakaan yang menewaskan Nathan. Yang
*** Tubuh Dominic seketika membeku, matanya melebar karena keterkejutan yang tak dapat ia sembunyikan. Ponsel di tangannya hampir saja terlepas, tapi Hannah dengan cepat menangkapnya sebelum benar-benar jatuh. “Sayang, ada apa?” tanya Hannah, suaranya penuh kekhawatiran saat ia melihat ekspresi Do
Taman itu dipenuhi tanaman hijau subur, bunga-bunga bermekaran dalam berbagai warna—menambah keindahan suasana. Sebuah set kursi dan meja rotan dengan bantalan empuk berada di tengah ruangan, tempat semua orang berkumpul dengan santai. Di atas meja, beberapa cangkir teh telah terisi penuh dengan te
*** Usai mandi, Mary dan Victor bergegas bersiap-siap tanpa membuang waktu. Begitu semuanya selesai, mereka meninggalkan kamar yang terlihat berantakan dan langsung turun ke lantai dasar. Tidak seperti biasanya, Mary sengaja tidak merapikan kamarnya lebih dulu. Ia tak ingin membuat Nyonya Zaria, C
Mary menggigit bibir bawahnya, mencoba mengendalikan perasaan yang perlahan meledak. Tetapi sentuhan Victor, ciumannya, dan suara napasnya yang dekat begitu menggoda, membuatnya sulit berpikir jernih. Napas Mary semakin berat, dan ia tahu Victor sengaja memperlambat waktu mereka. Tanpa berkata apa-
Lucy menghentikan kegiatannya sejenak dan beralih menatap Nyonya Zaria. Senyum ramah mengembang di wajahnya. "Tidak, Bibi," jawab Lucy sopan sambil menggeleng pelan. "Aku hanya menyiapkan sarapan untuk kita saja, yang ada di rumah ini." Mendengar percakapan itu, Chiara yang sedang mengawasi Zack di
“Bagaimana bisa?” pikir Daisy dengan sesak yang menyelimuti dadanya. Apakah semua yang mereka lalui hanyalah kebohongan? Apakah malam-malam panjang yang mereka habiskan bersama, tawa, pelukan, bahkan cinta mereka, tak ada artinya bagi Nathan? Ia merasa begitu kecil, seolah semua pengorbanannya sia-
*** London, UK... Di dalam kamar yang kacau balau, pakaian berserakan di lantai—sebuah dress merah yang tergeletak kusut, bra yang terlempar ke sudut ruangan, celana dalam, boxer, hingga jas pria yang terbuka kancingnya. Aroma pagi yang intens masih tercium samar, tetapi suasana di dalam kamar itu