Beranda / Romansa / One Night Stand / BAB 2: Pria Bajingan

Share

BAB 2: Pria Bajingan

Penulis: Miss.EA
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-08 18:23:18

***

Setelah pertemuan singkat dengan klien, Nathan langsung kembali ke hotel tempat ia menginap selama berada di luar kota.

Di dalam kamar, Nathan duduk di sofa dekat ranjang dengan ponsel di tangan kanannya. Ia mengutak-atik perangkat canggih tersebut sejak tadi, berulang kali menghela napas gusar.

Nathan menghubungi Mary berkali-kali, tetapi panggilan teleponnya tak kunjung dijawab oleh sang kekasih. Ia hanya ingin memberitahu Mary bahwa sekarang ia sudah sampai dan berada di hotel.

Sayangnya, wanita itu justru tidak menjawab teleponnya. Nathan tampak cemas karena sebelumnya Mary hampir tidak pernah bersikap seperti ini.

“Apakah mungkin dia sangat sibuk? Makanya, tidak sempat menjawab teleponku,” gumam Nathan pelan, menerka-nerka keadaan kekasihnya di sana.

Kemudian, ia menghela napas. “Ya sudahlah, sebaiknya aku kirim pesan singkat saja. Kalau nanti dia sudah tidak sibuk, pasti akan membacanya. Itu yang lebih penting,” pikirnya.

Setelah itu, Nathan segera mengetik pesan untuk dikirimkan kepada Mary:

“Sayang, aku tahu kamu pasti sangat sibuk. Maaf tadi aku menghubungimu beberapa kali. Aku hanya ingin memberitahumu bahwa sekarang aku sudah sampai di hotel. Tadi, aku sempat bertemu dengan salah satu klien dan makan malam bersamanya. Setelah selesai pertemuan, aku langsung pulang ke hotel. Sekarang aku sudah di kamar dan mau istirahat dulu karena besok pagi ada pertemuan lagi dengan klien yang lain. Aku hanya ingin menyampaikan ini saja padamu. Kamu baik-baik di sana, hati-hati bekerja, dan jangan terlalu capek. I love you.”

Usai mengetik pesan tersebut, Nathan mengklik tombol kirim hingga pesan itu pun terkirim kepada Mary.

Sejenak, Nathan menatap lekat layar ponsel yang menyala di depan wajahnya. Ia mengulas senyum ketika memperhatikan foto Mary yang ia jadikan wallpaper. Ibu jarinya bergerak mengusap layar tersebut seolah sedang membelai wajah cantik Mary.

“Kamu sangat cantik, Mary,” gumamnya, diikuti tawa pelan. “Sudah dari dulu aku menyadari betapa cantiknya kamu. Sekarang, setelah menjadi kekasihku, kamu bahkan semakin cantik. Hem, aku tidak sabar menikah denganmu, tinggal bersama, dan membina rumah tangga yang bahagia,” ucapnya dengan perasaan tulus.

Dulu, Nathan pernah tertarik pada Jihan, mengagumi kecantikan dan kelembutan hatinya, wanita yang merupakan adik sepupunya. Namun, Jihan tidak memiliki perasaan yang sama.

Nathan mengerti dan tidak memaksakan Jihan untuk membalas perasaannya. Dengan Jihan bersedia menjadi teman baiknya saja sudah lebih dari cukup bagi Nathan.

Setelah bertemu kembali dengan Jihan dan mengetahui bahwa wanita itu akan menikah, perlahan Nathan mengubur perasaannya. Ia kemudian mencoba untuk membuka diri pada wanita lain, yaitu Mary.

Nathan kini merasakan perasaan cinta yang mendalam kepada Mary dan ingin serius menjalin hubungan dengannya. Sebelumnya, Nathan pernah membahas soal pernikahan dengan Mary, dan kabar baiknya, wanita itu bersedia jika hubungan mereka dibawa ke jenjang yang lebih serius.

Belum lama ini, Nathan juga telah berbicara dengan paman dan bibinya, yang merupakan orang tua kedua baginya, mengenai keseriusannya terhadap Mary. Mereka setuju dengan keputusannya untuk menikahi Mary, menganggap wanita itu sebagai sosok yang baik, tulus, dan sangat cocok untuk bersanding dengannya.

Setelah beberapa menit merenung, Nathan bangkit dari duduknya, melangkah menuju ranjang, dan meletakkan ponselnya di atas nakas di samping ranjang. Ia kemudian bergerak menuju kamar mandi.

Nathan menggosok gigi dan membersihkan wajah. Setelah selesai, ia segera keluar dari kamar mandi dan mengganti pakaian formalnya dengan baju tidur. Kemudian, Nathan naik ke tempat tidur, membaringkan tubuhnya yang lelah, dan menarik selimut ke atas tubuhnya, bersiap untuk beristirahat malam ini.

***

Esok paginya…

Suasana di dalam kamar VVIP sebuah Nightclub tampak sangat berantakan. Di lantai marmer putih berserakan pakaian dan beberapa bantal.

Di atas ranjang berukuran king size, dua orang yang berbeda jenis kelamin tertidur pulas. Tubuh mereka yang tanpa pakaian itu hanya ditutupi oleh selimut tebal berwarna putih.

Sang wanita berbaring dengan posisi miring, sementara di belakangnya, sang pria berbaring dengan posisi serupa namun menghadap punggungnya. Di balik selimut, sang pria memeluk tubuh wanita itu dengan lembut.

Kamar yang sejuk membuat mereka tampak pulas, seolah melupakan rasa lelah akibat pergulatan panas yang tidak diinginkan terjadi semalam antara mereka, yaitu Mary dan Victor.

Pergulatan yang tidak diinginkan?

Ya, semalam Victor benar-benar mabuk dan kehilangan kendali akibat terlalu banyak meneguk minuman beralkohol. Tanpa disadari, ia telah merenggut kesucian seorang wanita yang ia kenal, meskipun ia tidak menyukainya.

Mary, selama ini, adalah wanita yang sangat menjaga kehormatan dirinya. Meskipun bertahun-tahun bekerja di sebuah club malam yang penuh dengan godaan, ia tidak pernah goyah sedikitpun.

Mary sangat memegang teguh prinsipnya bahwa kesuciannya hanya akan diserahkan kepada pria yang berhak, yaitu suaminya kelak. Itulah salah satu mimpi terbesarnya.

Ketika di luar sana para gadis berbondong-bondong melakukan hubungan intim— menikmati making love dengan kekasih mereka, bahkan bergonta-ganti pasangan, Mary justru memiliki pandangan yang berbeda.

Baginya, sangat spesial untuk menyerahkan kesuciannya kepada suaminya di malam pertama setelah pernikahan mereka. Selain cinta yang tulus, ada mahkota berharganya yang bisa dia banggakan di hadapan suaminya kelak.

Namun kini, semua itu berakhir sia-sia, dan semua ini disebabkan oleh Victor, lelaki yang Mary anggap kejam, jahat, dan bajingan. Sejak dulu, Mary sangat membenci pria itu karena sering mengganggu sahabatnya, Jihan.

Namun siapa sangka, kini takdir berkata lain. Pria yang sangat dia benci itu adalah orang yang telah merenggut kesuciannya yang telah ia jaga selama ini. Pria itu telah menikmati tubuhnya semalaman, membuat Mary merasa jijik pada diri sendiri dan merasa hancur sehancur-hancurnya.

Menit demi menit berlalu, perlahan Mary menggerakkan tubuhnya, menggeliat dengan lambat. Matanya dibuka dengan paksa meskipun terasa berat. Matanya sembab akibat banyak menangis semalaman.

Setelah beberapa saat berhasil mengumpulkan kepingan ingatan, Mary teringat semua yang terjadi semalam. Dengan kasar, ia menyingkirkan lengan kekar Victor yang memeluk tubuhnya.

Tindakan Mary itu sontak mengusik Victor dari tidur nyenyaknya. Pria itu mengubah posisi dari berbaring miring menjadi terlentang, terdengar rintihan pelan yang lolos dari bibirnya. Victor membawa salah satu tangan memijat pelipisnya, merasakan kepalanya berdenyut.

Di sampingnya, Mary mengeratkan selimut di tubuhnya yang polos lalu menggerakkan tubuh. Victor pun menyadari bahwa dia tidak sendirian; ada orang lain yang tidur di sampingnya.

Segera, Victor mengalihkan pandangannya pada sosok yang belum ia sadari itu. “Kau…!” kedua matanya terbelalak saat melihat jelas wajah Mary. Dengan refleks, Victor menegakkan tubuhnya, menarik pandangannya dari Mary dan menatap tubuhnya yang polos tanpa sehelai benang di balik selimut.

“Fuck!” Victor mengumpat dengan kasar, lalu menatap tajam pada Mary. “Apa yang kau lakukan di sini, wanita sialan?!” geramnya, menyalahkan Mary padahal wanita itu adalah korban dari perbuatan bejatnya semalam.

Dengan berani, Mary menatap tajam pada Victor. “Mengapa kamu bertanya padaku apa yang aku lakukan di sini?! Aku di sini karena ulahmu! Kamu sungguh brengsek, Victor!” Suaranya tajam namun bergetar.

Victor mengerutkan kening bingung saat mendengar ucapan Mary. “Apa maksudmu?! Jangan mengada-ngada, apalagi mencoba untuk menjebakku!” desisnya. Victor tidak bisa mengingat apa yang terjadi semalam, termasuk kejadian di mana dia memaksa Mary hingga berakhir merenggut kesucian wanita itu.

Mary menatap penuh kebencian pada Victor. “Menjebakmu?” ulangnya. “Untuk apa aku menjebakmu? Apa keuntungan yang aku dapat jika aku melakukan itu padamu?”

Victor terdiam, tak mengalihkan tatapan tajamnya dari Mary.

“Aku di sini gara-gara kamu! Aku mengantarkan minuman yang kamu pesan, tapi kamu justru memaksaku dan memperkosaku di sini, brengsek!”

“Jangan sembarangan menuduhku!” desis Victor, tidak terima dan tidak percaya dengan apa yang disampaikan oleh wanita itu.

“Kau bekerja sebagai bartender. Lantas, bagaimana mungkin kau tiba-tiba masuk ke sini untuk mengantarkan minuman pesanan ku? Jangan banyak alasan! Kau sengaja masuk sini dan tidur bersamaku, iya kan? Jawab!” bentak Victor dengan suara menggelegar. Mary refleks menutup mata sekilas.

“Betul, aku bekerja di sini sebagai bartender. Tapi semalam, manajerku meminta tolong padaku untuk mengantarkan minuman ke sini. Seharusnya setelah aku mengantarkan pesananmu, aku bisa keluar, tapi yang terjadi justru sebaliknya. Kamu memaksaku, kamu memperkosaku. Kamu benar-benar bajingan, Victor! Aku benci padamu!” desis Mary, bibirnya bergetar menahan tangis.

Detik berikutnya, dengan gerakan cepat, Victor mendekat pada Mary lalu mencekik leher wanita itu dengan kuat. Mary tersentak dan mencengkeram pergelangan tangan Victor.

“Jangan coba-coba mengarang cerita di depan muka ku, Mary! Kau pikir aku pria bodoh yang akan dengan mudahnya percaya pada semua omong kosongmu?!” desis Victor, seraya terus mencengkeram leher jenjang Mary tanpa mempedulikan wanita itu yang tengah merintih kesakitan.

Kemudian, tatapan tajam Victor berubah dalam hitungan detik. Dia menatap remeh pada Mary. “Aku sudah sering bertemu dengan wanita-wanita sepertimu! Memanfaatkan tubuh untuk menjerat seorang pria. Entah kenapa, aku sangat yakin kau adalah salah satu dari mereka. Kau sengaja memanfaatkan tubuhmu untuk menjebakku di sini dan membuat keadaan seolah-olah aku yang bersalah!”

Dengan penuh keberanian, serta sisa tenaga yang dimilikinya, Mary menepis dengan kasar tangan Victor yang mencengkram lehernya. Ia berhasil membebaskan diri dan mengangkat tangan kanannya ke udara, lalu menampar keras wajah tampan pria itu.

PLAK!

Wajah Victor terbuang ke samping, lalu detik berikutnya, ia kembali menatap tajam Mary, menemukan wanita itu memandangnya dengan penuh kebencian.

“Jaga bicaramu. Aku bukan wanita seperti yang kamu pikirkan, dan aku bukan salah satu dari wanita murahan yang sering kamu tiduri di luar sana! Aku bekerja di club, bukan berarti aku menjual tubuhku!” ucap Mary dengan nada tegas. Suaranya bergetar, menahan tangis.

Dengan napas yang masih terengah, Mary melanjutkan, “Kalau kamu beranggapan aku dengan sengaja menjebakmu di sini, sekarang aku tanya: kira-kira, menurutmu apa keuntungan yang aku dapatkan jika memang aku melakukannya?! Apa keuntungan dari menjebak pria bajingan seperti kamu, sedangkan di sisi lain aku memiliki seorang kekasih yang teramat sempurna, jauh dari segala galanya yang ada padamu!”

“Kamu hanya seorang pria bajingan! Kamu adalah penjahat! Dan aku tidak akan sudi menjebak seorang pria sepertimu! Kekasihku jauh lebih baik daripada kamu!”

“Cukup!” hardik Victor, telinganya semakin panas mendengar setiap kalimat yang diungkapkan oleh wanita itu. Entah mengapa, dia tidak suka mendengar Mary membandingkan dirinya dengan kekasihnya, yang entah siapa. Dia belum tahu bahwa Nathan adalah kekasih Mary, pria yang merupakan keponakan bosnya.

“Kekasihku jauh lebih baik daripada kamu! Lantas, apakah kamu pikir aku adalah wanita gila yang menjebakmu sementara aku memiliki seorang pria yang teramat sempurna?!” Mary melanjutkan tanpa menghiraukan tatapan tajam Victor.

“Diam, wanita sialan!” bentak Victor, lalu ia kembali mencekik Mary, kali ini lebih kuat dari sebelumnya. Ia mencengkeram leher wanita itu, membuatnya tersiksa, lalu dengan kasar menghempas wajah Mary.

Mary terbatuk akibat cekikan kuat Victor.

“Aku bilang tutup mulutmu, atau aku akan membunuhmu!” ancam Victor dengan serius. Matanya menyala menyorot tajam pada Mary.

Tak banyak bicara, Mary bangkit dari ranjang, memungut pakaian yang berserakan di lantai, dan bergerak menuju kamar mandi.

Di sisi lain, Victor menutup bagian inti tubuhnya menggunakan bantal, karena selimut dibawa oleh Mary. Tanpa sengaja, pandangannya tertuju pada sebuah bercak merah yang sudah kering di atas seprai putih yang kusut.

“Darah?” gumamnya dengan suara tercekat di tenggorokan.

Di saat bersamaan, di dalam kamar mandi, Mary menangis pilu meratapi kehancuran dan memikirkan bagaimana kelangsungan hubungannya dengan Nathan.

Setelah itu, Mary segera mengenakan pakaiannya, lalu keluar dari kamar mandi dan bergerak meninggalkan kamar tanpa menghiraukan Victor yang masih berada di dalam kamar tersebut.

***

Bab terkait

  • One Night Stand   Bab 3: Nathan Gelisah

    ***Setibanya di apartemen, Mary langsung bergerak menuju kamar mandi. Ia menanggalkan semua kain yang melekat di tubuhnya dengan gerakan kasar, membuatnya robek. Setelah itu, Mary melangkah ke bilik shower.Ia menyalakan air, membiarkan tubuh telanjangnya disiram deras sambil menggosok kulitnya dengan kasar. Ia berharap, dengan cara ini, ia bisa menghapus semua bekas sentuhan pria bajingan itu semalam.Mary tak peduli lagi dengan kulitnya yang tampak memerah; ia terus menggosok tanpa ampun. Di sisi lain, air matanya bercampur dengan air shower, tetapi isak tangisnya tetap terdengar menyayat hati.Selain karena ia memiliki seorang kekasih, dan mereka sudah merencanakan untuk melanjutkan hubungan ke jenjang yang lebih serius, Mary juga sangat membenci Victor—bahkan sejak jauh sebelum ia mengenal Nathan.Semakin banyak ia mendengar curhatan pilu sahabatnya, Jihan, tentang semua perlakuan menjijikan Victor, semakin besar rasa jijiknya dan bencinya terhadap pria itu.Namun kini, takdir se

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-08
  • One Night Stand   Bab 4: Lebih Baik Mengakhiri

    ***“Tuan, apakah Anda baik-baik saja?” tanya wanita yang merupakan asisten Nathan, Daisy namanya. Ia memiliki postur tubuh mungil, kulit cerah seputih susu, dan … wajah yang sangat cantik.“Ah, maaf jika saya lancang,” ia tampak gugup ketika ditatap datar oleh Nathan. “Saya hanya mencemaskan keadaan Anda. Sejak tadi … saya melihat Anda tidak fokus. Bahkan, beberapa pertanyaan dari klien cukup lama Anda tangkap.”Sejenak, Nathan menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskannya dengan kasar. Ia menegakkan tubuh, kemudian menyandarkan punggung di sandaran sofa. Saat ini, ia dan Daisy masih berada di dalam sebuah ruangan VVIP di restoran setelah mengadakan pertemuan dengan klien.Nathan meraup wajahnya dengan kedua tangan, menandakan betapa gelisahnya ia. Sejak pagi tadi, ia belum bisa mengusir bayangan Mary dari pikirannya.Wanita cantik itu memenuhi pikirannya dan membuatnya khawatir. Rasanya, Nathan ingin pulang saat ini juga untuk menemui kekasihnya itu, memastikan langsung apa yang t

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-08
  • One Night Stand   Bab 5: Ingin Putus?

    ***Setelah menghabiskan waktu sekitar 15 menit dari club, Nathan tiba di apartemen Mary. Setelah memarkirkan mobilnya di basement, Nathan keluar dengan langkah terburu-buru menuju lift yang akan membawanya ke lantai tempat unit apartemen kekasihnya berada.Setelah tiba di depan lift, Nathan masuk dan menekan tombol. Pintu lift tertutup rapat, dan beberapa detik kemudian, lift mulai bergerak naik ke lantai yang dituju.Ting!Setelah beberapa saat, lift berbunyi, dan pada saat yang sama, pintu terbuka lebar. Nathan melangkah keluar dari lift menuju unit apartemen Mary.Dengan perasaan berdebar, Nathan kini berdiri di depan pintu apartemen. Ia mengangkat tangan hendak menekan bel, tetapi tiba-tiba ia mengurungkan niatnya. Sudah hampir jam 1 dini hari, dan jika Mary ternyata baik-baik saja dan tertidur, bunyi bel tentu akan mengganggu tidurnya.‘Sebaiknya aku langsung masuk saja,’ pikir Nathan, lalu ia membuka pintu tersebut dengan mudah. Mary sendiri yang memberikan akses masuk ke apart

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-08
  • One Night Stand   Bab 6: Wanita Bar-Bar

    ***Di atas ranjang, Mary berbaring dengan posisi miring, kedua kakinya ditekuk. Matanya terlihat sembab akibat terlalu banyak menangis. Sejak ditinggalkan oleh Nathan sekitar dua jam yang lalu, yang bisa dilakukan Mary hanyalah menangis.Ia ingin sekali menceritakan apa yang sebenarnya terjadi padanya kepada Nathan, tetapi di sisi lain, Mary juga takut Nathan tidak akan mempercayainya. Hanya dengan menyampaikan penjelasan tanpa bukti apapun, rasanya mustahil ada orang yang akan mempercayainya, bahkan Nathan, kekasihnya sendiri.Di mata Mary, Nathan adalah pria yang sangat baik dan tulus. Sempurna. Pria itu memperlakukan Mary dengan sangat lembut, sehingga rasanya kecil kemungkinan pria itu akan menyakiti perasaannya andai saja ia berkata jujur.Namun, percayalah, berada di posisi Mary saat ini bukanlah hal yang mudah. Rasa trauma membuat pikirannya kacau, ditambah sudut pandang yang selalu negatif membuatnya kesulitan untuk bercerita kepada orang lain.Mary tidak ingin memendam semua

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-08
  • One Night Stand   Bab 7: Sebuah Kebetulan

    ***Jam delapan pagi, cahaya matahari masuk melalui celah-celah tirai jendela kamar Mary. Di atas ranjang, wanita itu tidur pulas, ditemani Nathan yang setia memberikan pelukan hangatnya sepanjang malam.Posisinya yang membelakangi Nathan dan wajahnya yang menghadap ke arah jendela membuat cahaya matahari menerpa kulit wajahnya yang mulus. Detik demi detik, ia mulai terusik oleh rasa hangat yang cenderung panas dan silau, meskipun matanya masih tertutup.Mary bergerak pelan, mengubah posisi tubuhnya untuk menghadap Nathan. Di bawah selimut tebal yang menghangatkan tubuhnya, ia membawa sebelah tangan untuk memeluk pria itu. Wajahnya semakin dekat ke dada bidang pria itu, dan tubuhnya semakin rapat seolah mencari ketenangan.Di sisi lain, Nathan sudah terjaga sejak satu jam yang lalu. Namun, pria itu tak beranjak sedikitpun dari tempat tidur. Ia tidak ingin meninggalkan Mary sebelum wanita itu terbangun.Nathan menggulung senyum, merasakan pelukan erat Mary di tubuhnya, lalu mengecup le

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-08
  • One Night Stand   Bab 8: Makan Siang Bersama

    ***Jika sebelumnya Mary selalu antusias saat mengunjungi kediaman Hilton yang mewah dan megah, kali ini terasa berbeda. Ia menyadari ada sesuatu yang tidak nyaman di dalam hatinya ketika berada di tengah keluarga kekasihnya.Keluarga Nathan, yang sangat tulus dan ramah kepadanya, justru membuat Mary merasa bersalah. Dia merasa seperti seorang pengkhianat yang tidak pantas berada di sana. Meskipun tidak ada seorangpun yang tahu apa yang telah terjadi padanya, Mary merasa malu yang luar biasa. Ia merasa seolah-olah sedang ditelanjangi di depan banyak orang.Tak tahu harus berbuat apa, saat kakinya melangkah memasuki kediaman yang megah itu, dadanya berdebar-debar dan perasaan tidak nyaman semakin merayap, membuatnya gelisah."Kamu kenapa, sayang?" tanya Nathan, yang menghentikan langkahnya dan menatap lekat-lekat pada Mary yang juga berhenti di sampingnya. Keningnya tampak berkerut, menunjukkan kebingungan atas reaksi kekasihnya yang ia sadari."Hah..?" Mary terkejut oleh pertanyaan p

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-08
  • One Night Stand   Bab 9: Hinaan Mary Terhadap Victor

    ***Sebelumnya, Victor menuju toilet bersama temannya, Olso. Namun, temannya itu sudah selesai terlebih dahulu dan meninggalkannya di toilet untuk kembali ke ruang tengah, bergabung dengan Dominic dan Nathan di sana.Namun, sebuah kebetulan kembali membuat Victor dan Mary terjebak dalam situasi tak diinginkan. Tanpa sengaja, Mary pun masuk ke dalam toilet tempat Victor berada. Betapa terkejutnya wanita itu ketika melihat kehadiran pria bajingan itu di sana!Tanpa berpikir panjang, Mary segera berusaha mundur untuk keluar dari toilet tersebut. Namun sialnya, dia kalah cepat dari Victor, yang sudah mengunci pintu toilet dan memerangkap tubuhnya di antara pintu.Mary membuka bibirnya, hendak mengatakan sesuatu, tetapi Victor sigap membungkam mulutnya dengan sebelah tangan, sementara tangan yang satunya lagi digunakan untuk menahan kedua tangan Mary di atas kepala."Uussttt... diam, Baby," bisik Victor di depan wajah Mary. Pria itu lalu mengulas senyum smirk di wajahnya.Mary terhenyak, k

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-08
  • One Night Stand   Bab 10: Mary Dalam Bahaya

    ***"Kau ini kenapa, huh? Tiba-tiba bersikap begini, gegabah tanpa berpikir panjang," Olso berkata sambil menyetir, melirik Victor yang duduk di sampingnya. "Nathan itu keponakan Tuan Dominic, dan dia sangat sayang terhadap keponakannya, seperti putranya sendiri. Dan kau... kau malah dengan beraninya mengganggu kekasih dari keponakannya itu. Mereka akan segera menikah, Victor. Berhentilah berbuat gila, jangan sampai semua tindakanmu itu menghancurkan apa yang selama ini kita bangun. Kepercayaan Tuan Dominic. Hubungan baik kita dengannya jangan sampai hancur hanya karena kau mengejar Mary."Di sisi lain, Victor hanya diam, mendengarkan dengan seksama omelan panjang lebar Olso tanpa berniat membalas."Aku tidak tahu persis apa alasanmu kali ini. Tapi yang jelas, aku tidak percaya kalau alasannya karena cinta. Kau tidak mungkin mencintai Mary, kan? Sementara Jihan sendiri belum bisa kau lupakan," Olso melanjutkan, tampak belum puas mengomeli temannya itu.Ya, Olso sangat kesal dengan Vi

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-08

Bab terbaru

  • One Night Stand   Bab 26: Pemerkosa

    ***PLAK!Victor tak dapat melanjutkan kalimatnya, terganti dengan suara tamparan keras dari tangan Mary di pipinya.“Tutup mulutmu dan berhenti menghakimiku seperti itu! Kamu tidak pantas melakukannya!” Mary terengah-engah membalas tatapan tajam Victor dengan berani.“Kamu tahu mengapa aku seperti ini, Victor! Kamu tahu siapa yang membuatku seperti ini! Kamu tahu siapa orang yang dengan tega menghancurkan hidupku! Itu adalah KAMU! KAMU, BAJINGAN!” teriak Mary, matanya memerah dan tubuhnya gemetar oleh amarah yang meluap-luap.Victor terdiam, memaku pandangannya pada Mary. Ia mendengarkan dengan seksama setiap kata yang dilontarkan oleh… bibir manis itu.Manis? Oh, ayolah. Di saat suasana begini, dia masih bisa membayangkan rasa bibir kenyal itu.“Kamu tidak pantas mengatai aku wanita paling jahat di dunia ini… karena di atas aku masih ada kamu! Pemerkosa!”“Aku tidak memperkosamu, Mary,” sanggah Victor dengan nada yang tenang.“Tapi kenyataannya begitu, kan? Aku begini karena kamu! A

  • One Night Stand   Bab 25: Terus Menyangkal

    ***Selesai membayar barang belanjaannya, Mary bergegas keluar dari toko. Ia memperhatikan awan yang mulai gelap dan mendung.“Sepertinya akan turun hujan,” gumam Mary pelan sambil melangkah cepat menuju flatnya.Di sisi lain, Victor sengaja menghentikan mobilnya dengan jarak agak jauh sambil memperhatikan arah Mary pulang.“Ah, ternyata tempat tinggalnya di sana?” katanya dengan mata tajam memandang lurus pada sosok Mary.Masih diam di dalam mobil, Victor melihat Mary masuk ke dalam sebuah flat. Kemudian, ia membuka sabuk pengaman dan segera turun dari mobil setelah mengambil ponsel dan dompetnya yang tergeletak di atas jok di sampingnya.Dengan perasaan lega, Victor melangkah lebar dan kini ia berdiri di depan pintu flat yang dihuni oleh Mary.Tok! Tok! Tok!Di dalam, Mary baru saja menyimpan plastik susu hamil yang ia beli tadi di toko ke atas meja. Ia berniat untuk memindahkannya ke tempat khusus susu. Namun, ketika ia mendengar seseorang mengetuk pintu, gerakan tangannya terhenti

  • One Night Stand   Bab 24: Bertemu

    ***“Selamat pagi, Tuan,” sapa Daisy saat ia masuk ke dalam mobil Nathan dan duduk di kursi penumpang samping kemudi.“Pagi, Daisy. Maaf, aku membangunkanmu terlalu pagi,” kata Nathan dengan perasaan tidak enak terhadap wanita itu.Sambil mengikat sabuk pengaman, Daisy melirik sekilas ke arah Nathan. “Tidak apa-apa. Kebetulan semalam saya tidur cepat. Jadi... saya sudah cukup tidur,” ujarnya sambil melempar senyum pada pria itu.Nathan mengangguk samar.“Ayo, kita berangkat sekarang. Katanya desa itu agak jauh, kan?” “Ya, sekitar 4 jam perjalanan,” jawab Nathan.Kemudian, Nathan melajukan mobilnya, bersiap menuju desa tempat tinggal Chiara— Willowbrook, dengan harapan dapat menemukan petunjuk tentang Mary di sana.**Menjelang jam 10 pagi, Victor menggeliat di dalam mobil. Ia membuka mata dan mengerang pelan ketika merasakan badannya pegal-pegal akibat tidur berjam-jam di dalam mobil dengan posisi yang tidak nyaman.Sejak semalam, Victor menunggu wanita pemilik flat. Hingga pagi jam

  • One Night Stand   Bab 23: Terus Mencari

    ***Mary merasakan kebahagiaan yang tak terhingga saat dirinya diterima bekerja di sebuah toko bunga. Ia sangat berterima kasih kepada sahabatnya, Chiara, yang telah membantunya mendapatkan pekerjaan tersebut.Pemilik toko bunga itu pun sangat baik dan ramah terhadap Mary. Setelah dua hari yang lalu diterima, keesokan harinya ia langsung mulai bekerja di toko bunga tersebut. Mary benar-benar menikmati pekerjaan barunya, sebuah kegiatan yang menurutnya sangat menyenangkan.Ya. Setelah menjalani kehidupan yang penuh tekanan di pusat kota London, Mary memutuskan untuk mencari ketenangan di pedesaan terpencil bernama Willowbrook. Flat kecil yang disewanya terletak di sebuah bangunan tua yang memiliki karakter unik, dengan jendela-jendela besar yang menghadap ke ladang hijau yang luas.Ketenangan desa ini sangat kontras dengan kebisingan kehidupan kota yang selama ini menguras energinya. Dia menikmati momen-momen sederhana, seperti menyiapkan secangkir teh herbal sambil duduk di balkon kec

  • One Night Stand    Bab 22: Tempat Baru

    ***Tak ada pilihan lain, Victor akhirnya memutuskan untuk menghubungi Jihan. Sebelumnya, Victor berharap bisa mendapatkan informasi tentang Mary dari Jihan tanpa harus bertemu dengannya. Namun, ternyata tidak.Jihan bersikeras ingin bertemu langsung dengan Victor, sehingga pria itu dengan terpaksa menuruti kemauannya demi mendapatkan informasi tentang Mary. Setelah mengunjungi tempat tinggal salah satu teman Mary, Victor memacu kendaraannya menuju Mansion Alexander's untuk bertemu dengan Jihan di sana.Setelah menghabiskan waktu sekitar tiga puluh menit, akhirnya Victor tiba di kediaman Alexander's yang mewah dan megah. Mobilnya melesat melintasi pintu gerbang yang kokoh setelah dibuka oleh seorang penjaga profesional.Menghentikan mobilnya, Victor menoleh ke samping kanan. Ia mendesah gusar melihat sosok yang sangat dicintainya itu: Jihan.Di cintai?Ah, sepertinya Victor salah. Tanpa dia sadari, cinta yang begitu besar yang ia miliki untuk Jihan kian terkikis. Posisi wanita itu di

  • One Night Stand   Bab 21: Victor Tidak Menyerah

    ***Beberapa hari yang lalu, Victor disibukkan oleh Kylie. Ia menemani wanita itu ke berbagai acara tertentu sehingga melewatkan banyak informasi penting tentang Mary di London.Sebagaimana diketahui, Ayah Kylie adalah salah satu orang berpengaruh di Miami, Florida, dan sangat berperan penting dalam kesuksesan Victor mengembangkan bisnis milik Dominic.Oleh karena itu, ketika Ayah Kylie meminta Victor untuk menemani putrinya ke suatu acara, Victor merasa sulit untuk menolak. Ayah Kylie seringkali menggunakan bisnis mereka sebagai bentuk ancaman terhadap Victor.Muak? Tentu saja. Victor sangat muak. Namun, untuk saat ini, ia tidak punya pilihan selain mengikuti kemauan pria tua itu, karena Victor sedang mengincar sesuatu dari dirinya. Jika semuanya berhasil, mungkin di saat itu ia bisa membebaskan diri dari tekanan Ayah Kylie.Setelah beberapa hari berlalu, Victor menerima laporan dari orang suruhannya bahwa dia tidak melihat keberadaan Mary selama beberapa hari ini. Hal itu membuat Vi

  • One Night Stand   Bab 20: Pergi

    ***Mary duduk termenung di sofa, sambil menyandarkan punggungnya. Dengan kedua tangan, ia mengusap wajahnya, merasakan kegusaran yang menggelayuti pikirannya. ‘Kalau aku tetap tinggal di sini, Nathan pasti akan datang lagi dan membuat semuanya semakin rumit. Tapi jika aku pergi, ke mana aku harus pergi? Aku tidak punya siapa-siapa lagi di dunia ini,’ bisiknya dalam hati.Bagaimana sekarang? Apa yang harus ia lakukan untuk menghindari Nathan?Semalam, Mary sempat merasa tenang karena menyangka Nathan sangat marah padanya. Dia berpikir pria itu akan membencinya selamanya. Namun, kenyataannya jauh dari harapannya. Pagi ini, Nathan datang ke apartemennya, mengungkapkan permohonan maaf dan mengaku sangat menyesali perbuatannya kemarin.‘Kenapa Nathan berubah begitu cepat?’ pikir Mary. "Kemarin, dia sangat marah padaku. Bahkan tatapan penuh kebenciannya masih segar dalam ingatanku. Apa yang membuat Nathan begitu mudah mengubah keputusannya?’Mary merasa bingung, berusaha memahami perubaha

  • One Night Stand   Bab 19: Kesempatan Kedua

    ***Mary tiba di apartemen. Ia membayar taksi, lalu segera turun dan melangkah menuju lobi. Ketika ia berbelok menuju lift, kepalanya pusing lagi dan tiba-tiba mual, padahal Mary belum makan sama sekali. Sarapan pagi ia lewatkan, sengaja karena tidak berselera terhalang oleh rasa mual yang terus menerus menyiksanya.Mary masuk ke dalam lift dan menekan tombol. Pintu lift tertutup rapat, dan lift bergerak naik. Tak lama kemudian, lift tiba di lantai tempat unit apartemennya berada.Saat Mary melangkah keluar dari lift, kedua matanya sontak membelalak melihat sosok yang berdiri di depan pintu apartemennya. Nathan? Apa yang pria itu lakukan di sana? Mary menggelengkan kepala sambil menutup mulut dengan sebelah tangan. Ia buru-buru bersembunyi, berbelok ke lorong agar Nathan tidak dapat melihatnya.‘Astaga, dia hampir saja melihatku. Dia mau apa lagi sih datang ke sini?’ batin Mary, menyandarkan punggung pada tembok dengan napas terengah-engah sambil menekan dadanya yang berdebar kencang

  • One Night Stand   Bab 18: Positif Hamil

    ***Setelah selesai mandi Mary buru-buru bersiap-siap untuk pergi ke rumah sakit untuk melakukan pemeriksaan. Ia ingin memastikan dugaan bahwa dirinya sedang hamil. Meskipun banyak tanda-tanda yang mengarah ke sana, seperti mual, pusing yang tidak biasa, muka pucat, dan keterlambatan datang bulan, Mary tetap merasa ragu.Kemarin, ia bertanya pada temannya yang bekerja di club mengenai ciri-ciri wanita hamil. Temannya yang sudah menikah dan memiliki anak itu memberikan jawaban yang sama persis dengan gejala yang Mary rasakan, sehingga kekhawatirannya semakin bertambah. Dalam hati, Mary berharap semoga ia tidak benar-benar hamil, meskipun rasa ragu itu terus menghantuinya.Karena ingin memastikan dengan akurat, Mary memutuskan untuk langsung ke Dokter, meskipun ia bisa menggunakan test pack. Setelah bersiap-siap, Mary pergi ke rumah sakit terdekat. Setibanya di sana, ia mendaftarkan diri dan mengambil nomor antrian. Tidak lama kemudian, namanya dipanggil, dan Mary bergegas masuk ke da

DMCA.com Protection Status