Home / Romansa / One Night Stand / Bab 3: Nathan Gelisah

Share

Bab 3: Nathan Gelisah

Author: Miss.EA
last update Last Updated: 2025-01-08 18:24:06

***

Setibanya di apartemen, Mary langsung bergerak menuju kamar mandi. Ia menanggalkan semua kain yang melekat di tubuhnya dengan gerakan kasar, membuatnya robek. Setelah itu, Mary melangkah ke bilik shower.

Ia menyalakan air, membiarkan tubuh telanjangnya disiram deras sambil menggosok kulitnya dengan kasar. Ia berharap, dengan cara ini, ia bisa menghapus semua bekas sentuhan pria bajingan itu semalam.

Mary tak peduli lagi dengan kulitnya yang tampak memerah; ia terus menggosok tanpa ampun. Di sisi lain, air matanya bercampur dengan air shower, tetapi isak tangisnya tetap terdengar menyayat hati.

Selain karena ia memiliki seorang kekasih, dan mereka sudah merencanakan untuk melanjutkan hubungan ke jenjang yang lebih serius, Mary juga sangat membenci Victor—bahkan sejak jauh sebelum ia mengenal Nathan.

Semakin banyak ia mendengar curhatan pilu sahabatnya, Jihan, tentang semua perlakuan menjijikan Victor, semakin besar rasa jijiknya dan bencinya terhadap pria itu.

Namun kini, takdir seolah dengan sengaja menjebak dirinya dengan pria yang sangat ia benci itu. Pria yang semalam telah menikmati tubuhnya, mencumbu tubuh moleknya dengan penuh nafsu.

Sialnya, bahkan hingga detik ini, Mary tak bisa melupakan bagaimana Victor mendesahkan nama Jihan ketika menghentakkan tubuhnya. Bisikan pria itu di telinganya, ketika ia memuji betapa nikmatnya tubuhnya, membuat Mary ingin berteriak sekuat-kuatnya.

“Aku bersumpah tidak akan memaafkanmu seumur hidupku, Victor!” geram Mary, menggertakkan giginya di sela isak tangis.

Setelah beberapa menit, ketika Mary merasa puas mengguyur tubuhnya, ia keluar dari kamar mandi menuju ruang ganti. Berdiri di depan cermin full body, Mary melepaskan handuk yang menutupi tubuh polosnya hingga kain putih itu melorot ke lantai.

Dengan tatapan nanar, Mary menyorot lirih ke arah cermin, menemukan bercak merah kebiruan di sekitar leher, dada, dan perutnya akibat ulah Victor semalam.

Pria itu menggagahi tubuh Mary dengan brutal. Tak hanya hentakan dan hujaman yang diberikan, tetapi juga jejak kepemilikan yang sangat banyak ditinggalkannya di kulit mulus sang wanita.

Mary, wanita itu, kemudian berteriak, melangkah lebar meraih botol parfum di atas meja rias, lalu melemparnya dengan kuat ke arah cermin. Cermin itu hancur, menimbulkan bunyi nyaring yang menggema di ruangan tersebut.

Mary meluruhkan tubuhnya ke lantai, menekuk kedua kaki, dengan napas terengah-engah ia membenamkan wajah di atas lutut, menangis sejadi-jadinya.

**

Di tempat yang berbeda, Nathan tampak gelisah. Pandangannya tak lepas sedikit pun dari layar ponsel. Ia bahkan tidak fokus saat menyantap sarapan.

Pikirannya penuh akan Mary. Dari semalam hingga pagi ini, wanita itu tidak membalas pesannya sama sekali, membuat Nathan semakin khawatir.

Sebelumnya, Nathan telah menghubunginya lewat telepon dan berbagai media sosial yang ia miliki, tetapi hasilnya nihil. Mary tak juga menjawab.

‘Kamu kemana, sayang?’ batin Nathan, sambil mengangkat ponsel ke telinga kanan, menempelkan benda pipih itu di sana. Sekali lagi, ia mencoba menghubungi Mary dengan harapan wanita itu akan menjawab panggilannya.

Nathan kembali mendesah gusar, seraya menjauhkan ponsel dari telinga. Usahanya tak membuahkan hasil. Panggilannya yang kesekian kali pun tidak mendapatkan jawaban.

Tok tok tok.

Ketukan pintu sontak menarik perhatian Nathan. Ia tersentak kaget, lalu menoleh ke arah pintu dan membuka suara, "Masuk!"

Detik berikutnya, pintu tersebut dibuka lebar. Seorang wanita cantik dan anggun berdiri di ambang pintu sebelum melangkah masuk.

"Selamat pagi, Tuan," sapa wanita itu dengan sikap hormat.

Nathan menatap wanita tersebut dengan lekat. "Pagi," sahutnya singkat.

“Saya hanya sekadar mengingatkan bahwa sekarang sudah jam 9. Jam 10 kita ada pertemuan dengan klien,” ucap wanita yang merupakan sekretaris Nathan itu.

Sejenak, Nathan terdiam, tampak memikirkan pertemuannya dengan klien. Apakah dia bisa fokus saat pertemuan nanti, sementara pikirannya penuh oleh Mary?

“Jadi, bagaimana, Tuan? Apakah kita berangkat sekarang atau sebentar lagi?” tanya wanita tersebut.

Nathan mengangguk pelan. “Kita berangkat sekarang. Sebentar, aku bersiap-siap dulu,” jawabnya.

Wanita itu tersenyum ramah. “Baik, kalau begitu. Saya tunggu di luar saja. Permisi, Tuan.”

Nathan mengangguk sebagai tanggapan. Wanita itu segera keluar dari kamar hotel Nathan untuk menunggu Bosnya di luar, karena sebentar lagi mereka akan berangkat bersama untuk bertemu klien.

Agenda Nathan hari ini sangat padat. Pagi ini, dia bertemu dengan klien, lalu jam 2 siang, dia bertemu lagi dengan klien yang berbeda. Jam 5 sore, dia akan rapat di perusahaan mitranya, sedangkan jam 8 malam adalah pertemuan terakhir dengan kliennya.

Setelah semua itu selesai, Nathan dan sekretarisnya akan langsung pulang. Sepertinya hari ini akan menjadi hari yang sangat melelahkan bagi Nathan. Belum lagi, pikirannya yang berkecamuk tentang Mary.

**

Di apartemen, Olso menatap Victor dengan mata melotot. “Bukankah tidur dengan jalang adalah kebiasaanmu? Bahkan setiap malam ranjangmu diisi oleh mereka. Lantas mengapa kau tampak berlebihan seperti ini?” ujarnya, lalu mendesah kasar, merasa jengah dengan keanehan Victor.

Sebelumnya, pria itu marah kepadanya karena semalam ditinggal di club sendirian dalam keadaan mabuk, hingga ia berakhir tidur bersama seorang wanita.

Protes Victor itu jelas membuat Olso menganggap dirinya berlebihan. Pasalnya, Victor bukanlah pria suci yang masih perjaka.

Sementara itu, Olso sendiri bahkan tidak dapat menghitung dengan jari sudah berapa banyak wanita yang tidur bersamanya.

“Masalahnya, wanita yang aku tiduri bukan jalang, Olso!” sergah Victor.

Olso mengerutkan kening. “Bukan jalang? Lalu siapa?” tanyanya dengan bingung.

“Mary! Kau mengenalnya!”

Seketika, Olso membelalak. “What…!” Ia kaget bukan main saat mendengar nama wanita cantik itu disebut oleh Victor. “Kau serius? Kau menidurinya? Astaga…!” Olso mengangkat kedua tangan dan meremas rambutnya dengan kuat, frustasi.

“Bagaimana bisa, Victor? Dia bekerja di sana sebagai bartender, bukan merangkap sebagai jalang! Hey! Dia itu wanita baik-baik, bung!” protes Olso, tak bisa menyembunyikan keterkejutannya.

Victor mendengus, menanggapi reaksi Olso dengan malas.

“Dan aku dengar dia memiliki seorang kekasih. Kau malah menidurinya?” Olso menggelengkan kepala, tidak habis pikir. Sejenak, pria itu terdiam, tampak sedang memikirkan sesuatu. “Ngomong-ngomong, apakah dia masih perawan? Atau sudah dipakai?” tanya Olso penasaran.

Seketika, Victor menatap tajam ke arah Olso. “Bukan urusanmu!” dengusnya, kemudian bangkit dari duduknya dan bergerak menuju kamar mandi.

Olso terdiam mematung, memperhatikan punggung lebar Victor hingga ia menghilang di balik pintu kamar mandi.

“Dia tidak mau menjawab, artinya wanita itu masih perawan. Ck, sialan! Berarti benar isu yang aku dengar selama ini, wanita itu berbeda dengan wanita lainnya,” gumam Olso pelan.

Nightclub tempat Mary bekerja adalah salah satu tempat favorit Olso sejak dulu, sebelum ia mengenal Victor. Itulah sebabnya Olso cukup mengenal Mary. Ia banyak mendengar desas-desus mengenai wanita itu. Meskipun bekerja di club malam, Mary adalah sosok wanita yang selalu menjaga diri.

Itulah mengapa dulu Olso sempat tertarik pada Mary. Sayangnya, wanita itu mengabaikannya. Mary tidak menanggapi dirinya sedikit pun. Dan kini, ia mendengar bahwa wanita itu telah ditiduri oleh Victor, pria yang dianggapnya sahabat baik— juga pria yang ia kenal begitu kental dengan dunia malam. Menjelajahi tubuh berbagai jalang— bahkan tak jarang membeli gadis belia untuk menuntaskan hasrat.

Sebegitu brengseknya sosok Victor Marson di mata Olso dan yang dimana kenyataannya memang seperti itu.

“Sial! Bisa-bisanya pria brengsek seperti dia dapat si cantik Mary, gadis perawan. Kebaikan apa kira-kira yang sudah dilakukan?” gumam Olso, masih tak habis pikir dengan apa yang dialami Victor semalam.

Olso menghempaskan tubuhnya ke sofa, malas. Ia meletakkan kedua tangan di wajah dan mengusapnya dengan kasar.

Tak lama kemudian, Victor keluar dari kamar mandi. Olso menatap ke arah Victor yang tengah melangkah masuk ke ruang ganti. “Bantu aku cari tahu siapa kekasihnya,” Victor berkata sambil melangkah.

Kening Olso berlipat, menandakan bahwa pria itu kebingungan. Dengan refleks, ia menegakkan tubuhnya. “Siapa?” tanyanya dengan suara tinggi agar Victor bisa mendengar.

“Mary!” jawab Victor dari dalam.

Olso mengangkat sebelah alis, kemudian bangkit dari duduk. Ia bergerak menuju ruang ganti. “Pekerjaan kita banyak, Victor. Aku harap kau tidak berbuat gila kali ini,” ujarnya sambil berdiri di ambang pintu pembatas antara ruang ganti dan ruang tidur, berkacak pinggul dan menatap jengah pada Victor.

“Zaman sudah canggih. Tidak ada yang susah, Olso. Tinggal kau buka laptopmu dan cari tahu,” ujar Victor dengan acuh tak acuh, tampak keberatan dengan reaksi Olso.

“Jadi kau akan mengejar teman one-night stand-mu? Really?” Olso menatap dengan mata memicing.

Victor buru-buru mengganti pakaian dengan yang baru. Ia melirik sekilas ke arah Olso. “Aku hanya penasaran ingin tahu seberapa sempurna kekasihnya,” jawabnya sambil mengedikkan bahu. “Tidak lebih,” lanjutnya, lalu melangkah melintasi Olso dan keluar dari ruang ganti.

Olso menegakkan tubuhnya, matanya mengikuti arah gerak Victor. “Kenapa ya, rasanya kali ini aku tidak percaya padamu. Mary sangat cantik, yakin kau tidak tertarik padanya?” Nadanya terdengar mencibir dengan alis terangkat.

Berhenti di dekat meja, Victor mengangkat gelas berisi air dan membawanya ke bibir, meminum isinya sebelum menanggapi Olso. “Tidak akan! Wanita itu sangat menyebalkan sejak dulu. Tidak ada sesuatu pada dirinya yang membuatku tertarik!” Ia berhenti sejenak, menatap Olso. “Oh ya, kecuali satu hal.”

Olso menatap penasaran. Victor melanjutkan, “Membalasnya karena dia sudah berani menghinaku.” Setelah itu, ia melangkah keluar dari kamar, meninggalkan Olso yang terdiam mematung di sana, bingung.

[“Kekasihku jauh lebih baik daripada kamu! Lantas, apakah kamu pikir aku adalah wanita gila yang menjebakmu sementara aku memiliki seorang pria yang teramat sempurna?!”]

Kalimat demi kalimat yang dilontarkan oleh Mary sebelumnya kini terngiang di kepala Victor, membuatnya semakin penasaran tentang sosok yang sangat dibanggakan oleh wanita itu.

***

Related chapters

  • One Night Stand   Bab 4: Lebih Baik Mengakhiri

    ***“Tuan, apakah Anda baik-baik saja?” tanya wanita yang merupakan asisten Nathan, Daisy namanya. Ia memiliki postur tubuh mungil, kulit cerah seputih susu, dan … wajah yang sangat cantik.“Ah, maaf jika saya lancang,” ia tampak gugup ketika ditatap datar oleh Nathan. “Saya hanya mencemaskan keadaan Anda. Sejak tadi … saya melihat Anda tidak fokus. Bahkan, beberapa pertanyaan dari klien cukup lama Anda tangkap.”Sejenak, Nathan menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskannya dengan kasar. Ia menegakkan tubuh, kemudian menyandarkan punggung di sandaran sofa. Saat ini, ia dan Daisy masih berada di dalam sebuah ruangan VVIP di restoran setelah mengadakan pertemuan dengan klien.Nathan meraup wajahnya dengan kedua tangan, menandakan betapa gelisahnya ia. Sejak pagi tadi, ia belum bisa mengusir bayangan Mary dari pikirannya.Wanita cantik itu memenuhi pikirannya dan membuatnya khawatir. Rasanya, Nathan ingin pulang saat ini juga untuk menemui kekasihnya itu, memastikan langsung apa yang t

    Last Updated : 2025-01-08
  • One Night Stand   Bab 5: Ingin Putus?

    ***Setelah menghabiskan waktu sekitar 15 menit dari club, Nathan tiba di apartemen Mary. Setelah memarkirkan mobilnya di basement, Nathan keluar dengan langkah terburu-buru menuju lift yang akan membawanya ke lantai tempat unit apartemen kekasihnya berada.Setelah tiba di depan lift, Nathan masuk dan menekan tombol. Pintu lift tertutup rapat, dan beberapa detik kemudian, lift mulai bergerak naik ke lantai yang dituju.Ting!Setelah beberapa saat, lift berbunyi, dan pada saat yang sama, pintu terbuka lebar. Nathan melangkah keluar dari lift menuju unit apartemen Mary.Dengan perasaan berdebar, Nathan kini berdiri di depan pintu apartemen. Ia mengangkat tangan hendak menekan bel, tetapi tiba-tiba ia mengurungkan niatnya. Sudah hampir jam 1 dini hari, dan jika Mary ternyata baik-baik saja dan tertidur, bunyi bel tentu akan mengganggu tidurnya.‘Sebaiknya aku langsung masuk saja,’ pikir Nathan, lalu ia membuka pintu tersebut dengan mudah. Mary sendiri yang memberikan akses masuk ke apart

    Last Updated : 2025-01-08
  • One Night Stand   Bab 6: Wanita Bar-Bar

    ***Di atas ranjang, Mary berbaring dengan posisi miring, kedua kakinya ditekuk. Matanya terlihat sembab akibat terlalu banyak menangis. Sejak ditinggalkan oleh Nathan sekitar dua jam yang lalu, yang bisa dilakukan Mary hanyalah menangis.Ia ingin sekali menceritakan apa yang sebenarnya terjadi padanya kepada Nathan, tetapi di sisi lain, Mary juga takut Nathan tidak akan mempercayainya. Hanya dengan menyampaikan penjelasan tanpa bukti apapun, rasanya mustahil ada orang yang akan mempercayainya, bahkan Nathan, kekasihnya sendiri.Di mata Mary, Nathan adalah pria yang sangat baik dan tulus. Sempurna. Pria itu memperlakukan Mary dengan sangat lembut, sehingga rasanya kecil kemungkinan pria itu akan menyakiti perasaannya andai saja ia berkata jujur.Namun, percayalah, berada di posisi Mary saat ini bukanlah hal yang mudah. Rasa trauma membuat pikirannya kacau, ditambah sudut pandang yang selalu negatif membuatnya kesulitan untuk bercerita kepada orang lain.Mary tidak ingin memendam semua

    Last Updated : 2025-01-08
  • One Night Stand   Bab 7: Sebuah Kebetulan

    ***Jam delapan pagi, cahaya matahari masuk melalui celah-celah tirai jendela kamar Mary. Di atas ranjang, wanita itu tidur pulas, ditemani Nathan yang setia memberikan pelukan hangatnya sepanjang malam.Posisinya yang membelakangi Nathan dan wajahnya yang menghadap ke arah jendela membuat cahaya matahari menerpa kulit wajahnya yang mulus. Detik demi detik, ia mulai terusik oleh rasa hangat yang cenderung panas dan silau, meskipun matanya masih tertutup.Mary bergerak pelan, mengubah posisi tubuhnya untuk menghadap Nathan. Di bawah selimut tebal yang menghangatkan tubuhnya, ia membawa sebelah tangan untuk memeluk pria itu. Wajahnya semakin dekat ke dada bidang pria itu, dan tubuhnya semakin rapat seolah mencari ketenangan.Di sisi lain, Nathan sudah terjaga sejak satu jam yang lalu. Namun, pria itu tak beranjak sedikitpun dari tempat tidur. Ia tidak ingin meninggalkan Mary sebelum wanita itu terbangun.Nathan menggulung senyum, merasakan pelukan erat Mary di tubuhnya, lalu mengecup le

    Last Updated : 2025-01-08
  • One Night Stand   Bab 8: Makan Siang Bersama

    ***Jika sebelumnya Mary selalu antusias saat mengunjungi kediaman Hilton yang mewah dan megah, kali ini terasa berbeda. Ia menyadari ada sesuatu yang tidak nyaman di dalam hatinya ketika berada di tengah keluarga kekasihnya.Keluarga Nathan, yang sangat tulus dan ramah kepadanya, justru membuat Mary merasa bersalah. Dia merasa seperti seorang pengkhianat yang tidak pantas berada di sana. Meskipun tidak ada seorangpun yang tahu apa yang telah terjadi padanya, Mary merasa malu yang luar biasa. Ia merasa seolah-olah sedang ditelanjangi di depan banyak orang.Tak tahu harus berbuat apa, saat kakinya melangkah memasuki kediaman yang megah itu, dadanya berdebar-debar dan perasaan tidak nyaman semakin merayap, membuatnya gelisah."Kamu kenapa, sayang?" tanya Nathan, yang menghentikan langkahnya dan menatap lekat-lekat pada Mary yang juga berhenti di sampingnya. Keningnya tampak berkerut, menunjukkan kebingungan atas reaksi kekasihnya yang ia sadari."Hah..?" Mary terkejut oleh pertanyaan p

    Last Updated : 2025-01-08
  • One Night Stand   Bab 9: Hinaan Mary Terhadap Victor

    ***Sebelumnya, Victor menuju toilet bersama temannya, Olso. Namun, temannya itu sudah selesai terlebih dahulu dan meninggalkannya di toilet untuk kembali ke ruang tengah, bergabung dengan Dominic dan Nathan di sana.Namun, sebuah kebetulan kembali membuat Victor dan Mary terjebak dalam situasi tak diinginkan. Tanpa sengaja, Mary pun masuk ke dalam toilet tempat Victor berada. Betapa terkejutnya wanita itu ketika melihat kehadiran pria bajingan itu di sana!Tanpa berpikir panjang, Mary segera berusaha mundur untuk keluar dari toilet tersebut. Namun sialnya, dia kalah cepat dari Victor, yang sudah mengunci pintu toilet dan memerangkap tubuhnya di antara pintu.Mary membuka bibirnya, hendak mengatakan sesuatu, tetapi Victor sigap membungkam mulutnya dengan sebelah tangan, sementara tangan yang satunya lagi digunakan untuk menahan kedua tangan Mary di atas kepala."Uussttt... diam, Baby," bisik Victor di depan wajah Mary. Pria itu lalu mengulas senyum smirk di wajahnya.Mary terhenyak, k

    Last Updated : 2025-01-08
  • One Night Stand   Bab 10: Mary Dalam Bahaya

    ***"Kau ini kenapa, huh? Tiba-tiba bersikap begini, gegabah tanpa berpikir panjang," Olso berkata sambil menyetir, melirik Victor yang duduk di sampingnya. "Nathan itu keponakan Tuan Dominic, dan dia sangat sayang terhadap keponakannya, seperti putranya sendiri. Dan kau... kau malah dengan beraninya mengganggu kekasih dari keponakannya itu. Mereka akan segera menikah, Victor. Berhentilah berbuat gila, jangan sampai semua tindakanmu itu menghancurkan apa yang selama ini kita bangun. Kepercayaan Tuan Dominic. Hubungan baik kita dengannya jangan sampai hancur hanya karena kau mengejar Mary."Di sisi lain, Victor hanya diam, mendengarkan dengan seksama omelan panjang lebar Olso tanpa berniat membalas."Aku tidak tahu persis apa alasanmu kali ini. Tapi yang jelas, aku tidak percaya kalau alasannya karena cinta. Kau tidak mungkin mencintai Mary, kan? Sementara Jihan sendiri belum bisa kau lupakan," Olso melanjutkan, tampak belum puas mengomeli temannya itu.Ya, Olso sangat kesal dengan Vi

    Last Updated : 2025-01-08
  • One Night Stand   Bab 11: Terus Melawan

    ***"Club ini tutup!" seru seorang pria kepada Victor dan Olso, berusaha menghalangi jalan mereka untuk masuk ke dalam club.Di depan club, ternyata ada dua pria yang berjaga. Sementara itu, petugas yang seharusnya menjaga tempat itu telah mereka bunuh, dan nasib mayatnya entah dibuang ke mana."Aku tahu ini tengah malam, tapi bisakah jangan membuat lelucon?" sarkas Olso, menatap kedua pria itu dengan tatapan bengis secara bergantian. Di sampingnya, Victor hanya diam, menatap kedua pria itu dengan tatapan datar dan tajam.Setelah jeda sejenak, Olso melanjutkan, "Kau bilang club ini sudah tutup. Kau pikir aku buta sehingga tidak bisa melihat mobil-mobil para pengunjung yang terparkir di sana?"Kedua pria itu sontak saling melirik, memberi isyarat lewat anggukan kepala. Detik berikutnya, dengan gesit mereka mengangkat senjata yang tersembunyi di balik punggung dan mengacungkannya ke arah Olso dan Victor.Namun, dalam hitungan detik, Olso tak kalah sigap. Ia meraih pergelangan tangan sal

    Last Updated : 2025-01-08

Latest chapter

  • One Night Stand   Bab 26: Pemerkosa

    ***PLAK!Victor tak dapat melanjutkan kalimatnya, terganti dengan suara tamparan keras dari tangan Mary di pipinya.“Tutup mulutmu dan berhenti menghakimiku seperti itu! Kamu tidak pantas melakukannya!” Mary terengah-engah membalas tatapan tajam Victor dengan berani.“Kamu tahu mengapa aku seperti ini, Victor! Kamu tahu siapa yang membuatku seperti ini! Kamu tahu siapa orang yang dengan tega menghancurkan hidupku! Itu adalah KAMU! KAMU, BAJINGAN!” teriak Mary, matanya memerah dan tubuhnya gemetar oleh amarah yang meluap-luap.Victor terdiam, memaku pandangannya pada Mary. Ia mendengarkan dengan seksama setiap kata yang dilontarkan oleh… bibir manis itu.Manis? Oh, ayolah. Di saat suasana begini, dia masih bisa membayangkan rasa bibir kenyal itu.“Kamu tidak pantas mengatai aku wanita paling jahat di dunia ini… karena di atas aku masih ada kamu! Pemerkosa!”“Aku tidak memperkosamu, Mary,” sanggah Victor dengan nada yang tenang.“Tapi kenyataannya begitu, kan? Aku begini karena kamu! A

  • One Night Stand   Bab 25: Terus Menyangkal

    ***Selesai membayar barang belanjaannya, Mary bergegas keluar dari toko. Ia memperhatikan awan yang mulai gelap dan mendung.“Sepertinya akan turun hujan,” gumam Mary pelan sambil melangkah cepat menuju flatnya.Di sisi lain, Victor sengaja menghentikan mobilnya dengan jarak agak jauh sambil memperhatikan arah Mary pulang.“Ah, ternyata tempat tinggalnya di sana?” katanya dengan mata tajam memandang lurus pada sosok Mary.Masih diam di dalam mobil, Victor melihat Mary masuk ke dalam sebuah flat. Kemudian, ia membuka sabuk pengaman dan segera turun dari mobil setelah mengambil ponsel dan dompetnya yang tergeletak di atas jok di sampingnya.Dengan perasaan lega, Victor melangkah lebar dan kini ia berdiri di depan pintu flat yang dihuni oleh Mary.Tok! Tok! Tok!Di dalam, Mary baru saja menyimpan plastik susu hamil yang ia beli tadi di toko ke atas meja. Ia berniat untuk memindahkannya ke tempat khusus susu. Namun, ketika ia mendengar seseorang mengetuk pintu, gerakan tangannya terhenti

  • One Night Stand   Bab 24: Bertemu

    ***“Selamat pagi, Tuan,” sapa Daisy saat ia masuk ke dalam mobil Nathan dan duduk di kursi penumpang samping kemudi.“Pagi, Daisy. Maaf, aku membangunkanmu terlalu pagi,” kata Nathan dengan perasaan tidak enak terhadap wanita itu.Sambil mengikat sabuk pengaman, Daisy melirik sekilas ke arah Nathan. “Tidak apa-apa. Kebetulan semalam saya tidur cepat. Jadi... saya sudah cukup tidur,” ujarnya sambil melempar senyum pada pria itu.Nathan mengangguk samar.“Ayo, kita berangkat sekarang. Katanya desa itu agak jauh, kan?” “Ya, sekitar 4 jam perjalanan,” jawab Nathan.Kemudian, Nathan melajukan mobilnya, bersiap menuju desa tempat tinggal Chiara— Willowbrook, dengan harapan dapat menemukan petunjuk tentang Mary di sana.**Menjelang jam 10 pagi, Victor menggeliat di dalam mobil. Ia membuka mata dan mengerang pelan ketika merasakan badannya pegal-pegal akibat tidur berjam-jam di dalam mobil dengan posisi yang tidak nyaman.Sejak semalam, Victor menunggu wanita pemilik flat. Hingga pagi jam

  • One Night Stand   Bab 23: Terus Mencari

    ***Mary merasakan kebahagiaan yang tak terhingga saat dirinya diterima bekerja di sebuah toko bunga. Ia sangat berterima kasih kepada sahabatnya, Chiara, yang telah membantunya mendapatkan pekerjaan tersebut.Pemilik toko bunga itu pun sangat baik dan ramah terhadap Mary. Setelah dua hari yang lalu diterima, keesokan harinya ia langsung mulai bekerja di toko bunga tersebut. Mary benar-benar menikmati pekerjaan barunya, sebuah kegiatan yang menurutnya sangat menyenangkan.Ya. Setelah menjalani kehidupan yang penuh tekanan di pusat kota London, Mary memutuskan untuk mencari ketenangan di pedesaan terpencil bernama Willowbrook. Flat kecil yang disewanya terletak di sebuah bangunan tua yang memiliki karakter unik, dengan jendela-jendela besar yang menghadap ke ladang hijau yang luas.Ketenangan desa ini sangat kontras dengan kebisingan kehidupan kota yang selama ini menguras energinya. Dia menikmati momen-momen sederhana, seperti menyiapkan secangkir teh herbal sambil duduk di balkon kec

  • One Night Stand    Bab 22: Tempat Baru

    ***Tak ada pilihan lain, Victor akhirnya memutuskan untuk menghubungi Jihan. Sebelumnya, Victor berharap bisa mendapatkan informasi tentang Mary dari Jihan tanpa harus bertemu dengannya. Namun, ternyata tidak.Jihan bersikeras ingin bertemu langsung dengan Victor, sehingga pria itu dengan terpaksa menuruti kemauannya demi mendapatkan informasi tentang Mary. Setelah mengunjungi tempat tinggal salah satu teman Mary, Victor memacu kendaraannya menuju Mansion Alexander's untuk bertemu dengan Jihan di sana.Setelah menghabiskan waktu sekitar tiga puluh menit, akhirnya Victor tiba di kediaman Alexander's yang mewah dan megah. Mobilnya melesat melintasi pintu gerbang yang kokoh setelah dibuka oleh seorang penjaga profesional.Menghentikan mobilnya, Victor menoleh ke samping kanan. Ia mendesah gusar melihat sosok yang sangat dicintainya itu: Jihan.Di cintai?Ah, sepertinya Victor salah. Tanpa dia sadari, cinta yang begitu besar yang ia miliki untuk Jihan kian terkikis. Posisi wanita itu di

  • One Night Stand   Bab 21: Victor Tidak Menyerah

    ***Beberapa hari yang lalu, Victor disibukkan oleh Kylie. Ia menemani wanita itu ke berbagai acara tertentu sehingga melewatkan banyak informasi penting tentang Mary di London.Sebagaimana diketahui, Ayah Kylie adalah salah satu orang berpengaruh di Miami, Florida, dan sangat berperan penting dalam kesuksesan Victor mengembangkan bisnis milik Dominic.Oleh karena itu, ketika Ayah Kylie meminta Victor untuk menemani putrinya ke suatu acara, Victor merasa sulit untuk menolak. Ayah Kylie seringkali menggunakan bisnis mereka sebagai bentuk ancaman terhadap Victor.Muak? Tentu saja. Victor sangat muak. Namun, untuk saat ini, ia tidak punya pilihan selain mengikuti kemauan pria tua itu, karena Victor sedang mengincar sesuatu dari dirinya. Jika semuanya berhasil, mungkin di saat itu ia bisa membebaskan diri dari tekanan Ayah Kylie.Setelah beberapa hari berlalu, Victor menerima laporan dari orang suruhannya bahwa dia tidak melihat keberadaan Mary selama beberapa hari ini. Hal itu membuat Vi

  • One Night Stand   Bab 20: Pergi

    ***Mary duduk termenung di sofa, sambil menyandarkan punggungnya. Dengan kedua tangan, ia mengusap wajahnya, merasakan kegusaran yang menggelayuti pikirannya. ‘Kalau aku tetap tinggal di sini, Nathan pasti akan datang lagi dan membuat semuanya semakin rumit. Tapi jika aku pergi, ke mana aku harus pergi? Aku tidak punya siapa-siapa lagi di dunia ini,’ bisiknya dalam hati.Bagaimana sekarang? Apa yang harus ia lakukan untuk menghindari Nathan?Semalam, Mary sempat merasa tenang karena menyangka Nathan sangat marah padanya. Dia berpikir pria itu akan membencinya selamanya. Namun, kenyataannya jauh dari harapannya. Pagi ini, Nathan datang ke apartemennya, mengungkapkan permohonan maaf dan mengaku sangat menyesali perbuatannya kemarin.‘Kenapa Nathan berubah begitu cepat?’ pikir Mary. "Kemarin, dia sangat marah padaku. Bahkan tatapan penuh kebenciannya masih segar dalam ingatanku. Apa yang membuat Nathan begitu mudah mengubah keputusannya?’Mary merasa bingung, berusaha memahami perubaha

  • One Night Stand   Bab 19: Kesempatan Kedua

    ***Mary tiba di apartemen. Ia membayar taksi, lalu segera turun dan melangkah menuju lobi. Ketika ia berbelok menuju lift, kepalanya pusing lagi dan tiba-tiba mual, padahal Mary belum makan sama sekali. Sarapan pagi ia lewatkan, sengaja karena tidak berselera terhalang oleh rasa mual yang terus menerus menyiksanya.Mary masuk ke dalam lift dan menekan tombol. Pintu lift tertutup rapat, dan lift bergerak naik. Tak lama kemudian, lift tiba di lantai tempat unit apartemennya berada.Saat Mary melangkah keluar dari lift, kedua matanya sontak membelalak melihat sosok yang berdiri di depan pintu apartemennya. Nathan? Apa yang pria itu lakukan di sana? Mary menggelengkan kepala sambil menutup mulut dengan sebelah tangan. Ia buru-buru bersembunyi, berbelok ke lorong agar Nathan tidak dapat melihatnya.‘Astaga, dia hampir saja melihatku. Dia mau apa lagi sih datang ke sini?’ batin Mary, menyandarkan punggung pada tembok dengan napas terengah-engah sambil menekan dadanya yang berdebar kencang

  • One Night Stand   Bab 18: Positif Hamil

    ***Setelah selesai mandi Mary buru-buru bersiap-siap untuk pergi ke rumah sakit untuk melakukan pemeriksaan. Ia ingin memastikan dugaan bahwa dirinya sedang hamil. Meskipun banyak tanda-tanda yang mengarah ke sana, seperti mual, pusing yang tidak biasa, muka pucat, dan keterlambatan datang bulan, Mary tetap merasa ragu.Kemarin, ia bertanya pada temannya yang bekerja di club mengenai ciri-ciri wanita hamil. Temannya yang sudah menikah dan memiliki anak itu memberikan jawaban yang sama persis dengan gejala yang Mary rasakan, sehingga kekhawatirannya semakin bertambah. Dalam hati, Mary berharap semoga ia tidak benar-benar hamil, meskipun rasa ragu itu terus menghantuinya.Karena ingin memastikan dengan akurat, Mary memutuskan untuk langsung ke Dokter, meskipun ia bisa menggunakan test pack. Setelah bersiap-siap, Mary pergi ke rumah sakit terdekat. Setibanya di sana, ia mendaftarkan diri dan mengambil nomor antrian. Tidak lama kemudian, namanya dipanggil, dan Mary bergegas masuk ke da

DMCA.com Protection Status