Rapat dewan selesai, kini Nick sudah kembali lagi ke ruangan kantornya. Karena besok sudah ada yang menempati lagi, Nick bersiap untuk membereskan barang-barangnya. Dia juga meminta bantuan OB untuk membereskan barang-barangnya.Pintu terbuka, tampak seorang perempuan masuk. Dengan langkah lebar dia mendrkat pad Nick, memperhatikan apa yang di lakukan Nick. Tangannya bersedekap dengan bibir tersenyum tipis."Kamu bisa berkantor di sebelahku, Nick. Ada ruangan kosong di sana. Tapi kupikir ruangan itu tidak terlalu besar dan tidak nyaman untuk di tempati sebagai ruang kerja," kata perempuan yang tak lain Shopia."Aku tidak akan menempati ruangan mana pun. Aku akan mengirimkan surat pengunduran diri padamu," kata Nick merapikan buku-bukunya ke dalam dus besar."Oh ya? Apa kamu berniat keluar dari perusahaan ini?" tanya Shopia.Nick menghentikan kegiatannya, menatap istrinya yang terlihat kaget. Bukan kaget, lebih tepatnya mencibir."Aku rasa kamu tidak menginginkanku bekerja di sini lagi
Nick langsung mengeluarkan muntahan di westafel. Beberapa kali dia muntahkan, tapi yang keluar hanya air liur saja. Sussy yang mendengar majikannya seperti muntah pun bergegas masuk ke dalam kamar mandi, dia melihat Nick menundukkan kepala di depan westafel sambil mencoba mengeluarkan apa pun yang seperti mengganjal di tenggorokan."Hwuek! Hwuek!""Apa anda mabuk tuan? Anda muntah," kata Sussy mencoba membantu Nick dengan memijat tengkuk laki-laki itu."Aku tidak tahu, tapi semalam aku tidak minum alkohol, kenapa aku muntah?" ucap Nick mengakhiri muntahannya.Kepalanya pusing, tenaganya tiba-tiba lemas. Dia segera keluar dari dalam kamar mandi, mengelap mulutnya yang basah. Sussy mengikuti Nick keluar, dia cemas dengan keadaan laki-laki itu. Nick berjalan menuju ranjang, mencoba untuk memejamkan mata karena pusing di kepala menguasainya."Anda butuh sesuatu? Minum misalkan? Atau saua buatkan minuman hangat, lemon teh hangat?" tanya Sussy."Buatkan aku lemon teh hangat saja, rasa mualk
Nick di panggil oleh Shopia ke kantornya pagi ini, setelah dua hari dia terbaring sakit karena lemas akibat mual dan muntah terus. Shopia tidak menjenguknya karena gadis itu berada di New Jersey mengurus agensinya. Pagi ini dia pulang dan langsung ke kantor, karena sejak rencananya ingin cerai dari Nick. Wanita itu memutuskan tinggal di apartemennya sendiri di bilangan apartemen mewah di kota New York.Buru-buru Nick berangkat ke kantor sekaligus akan pamit dari kantor. Dia menaiki mobilnya segera menuju kantor perusahaan yang dulu dia pimpin. Udara pagi hari di kota New York lumayan sejuk setelah musim semi di negara itu, Nick tampak hilang beban ketika dia sudah melepas jabatan jadi CEO di kantor itu. Karena tanggung jawab besar, mempertahankan harga saham dan juga perkembangan perusahaan memang sangat di jaga sekali olehnya, meski dia sering sekali bercinta dengan Cleo di kantor. "Setelah ini, aku akan pergi ke China untuk bertemu denganmu, Cleo. Aku sangat merindukanmu sayang," g
"Apa bisa perceraian ini tidak terjadi, Nick?" tanya Shopia tiba-tiba wajahnya sendu.Dia lelah harus membohongi dirinya sendiri kalau hatinya masih menginginkan Nick, suaminya. Tapi surat gugatan sudah dia layangkan di kantor catatan sipil, jadi dia berharap Nick mau menuruti keinginannya untuk membatalkan perceraiannya itu."Maaf Shopia, itu yang kamu inginkan kan? Aku tidak bisa menolaknya," jawab Nick tegas.Dia tidak mau Shopia mengurungkan niatnya untuk membatalkan perceraian. Percuma saja jika dia membatalkan perceraian itu, karena akan sama saja. Shopia dengan sikap angkuh dan juga pemaksanya, itu tidak bisa di rubah. Saat ini hanya dia sedang kesepian saja, begitu pikir Nick.Shopia mendengus kesal, wajahnya berubah dingn ketika ajakannya untuk kembali berumah tangga dengan Nick dan membatalkan gugatan perceraian. Dia pun bangkit dari duduknya, berjalan menuju kursi kebesarannya sekarang. Nick tahu Shopia kecewa dengan jawabannya tadi.Laki-laki itu pun berjalan mendekat ke m
"Siapa itu Janet?" tanya Shopia."Emm, saya tidak tahu. Tapi, apa di suruh masuk nona?" Janet bertanya, ragu.Shopia pun mendekat, dia lupa kalau hari ini mengajak laki-laki di depan pintu itu datang ke kantornya."Ouwh, kamu datang honey?"Shopia langsung memeluk laki-laki di hadapannya. Tubuh tinggi atletis dan berotot seperti seorang binaragawan, tapi tubuhnya lebih kecil. Tampangnya juga menawan, senyumnya benar-benar membuat para wanita terpesona, sejenak Janet juga terpesona dengan penanpilan dan wajah laki-laki di depannya."Apa aku mengganggumu, baby?" tanya laki-laki itu."Tidak, aku justru menunggumu James. Kebetulan aku juga baru selesai urusannya dengan sekretarisku," jawab Shopia mengajak laki-laki bernama James.Merangkulkan tangannya di pinggang James, Janet mengerutkan dahinya. Bingung dengan sikap Shopia yang tiba-tiba berubah, baru beberapa menit lalu perempuan cantik itu menangis tersedu kareja di tinggalkan Nick. Tapi sekarang rasa kecewa itu sudah hilang, bahkan k
Nick sudah berkemas dengan tas ransel yang dia bawa di punggungnya. Pagi ini dia memang akan pergi lebih cepat setelah kemarin sampai malam hari harus memberesi barang-barangnya, sebagian sudah dia kirim ke apartemennya di kota Queens. Tidak menunggu satu minggu ke depan, baginya setelah kemarin dia di usir oleh Shopia saat itu juga dia harus pergi. Tapi karena masih banyak barang yang harus dia kemas, jadinya menunggu sampai besok paginya. Koper dan tas ransel sudah dia siapkan, barang yang ada di kardus juga sudah dia kirim sejak semalam ke kantor jasa ekspedisi yang beroperasi dua puluh empat jam. Saat akan pergi dan mengunci pintu, Sussy datang. Dia melihat majikannya sudah siap pergi dari rumah itu. "Anda sudah siap pergi, tuan Nick?" tanya Sussy melihat koper dan juga tas ranselnya. "Ya, Sussy. Kamu akan tetap bekerja di rumah ini, itu yang Shopia mau. Tenanglah, dia akan tetap membayarmu sepertiku," kata Nick. "Ya tuan, tapi saya sedih harus berpisah den
Perjalanan menuju Guanzhou China dari New York Amerika sungguh melelahkan. Untungnya Nick ada teman ngobrol dengan Liu, laki-laki berasal dari Guangzhou juga tapi menetap di Amerika lama. Dia pergi ke negara asalnya karena ada kunjungan neneknya yang ingin bertemu dengannya, lagi pula dia juga punya teman blesteran Amerika China.Kebalikan darinya, temannya itu dari Amerika tapi menetap di Guangzhou selama enam belas tahun. Dan katanya ada dua temannya yang ikut tinggal di sana juga."Liu, kami betah tinggal di Amerika?" tanya Nick."Ya, lumayan. Aku punya pekerjaan di sana, dan pacarku juga di sana. Aku mau mengajaknya pergi ke Guangzhou juga, tapi tidak bisa karena bos di kantornya tidak boleh dia cuti. Ya sudah, aku pergi sendiri menemui nenekku," jawab Liu."Hmm, jadi begitu. Apakah di Guangzhou itu menyenangkan? Maksudku, di sana kotanya sangat menyenangkan?" tanya Nick memastikan dia di sana bisa beradaptasi."Hahah, tenang saja tuan Nick.""Panggil Nick saja.""Ya, Nick. Sama h
Sedari hotel pagi ini, Nick dan Liu cek out untuk pergi ke rumah neneknya Liu. Dia berniat tinggal sementara di rumah neneknya Liu, bila perlu dia akan membayar sewa tempat tinggal di sana. Agar tidak mencari apartemen atau rumah sewa lagi, karena di Guangzhou dia tidak mengenal siapa pun. Beruntung bisa bertemu dengan Liu, laki- laki yang sudah lama tinggal di New York tapi masih ingat akan neneknya di negara kelahirannya."Kamu masih ingat sama nenekmu saja, itu sangat mengharukan. Sepertinya kamu sangat sayang sekali dengan nenekmu," kata Nick."Ya, nenekku itu sekaligus orang tuaku. Papa dan mama sudah meninggal ketika aku masih tinggal di sini, dan menginjak dewasa aku mencoba merantau ke negeri Paman Sam. Dan ternyata aku di sana betah, akhirnya aku memutuskan tinggal di sana," kata Liu."Apa nenekmu tidak kamu ajak kesana?" tanya Nick."Dia tidak mau, katanya dia masih sangat senang tinggal di rumahnya. Sayang kalau harus di tinggalkan, meski hidup sendirian," ucap Liu lagi."B