Sesuai rencana setelah sholat isya salah satu petugas yang menjaga area itu membawakan pesanan Naufal. Kompor elektrik, daging slice, sayuran, nasi dan alat panggang, tidak lupa dengan peralatan minuman yang akan menemani makan mereka.
"Pake jaket, Sayang." Perintah Naufal."Gerah, A."Jangan lupakan Oncom yang memang terkenal dengan kulit badak. Wanita itu memang seperti tidak memiliki rasa dingin pada tubuhnya. Oncom selalu merasa kepanasan dan ia baru merasakan dingin saat di Swiss kemarin."Badak," ledek Naufal seperti biasa.Oncom tidak menjawab ia hanya memanyunkan bibirnya untuk membalas Naufal. Oncom sibuk membolak-balikan daging yang sedang ia masak di dalam alat panggang, sedangkan Naufal sibuk menyiapkan sayur dan juga meracik sausnya."Enak enggak?" tanya Oncom setelah menyuapkan satu slice daging yang sudah matang."Enak. Pinter banget masaknya," puji Naufal."Makannya begini."Oncom menMembuka sosial media memang tidak selamanya membuat hati bahagia, karena nyatanya banyak yang membuat sedih dan mengganggu pikiran. Melihat postingan dari Firda dengan banyak komentar dari para pengikutnya membuat pikiran Oncom terganggu. Orang yang sering mengikuti kajian suaminya pasti tahu jika laki-laki yang ada di dalam foto walaupun tidak menampakkan wajah adalah Naufal. Apalagi Oncom yang setiap hari bersama laki-laki itu, sudah pasti hafal luar dalam suaminya. Sangat mudah ditebak apalagi foto yang ada di unggahan tersebut pasti diambil kemarin jika dilihat dari pakaiannya. ๐๐ฏ๐ช ๐ฃ๐ถ๐ฌ๐ข๐ฏ๐ฏ๐บ๐ข ๐ถ๐ด๐ต๐ข๐ฅ๐ป ๐๐ข๐ถ๐ง๐ข๐ญ ๐บ๐ข?๐๐ฅ๐ข๐ฉ ๐ฑ๐ถ๐ฏ๐บ๐ข ๐ช๐ด๐ต๐ณ๐ช ๐ด๐ข๐ฅ๐ข๐ณ ๐๐ฃ๐ข๐ฌ ๐ซ๐ข๐ฏ๐จ๐ข๐ฏ ๐ซ๐ข๐ฅ๐ช ๐ฑ๐ฆ๐ญ๐ข๐ฌ๐ฐ๐ณ๐๐ข๐ญ๐ข๐ถ ๐ฆ๐ฎ๐ข๐ฏ๐จ ๐ฃ๐ฆ๐ฏ๐ฆ๐ณ ๐ช๐ฏ๐ช ๐๐ด๐ต๐ข๐ฅ๐ป ๐๐ข๐ถ๐ง๐ข๐ญ ๐ฌ๐ข๐ด๐ช๐ข๐ฏ ๐ช๐ด๐ต๐ณ๐ช๐ฏ๐บ๐ข.๐๐ข๐ฑ๐ช ๐ฆ๐ฎ๐ข๐ฏ๐จ ๐ฉ๐ข๐ณ๐ถ๐ด๐ฏ๐บ๐ข ๐ถ๐ด๐ต๐ข๐ฅ๐ป ๐๐ข๐ถ๐ง๐ข๐ญ ๐ด๐ข๐ฎ๐ข ๐ช๐ฏ๐ช ๐ด๐ช๐ฉ ๐ค๐ฐ๐ค๐ฐ๐ฌ๐ฏ๐บ๐ข, ๐ค๐ข๐ฏ๐ต๐ช๐ฌ+๐จ๐ข๐ฏ๐ต๐ฆ๐ฏ๐จ ๐ด๐ฉ๐ฐ๐ญ๐ฆ๐ฉ + ๐ด๐ฉ๐ฐ๐ญ๐ฆ๐ฉ๐ข๐ฉ ๐ซ๐ถ
Yang namanya kebiasaan apalagi dari kecil sangat sulit untuk ditinggalkan apalagi jika dalam hal kebaikan. Seperti Naufal yang memang terbiasa bangun pada pukul dua dini hari untuk melaksanakan sholat malam. Di otaknya seperti sudah di stel alarm yang akan berdering karena Naufal akan bangun di jam antara pukul dua hingga dua tiga puluh. Mendapati istrinya terlelap dengan nyenyak berbantalkan tangannya membuat laki-laki itu tersenyum."Sayang, bangun yuk kita sholat dulu."Naufal membangunkan istrinya perlahan, sekarang Oncom tidak sesusah dulu jika dibangunkan saat akan melaksanakan sholat malam seperti di awal yang membutuhkan kesabaran ekstra. Hanya dengan beberapa kali usapan lembut di pipinya kini wanita itu sudah bangun."Jam berapa?""Jam dua lewat sepuluh menit. Kita sholat dulu ya," ajak Naufal yang diangguki oleh istrinya.Mereka membereskan isi tenda terlebih dahulu sebelum keluar, berjalan bersamaan menuju kamar mandi untuk me
Firda bertekad untuk memulai pendekatan dengan Laila mengikuti saran dari Marsih. Semoga saja calon adik iparnya itu bisa dengan mudah ia dekati karena Firda sungguh malas terlalu lama berbasa-basi apalagi pada wanita. "Kalau sampe enggak suka berarti emang levelnya rendah," ujar Firda sambil memandang sepatu yang menjadi incarannya.Wanita itu berpikir puluhan kali untuk membeli sepatu itu untuk dirinya sendiri hingga pada akhirnya tidak jadi. Sekarang tanpa beban sepatu incarannya itu akan ia berikan pada orang lain. Pengorbanannya sungguh besar dan jika sampai tidak diterima berarti selera Laila rendah.Firda keluar dari kamar membawa goodie bag salah satu toko ternama. Melangkah dengan senyum untuk meyakinkan diri jika apa yang ia lakukan sudah pasti akan mendapatkan feedback baik dari Firda."Mau ke mana?" tanya Marsih penasaran."Mendekati calon adik ipar, do'ain lancar ya."Marsih mengangkat alisnya melihat perubahan Firda yang begitu cepat. Kemarin wanita itu masih marah-mara
Pagi yang indah dengan pandangan yang menyejukkan mata, riak air menjadi nyanyian yang membuat hati semakin tenang. Walaupun rumahnya berada di kawasan gunung tapi sudah sedikit modern, sedangkan Oncom ingin rumah di tengah kedamaian seperti tempat yang ia datangi saat ini agar hidupnya damai. "Mau pulang jam berapa, Sayang?" tanya Naufal setelah mereka membersihkan diri.Tadi mereka bermain di kali karena suasana yang sepi, karena jika ramai Naufal tentu tidak akan mau. Semenjak menikah Oncom sudah tidak pernah lagi ke sungai dan ia merindukannya."Buntut mah ngikut aja," jawab Oncom asal."Jam sepuluh aja ya, sore Aa ada rapat di MTS.""Siap!"Jam masih menunjukkan pukul delapan pagi, mereka masih berpelukan setelah Naufal kedinginan karena bermain air di pagi buta demi menemani istrinya. Jika saja kehadirannya tidak ditunggu di agenda rapat MTS Naufal akan mengajak istrinya untuk pulang besok karena melihat wanita itu bahagia
Firda tersenyum saat melihat mobil putih yang ia ketahui milik Naufal, apalagi kacanya memang dibuka semakin membuat Firda berbunga melihat laki-laki itu dengan kacamata hitam yang menghiasi matanya. Entah sejak kapan sang pujaan berani memakai aksesoris mata, karena setahunya Naufal tidak pernah memakai barang-barang seperti itu. Bahkan untuk sekadar celana panjang saja Naufal jarang karena lebih banyak memakai kain sarung jika di rumah. Apa perubahan itu sejak menikah? Jika seperti itu berarti istrinya membawa hal buruk pada penampilan Naufal. Akhirnya Firda merasakan manfaat dari mulutnya yang ingin memakan sesuatu hingga mengharuskan dirinya pergi ke warung hanya untuk sekadar jajan, ternyata memang ia dijodohkan untuk bertemu dengan laki-laki pujaannya. Firda sedikit berlari agar bisa berpapasan dengan Naufal sebelum laki-laki itu masuk ke dalam rumahnya."Hati-hati."Kembali merasakan cemburu mendalam saat Naufal memperlakukan Oncom seperti putri ra
Naufal polos tapi tidak dengan para orang tua dan juga mertuanya. Mereka tahu apa yang terjadi pada Oncom hingga membuat suaminya mencari buah yang sulit ditemukan jika sedang tidak musim. Apalagi Oncom bukanlah tipe wanita yang suka petisan atau rujak. Sedangkan kali ini permintaan wanita itu justru menginginkan petis yang tidak disukai olehnya yaitu tangtolang nangka. "Di belakang ada enggak, Bu?" tanya Naufal pada mertuanya.Mengingat di belakang rumah mertuanya ada beberapa pohon nangka Naufal berharap ada salah satu yang berbuah. Setelah menceritakan keinginan istrinya yang hanya ditanggapi wajah heran dan dilanjutkan dengan senyum oleh kedua orang tua itu."Coba kita cari," ajak Sukira.Dua laki-laki beda generasi itu berjalan beriringan menuju halaman rumah untuk memeriksa satu persatu pohon nangka yang ada di sana. Naufal bahkan memanjat pohon tersebut saat melihat walau tidak yakin apa yang dicarinya ada di dahan cukup tinggi."
"Itu apa rasanya?" tanya Laila heran.Laila penggemar petisan tapi untuk buah-buahan yang biasa saja seperti mangga, jambu, nanas dan pepaya mengkal bukan pepaya yang dalamnya masih putih atau mentah. Sedangkan kakak iparnya sendiri bukan pecinta petisan dan sekalinya mau buah-buahan aneh menurut Laila. Oncom memakan tangtolang, pisang klutuk dan juga pepaya muda dengan begitu nikmat membuat semua orang yang ada di sana ngilu."Enak tau seger jadinya," jawab Oncom sambil mencelupkan tangtolang muda pada sambel lalu ia makan dengan nikmat."Neng udah haid belum bulan ini?" tanya Bu Nyai."Enggak tau deh Neng lupa? Udah belum, A?" Oncom bertanya balik pada Naufal yang membuat Laila menepuk jidatnya pelan. Polos sekali memang kakak iparnya itu sedangkan kakaknya sendiri sepertinya sangat bucin hingga tanggal haid istrinya pun ia ingat."Neng belum haid bulan ini. Harusnya 'kan tanggal lima paling telat sekarang udah tanggal sembila
Seumur hidupnya baru kali ini Naufal merasakan tegang yang luar biasa perihal menunggu. Ya, laki-laki itu menunggu kabar dari istrinya yang sedang berada di dalam kamar mandi menggunakan alat test kehamilan. Kemarin setelah memahami cara pakai alat itu mereka pulang dengan perasaan campur aduk. Oncom tidak mengizinkan dirinya untuk ikut ke kamar mandi pagi ini setelah mereka sholat subuh.Naufal manusia biasa yang terkadang lepas kontrol akan perasaannya sendiri. Biasanya selagi menunggu istrinya keluar kamar mandi laki-laki itu mengaji atau hanya sekadar berdzikir, tapi kali ini ia justru menunggu dengan perasaan gelisah. "Sayang, udah belum?" tanya Naufal tidak sabar.Baru menunggu kurang dari lima menit laki-laki itu sudah bertanya karena khawatir juga istrinya kenapa-napa. Apalagi Naufal tidak mendengar suara apa pun sedari tadi membuatnya gelisah."Kenapa, Sayang?" tanya Naufal lagi segera menghampiri istrinya yang keluar dengan wajah lesu.
Apa yang paling penting dalam sebuah hubungan selain komunikasi? Disaat kasih sayang berlimpah diiringi materi yang cukup belum bisa membuat suatu hubungan berjalan lancar tanpa adanya komunikasi yang baik. Bahkan untuk hal sekecil apa pun harus dibicarakan pada pasangan agar hubungan nyaman tanpa ada yang merasa bersalah atau terbebani.Untuk kali ini Naufal menyadari kesalahannya, dia yang kurang peka tentang perasaan istrinya karena terlalu bahagia atas hadirnya anak mereka. Benar memang Saka sudah banyak yang menyayangi dan memperhatikan, bahkan saat anak kecil itu menangis semua orang khawatir dan saat tertidur semua orang akan bahagia dengan terus memuji dan membangga-banggakannya. Naufal harusnya lebih memperhatikan istrinya yang sedang berjuang untuk membuat anaknya selalu dalam keadaan kenyang dan nyaman. "Maafin Aa yang enggak ngertiin perasaan, Neng."Obrolan mereka diawali dengan Naufal yang meminta maaf pada istrinya. Duduk ditepi ranjang yang entah mengapa rasanya cangg
Oncom bingung bagaimana ia harus menjawab pertanyaan mereka. Rasanya memalukan jika yang ia permasalahkan adalah rasa iri pada anaknya sendiri yang mengambil semua perhatian orang lain. Sikap mereka tetap sama menyayangi dirinya tapi mereka semua selalu tertuju pada Saka. Suaminya bahkan sering tidak mendengar panggilan darinya saat sedang bermain dengan bayi itu."Gue enggak tau kenapa, cuma gue ngerasa iri sama anak sendiri. Kadang-kadang gue mikir kalau anak gue itu ngerebut semua perhatian orang. Setiap orang yang datang aja langsung berebut entah cuma pengen liat atau pengen gendong. Bahkan suami gue juga perhatiannya kayak cuma terpusat sama, Saka."Naufal yang mendengar jawaban istrinya sangat merasa bersalah. Ia tidak tahu jika sang istri merasakan hal seperti itu karena selama ini sikapnya biasa saja. Ia memang terlalu bahagia dan menyayangi anaknya hingga benar-benar memusatkan perhatian pada malaikat kecil itu. Gita langsung memeluk sahabatnya yang kini sedang menangis ka
Selain hamil, masa menyusui adalah masa-masa paling berat yang dialami oleh seorang ibu. Air susu sedikit, anak yang terus menangis bahkan banyak wanita kurang beruntung yang tidak mendapatkan dukungan dari orang terdekat adalah masa paling berat untuk dijalani. Maka dari itu banyak wanita mengalami baby blues bahkan sampai membahayakan nyawa anaknya karena terlalu lelah jika berada dilingkungan tanpa support yang baik. Untuk Oncom sendiri gejalanya berbeda, asi nya deras, anaknya tidak terlalu cengeng, keluarganya mendukung penuh apa yang ia lakukan dan selalu ikut menjaga Saka hingga ia tidak lelah sendirian. Suami siaga bahkan mertua juga orang tua yang dua puluh empat jam menjaga dirinya juga bayinya. Jika Saka sedang rewel mereka tidak akan membiarkan Oncom bergadang sendirian dan sebisanya menenangkan membuat Oncom bersyukur. Namun, satu hal menyerang Oncom selama ia dalam masa menyusui di mana ia iri pada anaknya sendiri. Oncom merasa anaknya mengambil perhatian semua orang t
Untuk Oncom hari menjadi seorang ibu yang sesungguhnya dimulai saat pertama kali dirinya memberikan asi pada putranya. Susah dan penuh perjuangan walau sudah mencoba beberapa kali. Air susu yang belum keluar juga puting yang kecil menjadi tantangan karena putranya bingung."Udah bisa yeay!!"Oncom sedikit bersorak saat bayi kecil itu berhasil menyedot putingnya walau belum keluar air susu, tidak apa-apa karena itu untuk rangsangan."Alhamdulillah, pinternya anak, Abba.""Tangan Aa luka."Oncom baru sadar saat ia melihat tangan kanan suaminya yang terluka dan mengeluarkan darah yang sudah kering. Oncom tahu itu luka karena apa dan sangat sadar jika dirinya yang melakukan tadi saat sedang berjuang melawan rasa sakit untuk mengeluarkan anak mereka. Padahal kukunya pendek tapi tetap menggores tangan suaminya."Enggak apa-apa, Sayang. Ini enggak sakit kok," balas Naufal karena sakit yang dirasakan istrinya berkali-kali lipat dibandingkan luka kecil yang ia rasa. "Bu bidan, tolong ke sini
Naufal benar-benar menunjukkan sisi lemahnya tanpa peduli jika ada orang lain di dalam ruangan itu. Jika tidak melihat istrinya dan berusaha sekuat tenaga untuk bersikap tegar sudah pasti ia akan luruh ke lantai karena jujur saja kakinya bergetar saat melihat proses istrinya berjuang. Genggaman tangannya bahkan belum lepas dengan sorot mata penuh rasa bahagia sekaligus bangga. "Laper, A."Setelah berjuang mengeluarkan tubuh anak lelakinya dengan mata yang sangat berat kini perut Oncom terasa sangat keroncongan. Oncom juga merasakan keanehan pada perutnya yang kini seolah kosong apalagi setelah bidan selesai membersihkan dan menjahit bagian intimnya. Dua jahitan dalam dan tiga jahitan luar karena posisi Oncom yang bagus jadi tidak ada sobekan tapi tetap dijahit untuk proses percepatan."Mau makan apa, Sayang?" tanya Naufal semangat."Nasi padang enak kayaknya.""Ustadz anaknya boleh diadzani dulu," sela bidan membawa anaknya yang sudah rapi dengan kain bedong berwarna biru muda."Adz
Terlahir menjadi seorang wanita memang tidak bisa menghindari rasa sakit dari banyak hal. Dari sakit ringan saat datang tamu bulanan bahkan sampai sakit yang harus mempertaruhkan nyawa seperti melahirkan baik secara normal maupun operasi Caesar karena semuanya sama-sama meninggalkan rasa sakit yang tidak akan terlupakan. Butuh perjuangan berat bagi seorang perempuan untuk melahirkan seorang anak ke dunia ini. Jika secara normal tidak memungkinkan maka operasi adalah pilihan dan jangan pernah menganggap jika seorang wanita tidak sempurna jika tidak melahirkan secara normal, karena bagaimanapun cara seseorang lahir ke dunia tetaplah membuat seorang ibu kesakitan tanpa bisa dihindari. Naufal sangat berusaha menguatkan diri agar ia bisa menemani istrinya berjuang mengeluarkan anak mereka. Matanya tidak beralih dari mata istrinya dengan terus mengucapkan kata-kata semangat juga do'a agar diringankan dan juga dilancarkan semuanya."Coba kita liat lagi ya udah pembukaan berapa," ajak bidan.
Laila berlari menuju rumah orang tuanya, ia tidak sabar untuk segera sampai tapi kenapa rasanya jarak itu sangat jauh hingga napasnya naik turun dan tidak sampai-sampai walau ia sudah berlari cukup kencang menurutnya. "Assalamu'alaikum, Ibu!" Laila mengetuk pintu dengan tergesa begitu sampai di depan pintu kamar orang tuanya. Ia tahu di dalam kamar hanya ada ibunya karena Abah Yai sedang menghadiri pengajian rutin di balai desa yang berlangsung sampai tengah malam. "Waalaikumsalam, ada apa, La?" "Teteh kayaknya mau lahiran deh, Bu. Udah meringis aja dari tadi," jawab Laila dengan wajah paniknya. "Ayo kita ke sana," ajak Bu Nyai.Dua wanita beda generasi itu segera berjalan menuju rumah Naufal setelah meminta salah satu santri untuk mengabarkan pada Abah Yai juga pada Sarif untuk menyiapkan mobil. Kebahagiaan yang diselimuti kekhawatiran rasanya sangat mendebarkan apalagi untuk seorang Ibu seperti Bu Nyai yang sudah merasakan bagaimana sakitnya melahirkan. "Assalamu'alaikum, Neng
Perkiraan lahirnya masih dua minggu lagi tapi perutnya sudah sering kencang dan tendangan yang cukup kuat kadang membuat Oncom meringis. Jangan tanya bagaimana khawatirnya Naufal yang bahkan sangat jarang tidur pada malam hari yang ia isi dengan berbagai dzikir sekaligus menjaga istrinya, karena kata dokter kelahiran anak mereka bisa kurang dari hari perkiraan lahir atau lebih. Naufal selalu siaga berjaga-jaga anaknya ingin segera keluar di malam hari hingga dirinya harus bergadang dan akan tidur setelah sholat subuh walaupun itu bukan waktu yang baik, tapi semua ia lakukan demi anaknya. Naufal berpikir jika siang hari banyak orang yang menjaga istrinya maka dari itu malam adalah bagiannya. Laila bahkan sudah satu minggu menginap di rumahnya berjaga-jaga jika mereka membutuhkan bantuan. Adiknya juga sudah membantu mempersiapkan tas berisi perlengkapan kakak iparnya jika sewaktu-waktu sang keponakan ingin segera lahir. "Kenapa, Sayang?" tanya Naufal saat melihat istrinya meringis.Ja
Sebagai calon orang tua yang mempersiapkan dengan sangat baik semua kenyamanan dan kesehatan istri serta calon anaknya Naufal mengikuti semua instruksi dari dokter kandungan yang datang setiap minggu satu kali ke rumahnya. Dokter kandungan dari rumah sakit swasta yang terkenal dengan pelayanan ramahnya bernama Anggia, teman dari Hendrik yang diminta dan dibayar langsung oleh anak Onta satu itu untuk mengontrol calon keponakannya. "Jangan lupa senam hamil ya bapaknya juga ikutan. Banyakin sujud sama jalan pagi kalau kuat jangan pake sendal. Hari rabu kita USG ya. Pikirannya ditenangin ya Teh jangan sampe tensi nya naik lagi," pesan Anggia setelah ia memeriksa kondisi Oncom."InsyaAllah, Dok. Makasih ya udah selalu siaga buat saya," balas Oncom karena dokter itu begitu baik dan lembut."Sama-sama dan udah tugas saya. Kalau gitu saya permisi dulu ya. Buat obatnya abisin yang kemarin aja. Enggak usah dianter assalamu'alaikum," salam Anggia pada keduanya."Waalaikumsalam warahmatullahi w