Naufal akhirnya tahu apa yang membuat istrinya marah setelah ia mendapatkan ocehan dari Gita. Tanpa perlu ia menelepon karena ternyata wanita itu sudah memarahinya terlebih dahulu. Seumur hidup rasanya baru kali ini ia dimarahi oleh orang luar apalagi yang baru ia kenal beberapa bulan. Namun, Naufal memaklumi itu karena memang salahnya yang terlalu teledor dan sikap Gita karena wanita itu sangat menyayangi sahabatnya."Halo assalamu'alaikum, Ustadz."Dengan nada tidak biasa Gita menyapa Naufal setelah dua kali dering di handphone membuat Naufal sedikit bengong sebelum menjawab salam dari sahabat istrinya."Waalaikumsalam, santai Bos ada apa ini?" tanyanya yang memang tidak tahu menahu."Tads, gue enggak tau ya itu bener apa enggak tapi tolong jujur sama gue karena itu pasti nyakitin banget buat si, Oncom."Sumpah demi apa pun Naufal tidak tahu apa yang dipertanyakan oleh Gita. Jujur untuk apa, benar atau tidak apa yang membuatnya bingung. Ia seperti orang linglung di jalan saat menden
Naufal menarik napas terlebih dahulu sebelum ia turun dari motor untuk bertemu dengan istrinya. Entah sedang apa wanita cantik itu sekarang yang pasti Naufal harus menjelaskan secara detail apa yang sebenarnya terjadi agar Oncom tidak salah paham. Naufal sangat yakin sikap diam sang istri adalah bentuk kekecewaan karena ia pasti menyangka jika video yang beredar itu benar adanya. "Assalamu'alaikum, Bu. Neng ada di kamar?" tanya Naufal karena tidak melihat mobil istrinya. "Waalaikumsalam. Neng tadi pergi katanya udah dapet izin dari, Ofal. Gimana sih?" tanya Sutirah langsung khawatir."Neng enggak ada izin sama sekali, Bu. Ke mana ya?" tanya Naufal balik tidak kalah khawatir.Naufal langsung mengeluarkan handphonenya, mengirimkan pesan dan menelpon yang sayangnya tidak bisa dihubungi. Ke mana istrinya pergi tanpa izin terlebih dahulu padanya."Kalian lagi berantem?" tanya Sutirah lagi yang kini sibuk menghubungi suaminya."Engga
Gemercik air begitu menenangkan hingga damai dapat dirasakan. Suasana sejuk walau tidak seindah tempat wisata menjadi sangat indah di pelupuk mata saat hati dilanda nestapa. Menjauh dari orang-orang yang saat ini tengah membuatnya kecewa adalah pilihan yang harus ia ambil walaupun terkesan seperti anak kecil yang lari dari masalah. Tidak menyalakan handphone dan tidak meninggalkan pesan membuat harinya kian tenang. Lagipula hanya orang tuanya yang akan mencari dan ia sudah izin, karena setelah melihat video yang di unggah oleh Firda Oncom meyakini jika suami dan keluarganya tidak akan tahu dirinya pergi dan tidak akan mencarinya juga. "Kamu nakal ya," kata Oncom pada ikan kecil yang coba ia tangkap.Ya, disaat semua orang sibuk mencarinya Oncom justru tengah asik bermain air dan mencoba menangkap ikan kecil di sungai tempatnya dulu biasa bermain. Jalanan menuju sungai dengan bebatuan itu cukup besar hingga mobilnya bisa masuk dan parkir di tepi. Selagi gadis ia se
Betapa leganya perasaan Naufal saat mendapatkan telepon dari ibu mertua yang mengabarkan keadaan istrinya. Laki-laki itu mengucap syukur berkali-kali dengan tarikan napas berat juga senyum ceria. Tanpa berlama-lama Naufal langsung berputar arah untuk kembali agar segera bertemu dan menjelaskan keadaan sebenarnya.Naufal seperti kehilangan arah saat mencari istrinya, ia terus berpikir positif jika semua akan baik-baik saja walau tidak bisa dipungkiri hatinya teramat gelisah. Tidak bertemu hanya dalam hitungan jam tanpa kabar terasa berhari-hari dalam harapan membuatnya terkesan lebay.Satu setengah jam perjalanan menuju rumah membuat jarak itu terasa sangat jauh. Naufal masih bisa mengontrol emosi dan ketenangan hingga ia mengendarai motor dengan hati-hati dalam kecepatan sedang. Kembali menarik napas sebelum turun dari motor, tak lupa Naufal juga mencuci muka terlebih dahulu agar terlihat segar di mata istrinya."Assalamu'alaikum, Bu. Neng di mana? Baik-baik aja, 'kan?" tanya Naufal s
Marsih dilanda kebingungan luar biasa saat Laila mengatakan jika ia dipanggil oleh Ibu Nyai. Melihat wajah Laila yang tidak bersahabat membuat Marsih yakin jika apa yang Firda lakukan sudah sampai pada Abah dan Ibu Nyai. Marsih benar-benar menyesal dan tidak tahu harus menjawab apa. Marsih memang tidak suka Oncom menjadi sepupu iparnya tapi ia juga tidak sebodoh Firda yang melakukan sesuatu tanpa berpikir dampaknya akan seperti apa. Ia menyesal sudah mendukung wanita bodoh itu."Cepetan sekarang!" perintah Laila tegas.Laila memang memiliki bahasa cukup judes pada orang yang ia ketahui bersalah. Marsih sangat hafal pada watak sepupunya itu hingga ia paling tidak mau bermasalah dengan Laila. "Ada apa sih, La? Kok kayaknya penting banget?" tanya Marsih pura-pura tidak tahu. Sama seperti Laila wanita itu pun kaget saat mendapatkan notifikasi jika Firda mengunggah video baru dan saat ia lihat sungguh mengagetkan, karena sama sekali tidak menyangka w
Marsih menangis tergugu karena tidak menyangka Naufal akan tega membentak dirinya. Ia tidak salah dengan mengatakan kejujuran yang selama ini dirinya simpan walau menyakiti hatinya sendiri. Ia juga sadar tidak pantas menghina manusia tapi jika itu kenyataannya Marsih bisa apa? Apakah dirinya harus berbohong dan mengatakan semua hal baik saja tentang Oncom? Sedangkan berbohong itu dosa. Ia bingung dan serba salah jika seperti itu. Ia hanya mencoba jujur dengan apa yang dirasakan dan dilihat. Ia juga memiliki hak untuk menilai dan mengungkapkan apa yang menjadi pendapatnya. "Kamu bahkan tega bentak aku, Fal? Salah aku apa?"Naufal tersenyum miring mendengar pertanyaan bodoh Marsih yang masih bertanya di mana letak kesalahannya. Sepupunya belum sadar jika apa yang dilakukan adalah sebuah kesalahan. Mereka memang sah untuk menikah, tapi itu tidak akan terjadi karena Naufal sama sekali tidak mencintai wanita itu. "Kamu masih enggak sadar salah kamu apa? Bener
Oncom seperti orang bodoh terus memutar video yang membuatnya sakit hati. Oncom memperhatikan setiap kata yang keluar dari video tersebut, ingin rasanya tidak percaya tapi bukti itu terlalu valid untuk ia sangkal. Gita sudah menelepon dan menyampaikan setiap pendapatnya yang belum bisa dipertimbangkan oleh Oncom. Bukan dirinya yang memberitahu karena sahabatnya itu menelepon dan bertanya untuk memastikan ia belum melihat unggahan Firda, tapi sayangnya Oncom sudah melihat terlebih dahulu bahkan sebelum orang lain. Gita juga bercerita bagaimana paniknya Naufal ia menelepon laki-laki itu untuk memberitahukan tentang postingan Firda di sosial medianya. "Sini Sayang ngobrol sama, Bapak."Sukira menepuk sofa disebelahnya untuk Oncom duduk. Akhirnya anak bungsunya mau keluar kamar juga setelah setengah hari mengurung diri di kamar tanpa mau bertemu siapa pun setelah sholat maghrib. Sukira sudah melihat video yang tersebar dan ia yakin itu adalah rekayasa apalagi Naufal sudah mengirimkan as
Naufal berdoa kali ini calon anaknya tidak lagi sensitif padanya agar sang istri mau memaafkan kesalahan yang tidak pernah ia perbuat, walau dari sorot matanya tidak bisa ditebak karena sedari tadi sang istri hanya diam tanpa mengeluarkan suara. Untuk kali ini Naufal merasa takut jika kemarahan Oncom terus berlanjut. Didiamkan sehari saja rasanya luar biasa apalagi berlanjut entah bagaimana kondisi Naufal nanti."Neng percaya 'kan kalau itu semua editan?" tanya Naufal yang baru bisa mengeluarkan suara."Ila juga ada di sana, Teh. Ila siap jadi saksi," sambung Laila."Kenapa kalian enggak ada yang ngomong kalau dia kayak gitu?"Akhirnya Oncom mengeluarkan suara setelah ia menarik napas dalam untuk menetralkan perasaan. Efek dari hamil muda perasaannya sangat sensitif hingga ia lebih memilih berdiam diri dan berasumsi sendiri. Oncom bukan wanita seperti itu, ia bukan tipe orang yang hanya mendengarkan dari sebelah pihak. Maka rasanya aneh jika ia marah sampai mendiamkan semua orang han
Apa yang paling penting dalam sebuah hubungan selain komunikasi? Disaat kasih sayang berlimpah diiringi materi yang cukup belum bisa membuat suatu hubungan berjalan lancar tanpa adanya komunikasi yang baik. Bahkan untuk hal sekecil apa pun harus dibicarakan pada pasangan agar hubungan nyaman tanpa ada yang merasa bersalah atau terbebani.Untuk kali ini Naufal menyadari kesalahannya, dia yang kurang peka tentang perasaan istrinya karena terlalu bahagia atas hadirnya anak mereka. Benar memang Saka sudah banyak yang menyayangi dan memperhatikan, bahkan saat anak kecil itu menangis semua orang khawatir dan saat tertidur semua orang akan bahagia dengan terus memuji dan membangga-banggakannya. Naufal harusnya lebih memperhatikan istrinya yang sedang berjuang untuk membuat anaknya selalu dalam keadaan kenyang dan nyaman. "Maafin Aa yang enggak ngertiin perasaan, Neng."Obrolan mereka diawali dengan Naufal yang meminta maaf pada istrinya. Duduk ditepi ranjang yang entah mengapa rasanya cangg
Oncom bingung bagaimana ia harus menjawab pertanyaan mereka. Rasanya memalukan jika yang ia permasalahkan adalah rasa iri pada anaknya sendiri yang mengambil semua perhatian orang lain. Sikap mereka tetap sama menyayangi dirinya tapi mereka semua selalu tertuju pada Saka. Suaminya bahkan sering tidak mendengar panggilan darinya saat sedang bermain dengan bayi itu."Gue enggak tau kenapa, cuma gue ngerasa iri sama anak sendiri. Kadang-kadang gue mikir kalau anak gue itu ngerebut semua perhatian orang. Setiap orang yang datang aja langsung berebut entah cuma pengen liat atau pengen gendong. Bahkan suami gue juga perhatiannya kayak cuma terpusat sama, Saka."Naufal yang mendengar jawaban istrinya sangat merasa bersalah. Ia tidak tahu jika sang istri merasakan hal seperti itu karena selama ini sikapnya biasa saja. Ia memang terlalu bahagia dan menyayangi anaknya hingga benar-benar memusatkan perhatian pada malaikat kecil itu. Gita langsung memeluk sahabatnya yang kini sedang menangis ka
Selain hamil, masa menyusui adalah masa-masa paling berat yang dialami oleh seorang ibu. Air susu sedikit, anak yang terus menangis bahkan banyak wanita kurang beruntung yang tidak mendapatkan dukungan dari orang terdekat adalah masa paling berat untuk dijalani. Maka dari itu banyak wanita mengalami baby blues bahkan sampai membahayakan nyawa anaknya karena terlalu lelah jika berada dilingkungan tanpa support yang baik. Untuk Oncom sendiri gejalanya berbeda, asi nya deras, anaknya tidak terlalu cengeng, keluarganya mendukung penuh apa yang ia lakukan dan selalu ikut menjaga Saka hingga ia tidak lelah sendirian. Suami siaga bahkan mertua juga orang tua yang dua puluh empat jam menjaga dirinya juga bayinya. Jika Saka sedang rewel mereka tidak akan membiarkan Oncom bergadang sendirian dan sebisanya menenangkan membuat Oncom bersyukur. Namun, satu hal menyerang Oncom selama ia dalam masa menyusui di mana ia iri pada anaknya sendiri. Oncom merasa anaknya mengambil perhatian semua orang t
Untuk Oncom hari menjadi seorang ibu yang sesungguhnya dimulai saat pertama kali dirinya memberikan asi pada putranya. Susah dan penuh perjuangan walau sudah mencoba beberapa kali. Air susu yang belum keluar juga puting yang kecil menjadi tantangan karena putranya bingung."Udah bisa yeay!!"Oncom sedikit bersorak saat bayi kecil itu berhasil menyedot putingnya walau belum keluar air susu, tidak apa-apa karena itu untuk rangsangan."Alhamdulillah, pinternya anak, Abba.""Tangan Aa luka."Oncom baru sadar saat ia melihat tangan kanan suaminya yang terluka dan mengeluarkan darah yang sudah kering. Oncom tahu itu luka karena apa dan sangat sadar jika dirinya yang melakukan tadi saat sedang berjuang melawan rasa sakit untuk mengeluarkan anak mereka. Padahal kukunya pendek tapi tetap menggores tangan suaminya."Enggak apa-apa, Sayang. Ini enggak sakit kok," balas Naufal karena sakit yang dirasakan istrinya berkali-kali lipat dibandingkan luka kecil yang ia rasa. "Bu bidan, tolong ke sini
Naufal benar-benar menunjukkan sisi lemahnya tanpa peduli jika ada orang lain di dalam ruangan itu. Jika tidak melihat istrinya dan berusaha sekuat tenaga untuk bersikap tegar sudah pasti ia akan luruh ke lantai karena jujur saja kakinya bergetar saat melihat proses istrinya berjuang. Genggaman tangannya bahkan belum lepas dengan sorot mata penuh rasa bahagia sekaligus bangga. "Laper, A."Setelah berjuang mengeluarkan tubuh anak lelakinya dengan mata yang sangat berat kini perut Oncom terasa sangat keroncongan. Oncom juga merasakan keanehan pada perutnya yang kini seolah kosong apalagi setelah bidan selesai membersihkan dan menjahit bagian intimnya. Dua jahitan dalam dan tiga jahitan luar karena posisi Oncom yang bagus jadi tidak ada sobekan tapi tetap dijahit untuk proses percepatan."Mau makan apa, Sayang?" tanya Naufal semangat."Nasi padang enak kayaknya.""Ustadz anaknya boleh diadzani dulu," sela bidan membawa anaknya yang sudah rapi dengan kain bedong berwarna biru muda."Adz
Terlahir menjadi seorang wanita memang tidak bisa menghindari rasa sakit dari banyak hal. Dari sakit ringan saat datang tamu bulanan bahkan sampai sakit yang harus mempertaruhkan nyawa seperti melahirkan baik secara normal maupun operasi Caesar karena semuanya sama-sama meninggalkan rasa sakit yang tidak akan terlupakan. Butuh perjuangan berat bagi seorang perempuan untuk melahirkan seorang anak ke dunia ini. Jika secara normal tidak memungkinkan maka operasi adalah pilihan dan jangan pernah menganggap jika seorang wanita tidak sempurna jika tidak melahirkan secara normal, karena bagaimanapun cara seseorang lahir ke dunia tetaplah membuat seorang ibu kesakitan tanpa bisa dihindari. Naufal sangat berusaha menguatkan diri agar ia bisa menemani istrinya berjuang mengeluarkan anak mereka. Matanya tidak beralih dari mata istrinya dengan terus mengucapkan kata-kata semangat juga do'a agar diringankan dan juga dilancarkan semuanya."Coba kita liat lagi ya udah pembukaan berapa," ajak bidan.
Laila berlari menuju rumah orang tuanya, ia tidak sabar untuk segera sampai tapi kenapa rasanya jarak itu sangat jauh hingga napasnya naik turun dan tidak sampai-sampai walau ia sudah berlari cukup kencang menurutnya. "Assalamu'alaikum, Ibu!" Laila mengetuk pintu dengan tergesa begitu sampai di depan pintu kamar orang tuanya. Ia tahu di dalam kamar hanya ada ibunya karena Abah Yai sedang menghadiri pengajian rutin di balai desa yang berlangsung sampai tengah malam. "Waalaikumsalam, ada apa, La?" "Teteh kayaknya mau lahiran deh, Bu. Udah meringis aja dari tadi," jawab Laila dengan wajah paniknya. "Ayo kita ke sana," ajak Bu Nyai.Dua wanita beda generasi itu segera berjalan menuju rumah Naufal setelah meminta salah satu santri untuk mengabarkan pada Abah Yai juga pada Sarif untuk menyiapkan mobil. Kebahagiaan yang diselimuti kekhawatiran rasanya sangat mendebarkan apalagi untuk seorang Ibu seperti Bu Nyai yang sudah merasakan bagaimana sakitnya melahirkan. "Assalamu'alaikum, Neng
Perkiraan lahirnya masih dua minggu lagi tapi perutnya sudah sering kencang dan tendangan yang cukup kuat kadang membuat Oncom meringis. Jangan tanya bagaimana khawatirnya Naufal yang bahkan sangat jarang tidur pada malam hari yang ia isi dengan berbagai dzikir sekaligus menjaga istrinya, karena kata dokter kelahiran anak mereka bisa kurang dari hari perkiraan lahir atau lebih. Naufal selalu siaga berjaga-jaga anaknya ingin segera keluar di malam hari hingga dirinya harus bergadang dan akan tidur setelah sholat subuh walaupun itu bukan waktu yang baik, tapi semua ia lakukan demi anaknya. Naufal berpikir jika siang hari banyak orang yang menjaga istrinya maka dari itu malam adalah bagiannya. Laila bahkan sudah satu minggu menginap di rumahnya berjaga-jaga jika mereka membutuhkan bantuan. Adiknya juga sudah membantu mempersiapkan tas berisi perlengkapan kakak iparnya jika sewaktu-waktu sang keponakan ingin segera lahir. "Kenapa, Sayang?" tanya Naufal saat melihat istrinya meringis.Ja
Sebagai calon orang tua yang mempersiapkan dengan sangat baik semua kenyamanan dan kesehatan istri serta calon anaknya Naufal mengikuti semua instruksi dari dokter kandungan yang datang setiap minggu satu kali ke rumahnya. Dokter kandungan dari rumah sakit swasta yang terkenal dengan pelayanan ramahnya bernama Anggia, teman dari Hendrik yang diminta dan dibayar langsung oleh anak Onta satu itu untuk mengontrol calon keponakannya. "Jangan lupa senam hamil ya bapaknya juga ikutan. Banyakin sujud sama jalan pagi kalau kuat jangan pake sendal. Hari rabu kita USG ya. Pikirannya ditenangin ya Teh jangan sampe tensi nya naik lagi," pesan Anggia setelah ia memeriksa kondisi Oncom."InsyaAllah, Dok. Makasih ya udah selalu siaga buat saya," balas Oncom karena dokter itu begitu baik dan lembut."Sama-sama dan udah tugas saya. Kalau gitu saya permisi dulu ya. Buat obatnya abisin yang kemarin aja. Enggak usah dianter assalamu'alaikum," salam Anggia pada keduanya."Waalaikumsalam warahmatullahi w