Setelah dua jam memberikan kajian tentang pernikahan pada para jama'ah yang didominasi oleh kaum muda akhirnya acara selesai. Oncom bernapas lega saat keluar aula karena sedari tadi rasanya napas wanita itu sesak akan rasa grogi diiringi rasa takut mempermalukan suaminya."Alhamdulillah, akhirnya keluar juga," ucap Oncom saat sudah berada di dalam mobil. "Padahal enggak kenapa-napa, 'kan?" tanya Naufal."Emang enggak, Neng 'kan takut malu-maluin, Aa.""Justru Aa bangga sama, Neng. Neng berani jawab.""Terpaksa sih. Lain kali Neng nunggu di ruang panitia aja deh, gemeteran tangan Neng nya."Naufal tertawa kecil mendengar perkataan istrinya, Naufal memaklumi hal itu karena wajar apalagi ini pengalaman pertama untuk istrinya menghadiri kajian bahkan langsung menjadi salah satu narasumber walau hanya sekilas. "Mumpung masih siang Neng mau ke mana dulu?""Ke mana ya? Bingung Neng juga.""Gimana kalau kita
Mengapa Tuhan sangat tidak adil dalam memasangkan manusia? Mengapa laki-laki yang dicintai olehnya justru mencintai wanita lain yang bahkan wanita itu tidak layak sama sekali menjadi pendampingnya. Bahkan tanpa malu laki-laki itu memperkenalkan istrinya di depan umum dengan perbedaan mereka yang begitu nyata. Bodoh, tidak cantik dan jauh dari agama seperti Oncom. Mengapa bukan dirinya yang jauh lebih pantas bersanding dengan laki-laki itu. Firda melempar ponselnya setelah melihat video kiriman dari Rima. Pertanyaan yang diwakilkan oleh sahabatnya mendapatkan jawaban telak dari Naufal tentang kesempatan untuknya. "Apa bagusnya dia, Fal? Kamu enggak bisa kayak gini. Aku yakin kamu cuma pura-pura aja," gumam Firda menatap tembok kosong. Jika Naufal tidak bisa ia dekati maka kedua orang tuanya yang harus ia yakinkan. Ia yakin kedua orang tua Naufal akan setuju padanya yang jauh lebih pantas menjadi calon istri pemimpin pondok. Selain cantik Firda juga menge
Sesuai rencana setelah sholat isya salah satu petugas yang menjaga area itu membawakan pesanan Naufal. Kompor elektrik, daging slice, sayuran, nasi dan alat panggang, tidak lupa dengan peralatan minuman yang akan menemani makan mereka. "Pake jaket, Sayang." Perintah Naufal."Gerah, A."Jangan lupakan Oncom yang memang terkenal dengan kulit badak. Wanita itu memang seperti tidak memiliki rasa dingin pada tubuhnya. Oncom selalu merasa kepanasan dan ia baru merasakan dingin saat di Swiss kemarin."Badak," ledek Naufal seperti biasa. Oncom tidak menjawab ia hanya memanyunkan bibirnya untuk membalas Naufal. Oncom sibuk membolak-balikan daging yang sedang ia masak di dalam alat panggang, sedangkan Naufal sibuk menyiapkan sayur dan juga meracik sausnya. "Enak enggak?" tanya Oncom setelah menyuapkan satu slice daging yang sudah matang."Enak. Pinter banget masaknya," puji Naufal."Makannya begini."Oncom men
Membuka sosial media memang tidak selamanya membuat hati bahagia, karena nyatanya banyak yang membuat sedih dan mengganggu pikiran. Melihat postingan dari Firda dengan banyak komentar dari para pengikutnya membuat pikiran Oncom terganggu. Orang yang sering mengikuti kajian suaminya pasti tahu jika laki-laki yang ada di dalam foto walaupun tidak menampakkan wajah adalah Naufal. Apalagi Oncom yang setiap hari bersama laki-laki itu, sudah pasti hafal luar dalam suaminya. Sangat mudah ditebak apalagi foto yang ada di unggahan tersebut pasti diambil kemarin jika dilihat dari pakaiannya. 𝘐𝘯𝘪 𝘣𝘶𝘬𝘢𝘯𝘯𝘺𝘢 𝘶𝘴𝘵𝘢𝘥𝘻 𝘕𝘢𝘶𝘧𝘢𝘭 𝘺𝘢?𝘜𝘥𝘢𝘩 𝘱𝘶𝘯𝘺𝘢 𝘪𝘴𝘵𝘳𝘪 𝘴𝘢𝘥𝘢𝘳 𝘔𝘣𝘢𝘬 𝘫𝘢𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘫𝘢𝘥𝘪 𝘱𝘦𝘭𝘢𝘬𝘰𝘳𝘒𝘢𝘭𝘢𝘶 𝘦𝘮𝘢𝘯𝘨 𝘣𝘦𝘯𝘦𝘳 𝘪𝘯𝘪 𝘜𝘴𝘵𝘢𝘥𝘻 𝘕𝘢𝘶𝘧𝘢𝘭 𝘬𝘢𝘴𝘪𝘢𝘯 𝘪𝘴𝘵𝘳𝘪𝘯𝘺𝘢.𝘛𝘢𝘱𝘪 𝘦𝘮𝘢𝘯𝘨 𝘩𝘢𝘳𝘶𝘴𝘯𝘺𝘢 𝘶𝘴𝘵𝘢𝘥𝘻 𝘕𝘢𝘶𝘧𝘢𝘭 𝘴𝘢𝘮𝘢 𝘪𝘯𝘪 𝘴𝘪𝘩 𝘤𝘰𝘤𝘰𝘬𝘯𝘺𝘢, 𝘤𝘢𝘯𝘵𝘪𝘬+𝘨𝘢𝘯𝘵𝘦𝘯𝘨 𝘴𝘩𝘰𝘭𝘦𝘩 + 𝘴𝘩𝘰𝘭𝘦𝘩𝘢𝘩 𝘫𝘶
Yang namanya kebiasaan apalagi dari kecil sangat sulit untuk ditinggalkan apalagi jika dalam hal kebaikan. Seperti Naufal yang memang terbiasa bangun pada pukul dua dini hari untuk melaksanakan sholat malam. Di otaknya seperti sudah di stel alarm yang akan berdering karena Naufal akan bangun di jam antara pukul dua hingga dua tiga puluh. Mendapati istrinya terlelap dengan nyenyak berbantalkan tangannya membuat laki-laki itu tersenyum."Sayang, bangun yuk kita sholat dulu."Naufal membangunkan istrinya perlahan, sekarang Oncom tidak sesusah dulu jika dibangunkan saat akan melaksanakan sholat malam seperti di awal yang membutuhkan kesabaran ekstra. Hanya dengan beberapa kali usapan lembut di pipinya kini wanita itu sudah bangun."Jam berapa?""Jam dua lewat sepuluh menit. Kita sholat dulu ya," ajak Naufal yang diangguki oleh istrinya.Mereka membereskan isi tenda terlebih dahulu sebelum keluar, berjalan bersamaan menuju kamar mandi untuk me
Firda bertekad untuk memulai pendekatan dengan Laila mengikuti saran dari Marsih. Semoga saja calon adik iparnya itu bisa dengan mudah ia dekati karena Firda sungguh malas terlalu lama berbasa-basi apalagi pada wanita. "Kalau sampe enggak suka berarti emang levelnya rendah," ujar Firda sambil memandang sepatu yang menjadi incarannya.Wanita itu berpikir puluhan kali untuk membeli sepatu itu untuk dirinya sendiri hingga pada akhirnya tidak jadi. Sekarang tanpa beban sepatu incarannya itu akan ia berikan pada orang lain. Pengorbanannya sungguh besar dan jika sampai tidak diterima berarti selera Laila rendah.Firda keluar dari kamar membawa goodie bag salah satu toko ternama. Melangkah dengan senyum untuk meyakinkan diri jika apa yang ia lakukan sudah pasti akan mendapatkan feedback baik dari Firda."Mau ke mana?" tanya Marsih penasaran."Mendekati calon adik ipar, do'ain lancar ya."Marsih mengangkat alisnya melihat perubahan Firda yang begitu cepat. Kemarin wanita itu masih marah-mara
Pagi yang indah dengan pandangan yang menyejukkan mata, riak air menjadi nyanyian yang membuat hati semakin tenang. Walaupun rumahnya berada di kawasan gunung tapi sudah sedikit modern, sedangkan Oncom ingin rumah di tengah kedamaian seperti tempat yang ia datangi saat ini agar hidupnya damai. "Mau pulang jam berapa, Sayang?" tanya Naufal setelah mereka membersihkan diri.Tadi mereka bermain di kali karena suasana yang sepi, karena jika ramai Naufal tentu tidak akan mau. Semenjak menikah Oncom sudah tidak pernah lagi ke sungai dan ia merindukannya."Buntut mah ngikut aja," jawab Oncom asal."Jam sepuluh aja ya, sore Aa ada rapat di MTS.""Siap!"Jam masih menunjukkan pukul delapan pagi, mereka masih berpelukan setelah Naufal kedinginan karena bermain air di pagi buta demi menemani istrinya. Jika saja kehadirannya tidak ditunggu di agenda rapat MTS Naufal akan mengajak istrinya untuk pulang besok karena melihat wanita itu bahagia
Firda tersenyum saat melihat mobil putih yang ia ketahui milik Naufal, apalagi kacanya memang dibuka semakin membuat Firda berbunga melihat laki-laki itu dengan kacamata hitam yang menghiasi matanya. Entah sejak kapan sang pujaan berani memakai aksesoris mata, karena setahunya Naufal tidak pernah memakai barang-barang seperti itu. Bahkan untuk sekadar celana panjang saja Naufal jarang karena lebih banyak memakai kain sarung jika di rumah. Apa perubahan itu sejak menikah? Jika seperti itu berarti istrinya membawa hal buruk pada penampilan Naufal. Akhirnya Firda merasakan manfaat dari mulutnya yang ingin memakan sesuatu hingga mengharuskan dirinya pergi ke warung hanya untuk sekadar jajan, ternyata memang ia dijodohkan untuk bertemu dengan laki-laki pujaannya. Firda sedikit berlari agar bisa berpapasan dengan Naufal sebelum laki-laki itu masuk ke dalam rumahnya."Hati-hati."Kembali merasakan cemburu mendalam saat Naufal memperlakukan Oncom seperti putri ra