Air hangat untuk mandi adalah salah satu musuh Oncom karena membuatnya merasa gerah seharian. Maka dari itu water heater yang ada di dalam kamar mandinya tidak berfungsi dan ini adalah pertama kalinya ia menggunakannya alat tersebut, itu pun karena terpaksa demi merilekskan otot bagian intimnya. Suaminya memaksa Oncom untuk berendam dalam air hangat setelah ia mandi wajib dengan alasan seperti itu, sudah seperti laki-laki pengalaman dalam hal percintaan. Naufal mengurusnya dengan teliti saat Oncom mandi karena ia juga mempunyai niat tersembunyi. Tangan laki-laki itu selalu jahil dalam memainkan aset kembarnya seperti anak kecil yang baru dibelikan mainan baru. "Udah dong jangan dimainin terus, airnya juga udah dingin ini," tegur Oncom pada suaminya yang terus menyabuni bagian dada Oncom."Sebentar lagi ini belum bersih," balas Naufal penuh dengan alasan."Lama dih," keluh Oncom membuat suaminya tertawa."Ini gemesin banget soalnya."Ukur
Bagaimana patah hati mengubahmu hingga begitu jauh bahkan seakan tidak mengenal diri sendiri akibat dari rasa sakit yang teramat. Mencintai sekian tahun tanpa balas bahkan sekarang ia merasa terhina karena wanita yang dipilih oleh laki-laki yang dicintainya sangat tidak pantas dibandingkan dengannya. "Kamu tau aku sangat mencintaimu dalam waktu yang lama, tapi kenapa kamu nikah sama cewek jelek itu, Naufal!"Winter club adalah tempat pelarian kedua untuk Firda yang dilanda patah hati besar. Hatinya benar-benar tidak terima dengan apa yang sudah terjadi, ia sudah menunggu terlalu lama tapi tidak mendapatkan balasan yang setimpal. Rasa cintanya seolah tidak memiliki harga di depan Naufal yang membuatnya sangat terluka. Tempat yang seharusnya tidak pantas didatangi oleh Firda apalagi jika melihat bagaimana wanita itu berpakaian setiap harinya. Namun, kali ini penampilannya berubah walaupun ia harus berganti baju di sebuah SPBU agar tidak cegah oleh sahabatnya, jika R
Bukan sahabat namanya jika masih memiliki kecanggungan dalam lingkaran pertemanan melainkan hanya sebatas teman. Sahabat adalah orang yang lebih dari sekadar teman bahkan kadang rasanya lebih dari saudara seperti yang Oncom rasakan pada Gita dan Enam Anak Onta. Memiliki dua orang kakak perempuan yang sama sekali tidak menganggapnya seorang adik, bahkan mereka malu dan tidak mau mengakui jika Oncom adalah bagian dari keluarganya membuat Oncom menemukan saudara lain yang tidak memiliki hubungan darah dengannya."Edas! Pengantin baru jam segini udah keluar kamar," seru Gita saat melihat Oncom dan Naufal mendekati meja makan.Mereka sudah tidak lagi canggung dan menganggap rumah sendiri karena untuk sarapan semua Gita yang menyiapkan. Hal itu atas perintah Oncom dan kedua orang tuanya karena mereka tidak mau menyiapkan segala sesuatu layaknya pada tamu. Hingga mereka harus mandiri dengan menganggap itu rumah sendiri."Jalannya kok biasa aja sih?" ledek Kent d
𝘏𝘪𝘥𝘶𝘱𝘭𝘢𝘩 𝘣𝘢𝘪𝘬 𝘱𝘢𝘥𝘢 𝘴𝘦𝘮𝘶𝘢 𝘮𝘢𝘩𝘬𝘭𝘶𝘬 𝘤𝘪𝘱𝘵𝘢𝘢𝘯 𝘛𝘶𝘩𝘢𝘯 𝘢𝘨𝘢𝘳 𝘩𝘪𝘥𝘶𝘱𝘮𝘶 𝘥𝘢𝘮𝘢𝘪 𝘵𝘢𝘯𝘱𝘢 𝘮𝘶𝘴𝘶𝘩, 𝘬𝘢𝘳𝘦𝘯𝘢 𝘵𝘦𝘳𝘬𝘢𝘥𝘢𝘯𝘨 𝘸𝘢𝘭𝘢𝘶𝘱𝘶𝘯 𝘬𝘪𝘵𝘢 𝘴𝘶𝘥𝘢𝘩 𝘮𝘦𝘯𝘫𝘢𝘥𝘪 𝘮𝘢𝘯𝘶𝘴𝘪𝘢 𝘣𝘢𝘪𝘬 𝘵𝘦𝘵𝘢𝘱 𝘢𝘥𝘢 𝘴𝘢𝘫𝘢 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘦𝘯𝘤𝘪. 𝘑𝘢𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘧𝘰𝘬𝘶𝘴 𝘱𝘢𝘥𝘢 𝘱𝘦𝘮𝘣𝘦𝘯𝘤𝘪, 𝘧𝘰𝘬𝘶𝘴𝘭𝘢𝘩 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘮𝘦𝘮𝘱𝘦𝘳𝘣𝘢𝘪𝘬𝘪 𝘥𝘪𝘳𝘪. 𝘉𝘪𝘢𝘳𝘬𝘢𝘯 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘦𝘯𝘺𝘢𝘬𝘪𝘵𝘪 𝘩𝘢𝘵𝘪𝘮𝘶 𝘣𝘦𝘳𝘣𝘢𝘩𝘢𝘨𝘪𝘢 𝘥𝘪 𝘢𝘵𝘢𝘴 𝘴𝘢𝘬𝘪𝘵 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘬𝘪𝘵𝘢 𝘳𝘢𝘴𝘢𝘬𝘢𝘯, 𝘬𝘢𝘳𝘦𝘯𝘢 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘳𝘢𝘴𝘢 𝘴𝘢𝘬𝘪𝘵 𝘪𝘵𝘶 𝘬𝘪𝘵𝘢 𝘵𝘦𝘳𝘣𝘦𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘫𝘢𝘥𝘪 𝘮𝘢𝘯𝘶𝘴𝘪𝘢 𝘬𝘶𝘢𝘵 𝘷𝘦𝘳𝘴𝘪 𝘬𝘪𝘵𝘢 𝘴𝘦𝘯𝘥𝘪𝘳𝘪. Caption yang begitu bagus dituliskan oleh Firda pada instastory di akun pribadi miliknya. Kata-kata yang ia kutip dari Naufal saat memberikan kajian di salah satu masjid dalam acara Peringatan Hari Besar Islam yanga da di daerah Jakarta Timur. Demi cintanya Firda
Tidak ada waktu istirahat untuk pengantin baru bermesraan di dalam kamar karena hari ini mereka harus pergi untuk acara Ngunjungan alias mendatangi rumah Naufal. Bahkan sore nanti mereka harus pergi bersama teman-teman Oncom entah ke mana karena katanya hadiah dari Wildan yang tidak bisa hadir di acara pernikahan selirnya. "Jangan lupa bawa ini." Sutirah menyerahkan sehelai kain jarik yang dulu dipakai untuk menggendong Oncom pertama kali. Itu harus dibawa oleh Oncom dan akan diberikan pada mertuanya untuk menggendong Oncom sebagai penyerahan agar dianggap seperti anak kandung sendiri oleh orang tua Naufal. Itu adalah tradisi yang dijaga oleh masyarakat dengan harapan mertua bisa menyayangi menantu layaknya pada anak kandung sendiri. Walau tidak mungkin Abah Yai dan Ibu Nyai menggendong Oncom karena kondisi, tapi tetap diadakan simbolis layaknya digendong sungguhan. "Udah semua?" tanya Sukira pada sang istri. "Udah kayaknya," jawab Sutirah setelah memperhatikan barang bawaan m
Udara terasa begitu panas padahal alat pendingin ruangan menyala dengan baik dan memancar ke seluruh ruangan. Mungkin karena terlalu banyak orang hingga hawa sejuk tidak terasa atau mungkin karena panasnya hati yang melihat semua acara memuakkan dari dua keluarga yang sedang bahagia. Si tampan dan si buruk rupa sedang bersatu dalam sebuah ikatan yang harusnya jadi milik dirinya. Marah kesal yang harus ia tahan dari mulai sang sepupu mengumumkan pernikahan dengan wanita jadi-jadian seperti Oncom. "Cuih! Aku yakin Naufal jijik sama perempuan enggak jelas itu," gumamnya dari balik tembok menyaksikan rangkaian acara yang tidak pantas dilakukan oleh wanita dengan sebutan Oncom. Dari panggilan saja sudah bisa menjelaskan jika wanita itu adalah sampah yang beruntung bisa digunakan. Ampas dari tempe yang sebenarnya sampah dan menurutnya tidak pantas untuk dimakan. Sama seperti Oncom yang tidak pantas bersanding dengan Naufal sang pujaan. Seandainya sang ibu lebih berani mengungkapkan jika a
"Tad maaf nih ya, kelakuan si Ibu Saroh itu mirip seseorang ya," celetuk Kent tiba-tiba.Setelah acara serah terima anak mantu selesai mereka langsung kembali pulang karena katanya pengantin baru banyak kegiatan. Posisi berubah dengan Sukira dan Sutirah membawa mobil Andra, sedangkan Oncom dan yang lainnya berada di dalam mobil Kent karena Oncom sudah tidak tahan ingin tertawa dengan teman-temannya."Inget siapa tuh?" tanya Rian dengan nada menggelikan. "Kanjeng Mamih Erika yang ngira gue anak beasiswa."Mereka tertawa mendengar jawaban Andra yang mengingat bagaimana dulu Mamih Rian bernama Erika menyangka Andra adalah gembel yang mendapatkan beasiswa hingga bisa sekolah bersama anaknya. Kelakuan yang sama dengan Saroh saat melihat fisik secara jelas tanpa sungkan walau sudah ditegur oleh Abah Yai. "Oh lupa emak gue ya itu," balas Rian pura-pura."Jadi dulu tuh Onta satu pas ke rumah si Rian pake pakean kayak gembel menurut ema
"Enaknya ngapain ya siang-siang begini," ujar Naufal tiba-tiba begitu mereka masuk ke dalam kamar dengan memeluk tubuh ramping istrinya.Mereka masih mempunyai waktu tiga jam sebelum berangkat untuk menerima hadiah dari dua Anak Onta yang tidak bisa hadir. Hawa pengantin baru ingin selalu berdekatan dengan saling membelai begitu menggebu untuk orang-orang polos seperti Naufal. "Badan Oncom pada sakit tidur yuk," jawab Oncom jujur.Setelah dipajang seharian di atas pelaminan lalu malamnya kurang istirahat karena percobaan membobol gawang yang tidak berhasil dilanjutkan bangun pagi membuat Oncom kelelahan. Setelah berhenti kerja kegiatan Oncom memang lebih banyak di dalam kamar karena bingung harus melakukan apa. "Ayo kita sambil ngobrol ya, banyak yang harus kita obrolin juga."Naufal menarik pelan istrinya menuju ranjang untuk beristirahat, ya mereka hanya akan istirahat dengan sedikit berkasih mesra. Banyak hal yang belum mereka obrolkan terutama masalah tempat tinggal dan lain-lai
Apa yang paling penting dalam sebuah hubungan selain komunikasi? Disaat kasih sayang berlimpah diiringi materi yang cukup belum bisa membuat suatu hubungan berjalan lancar tanpa adanya komunikasi yang baik. Bahkan untuk hal sekecil apa pun harus dibicarakan pada pasangan agar hubungan nyaman tanpa ada yang merasa bersalah atau terbebani.Untuk kali ini Naufal menyadari kesalahannya, dia yang kurang peka tentang perasaan istrinya karena terlalu bahagia atas hadirnya anak mereka. Benar memang Saka sudah banyak yang menyayangi dan memperhatikan, bahkan saat anak kecil itu menangis semua orang khawatir dan saat tertidur semua orang akan bahagia dengan terus memuji dan membangga-banggakannya. Naufal harusnya lebih memperhatikan istrinya yang sedang berjuang untuk membuat anaknya selalu dalam keadaan kenyang dan nyaman. "Maafin Aa yang enggak ngertiin perasaan, Neng."Obrolan mereka diawali dengan Naufal yang meminta maaf pada istrinya. Duduk ditepi ranjang yang entah mengapa rasanya cangg
Oncom bingung bagaimana ia harus menjawab pertanyaan mereka. Rasanya memalukan jika yang ia permasalahkan adalah rasa iri pada anaknya sendiri yang mengambil semua perhatian orang lain. Sikap mereka tetap sama menyayangi dirinya tapi mereka semua selalu tertuju pada Saka. Suaminya bahkan sering tidak mendengar panggilan darinya saat sedang bermain dengan bayi itu."Gue enggak tau kenapa, cuma gue ngerasa iri sama anak sendiri. Kadang-kadang gue mikir kalau anak gue itu ngerebut semua perhatian orang. Setiap orang yang datang aja langsung berebut entah cuma pengen liat atau pengen gendong. Bahkan suami gue juga perhatiannya kayak cuma terpusat sama, Saka."Naufal yang mendengar jawaban istrinya sangat merasa bersalah. Ia tidak tahu jika sang istri merasakan hal seperti itu karena selama ini sikapnya biasa saja. Ia memang terlalu bahagia dan menyayangi anaknya hingga benar-benar memusatkan perhatian pada malaikat kecil itu. Gita langsung memeluk sahabatnya yang kini sedang menangis ka
Selain hamil, masa menyusui adalah masa-masa paling berat yang dialami oleh seorang ibu. Air susu sedikit, anak yang terus menangis bahkan banyak wanita kurang beruntung yang tidak mendapatkan dukungan dari orang terdekat adalah masa paling berat untuk dijalani. Maka dari itu banyak wanita mengalami baby blues bahkan sampai membahayakan nyawa anaknya karena terlalu lelah jika berada dilingkungan tanpa support yang baik. Untuk Oncom sendiri gejalanya berbeda, asi nya deras, anaknya tidak terlalu cengeng, keluarganya mendukung penuh apa yang ia lakukan dan selalu ikut menjaga Saka hingga ia tidak lelah sendirian. Suami siaga bahkan mertua juga orang tua yang dua puluh empat jam menjaga dirinya juga bayinya. Jika Saka sedang rewel mereka tidak akan membiarkan Oncom bergadang sendirian dan sebisanya menenangkan membuat Oncom bersyukur. Namun, satu hal menyerang Oncom selama ia dalam masa menyusui di mana ia iri pada anaknya sendiri. Oncom merasa anaknya mengambil perhatian semua orang t
Untuk Oncom hari menjadi seorang ibu yang sesungguhnya dimulai saat pertama kali dirinya memberikan asi pada putranya. Susah dan penuh perjuangan walau sudah mencoba beberapa kali. Air susu yang belum keluar juga puting yang kecil menjadi tantangan karena putranya bingung."Udah bisa yeay!!"Oncom sedikit bersorak saat bayi kecil itu berhasil menyedot putingnya walau belum keluar air susu, tidak apa-apa karena itu untuk rangsangan."Alhamdulillah, pinternya anak, Abba.""Tangan Aa luka."Oncom baru sadar saat ia melihat tangan kanan suaminya yang terluka dan mengeluarkan darah yang sudah kering. Oncom tahu itu luka karena apa dan sangat sadar jika dirinya yang melakukan tadi saat sedang berjuang melawan rasa sakit untuk mengeluarkan anak mereka. Padahal kukunya pendek tapi tetap menggores tangan suaminya."Enggak apa-apa, Sayang. Ini enggak sakit kok," balas Naufal karena sakit yang dirasakan istrinya berkali-kali lipat dibandingkan luka kecil yang ia rasa. "Bu bidan, tolong ke sini
Naufal benar-benar menunjukkan sisi lemahnya tanpa peduli jika ada orang lain di dalam ruangan itu. Jika tidak melihat istrinya dan berusaha sekuat tenaga untuk bersikap tegar sudah pasti ia akan luruh ke lantai karena jujur saja kakinya bergetar saat melihat proses istrinya berjuang. Genggaman tangannya bahkan belum lepas dengan sorot mata penuh rasa bahagia sekaligus bangga. "Laper, A."Setelah berjuang mengeluarkan tubuh anak lelakinya dengan mata yang sangat berat kini perut Oncom terasa sangat keroncongan. Oncom juga merasakan keanehan pada perutnya yang kini seolah kosong apalagi setelah bidan selesai membersihkan dan menjahit bagian intimnya. Dua jahitan dalam dan tiga jahitan luar karena posisi Oncom yang bagus jadi tidak ada sobekan tapi tetap dijahit untuk proses percepatan."Mau makan apa, Sayang?" tanya Naufal semangat."Nasi padang enak kayaknya.""Ustadz anaknya boleh diadzani dulu," sela bidan membawa anaknya yang sudah rapi dengan kain bedong berwarna biru muda."Adz
Terlahir menjadi seorang wanita memang tidak bisa menghindari rasa sakit dari banyak hal. Dari sakit ringan saat datang tamu bulanan bahkan sampai sakit yang harus mempertaruhkan nyawa seperti melahirkan baik secara normal maupun operasi Caesar karena semuanya sama-sama meninggalkan rasa sakit yang tidak akan terlupakan. Butuh perjuangan berat bagi seorang perempuan untuk melahirkan seorang anak ke dunia ini. Jika secara normal tidak memungkinkan maka operasi adalah pilihan dan jangan pernah menganggap jika seorang wanita tidak sempurna jika tidak melahirkan secara normal, karena bagaimanapun cara seseorang lahir ke dunia tetaplah membuat seorang ibu kesakitan tanpa bisa dihindari. Naufal sangat berusaha menguatkan diri agar ia bisa menemani istrinya berjuang mengeluarkan anak mereka. Matanya tidak beralih dari mata istrinya dengan terus mengucapkan kata-kata semangat juga do'a agar diringankan dan juga dilancarkan semuanya."Coba kita liat lagi ya udah pembukaan berapa," ajak bidan.
Laila berlari menuju rumah orang tuanya, ia tidak sabar untuk segera sampai tapi kenapa rasanya jarak itu sangat jauh hingga napasnya naik turun dan tidak sampai-sampai walau ia sudah berlari cukup kencang menurutnya. "Assalamu'alaikum, Ibu!" Laila mengetuk pintu dengan tergesa begitu sampai di depan pintu kamar orang tuanya. Ia tahu di dalam kamar hanya ada ibunya karena Abah Yai sedang menghadiri pengajian rutin di balai desa yang berlangsung sampai tengah malam. "Waalaikumsalam, ada apa, La?" "Teteh kayaknya mau lahiran deh, Bu. Udah meringis aja dari tadi," jawab Laila dengan wajah paniknya. "Ayo kita ke sana," ajak Bu Nyai.Dua wanita beda generasi itu segera berjalan menuju rumah Naufal setelah meminta salah satu santri untuk mengabarkan pada Abah Yai juga pada Sarif untuk menyiapkan mobil. Kebahagiaan yang diselimuti kekhawatiran rasanya sangat mendebarkan apalagi untuk seorang Ibu seperti Bu Nyai yang sudah merasakan bagaimana sakitnya melahirkan. "Assalamu'alaikum, Neng
Perkiraan lahirnya masih dua minggu lagi tapi perutnya sudah sering kencang dan tendangan yang cukup kuat kadang membuat Oncom meringis. Jangan tanya bagaimana khawatirnya Naufal yang bahkan sangat jarang tidur pada malam hari yang ia isi dengan berbagai dzikir sekaligus menjaga istrinya, karena kata dokter kelahiran anak mereka bisa kurang dari hari perkiraan lahir atau lebih. Naufal selalu siaga berjaga-jaga anaknya ingin segera keluar di malam hari hingga dirinya harus bergadang dan akan tidur setelah sholat subuh walaupun itu bukan waktu yang baik, tapi semua ia lakukan demi anaknya. Naufal berpikir jika siang hari banyak orang yang menjaga istrinya maka dari itu malam adalah bagiannya. Laila bahkan sudah satu minggu menginap di rumahnya berjaga-jaga jika mereka membutuhkan bantuan. Adiknya juga sudah membantu mempersiapkan tas berisi perlengkapan kakak iparnya jika sewaktu-waktu sang keponakan ingin segera lahir. "Kenapa, Sayang?" tanya Naufal saat melihat istrinya meringis.Ja
Sebagai calon orang tua yang mempersiapkan dengan sangat baik semua kenyamanan dan kesehatan istri serta calon anaknya Naufal mengikuti semua instruksi dari dokter kandungan yang datang setiap minggu satu kali ke rumahnya. Dokter kandungan dari rumah sakit swasta yang terkenal dengan pelayanan ramahnya bernama Anggia, teman dari Hendrik yang diminta dan dibayar langsung oleh anak Onta satu itu untuk mengontrol calon keponakannya. "Jangan lupa senam hamil ya bapaknya juga ikutan. Banyakin sujud sama jalan pagi kalau kuat jangan pake sendal. Hari rabu kita USG ya. Pikirannya ditenangin ya Teh jangan sampe tensi nya naik lagi," pesan Anggia setelah ia memeriksa kondisi Oncom."InsyaAllah, Dok. Makasih ya udah selalu siaga buat saya," balas Oncom karena dokter itu begitu baik dan lembut."Sama-sama dan udah tugas saya. Kalau gitu saya permisi dulu ya. Buat obatnya abisin yang kemarin aja. Enggak usah dianter assalamu'alaikum," salam Anggia pada keduanya."Waalaikumsalam warahmatullahi w