Share

Aa Ustadz

Diam adalah gaya Naufal apalagi jika ia harus berhadapan dengan wanita, hal yang belum pernah ia lakukan setelah ia paham dengan arti dosa. Ditambah lagi wanita itu adalah Arini Wulandari, sosok wanita yang ia sebut dalam doa. Dalam hatinya diliputi rasa penasaran akan obrolan atau lebih pada pertanyaan apa yang ingin ditanyakan oleh sang calon istri. Orang lain mungkin akan berpikir jika otaknya bermasalah karena menginginkan wanita berantakan seperti Oncom, tapi apa daya hatinya yang telah memilih untuk menyukai wanita apa adanya itu.

Sedangkan Oncom yang gagal menjadi anggun sedari tadi kini bersikap biasa saja setelah sebelumnya ia juga mengakui perasaan tegang di awal. Oncom akan memberikan beberapa pertanyaan dan juga tentang siapa dirinya yang sebenarnya untuk membuka pikiran Arif.

"Mau ngobrol apa?" tanya Naufal setelah mereka duduk berhadapan dengan terhalang meja.

"Gini, Tads. Jujur aja ya Oncom masih bingung nih kenapa Ustadz mau aja dijodohin sama, Oncom. Jujur-jujuran aja jangan bohong. Masa Ustadz bohong? Biar Oncom enggak kepikiran," jawab Oncom langsung tanpa basa-basi.

Oncom masih penasaran dengan keputusan Naufal yang ia yakini ada sesuatu sampai laki-laki bergelar Ustadz itu mau dinikahkan dengannya. Oncom berpikir itu mustahil karena ia sadar diri akan kesenjangan mereka berdua. Ia memang menganggap Abah Yai dan Ibu Nyai seperti orang tuanya sendiri, tapi ia tidak pernah berpikir untuk berjodoh dengan Naufal.

"Itu doang pertanyaannya? Benerin dulu duduknya," tegur Naufal pada posisi duduk Oncom yang seperti laki-laki.

Kaki dibuka lebar dengan kedua siku berada di atas lutut dan menyatukan jari-jari tangannya. Juga pasmina yang masih berada di atas kepala dengan sisi kiri disampirkan ke bahu kanan.

"Ya udah begini aja ya," pintanya dengan melipat kedua kaki ke atas sofa.

"Perasaan tadi Aa udah jawab deh pertanyaan, Neng. Kenapa nanya lagi?" tanya Naufal balik.

"Jawabannya enggak realistis dan lebih ke enggak mungkin aja," jawab Oncom apa adanya.

"Gini, Neng. Enggak semua pertanyaan dapat jawaban yang realistis karena banyak hal yang enggak bisa kita jawab pake logika, termasuk perasaan. Aa udah bilang ini bukan perjodohan tapi Aa yang minta dijodohin sama, Neng. Kalau Neng tanya alasannya apa? Jawabannya karena Aa yang mau Aa yang suka. Karena rasa suka itu enggak harus lihat fisik dan kelakuan. Kalau Neng tanya lagi kenapa Aa bisa suka sama, Neng? Jawabannya Aa enggak tahu, perasaan itu ada dari dulu dari kecil dan enggak pernah berubah. Gimana, cukup jawaban, Aa?"

Walaupun terkenal dengan wanita lambat dalam berpikir dan penampilan yang berantakan tapi Oncom masih mengerti sopan santun dengan tidak memotong perkataan Naufal walaupun ia ingin sekali protes saat laki-laki itu mengganti panggilannya menjadi kata 'AA' yang membuat Oncom bingung.

"Bentar deh, ini kenapa jadi manggilnya, Aa?"

"Daripada, Ustadz? Lebih enak Aa, Neng. Lagian Aa belum jadi Ustadz, ilmu Aa belum sampe di tahap, Ustadz. Jadi Neng juga manggilnya Aa aja, jangan Ustadz ya."

Hal itu sengaja Naufal lakukan agar Oncom tidak terbebani dengan kesenjangan ahklak mereka. Setidaknya tanpa embel-embel Ustadz Oncom akan menganggapnya laki-laki biasa seperti teman-temannya yang ia panggil dengan sebutan Anak Onta.

"Ustadz aja lebih enak, lebih biasa juga."

"Masa panggilan dari calon istri disamain sama orang lain?"

"Terus gini, A. Ustadz tau 'kan kalau Oncom begini, enggak pake pakean muslim, enggak bisa ngaji, enggak paham agama, solat bolong-bolong. Ya walaupun doa Oncom sama Allah minta buat dikasih calon suami yang bisa nuntun Oncom ke jalan yang lebih baik, tapi Oncom juga enggak berekspetasi punya calon suami kayak, Ustadz. Oncom juga sadar diri soalnya," jawab Oncom tidak mempermasalahkan panggilan.

"Neng gimana sih nyebutnya udah Aa diterusin jadi Ustadz?"

"Masih belibet."

"Harusnya Neng bersyukur, artinya Allah kabulin do'a Neng karena Neng orang baik. Menutup Aurat, solat dan ibadah lainnya itu kewajiban. Do'a Neng minta suami yang bisa nuntun ke jalan yang lebih baik, 'kan? Berarti jangan salahin Aa nanti kalau kita udah nikah Aa bakal paksa Neng mau enggak mau bahkan harus jadi rajin buat semua itu. Biar nanti kita sama-sama sampai ke surga-Nya Allah."

"Allah emang Maha baik ya. Oncom yang begini aja do'anya di ijabah sama Allah. Apalagi do'a, Aa Ustadz."

"Belum tentu kalau Aa yang do'a dikabulin sama Allah."

"Iya juga sih," balas Oncom enteng membuat Naufal tersenyum.

Sikap dan wajah polos tanpa make-up membuat nilai tambahan di pandangan Naufal. Membuatnya tersenyum saat melihat itu.

"Mau nanya apalagi? Udah yakin belum. Neng enggak perlu ngasih tahu kelakuan Neng kayak gimana. Aa udah tahu semua, termasuk temen-temen, Neng"

"Tau darimana?"

"Kupu-kupu," jawab Naufal asal.

"Masa sih? Oh jangan-jangan kupu-kupu warna biru yang tiap hari ada di jendela kamar Oncom ya?"

Naufal memasang ekspresi wajah bingung. Ia hanya bercanda tapi calon istrinya menganggap serius dengan mengaitkan hewan yang selalu berada disekitarnya.

"Aa becanda, Neng."

"Oncom juga becanda sih."

"Astaghfirullah."

"Emang enak dikerjain."

oncom tertawa cukup keras karena melihat ekspresi bingung wajah Naufal. Hal itu membuatnya mendapatkan teguran halus dari bapaknya

"Oncom."

"Iya, Pak Mantan."

Para orang tua ikut tertawa mendengar jawaban Oncom untuk Sukira. Sudah biasa dan mereka menyukai sifat apa adanya Oncom.

"Neng enggak mau bahas masalah pernikahan kita?" tanya Naufal yang membuat Oncom mengalihkan kembali pandangannya.

"Kan tadi udah sama para sesepuh," jawab Oncom santai, karena menurutnya semua sudah dibahas dan sudah oke.

"Neng enggak mau prewedding?"

"Emang Ustadz mau?"

"Aa."

"Iya, emang Aa Ustadz mau?"

"Aa aja, Neng. Kenapa enggak? Cuma foto doang, 'kan?"

"Iya kalo enggak lupa. Ya udah kalau mau atur aja."

"Kok Aa sih? Aa mah terserah Neng aja. Mau apa enggaknya, tempatnya di mana."

"Ya 'kan Oncom enggak tahu rekomendasi tempat yang bagus. Konsep prewedding tuh kayak gimana? Jadi ustadz aja yang nentuin, Oncom sebagai calon istri yang baik nurut aja. Pokoknya Oncom maunya terima beres. Oncom mah mau luluran aja tiap hari, biar pas hari H bersinar kayak emas batangan. Oncom juga enggak mau prewednya pake baju pengantin ya pake baju biasa aja. Baju pengantin buat ntar aja pas nikahan, biar nanti ustadz enggak kenal sama, Oncom."

"Neng pake kerudung aja Aa udah enggak kenal, apalagi nanti pas hari H."

"Edas! gombal," seru Oncom tidak percaya.

"Enggak gombal, Neng. Aa serius. Apalagi Neng pake gamis, kerudungnya di rapihin. Aa enggak bakalan kenal," balas Naufal yakin.

"Oke fixs besok Oncom pake abaya biar ustadz suka dan enggak berubah pikiran. Kapan lagi coba modelan Oncom dapet spek surga tanpa nyari."

"Kita sama-sama belajar, Neng."

Mereka mengobrol cukup banyak. Oncom juga kaget karena ternyata Naufal tidak sekaku yang ia bayangkan. Oncom melihat bagaimana Naufal meyakinkan dirinya jika pernikahan ini ia sendiri yang minta tanpa ada paksaan dari siapapun.

Oncom mengingat apa yang dikatakan oleh Kent, jika kita mendapatkan sesuatu apalagi jodoh sesuai yang kita harapkan tandanya dikehidupan kita yang dulu kita adalah manusia baik, sehingga Tuhan mengabulkan do'a kita.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status