Share

Once Again
Once Again
Penulis: Clarissa09

Kembali

Penulis: Clarissa09
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Cuaca nampak cerah di luar ruangan. Pada lintasan jalanan Ibukota sebuah mobil sedan biru melaju dengan kencang melintasi pusat kota Jakarta. Di dalam sana sudah ada sepasang mata yang tengah meneliti satu demi satu bangunan yang menjulang tinggi diantara sisi-sisi jalan raya. Matanya yang tajam seolah menyimpan rindu yang sudah lama tertahan. Setelah asyik melihat pemandangan yang ada, ia segera mengalihkan pandangannya pada layar ponsel yang sedang berada dalam genggaman tangannya. Tangannya perlahan mencari playlist lagu kesukaannya.

          “Sudah banyak yang berubah ternyata,” ucapnya di dalam mobil.

          Perjalanan yang cukup jauh membuatnya sangat kelelahan. Tubuhnya sudah hampir tumbang namun ia tahu bukan saatnya untuk mengeluh sekarang. Rumahnya belum juga terlihat, dan itu berarti ia belum bisa merebahkan tubuhnya dengan manja di atas tempat tidurnya yang nyaman.

          Musik perlahan mengalun. Tanpa melihat sekeliling lagi, ia akhirnya memilih untuk menutup mata sembari menyandarkan punggungnya ke sandaran mobil yang sedang ia tumpangi.

          “Tuan muda tampaknya kelelahan sekali,” ucap sang supir ketika melihat seseorang yang berbalut jas biru navi tertidur lelah di jok mobil bagian belakang.

          Dua puluh menit telah berlalu dan kini mobil yang sedang ditumpangi oleh lelaki yang bernama Al telah tiba di depan rumah mewah berdesain american classic. Sang kemudi membunyikan klakson mobilnya sehingga pagar dengan otomatis terbuka. Mobil sedan biru itu pun melaju masuk ke dalam kediaman Jason dan berhenti tepat di depan pintu rumah yang di tuju.

          “Tuan muda, Tuan, kita sudah tiba di rumah.”

          “Udah nyampe ya Pak,” ucapnya sambil melihat sekeliling.

          “Iya Tuan, udah sampai. Tuan Besar dan Nyonya sudah menunggu di dalam.”

          Dengan cepat sang supir membuka pintu mobilnya kemudian keluar lalu lanjut untuk membuka pintu mobil untuk Al.

          Di depan pintu sudah ada Bodi yang menyambut kedatangannya dengan sebuah senyum hangat. Salah satu orang terpercaya keluarganya sejak dua puluh lima tahun silam. Bahkan sebelum dirinya dilahirkan, Bodi sudah bekerja untuk keluarganya.

          “Selamat datang kembali di rumah ini Tuan Muda. Tuan Besar dan Nyonya sudah menunggu Tuan Muda sejak tadi. Mari silahkan masuk,” ucap Bodi dengan punggung yang sedikit membungkuk. Supir yang mengantar Al tadi, pun ikut mengekor di belakang keduanya sambil menyeret koper dan barang bawaan Al yang lainnya.

“Sebaiknya Tuan Muda langsung mandi saja dulu dan langsung istrahat. Soalnya sebentar malam akan ada acara penyambutan untuk Tuan Muda.”

          “Oma mana?”

          “Ada di ruang kerja Tuan Besar. Sepertinya sedang ada hal penting yang sedang dibicarakan di sana.”

          “Oh ya sudah. Aku mau nyamperin Oma dulu, Pak. Tolong bawain koper saya ke kamar yah,” ucap Al sambil melihat keberadaan supir yang mengantarnya tadi.

          “Iya, Tuan.”

          Angkasa berjalan masuk ke dalam rumah yang sudah lama iya tinggalkan itu. Di amatinya ornamen-ornamen yang ada di setiap sudut ruangan tersebut dengan sangat teliti tanpa terlewat satu detail pun.

“Aku pikir banyak yang berubah dari rumah ini, ternyata masih sama seperti 10 tahun yang lalu saat terakhir kali aku melangkah pergi dari sini,” ucapnya dalam hati.

          Dengan langkah yang lamban Al berjalan menaiki anak tangga satu demi satu. Berjalan menuju ruang kerja papanya yang berada di lantai dua. Ketika tiba di depan ruangan yang akan ia tuju, Al berhenti sejenak. Dengan langkah pelan ia berjalan maju, memegang gagang pintu dan mendorongnya dengan pelan hingga pintu terbuka sedikit.

          Kedua matanya melihat sekeliling ruangan itu. Memastikan tidak mengganggu orang yang sedang berada di dalam sana. Bodi sebenarnya sudah menyuruhnya untuk istrahat, namun karena rasa rindunya terhadap keluarganya sehingga membuat Al diam-diam mampir ke ruangan itu terlebih dahulu sebelum akhirnya ia memasuki kamarnya.

          Melihat pintu yang sedikit terbuka, membuat Bella mengarahkan pandangannya ke arah pintu. Meskipun hanya sekilas namun ia mampu melihat keberadaan anaknya di balik pintu tersebut. Senyum bahagia pun terpancar dengan jelas di wajahnya.

          “Pa, Al udah datang,” jelasnya dengan wajah berseri karena bahagia. “Sini sayang. Kok malah ngumpet gitu di belakang pintu. Nggak tahu apa kalau Mama udah kangen banget sama kamu,” lanjutnya lagi.

          Pintu terbuka lebar dan masuklah Al ke dalam ruangan itu. “Tadi kata Pak Bodi kalian sedang berkumpul di sini. Makanya aku mampir sebentar sebelum ke kamar.”

          “Gimana perjalanannya Al?” tanya Oma.

          “Yah capek dong tentunya. Oma sih nggak jemput Al. Tapi tadi jalanan ya lumayan lancar-lancar aja. Cuman parah sih Jakarta, udah banyak yang berubah. Karena kelelahan perjalanan jarak jauh, aku juga sempat tiduran di mobil. Kaget pas bangun eh tau-tau udah di depan rumah aja. Oma sehat?”

          “Seperti yang kamu lihat sekarang. Oma kan selalu baik-baik saja.”

          “Kamu udah makan Al?”

          “Belum sih, tapi  masih kenyang kok Ma.”

          “Ya udah kalau gitu kamu mandi aja gih. Biar segar. Terus istrahat. Pasti capek kan abis perjalanan jauh.”

          “Ya udah, kalau gitu aku ke kamar dulu yah.”

          “Iya. Hati-hati sayang.”

          Al pun berjalan keluar meninggalkan ruang kerja papanya. Setelah melihat punggung cucunya berjalan keluar meninggalkan ruangan itu, Tari mengambil gelas yang terletak di meja dan menenguk tehnya secara perlahan. Wajahnya berubah serius setelah meletakkan kembali gelas teh yang dipegangnya itu.

          “Sekaranglah saatnya, kita harus memikirkan masa depan perusahaan. Dengan merencanakan sebuah pernikahan untuk Al. Terlebih lagi jika mengingat kondisi kesehatan kamu yang sudah tidak terlalu fit lagi,” jelas Tari sembari menatap anaknya, Jason.

          “Bukankah itu masih terlalu dini Ma, kenapa kita tidak tunggu saja sampai Al lulus kuliah. Lagi pula umurnya juga masih cukup dini untuk urusan pernikahan,” ucap Bella menyanggah perkataan Tari barusan.

          “Ini adalah salah satu tugas penting bagi penerus perusahaan. Umur Al memang masih muda, tapi untuk urusan pernikahan sepertinya dia sudah cukup matang untuk itu. Dan kamu tahu sendiri kan pesan ayahmu sebelum meninggal Son.”

          “Apakah Al akan menerima rencana ini Ma?”

          “Jason, sekali janji tetaplah sebuah janji. Sebelum ayahmu meninggal dia sudah mengamanatkan pesan ini kepada Mama. Dan Mama nggak bisa megabaikan begitu saja pesannya kali ini. Dan kamu tahu sendiri kan, Al nggak mungkin mengelola perusahaan sebelum ia menikah. Bagaimanapun kondisinya. Itu sudah aturan dalam keluarga kita. Jika Al ingin menjadi pewaris Wiliam Ains Soft, itu berarti dia harus mengikuti keinginan ayahmu. Termasuk menikah dengan wanita pilihan Ayah kamu.”

          Tari menarik napas sejenak sembari mengingat amanah terakhir dari suaminya sebelum ia pamit pergi meninggalkannya ke surga untuk selama-lamanya. “Bahkan hingga detik-detik Ayah kamu menghembuskan nafas terakhirnya pun ia terus saja mengingatkan Mama dengan janjinya itu. Beberapa tahun belakangan ini aku sudah mencoba untuk mencari tahu keberadaan anak dari teman ayahmu itu. Menurut Bodi, katanya dia memiliki seorang cucu perempuan yang ternyata seumuran dengan Al. Bukankah ini menjadi berita baik bagi kita.”

          “Dimana tempat tinggalnya Ma?”

          “Karena itulah kita harus segera menemukannya.”

          “Tapi apakah cocok Ma. Terlebih untuk kemudian membiarkan Al menikah dengan seorang gadis biasa saja? bahkan kita pun belum pernah melihat dan tidak mengenalnya dengan baik. Bagaimana keluarganya dan apakah Al akan menyukainya,” Bella bertanya penasaran.

          “Yang namanya janji haruslah ditepati, itulah prinsip ayahmu sejak dulu. Tidak peduli kepada siapa janji itu kamu berikan. Dahulu ketika ayahmu masih hidup ia selalu memperlihatkan kepada Mama bahwa orang biasa pun tetap bisa hidup berdampingan dengannya. Itu artinya kasta bukanlah suatu penghalang untuk keluarga kita. Apalagi ini menyangkut amanah darinya. Dan itu berlaku juga untuk penerus perusahaan kita. Termasuk Al. Tidak bisa disangkal. Jika Al menolak, itu berarti dia tidak berhak atas perusahaan.”

Bab terkait

  • Once Again   Rencana Pernikahan

    Sinar bulan menerobos masuk lewat lubang-lubang kecil yang ada di dalam kamar Al. Menerpa wajahnya yang tergeletak di bawah balutan selimut berwarna putih bersih. Al menggeliat sambil meluruskan badannya yang terasa begitu kaku sehabis perjalanan jauh tadi pagi. Perlahan ia meraih ponsel yang ada di meja dekat dari tempat tidurnya. Ternyata memang sudah malam. Waktu sudah menunjukkan pukul 19.00 malam. Dengan malas Al bangun dan segera menuju kamar mandi untuk kemudian membersihkan diri. Lelah benar-benar membuatnya tertidur dengan sangat pulasnya. Ia bahkan sampai lupa jika malam ini ia sedang ada acara makan malam bersama keluarganya. Setelah memakai baju, Al melangkah menuruni anak tangga satu demi satu. Melihat sekeliling hingga pandangannya terhenti pada sosok yang terlihat sedang menikmati waktu bersama. Ternyata anggota keluarganya sudah duduk santai di ruang tengah, mungkin sedang menunggu dirinya datang.

  • Once Again   Pangeran Tak Berwajah

    Aku Clarissa Bella Buczer, seringnya dipanggil Cla. Seorang mahasiswi semester satu jurusan seni di Universitas William Grup. Aku adalah tipe orang yang sangat ceria. Menyukai kebebasan dan tidak pernah suka dipaksa dalam hal apapun itu. Impianku adalah menjadi seorang seniman terkenal di dunia. Semua orang akan tahu namaku. Suatu hari nanti aku akan menjadi terkenal. Itulah impianku sejak kecil hingga sekarang. Rumahku adalah studio pangkas rambut. Lebih tepatnya ayahku membuka jasa potong rambut bagi pria, wanita tidak termasuk. Dengan menggunakan trik tradisional yang turun temurun dari keluarga Ayah. Itulah sepintas pengetahuanku soal bisnis kecil-kecilan milik Ayah. Selain itu Ayah juga menjual ramuan minyak rambut di internet. Ramuan yang tentu saja ia racik sendiri. Ayah adalah orang yang sangat baik. Sering kali ia melakukan potong rambut secara gratis. Makanya kami tetap saja miskin me

  • Once Again   Harapan

    Martin mengerucutkan bibirnya saat sang istri memotong pembicaraannya. Ada raut kekecewaan di wajah Martin, seolah tidak terima dengan pernyataan Lestari tentang ayahnya dan juga William. “Sudahlah Ayah, tak usah berbicara hal yang tidak-tidak. Lebih baik Ayah pikirin jalan keluar untuk hutang piutang Ayah yang banyak itu,” jelas Lestari lagi tanpa sedikitpun terkecoh dengan raut wajah suaminya yang sudah berubah warna. “Ayah tidak mengada-ngada kok Bu. Ini semua memang benar adanya. Ibu menuduh Ayah berbohong?” Kini Martin beralih menatap kedua anaknya secara bergantian, berusaha meyakinkan Cla dan juga Caesar. “Dulu kakekmu adalah asisten pribadi dan juga sahabat dekat dari Ceo William Ains-Sofft Grup yang sebelumnya. Jadi bisa dikatakan jika kakek Buczer adalah salah satu orang penting di dalam perusahaan yang terkenal itu.” &nb

  • Once Again   Kampus

    Seperti biasa, kampus selalu ribut dan ramai dengan mahasiswa maupun mahasiswi yang ada. Cla yang baru saja tiba, segera berjalan melewati koridor kampus sambil membawa buku gambar kesayangannya dan juga tidak lupa susu pisang yang selalu stay dengannya setiap pagi. Dengan langkah riang ia menghampiri ketiga temannya yang tengah duduk di depan kelas. “Berita terbaru hari ini adalah Al telah resmi kembali setelah 10 tahun menetap di Paris,” ucap Jessi dengan antusias. “Iya. Kemarin aku juga lihat beritanya di TV dan ternyata dia sangat tampan dari dugaanku selama ini,” Famita ikut menambahkan. Jessi melotot ke arah Famita dan bertanya mengenai informasi terkini tentang Al. “Asal kamu tahu saja Jes, Al termasuk dalam 10 besar di trending

  • Once Again   Semburan Air

    “Ehem, haus nih.” Jessi segera menyeruput air dingin miliknya setelah mendengar ocehan dari Cla perihal pangeran tak berwajah yang ia miliki. Bukan karena Jessi benar-benar haus. Ia hanya sedang muak saja mendengar kata-kata Cla barusan, terlebih saat Cla membandingkan Pangerannya dengan Tuan Muda Al. “Dan kalian tahu... Tuan Muda Al yang kalian puja-puji itu tidak ada apa-apanya jika disandingkan dengan pangeran tak berwajah milikku ini.” Cla berkata dengan senyum mengembang di wajahnya. Tangannya yang mungil kini meraih buku gambar miliknya lantas memeluk buku itu dengan erat seakan-akan sedang memeluk pangeran yang ia kagumi selama ini. Namun kesenangan itu hanya berlangsung sebentar saja, sebab kini wajahnya yang dihiasi senyum indah harus pudar berantakan setelah Jessi berhasil menyemburkan air yang sedang berada di dalam mulut ke wajah Cla hingga basah kuyup dengan sempurna. “Ow oh, Cla aku nggak se-“ “J

  • Once Again   Panggilan Telepon

    Wajah Al kini berubah menjadi merah padam. Rahangnya pun mengeras, mencoba menahan amarah yang sudah hendak keluar sepenuhnya. Dengan tangan yang sudah mengepal sempurna, ia menatap Cla dengan tatapan tajam yang mematikan. “Ada apa Al?” tanya Reymon yang baru saja datang menghampiri Al. Namun bukannya menjawab pertanyaan temannya, Al malah beranjak pergi, berjalan meninggalkan tempat itu. Reymon, Rouben dan Beni pun mengikuti dari belakang meski mereka bertiga masih penasaran dengan situasi tegang yang baru saja mereka lihat. “Apa katamu? menurutmu karena kau adalah Tuan Muda sang pewaris perusahaan William Ains-Soft Grup dan juga pemilik yayasan kampus ini lantas bisa membuatmu berlaku seenaknya,” teriak Cla sambil mencoba berdiri dari tempatnya sedang terjatuh tadi. “Di rumahku, ibuku juga memanggilku Tuan Putri. Jadi, jangan pernah menganggap remeh orang lain hanya karena kamu punya segalanya.” Langkah kaki yang sudah hendak bergerak pergi seketika

  • Once Again   Hal Memalukan

    “Saya sudah menemukannya Tuan,” ucap Ben lewat panggilan suara yang kini menghubungkannya dengan Al. Ben masih berdiri di depan pagar rumah pangkas rambut martin. Sudah sejak sepuluh menit yang lalu ia berada di sana. Sebisa mungkin ia mengintip ke dalam rumah namun tempat itu nampak begitu sunyi, tak seperti pangkas rambut kebanyakan yang biasanya ramai dengan pengunjung. Ben pun tidak bisa bertemu dengan sang pemilik rumah terlebih dengan calon tunangan atasannya. Namun meskipun demikian, Ben tetap tidak berani untuk masuk apalagi untuk melangkah lebih jauh lagi. Tugasnya hanya untuk memastikan alamat calon tunangan Al saja. Dan kini tugasnya telah selesai ia kerjakan. “Kalau gitu kirimkan saya alamat lengkapnya, saya akan menuju ke sana sekarang.” “Baiklah” Tuttt tuttt tuttt. Panggilan telepon pun akhirnya telah terputus. Dengan sigap Al mengambil kunci mobilnya dan segera berangkat m

  • Once Again   Pelanggan Baik Hati

    “Finish. Bagaimana Pak, apakah anda suka dengan gaya rambut anda saat ini. Ini adalah gaya rambut yang sedang trend di kalangan pesohor tanah air.” Bodi melihat dirinya di depan cermin, sembari melirik sekilas wajah Martin yang kini sedang berdiri di belakangangnya masih dengan gunting dan sisir yang ada di tangannya. Niatnya menemui Martin untuk urusan pernikahan harus kacau balau karena Martin justru mengira dirinya hendak memangkas rambut. Bodi yang sudah tak bisa menolak terpaksa mengikuti keinginan Martin untuk membuat rambutnya menjadi berbeda dari sebelumnya. Dan jika melihat dirinya di depan cermin saat ini, Bodi setidaknya ikut bersyukur juga. Karena hasil jerih payah lelaki itu ternyata tak sia-sia pada akhirnya. Wajahnya kembali terlihat jauh lebih fress dengan gaya rambut barunya kali ini. “Benarkah gaya rambut ini sedan

Bab terbaru

  • Once Again    Acara Pernikahan  

    “Takdir adalah sesuatu yang tidak dapat dipesan sambil menyaksikan senyumanmu di dalam kedamaian jiwaku. Apalah dayaku sebab ketadiksempurnaan ini selalu saja datang menemui dengan begitu angkuh di ujung lorong hidupku yang tak juga memiliki kuasa untuk segala hal yang hendak terjadi. Aku hanya sebatas insan, yang lemah di hadapan takdir.” Mentari benar-benar telah memancarkan sinarnya di balik cakrawala. Memecah kegelapan malam yang beranjak pergi tanpa sebuah kalimat selamat tinggal. Seperti sekumpulan mimpi-mimpi indah di malam hari. Bergerak pergi meski tanpa permisi dan hilang begitu saja seiring berjalannya waktu. Di kamar sempit berukuran 3x3 milik Cla, ia tengah dihinggapi rasa cemas tak berkesudahan. Tepat seminggu yang lalu sejak kedatangan keluarga Al ke rumahnya. Sehingga genap sudah waktu yang telah

  • Once Again   Lamaran   

    Cla melangkah perlahan menuruni anak tangga satu demi satu, di ikuti dengan ibunya yang ada di belakangnya. Lestari membantu mengangkat gaun milik Cla yang lumayan panjang sehingga menjuntai di lantai. Dengan senyum kaku, Cla menuju ruang tamu untuk menemui tamu yang sudah sejak tadi menunggunya dengan sangat sabar. Al mendonggakkan kepalanya ketika Tari, omanya menyikut tangannya dengan kencang. Bola mata keduanya pun bertemu, saling tatap satu sama lain selama beberapa detik. Tanpa sengaja Al membalas senyum simpul dari Cla. Meskipun Cla cukup kaget juga dengan perubahan sikap lelaki yang ia tahu sangat menakutkan itu. Dengan sopan, Cla duduk di depan Al. Lalu bersalaman dengan kedua orang tua Al dan juga omanya. Senyum hangat pun terpancar di wajah keluarga Al. Nampak jelas bahwa mereka menerima Cla dengan begitu tulus. &nb

  • Once Again   Pertemuan Keluarga

    Malam kembali menghampiri kediaman William dengan gemerlap lampu-lampu taman yang berwarna-warni. Suara kodok yang ada di sekitaran kolam sesekali berbunyi memecah keheningan setiap sudut yang ada. Serta kunang-kunang yang beterbangan dengan indah hingga membentuk cahaya gemerlap. Lengkap sudah menghiasi malam di rumah dan di sekeliling taman kediaman milik William. Di ruang tengah rumah, sudah berkumpul Tari, Bella dan juga Jason. Tari sedang menyeruput teh hijaunya yang telah disediakan oleh Wijah. Sementara Bella, memulai pembicaraan yang semula hanya hening semata. “Aku mengerti bahwa dia memang masih sangat muda untuk urusan pernikahan, tetapi jika ku perhatikan sikapnya dengan sangat teliti sepertinya agak kurang cocok untuk tinggal di rumah ini dan juga tidak cocok untuk bersanding dengan Al. Aku jadi takut memikirkan apa yang akan terjadi

  • Once Again   Kujungan Ke rumah Al

    Suara riuh dari mahasiswa dan juga mahasiswi yang ada di dalam ruangan kini terdengar dengan kencang setelah dosen yang mengajar benar-benar meninggalkan ruang kelas. Mata kuliah hari ini telah usai sepenuhnya dan itu berarti usai sudah kegiatan Cla di kampus hari ini. Cla yang masih dicuekin oleh teman-temannya, langsung meraih tas dan keluar meninggalkan kelasnya. Dengan wajah yang sengaja ia tutupi oleh kain skrap, Cla berjalan keluar kampus. Sebisa mungkin ia menghindari setiap pandangan serta lirikan sinis teman-teman kampusnya setelah berita tentang pernikahannya dengan Tuan Muda Al berhasil menjadi trending topik diberbagai media yang ada. Setelah tiba di parkiran Cla mengambil sepedanya dan mendorongnya keluar. Pelan-pelan Cla berjalan menyusuri pinggiran jalan sambil menunduk melihat jalan raya. Cukup jauh ia berjalan hingga langkahnya tiba-tiba saja

  • Once Again   Kedatangan Wartawan

    Wangi masakan ayam tumis kecap milik Lestari mampu membuat Cla terbangun dari tidurnya. Dengan langkah tergopoh-gopoh Cla menuju dapur dengan mata yang masih setengah tertutup. Di meja makan kini sudah tertata rapi berbagai makanan. Namun rasa lesu Cla mengharuskan dia untuk meminum air putih terlebih dahulu. Setelahnya, ia meraih kripik potato yang tersimpan di lemari makanan yang ada di dapur, lalu memakannya. Sementara itu di depan rumah, Martin dan Lestari kini tengah berdesak-desakan dengan wartawan yang memaksa untuk menerobos masuk ke dalam rumahnya. Sebab kali ini para wartawan sungguh penasaran dengan calon tunangan Al. Entah dari mana berita menyebar dengan begitu cepatnya. Caesar yang baru saja pulang dari jogging pagi juga ikut kaget melihat rumahnya yang begitu ramai dengan wartawan. Dengan cepat ia berlari menuju Ayah dan Ibunya. Lalu segera bertanya perihal yang sedang terjadi saat ini. “Yah ada apa? kok ramai kayak gini?” “Aduh Ay

  • Once Again   Selamat Tinggal Impian

    “Glen.” “Ya Ma, ada apa?” Perempuan itu menatap wajah anaknya yang kini duduk di sampingnya. “Sekarang adalah giliran kita sayang.” “Giliran kita?” “Al akan segera melangsungkan pernikahan.” “Oh soal pernikahan Al. Aku sempat melihat beritanya di media sosial. Tetapi kenapa sangat tiba-tiba seperti itu yah?” “Mereka tiba-tiba seperti itu tentu saja karena sedang ada masalah dalam perusahaan.” Ia tersenyum licik. “Kita harus mengambil kembali apa yang sudah seharusnya menjadi milik kita sayang. Dan sekaranglah waktunya,” ucapnya lagi. Mendengar permin

  • Once Again   Makan Malam

    Tidak ada lagi harta paling berharga yang dimiliki oleh Martin selain keluarga yang utuh dan bahagia. Bahkan dengan harta yang berlimpah sekalipun takkan ada yang bisa menandingi kebahagiaannya ketika melihat keluarga kecilnya tersenyum bahagia. Keluarga memiliki daya tarik tersendiri dalam mengembalikan mood dan juga kecemasannya akan hari esok yang buruk. Suasana selalu riuh jika anggota keluarga Martin lengkap. Apalagi kedua anaknya yang amat berisik serta cenderung berkelahi, mampu membuat Martin dan juga istrinya menjadi geleng-geleng kepala karenanya. Namun meskipun rusuh, hal-hal kecil yang seperti itu justru membuat keluarga mereka menjadi lebih bahagia. Sebab tawa terpancar ketika mereka bersama. Setelah insiden buruk tadi pagi, Lestari

  • Once Again   Terjerat Hutang

    Sinar matahari sudah memasuki setiap sudut ruangan melalui ventilasi yang ada. Namun hal itu justru tak mampu menggerakkan Cla dari singgasananya. Cla yang sedang menikmati hari liburnya justru bermalas-malasan di dalam sana. Tepat di atas kasur, Cla sibuk bermain dengan ponsel miliknya. Sementara itu, di luar kamar Cla saat ini sudah ada Lestari yang sedang berdiri resah. Semua hal yang ia takutkan akhirnya terjadi juga. Pagi-pagi sekali rentenir lengkap dengan pengawal datang ke rumahnya. Rentenir sekaligus teman suaminya. Namun jika menyangkut masalah uang, teman Martin terbilang cukup kejam juga. Bondan datang dengan kacamata hitamnya yang khas. Lelaki itu memakai setelan baju yang berwarna hitam senada dengan celana kain yang ia kenakan. Sehingga semakin menambah kesan menakutkan pada dirinya. Jika diamati dengan lebih teliti lagi, Bondan dan teman-teman sudah menyerupai malaikat pencabut nyaw

  • Once Again   Tersebarnya Rumor

    Ini adalah sebuah pertunjukkan yang sangat luar biasa dan di tunggu-tunggu oleh semua masyarakat. Dan hari ini kita akan membicarakan tentang topik hangat yang sedang ramai diperbincangkan seluruh dunia. Yah, berita kali ini datang dari lelaki tampan Kyle Al Jerome William, putra dari pemilik perusahaan terbesar di tanah air. Beberapa pekan terahkir, nama Kyle memang cukup terkenal di sosial media. Pasca kembali dari Paris, dia mendapat banyak penggemar, baik dari kalangan muda, tua dan aku juga termasuk penggemar setianya. Tapi menurutku, kali ini akan menjadi berita paling menyedihkan untuk para penggemar Kyle. Karena sebentar lagi Kyle akan melangsungkan pernikahan dan untuk perempuan yang akan bersanding dengannya nanti kini masih menjadi rahasia. Semuanya membicarakan tentang hal ini dan kami akan mencoba untuk memberi

DMCA.com Protection Status