Seperti biasa, kampus selalu ribut dan ramai dengan mahasiswa maupun mahasiswi yang ada. Cla yang baru saja tiba, segera berjalan melewati koridor kampus sambil membawa buku gambar kesayangannya dan juga tidak lupa susu pisang yang selalu stay dengannya setiap pagi. Dengan langkah riang ia menghampiri ketiga temannya yang tengah duduk di depan kelas.
“Berita terbaru hari ini adalah Al telah resmi kembali setelah 10 tahun menetap di Paris,” ucap Jessi dengan antusias.
“Iya. Kemarin aku juga lihat beritanya di TV dan ternyata dia sangat tampan dari dugaanku selama ini,” Famita ikut menambahkan.
Jessi melotot ke arah Famita dan bertanya mengenai informasi terkini tentang Al.
“Asal kamu tahu saja Jes, Al termasuk dalam 10 besar di trending twitter hari ini tau nggak. Sumpah ya dia tampan banget nget nget nget,” katanya lagi sambil senyum-senyum sendiri membayangkan wajah tampan Al yang ia lihat di TV kemarin.
Di antara keriuhan yang ada, Cla muncul di hadapan ketiganya secara tiba-tiba sehingga membuat mereka bertiga berteriak histeris.“Chel sini cepetan. Sumpah demi apapun kamu pasti bakalan senang setelah mendengar berita ini.”
“Ada apaan sih?” tanya Cla penasaran dengan keriuhan yang disebabkan oleh Jessi, Famita, dan juga Tasya.
Setelah Cla tiba di hadapannya, Jessi langsung memperlihatkan foto Al yang ada di ponselnya. Karena temannya begitu antusias, Cla melihat ke ponsel itu sebelum akhirnya dia duduk di kursi.
“Kamu tahu nggak Cla, dia ini baru saja tiba dari Paris, eh udah jadi trending aja di twitter. Hebat kan?”
“Aaaahhhh...,”teriak histeris dari ketiga teman-teman Cla secara bersamaan.
Cla memandangi foto yang ditunjukkan oleh Jessi, dan mendadak ia menjadi bingung sendiri dengan tingkah berlebihan dari teman-temannya barusan. Karena menurut Cla, Al biasa saja. Tidak ada yang menarik dari lelaki itu. Sebab bagi Cla tidak ada yang bisa menandingi pangeran tak berwajah yang selama ini selalu ia gambar.
“Jessi.”
“Iya Tuan Muda.”
“Maukah kamu berdansa denganku malam ini.”
“Dengan senang hati Tuan Muda.”
“Ihhhyuu, hahahaha.”
Jessi dan juga Famita berakting untuk memperagakan dirinya dengan Tuan Muda Al. Setelah selesai melakukan hal konyol itu, keduanya saling tertawa dengan riangnya. Seolah menertawai kebodohan yang sedang mereka berdua lakukan.
Mendengar kehebohan temannya itu membuat Cla sontak berteriak menghentikan lamunan mereka. “Hei, kalian kok ribut amat sih. Orang dia biasa saja kok. Apanya yang tampan, wajah datar seperti itu kamu bilang tampan? Aneh,” ucap Cla dengan kesal.
“Kamu berkata seperti itu karena kamu tidak melihat berita tadi malam sih. Makanya Cla jangan hanya nyurus gambar-gambar konyolmu saja,” jawab Tasya membela diri.
Sambil memegang tangannya sendiri, lagi dan lagi Jessi membayangkan dirinya sedang berpegangan tangan dengan Al. “Kau bersedia?”
“Iya Tuan Muda saya bersedia. Nah inilah yang disebut sebagai seorang pria yang atraktif, Cla,” jawab Famita sambil tersenyum malu ke arah Jessi.
Melihat tingkah temannya yang mulai aneh dan sangat terobsesi dengan manusia yang bernama Al membuat Cla geleng-geleng kepala dibuatnya. Cla pun meminum susu pisang yang dipegangnya hingga habis, menelannya dengan cepat dan menarik napas pelan.
“Tadi malam aku juga melihatnya kok. Atraktif apanya? Sok cakep sih, iya” ucap Cla santai.
“Atraktif secara seksual, Cla.” jawab teman-temannya dengan kompak.
Mendengar teriakan kompak dari temannya itu, membuat Cla melotot kaget. Tidak disangka temannya begitu tergila-gila dengan Al, yang menurutnya hanya seorang pria yang biasa saja di matanya.
***
Dalam perjalanan menuju sekolah, Al menatap kosong keluar jendela mobilnya. Tatapan yang penuh dengan kebimbangan dan kegelisahan. Lagi dan lagi dia teringat dengan Keyla kekasihnya yang berada jauh darinya sekarang. Dan sebentar lagi dia akan kehilangan kekasih yang dicintainya itu. Baik suka maupun tidak. Sebab rencanakan pernikahan yang sudah ditetapkan untuknya adalah sebuah keharusan. Tak ada jalan keluar baginya selain menikah. Atau sebagai resiko lain yang harus ia tempuh adalah, ia harus rela kehilangan keluarga dan juga harta kekayaannya. Namun bagi Al, itu adalah hal yang sulit untuk dilakukan.
Di seberang jalan berjejeran rapi bendera-bendera yang berdiri kokoh dan juga pepohonan yang begitu rindang. Sisi jalan diisi oleh orang-orang yang berpakaian rapi yang dapat terlihat dengan begitu jelas di atas mobil. Dengan pelan mobil yang di tumpangi Al berbelok masuk ke halaman sekolah, melaju menuju parkiran dan berhenti di sana.
Ada ratusan mata yang tertuju di mobil itu, baik mahasiswa yang berada di lantai atas maupun mereka yang tengah berdiri di lobby kampus. Dengan histeris mahasiswi berteriak kagum melihat ketampanan Al. Terlebih ketika Ben membukakan pintu mobil untuknya dan ia mulai keluar dari dalam mobilnya.
Dengan cepat mereka berlari menghampiri mobil itu dan segera mengeluarkan handphone masing-masing untuk mengambil gambar dari seorang Kyle Al Jerome William.
“Astaga...”
“Dia sangat tampan.”Teriak histeris mahasiswi yang melihat Al.
Ada tiga orang mahasiswa menghampiri Al ketika yang lain sedang berteriak histeris. Melihat itu, Ben langsung menghalangi mereka bertiga. Namun Al langsung menghentikan Ben dan membiarkan ketiga orang itu untuk mendekat dan menghampirinya.
Mereka berjabat tangan, saling memeluk satu sama lain dan melempar senyuman hangat.
“Apa kabar Tuan Muda, udah lama banget yah kita nggak ketemu kayak gini. Padahal dulu kita masih pendek-pendek gitu pas terakhir kali main bareng,” ucap Reymon.
“Kau masih keren seperti biasanya ternyata,” Beni ikut memuji.
“Rey bisa nggak kamu berhenti memanggilku seperti itu.” Al yang merasa risih dipanggil Tuan Muda oleh sahabatnya sendiri ikut menyela Reymon.
“Apa kamu yakin akan belajar disini Al, kenapa nggak menyelesaikan studymu di Paris saja. Bukannya di sana jauh lebih baik jika dibandingkan di sini?”
“Karena kalian ada di sini makanya aku memilih untuk kembali ke Indonesia. Di Paris aku benar-benar kesepian.”
“Kali ini papamu benar-benar mengizinkanmu untuk kembali yah?”
“Aku akan melanjutkan kuliah di sini. Jika aku melakukan apa yang mereka inginkan itu berarti mereka juga harus mengikuti apa yang aku inginkan, bukan.”
Ketiga temannya menganggukkan kepala, pertanda bahwa ia mengerti dengan apa yang dikatakan oleh Al barusan.
“Kalau begitu ayo kita masuk kelas,” ajak Rouben sambil menggandeng temannya untuk masuk.
Jessi yang telah menyaksikan kedatangan Al di dekat pintu masuk kampus mendadak histeris dibuatnya. Dengan girangnya ia berlari menuju kelasnya untuk menyampaikan berita bahagia itu kepada teman-temannya yang lain.
“Heii, hei kalian...” sambil mengatur napasnya yang terengah-engah pasca berlari, Jessi pun melanjutkan ucapannya.”
“Ada apa sih Jes?” tanya Tasya penasaran.
“Nih, nih lihat deh.” Ia menunjukkan gambar yang dijepretnya tadi sewaktu di lobby fakultas. “Aku melihat Tuan Muda Al datang ke kampus ini dan sekarang ia sedang bersama dengan teman-temannya yang lain. Lihatlah aku juga mengambil foto teman-temannya,” lanjutnya lagi masih dengan napas yang terengah-engah.
“Yang ini namanya Reymon, dia adalah putra dari seorang milyader perusahaan air minum. Pokoknya dia sangat kaya raya deh. Eh sorry maksudku papanya.”
“Kalau yang ini namanya Rouben, dia itu adalah putra dari pemilik jaringan mobil sport terbesar di sini.”
“Nah kalau yang ini namanya Beni, dia seorang sosialita di kampus ini dan dia juga sangat kaya raya.
“Dan yang terakhir adalah Tuan Muda Al, kalau yang ini adalah milikku,” tutur Jessi dengan heboh sembari menjelaskan orang-orang yang ia foto tadi.
“Ahh pokoknya dia milikku,” ucapnya lagi dengan senyum yang tak juga mau lepas dari wajahnya.
“Hei lihat, sekarang dia menduduki posisi satu di twitter. Aaahhh senangnya,” ucap Famita ketika memeriksa ponselnya.
“Hei jangan konyol, dia itu ...” belum sempat Tasya melanjutkan ucapannya, Cla tahu-tahu langsung memotong pembicaraannya secara tiba-tiba.
“JESSI, FAMITA, TASYA...!”
“Kenapa Cla, kamu juga mau melihatnya? Makanya sini, sini.”
“Kalian jangan konyol yah.”
“Konyol? Konyol gimana Cla. Lebih konyol kamu kali. Sejak kecil sampai sekarang masa tergila-gilanya sama pangeran tanpa wajah sih. Dasar aneh” ucap Jessi nyolot.
Cla hanya memonyongkan bibirnya dan tak menjawab lagi ucapan temannya itu. Cla tahu betul posisinya sekarang. Bahwa menanggapi perdebatan dengan ketiga temannya itu sama halnya dengan menjatuhkan diri ke lubang neraka. Ia sudah pasti akan kalah dengan ketiganya.
Belum kelar obrolan Jessi, Famita dan juga Tasya perihal Al, lelaki itu tahu-tahu sudah muncul saja di tengah lapangan. Dan kehadiran Al barusan berhasil membuat mereka bertiga mengeluarkan ponsel dan segera mengabadikan Al di dalam ponsel masing-masing.
“Apa dia melihat hatiku? Apa dia bisa melihatnya?”
“Hei kalian sudah gila yah,” ucap Cla yang kesal melihat tingkah teman-temannya yang terlalu terobsesi dengan Al.
“Tapi benar juga sih, kalian kayaknya memang sudah mendekati gila,” Tasya membenarkan ucapan Cla, meskipun ia tetap saja tak kunjung berhenti memotret Al. “Tapi aku rela gila kok demi Tuan Muda Al,” lanjutnya lagi dengan wajah merah merona karena malu.
“Udah biarin aja aku gila, memang dia tampan kok. Cla lo kok nggak tertarik sama dia sih? padahal kan aku rasa dia sangat tampan kok. Iyakan Fa?”
“Cla nggak mungkin dan tidak akan tertarik dengan dia kali Jes. Karena dia sudah memiliki pangerannya sendiri,” ucap Famita menjawab Jessi.
“Pangeran tanpa wajah Cla? Tapi ngomong-ngomong kenapa nggak kamu masukin saja wajah Al ke dalam wajah pangeranmu itu Cla. Aku rasa dengan begitu pangeranmu akan menjadi sangat tampan. Aku pasti akan menyukainya juga.”
“Yaps betul sekali, aku yakin dengan begitu sudah dipastikan dia akan memiliki wajah. Bukan pangeran tanpa wajah lagi.”
“Hei, Jessi, Famita, pangeranku ini bukan hanya tanpa wajah, tapiii... dia adalah hatiku sepenuhnya. Tidak ada yang bisa menyerupainya, termasuk Tuan Muda Al sekalipun. Kalian ngerti?” ucap Cla dengan mata yang berbinar-binar, ia pun tersenyum malu. Meski kini ketiga temannya sedang memandangnya dengan wajah yang sungguh kesal karena tingkah menjengkelkan dari Cla.
***
“Ehem, haus nih.” Jessi segera menyeruput air dingin miliknya setelah mendengar ocehan dari Cla perihal pangeran tak berwajah yang ia miliki. Bukan karena Jessi benar-benar haus. Ia hanya sedang muak saja mendengar kata-kata Cla barusan, terlebih saat Cla membandingkan Pangerannya dengan Tuan Muda Al. “Dan kalian tahu... Tuan Muda Al yang kalian puja-puji itu tidak ada apa-apanya jika disandingkan dengan pangeran tak berwajah milikku ini.” Cla berkata dengan senyum mengembang di wajahnya. Tangannya yang mungil kini meraih buku gambar miliknya lantas memeluk buku itu dengan erat seakan-akan sedang memeluk pangeran yang ia kagumi selama ini. Namun kesenangan itu hanya berlangsung sebentar saja, sebab kini wajahnya yang dihiasi senyum indah harus pudar berantakan setelah Jessi berhasil menyemburkan air yang sedang berada di dalam mulut ke wajah Cla hingga basah kuyup dengan sempurna. “Ow oh, Cla aku nggak se-“ “J
Wajah Al kini berubah menjadi merah padam. Rahangnya pun mengeras, mencoba menahan amarah yang sudah hendak keluar sepenuhnya. Dengan tangan yang sudah mengepal sempurna, ia menatap Cla dengan tatapan tajam yang mematikan. “Ada apa Al?” tanya Reymon yang baru saja datang menghampiri Al. Namun bukannya menjawab pertanyaan temannya, Al malah beranjak pergi, berjalan meninggalkan tempat itu. Reymon, Rouben dan Beni pun mengikuti dari belakang meski mereka bertiga masih penasaran dengan situasi tegang yang baru saja mereka lihat. “Apa katamu? menurutmu karena kau adalah Tuan Muda sang pewaris perusahaan William Ains-Soft Grup dan juga pemilik yayasan kampus ini lantas bisa membuatmu berlaku seenaknya,” teriak Cla sambil mencoba berdiri dari tempatnya sedang terjatuh tadi. “Di rumahku, ibuku juga memanggilku Tuan Putri. Jadi, jangan pernah menganggap remeh orang lain hanya karena kamu punya segalanya.” Langkah kaki yang sudah hendak bergerak pergi seketika
“Saya sudah menemukannya Tuan,” ucap Ben lewat panggilan suara yang kini menghubungkannya dengan Al. Ben masih berdiri di depan pagar rumah pangkas rambut martin. Sudah sejak sepuluh menit yang lalu ia berada di sana. Sebisa mungkin ia mengintip ke dalam rumah namun tempat itu nampak begitu sunyi, tak seperti pangkas rambut kebanyakan yang biasanya ramai dengan pengunjung. Ben pun tidak bisa bertemu dengan sang pemilik rumah terlebih dengan calon tunangan atasannya. Namun meskipun demikian, Ben tetap tidak berani untuk masuk apalagi untuk melangkah lebih jauh lagi. Tugasnya hanya untuk memastikan alamat calon tunangan Al saja. Dan kini tugasnya telah selesai ia kerjakan. “Kalau gitu kirimkan saya alamat lengkapnya, saya akan menuju ke sana sekarang.” “Baiklah” Tuttt tuttt tuttt. Panggilan telepon pun akhirnya telah terputus. Dengan sigap Al mengambil kunci mobilnya dan segera berangkat m
“Finish. Bagaimana Pak, apakah anda suka dengan gaya rambut anda saat ini. Ini adalah gaya rambut yang sedang trend di kalangan pesohor tanah air.” Bodi melihat dirinya di depan cermin, sembari melirik sekilas wajah Martin yang kini sedang berdiri di belakangangnya masih dengan gunting dan sisir yang ada di tangannya. Niatnya menemui Martin untuk urusan pernikahan harus kacau balau karena Martin justru mengira dirinya hendak memangkas rambut. Bodi yang sudah tak bisa menolak terpaksa mengikuti keinginan Martin untuk membuat rambutnya menjadi berbeda dari sebelumnya. Dan jika melihat dirinya di depan cermin saat ini, Bodi setidaknya ikut bersyukur juga. Karena hasil jerih payah lelaki itu ternyata tak sia-sia pada akhirnya. Wajahnya kembali terlihat jauh lebih fress dengan gaya rambut barunya kali ini. “Benarkah gaya rambut ini sedan
Martin dengan tergesa-gesa bangkit dari duduknya lalu menghampiri Bodi yang kini sudah menunggunya sedari tadi. Lestari pun mengikutinya dari belakang. Keduanya langsung bergegas setelah Cla menyampaikan pesan yang dititip Bodi kepada kedua orang tuanya. Dengan langkah penuh tanya, mereka berdua menemui Bodi di ruang pangkas rambut yang ada di rumahnya. Melihat Bodi sedang duduk santai sembari menikmati teh hijau buatan Cla, Martin kemudian ikut duduk di dekatnya. Begitu pula dengan Lestari, istrinya. Bodi mengawali pembicaraannya dengan seutas senyuman. Martin dan Lestari lantas membalas senyuman itu dan makin penasaran dengan apa yang akan dibicarakan oleh lelaki yang kini sedang menatap wajahnya dengan begitu serius. Dengan pelan Bodi mulai menjelaskan maksud dan tujuannya datang ke tempat Mart
Tari dan Bella tengah duduk santai di ruang tengah rumahnya. Mereka berdua menantikan kehadiran Bodi yang sedang berkunjung ke rumah calon tunangan Al. Mereka ditemani dengan seduhan teh hijau kesukaan Tari. Sudah sejak tadi keduanya gelisah menanti kedatangan Bodi. Selang beberapa menit kemudian, orang yang sudah lama dinanti-nanti akhirnya datang juga. Bodi telah datang dengan tawa merekah di wajahnya. Terlihat jelas bahwa berita yang dibawanya kali ini pastilah berita yang menggembirakan. Dengan langkah yang sengaja dipercepat, Bodi langsung menghampiri Tari dan juga Bella yang sedang duduk santai di sofa. Baru saja ia hendak mengucapkan sepatah kata, Tari sudah mendahuluinya. “Bagaimana, kamu sudah menemuinya?” “Iya Nyonya,” jawab Bodi sambil lanjut menceritakan tentang Al yang juga datang menemui Cla di sana. Tari yang mendengar hal itu langsung tertawa terbahak-bahak. Ia sungguh tak menyangka jika Al akan lebih dulu berada di sana.
“Ayah, Ibu!” teriak Cla marah. “Tapi aku ini kan masih sangat muda. Bagaimana bisa kalian membicarakan soal pernikahan,” lanjutnya lagi sambil berdiri dari duduknya. Saat ini Cla benar-benar kaget karena berita pernikahan yang disampaikan oleh Bodi. “Sayang duduklah dulu sebentar, jangan marah begitu. Tenanglah dulu. Biar kamu dengar dulu penjelasan dari kami.” Lestari mencoba menenangkan Cla meskipun tetap saja tidak merubah apapun sebab Cla tetap saja risau dan gelisah pasca mengetahui berita tentang pernikahannya. “Jadi perjanjian ini sebenarnya adalah perjanjian antara kakekmu dan juga kakek dari Tuan Muda Al di masa lalu. Mereka berdua telah mengikat janji pada masa silam dulu. Jadi kau harus melakukannya Cla, kau harus melakukan pernikahan ini karena yang namanya janji tetaplah harus
Dengan langkah lunglai, Cla berjalan meninggalkan taman belakang, tempat di mana kedua orang tuanya sedang bertengkar. Ia melewati ruang tengah di rumahnya, lantas berhenti di meja tempat ia menyimpan kalung pemberian kakeknya. Wajahnya dipenuhi kesedihan dan kekhawatiran sekarang. Dengan mengumpulkan segala kekuatan yang ia miliki, ia memberanikan diri untuk mengambil kalung itu dan memasangnya di leher jenjang miliknya. Air matanya pun perlahan mengalir sempurna membasahi pipi cubbynya. Cla mengeluarkan buku yang ada di dalam tasnya. Merobek selembar kertas dan menulis catatan untuk keluarganya. Untuk sementara aku akan tinggal bersama dengan temanku. Jangan mencariku dan jangan menghubungiku. Aku hanya butuh waktu untuk sendiri. Untuk rencana pernikahan dengan Tuan Muda A
“Takdir adalah sesuatu yang tidak dapat dipesan sambil menyaksikan senyumanmu di dalam kedamaian jiwaku. Apalah dayaku sebab ketadiksempurnaan ini selalu saja datang menemui dengan begitu angkuh di ujung lorong hidupku yang tak juga memiliki kuasa untuk segala hal yang hendak terjadi. Aku hanya sebatas insan, yang lemah di hadapan takdir.” Mentari benar-benar telah memancarkan sinarnya di balik cakrawala. Memecah kegelapan malam yang beranjak pergi tanpa sebuah kalimat selamat tinggal. Seperti sekumpulan mimpi-mimpi indah di malam hari. Bergerak pergi meski tanpa permisi dan hilang begitu saja seiring berjalannya waktu. Di kamar sempit berukuran 3x3 milik Cla, ia tengah dihinggapi rasa cemas tak berkesudahan. Tepat seminggu yang lalu sejak kedatangan keluarga Al ke rumahnya. Sehingga genap sudah waktu yang telah
Cla melangkah perlahan menuruni anak tangga satu demi satu, di ikuti dengan ibunya yang ada di belakangnya. Lestari membantu mengangkat gaun milik Cla yang lumayan panjang sehingga menjuntai di lantai. Dengan senyum kaku, Cla menuju ruang tamu untuk menemui tamu yang sudah sejak tadi menunggunya dengan sangat sabar. Al mendonggakkan kepalanya ketika Tari, omanya menyikut tangannya dengan kencang. Bola mata keduanya pun bertemu, saling tatap satu sama lain selama beberapa detik. Tanpa sengaja Al membalas senyum simpul dari Cla. Meskipun Cla cukup kaget juga dengan perubahan sikap lelaki yang ia tahu sangat menakutkan itu. Dengan sopan, Cla duduk di depan Al. Lalu bersalaman dengan kedua orang tua Al dan juga omanya. Senyum hangat pun terpancar di wajah keluarga Al. Nampak jelas bahwa mereka menerima Cla dengan begitu tulus. &nb
Malam kembali menghampiri kediaman William dengan gemerlap lampu-lampu taman yang berwarna-warni. Suara kodok yang ada di sekitaran kolam sesekali berbunyi memecah keheningan setiap sudut yang ada. Serta kunang-kunang yang beterbangan dengan indah hingga membentuk cahaya gemerlap. Lengkap sudah menghiasi malam di rumah dan di sekeliling taman kediaman milik William. Di ruang tengah rumah, sudah berkumpul Tari, Bella dan juga Jason. Tari sedang menyeruput teh hijaunya yang telah disediakan oleh Wijah. Sementara Bella, memulai pembicaraan yang semula hanya hening semata. “Aku mengerti bahwa dia memang masih sangat muda untuk urusan pernikahan, tetapi jika ku perhatikan sikapnya dengan sangat teliti sepertinya agak kurang cocok untuk tinggal di rumah ini dan juga tidak cocok untuk bersanding dengan Al. Aku jadi takut memikirkan apa yang akan terjadi
Suara riuh dari mahasiswa dan juga mahasiswi yang ada di dalam ruangan kini terdengar dengan kencang setelah dosen yang mengajar benar-benar meninggalkan ruang kelas. Mata kuliah hari ini telah usai sepenuhnya dan itu berarti usai sudah kegiatan Cla di kampus hari ini. Cla yang masih dicuekin oleh teman-temannya, langsung meraih tas dan keluar meninggalkan kelasnya. Dengan wajah yang sengaja ia tutupi oleh kain skrap, Cla berjalan keluar kampus. Sebisa mungkin ia menghindari setiap pandangan serta lirikan sinis teman-teman kampusnya setelah berita tentang pernikahannya dengan Tuan Muda Al berhasil menjadi trending topik diberbagai media yang ada. Setelah tiba di parkiran Cla mengambil sepedanya dan mendorongnya keluar. Pelan-pelan Cla berjalan menyusuri pinggiran jalan sambil menunduk melihat jalan raya. Cukup jauh ia berjalan hingga langkahnya tiba-tiba saja
Wangi masakan ayam tumis kecap milik Lestari mampu membuat Cla terbangun dari tidurnya. Dengan langkah tergopoh-gopoh Cla menuju dapur dengan mata yang masih setengah tertutup. Di meja makan kini sudah tertata rapi berbagai makanan. Namun rasa lesu Cla mengharuskan dia untuk meminum air putih terlebih dahulu. Setelahnya, ia meraih kripik potato yang tersimpan di lemari makanan yang ada di dapur, lalu memakannya. Sementara itu di depan rumah, Martin dan Lestari kini tengah berdesak-desakan dengan wartawan yang memaksa untuk menerobos masuk ke dalam rumahnya. Sebab kali ini para wartawan sungguh penasaran dengan calon tunangan Al. Entah dari mana berita menyebar dengan begitu cepatnya. Caesar yang baru saja pulang dari jogging pagi juga ikut kaget melihat rumahnya yang begitu ramai dengan wartawan. Dengan cepat ia berlari menuju Ayah dan Ibunya. Lalu segera bertanya perihal yang sedang terjadi saat ini. “Yah ada apa? kok ramai kayak gini?” “Aduh Ay
“Glen.” “Ya Ma, ada apa?” Perempuan itu menatap wajah anaknya yang kini duduk di sampingnya. “Sekarang adalah giliran kita sayang.” “Giliran kita?” “Al akan segera melangsungkan pernikahan.” “Oh soal pernikahan Al. Aku sempat melihat beritanya di media sosial. Tetapi kenapa sangat tiba-tiba seperti itu yah?” “Mereka tiba-tiba seperti itu tentu saja karena sedang ada masalah dalam perusahaan.” Ia tersenyum licik. “Kita harus mengambil kembali apa yang sudah seharusnya menjadi milik kita sayang. Dan sekaranglah waktunya,” ucapnya lagi. Mendengar permin
Tidak ada lagi harta paling berharga yang dimiliki oleh Martin selain keluarga yang utuh dan bahagia. Bahkan dengan harta yang berlimpah sekalipun takkan ada yang bisa menandingi kebahagiaannya ketika melihat keluarga kecilnya tersenyum bahagia. Keluarga memiliki daya tarik tersendiri dalam mengembalikan mood dan juga kecemasannya akan hari esok yang buruk. Suasana selalu riuh jika anggota keluarga Martin lengkap. Apalagi kedua anaknya yang amat berisik serta cenderung berkelahi, mampu membuat Martin dan juga istrinya menjadi geleng-geleng kepala karenanya. Namun meskipun rusuh, hal-hal kecil yang seperti itu justru membuat keluarga mereka menjadi lebih bahagia. Sebab tawa terpancar ketika mereka bersama. Setelah insiden buruk tadi pagi, Lestari
Sinar matahari sudah memasuki setiap sudut ruangan melalui ventilasi yang ada. Namun hal itu justru tak mampu menggerakkan Cla dari singgasananya. Cla yang sedang menikmati hari liburnya justru bermalas-malasan di dalam sana. Tepat di atas kasur, Cla sibuk bermain dengan ponsel miliknya. Sementara itu, di luar kamar Cla saat ini sudah ada Lestari yang sedang berdiri resah. Semua hal yang ia takutkan akhirnya terjadi juga. Pagi-pagi sekali rentenir lengkap dengan pengawal datang ke rumahnya. Rentenir sekaligus teman suaminya. Namun jika menyangkut masalah uang, teman Martin terbilang cukup kejam juga. Bondan datang dengan kacamata hitamnya yang khas. Lelaki itu memakai setelan baju yang berwarna hitam senada dengan celana kain yang ia kenakan. Sehingga semakin menambah kesan menakutkan pada dirinya. Jika diamati dengan lebih teliti lagi, Bondan dan teman-teman sudah menyerupai malaikat pencabut nyaw
Ini adalah sebuah pertunjukkan yang sangat luar biasa dan di tunggu-tunggu oleh semua masyarakat. Dan hari ini kita akan membicarakan tentang topik hangat yang sedang ramai diperbincangkan seluruh dunia. Yah, berita kali ini datang dari lelaki tampan Kyle Al Jerome William, putra dari pemilik perusahaan terbesar di tanah air. Beberapa pekan terahkir, nama Kyle memang cukup terkenal di sosial media. Pasca kembali dari Paris, dia mendapat banyak penggemar, baik dari kalangan muda, tua dan aku juga termasuk penggemar setianya. Tapi menurutku, kali ini akan menjadi berita paling menyedihkan untuk para penggemar Kyle. Karena sebentar lagi Kyle akan melangsungkan pernikahan dan untuk perempuan yang akan bersanding dengannya nanti kini masih menjadi rahasia. Semuanya membicarakan tentang hal ini dan kami akan mencoba untuk memberi