Acara makan malam selesai sekitar pukul sepuluh malam. Assa dan Alyssa langsung kembali ke Mansion. Pria itu mengendarai mobilnya sendiri dengan Alyssa duduk di sisinya. Sesekali Assa melirik Alyssa. Wanita itu tampak tenang, matanya terpejam namun tidak tidur. Assa jadi memikirkan apa yang dibicarakannya bersama Edmund tentang pernikahan. Bukannya dia tak ingin, tapi Assa tidak mau jika ajakan menikah nantinya akan membebani Alyssa di tengah-tengah kondisinya yang mengharapkan Samuel segera kembali. Sebagai seorang anak perempuan, Assa yakin Alyssa ingin diantar ke altar oleh ayahnya.“Alyssa?”“Ya?” Alyssa membuka matanya dan menatap pada Assa. Menunggu pria itu melanjutkan kalimatnya.“Apa kamu ingin menikah tanpa didampingi ayahmu? Maksudku kita bisa saja menikah dalam waktu dekat tapi, mungkin resikonya kita akan menikah tanpa ayahmu.”Alyssa mengulas senyum lebar. “Kamu tahu bahwa aku ingin menikah dengan didampingi ayah, jadi tidak akan masalah meski tidak segera menikah denga
Begitu sampai di rumah sakit terdekat, Wolf keluar dari mobilnya dan berlari kecil untuk memanggil Dokter jaga dan perawat yang bertugas. Mengatakan jika ada pasien yang membutuhkan perawatan. Bersamaan dengan itu mobil Jane juga tiba. Perawat yang dimintai tolong oleh Wolf langsung melakukan tugasnya. Beberapa di antara mereka pergi membantu Jane mengeluarkan Samuel dari mobil, lalu menaruhnya ke brankar sebelum didorong untuk dibawa masuk. Mobil Assa tiba tak lama dari itu. Pria itu juga keluar begitu mobil yang dikendarainya berhenti. Melangkah masuk lalu menghampiri Jane dan yang lainnya yang sudah menunggu di ruang tunggu. Wajahnya terlihat sedikit tegang, menatap ruangan di mana Samuel sedang diobati. Ia menghela nafas setelahnya, ikut duduk bersama tiga orang lainnya. Jeff yang berdiri di belakang juga ikut mengambil tempat yang tersisa. Mereka semua diam dan membuat keheningan dalam waktu yang lumayan lama. Bergelut dengan pikirannya masing-masing. Sampai akhirnya Assa berdi
Sinar matahari mulai terlihat. Perlahan muncul dan menerangi taman mansion dengan warna pucatnya. Angin musim gugur berhembus ringan menerbangkan sisa-sisa embun yang membasahi bunga-bunga yang bermekaran. Membawa aroma segar yang cukup untuk memanjakan indra penciuman. Alyssa bangun lebih dulu dari Assa. Wanita itu mengerjapkan mata beberapa kali dan memandang pria yang masih terlelap di sampingnya. Menatap wajah tampan yang tidak akan pernah bosan dipandang. Mengagumi garis wajah yang selalu membuatnya terpesona. Tangannya terulur untuk mengelus rahang pria itu sejenak, sebelum kemudian dia mendekat dan memberikan satu kecupan di kening Assa. Seusai puas dengan kekagumannya pada kekasihnya itu, Alyssa bergerak bangun dan turun dari tempat tidur. Pergi ke kamar mandi untuk buang air dan membersihkan diri. Setelahnya bergerak keluar kamar menuju dapur. Namun hari ini ada yang berbeda sebab banyak para pekerja yang sudah mulai melakukan tugas mereka masing-masing. Alyssa mengangguk
Assa langsung memasang wajah serius. Dia menatap pintu ruang rawat Samuel sebelum menjawab ucapan Jane. “Apa?” Jane tak langsung menceritakannya. Dia mengambil napas dulu dan melihat tiga orang yang tadi sibuk bercerita juga sudah diam. Mereka juga sudah berdiri tegak dan tampak patuh. Memandangnya seperti ingin tahu juga tentang ceritanya. “Ayo duduk dulu!” ujarnya mengajak Assa untuk duduk di kursi tunggu. Assa menurut, dia mengambil tempat untuk duduk. Jean ikut duduk di sampingnya. Kemudian barulah dia bercerita. “Samuel bilang, saat dia kembali dari rumah Alfredo, dia dicegat oleh beberapa orang.” Kening Assa mengerut. “Dicegat?” Jane mengangguk. Ia melanjutkan ceritanya. “Saat itu Samuel dalam perjalanan pulang dari rumah Alfredo. Dia menaiki motor. Dalam perjalanan itu dia merasa jika bannya kempes dan Samuel pun berhenti untuk melihatnya. Lalu tiba-tiba muncul sekitar tiga atau empat orang yang langsung menghajarnya.” Jane menjeda sejenak untuk mengambil napas. Dia menata
Assa mengerutkan keningnya. Lagi-lagi ayah angkatnya itu bisa melarikan diri. Jika seperti ini semua kejadian rumit ini tidak akan menemui titik terangnya. Hidupnya maupun kekasihnya juga tidak akan aman. Alyssa akan terus berada dalam bahaya. Nyawanya terancam dan Assa tidak akan pernah bisa tenang. Pria itu memejamkan matanya sejenak. Berusaha menenangkan pikirannya yang mulai bergejolak sejak tadi. Ia harus tenang agar bisa menemukan jalan keluarnya. Hanya khawatir dan tidak melakukan apapun tidak akan membuat kehidupannya baik-baik saja. Ia harus melakukan sesuatu untuk ini. Dia tidak bisa membiarkan mereka melakukan kejahatan lagi yang menyakiti orang lain. “Jeff, hubungi Arthur. Aku ingin bertemu dengannya. Ada sesuatu yang ingin ku rundingkan dengannya,” kata Assa setelah dia memikirkan satu kemungkinan yang mungkin saja terjadi. Ia memang masih tidak begitu yakin dengan pemikirannya ini, namun hal tersebut layak untuk dicoba. Jeff mengangguk mengerti. Dia langsung melaksana
Mengingat kembali tentang tempat-tempat yang mungkin saja didatangi ayahnya untuk bersembunyi, Assa teringat akan rumah masa kecil Alfredo yang terletak di Essex, lalu sebuah tempat gereja di Hereford dan juga panti asuhan tempat Argo dulu dititipkan. Hari ini Assa berencana akan memberitahu Arthur tempat-tempat tersebut untuk diselidiki.Assa juga akan datang bersama Jeff, Wolf dan Sam yang saat itu membebaskan Leonidas dari Jepang. Mereka memenuhi panggilan polisi sebagai saksi kasus Leonidas. Mengetahui hari ini Assa akan ke kantor polisi untuk memberikan keterangan terkait kasus tersebut maka, Alyssa juga bangun lebih awal. Dia menyiapkan sarapan untuk Assa agar pria yang dicintainya itu tidak kelaparan saat diinterogasi oleh pihak kepolisian.“Makanlah, aku sudah menyiapkannya untukmu,” ujar Alyssa ketika Assa turun ke ruang makan. tangannya dengan cekatan mengambil beberapa menu sarapan lalu menyimpannya dalam piring yang sama.“Kamu masih memasaknya sendiri? Kalau begitu caran
Assa sudah memikirkan cara untuk melamar Alyssa. Melihat kondisi Samuel yang membaik, memberinya peluang lebih besar untuk segera mempersunting wanita yang tengah mengandung anaknya itu. Rasanya tidak mau menunda lagi, sudah banyak hal yang mereka lewati bersama. Assa sudah yakin benar bahwa dirinya bersedia berkomitmen dengan Alyssa. Terlebih lagi sekarang juga urusan yang melibatkan Elliot pelan-pelan segera selesai meski, Assa masih belum tenang karena keberadaan Alfredo dan Argo masih belum ditemukan. Kedua orang itu sangat memungkinkan menjadi ancaman bagi Assa maka, dia akan melakukannya dengan pelan-pelan. Assa ingin menyiapkan acara lamarannya untuk Alyssa agar menjadi sesuatu yang tak bisa dilupakan oleh wanita yang dicintainya itu. Saat dia melamar Alyssa semuanya harus sempurna dan berkesan. Jadi Assa lebih dahulu menyampaikan rencananya untuk melamar Alyssa pada Lucy. Meminta wanita itu untuk segera kembali.Mereka duduk berdua di taman salah satu rumah tenang milik Assa
Setelah beberapa hari Arthur mengawasi tiga tempat yang Assa beritahu padanya, di hari ketiga polisi yang menyamar jadi penduduk sekitar akhirnya mengetahui keberadaan Alfredo. Pria itu ada di gereja yang terjadi dibangun oleh kakeknya dahulu. Gereja tersebut bukanlah gereja besar tapi, cukup sering didatangi orang-orang untuk beribadah.Kepala gereja membantu Alfredo bersembunyi. Bahkan keluar untuk membelikan Alfredo makanan dan minuman. Arthur dan regunya bergerak lebih cepat, mereka mengelilingi Gereja, sebab Gereja tersebut mempunyai dua pintu masuk dengan jendela-jendela yang besar. Jendela yang bisa menjadi akses Alfredo melarikan diri.Arthur lewat isyarat tangan meminta tiga anak buahnya maju, masuk ke gereja yang sedang sepi itu. Mereka masuk dengan posisi siaga, senjata di tangan diarahkan ke sekitar agar ketika mereka menemukan target, mereka bisa langsung melepaskan tembakan. Arthur sudah memberi perintah untuk menembak Alfredo jika berusaha untuk kabur lagi.Arthur menyu