Wolf mengikuti Takeda untuk mengobrol bersama. Jauh dari hanggar pesawat demi memastikan bahwa percakapan mereka tidak didengar oleh orang-orang yang berada di hanggar tersebut. Takeda memberikan rokok pada Wolf dan juga Dastan tapi, keduanya menolak secara halus.“Saya harap yang ingin kau sampaikan tidak menyia-nyiakan waktuku,” tutur Wolf penuh dengan penegasan.“Pertama saya ingin memberitahu bahwa bukan saya yang menghabisi Sathosi. Saya memang pernah bermusuhan dengannya tapi, pada akhirnya ada hal yang membuat kami berdamai.”“Apa yang harus saya percaya pada ucapanmu?”Takeda menunjukkan ponselnya. “Itu adalah percakapan terakhir saya dengan Satoshi.”Wolf mengambil ponsel itu, membaca isi percakapan antara Takeda dan juga Satoshi. Dilihat dari setiap pesan yang dikirim pun sudah jelas kalau itu adalah percakapan yang hanya akan terjadi di antara dua teman yang sangat dekat. Wolf membaca percakapan itu sampai selesai.“Itu tidak bisa dijadikan bukti.”“Apa kalian tahu kalau tu
Tak pernah sekalipun Assa berpikir bahwa Alfredo adalah seorang ayah yang berpura-pura menyayanginya. Bahkan Assa tidak pernah berpikir tentang sifat buruk pria yang selama ini dipanggil ayah olehnya. Semua kebanggaan seorang anak pada ayahnya hilang seketika. Assa juga tak pernah berpikir bahwa Argo yang dianggap sebagai adik itu berbalik mengkhianatinya. Assa benar-benar dalam kondisi terpuruknya. Dunianya serasa runtuh seketika, tak ada lagi kata-kata yang bisa menggambarkan betapa hancur hatinya sekarang ini. Seakan tak cukup percaya dengan penjelasan yang Edmund sampaikan, Assa mendatangi apartemen Lena meminta penjelasan lebih lanjut lagi.“Minumlah,” Lena memberikan segelas jus buah untuk Assa. “Tenang saja, aku tidak meracunimu.”“Sejak kapan kau tahu kalau Argo adalah anak ayah?”“Hari ulang tahun bibi Lucy, saat aku baru duduk dibangku kuliah tanpa sengaja aku mendengarkan obrolan mereka. Bibi Lucy memohon pada ayahmu untuk tidak menyakitimu, sebagai gantinya dia akan tetap
Alyssa ketika membuka matanya yang dilihatnya adalah sebuah ruangan asing dengan langit-langit berwarna abu-abu. Aroma citrus tercium segar di ruangan itu. Samar-samar Alyssa membuka mendengar suara tangisan seorang wanita. Meski kepalanya berdenyut nyeri karena Alyssa dibius beberapa kali oleh Argo tapi, dia tetap memaksakan dirinya untuk bangun. Di sisi tempat tidur Alyssa, ada tempat tidur lagi. Di sana ada seorang wanita yang meringkuk dengan bahu bergetar. “Apa kau tahu kita ada dimana?” tanya Alyssa kemudian.Wanita itu berhenti menangis, dia mengusap air matanya. Perlahan dia bangun dari posisi tidurnya, duduk dan menatap Alyssa dengan sendu. “Aku tidak tahu tapi, kita berada di daerah pantai.” Alyssa lalu menoleh pada sisi ruangan di sana ada jendela bulat yang memperlihatkan birunya lautan di luar sana. “Namaku Alyssa, siapa namamu?”“Marine.”“Nama yang bagus,” Alyssa perlahan turun dari tempat tidur. Dia ingin melihat ke luar lewat jendela. Namun sayangnya ketika jendela
Langit kian pekat ketika mereka menjalankan rencana. Assa dan Keenan ditemani tiga orang terlatih dalam misi seperti sekarang ini. Tempat yang digunakan untuk menyekap Alyssa dan Marine ada sebuah tempat yang padat dengan penduduk. Sebisa mungkin mereka mencegah aksi baku tembak. Mereka mengamati sekitarnya. Keenan memberikan aba-aba pada rekannya untuk maju lebih dahulu. Dua orang bergerak dengan cepat melumpuhkan dua penjaga di depan pintu. Assa dan Keenan maju. Dua orang lainnya masuk lewat pintu sisi, satu lagi seorang sniper menjaga dari kejauhan.Saat pintu dibuka oleh Keenan, Assa dan dua orang lainnya masuk sembari menodongkan senjata ke sekitar. “Clear!” ujar Assa setelah memastikan ruangan itu aman. Mereka bergerak masuk lebih dalam. Assa berada di depan, dua orang di tengah dan Keenan di belakang sambil mengawasi. Ruangan itu cukup gelap, hanya ada lampu di sudut yang menyala.“Kita berpencar,” Keenan meminta satu orang ikut dengannya ke atas, sedangkan Assa dengan yang l
Ada kemungkinan-kemungkinan yang bisa terjadi, mengingat beberapa anak buah Argo banyak yang melarikan diri dalam kejadian itu. Bukan tidak mungkin juga jika Elliot mengirim orang-orang baru agar mereka tidak bisa pulang ke London dengan selamat. Mencegah hal itu terjadi, Keenan membagi mereka menjadi beberapa kelompok.Assa akan bersama Jeff dan juga salah satu anak buah Keenan. kemudian Alyssa akan bersama Dastan dan Takeda, terakhir Keenan akan mengawal Marine bersama beberapa anak buah lainnya. Mereka menaiki mobil yang berbeda, dan juga pesawat yang berbeda pula.Rencana mereka berhasil dengan baik. Kawanan itu terkecoh oleh tiga mobil yang diisi orang-orang kepercayaan Keenan. Mereka berangkat lebih dahulu ke bandara, baru setelahnya di susul oleh mobil Keenan, Assa dan juga Takeda. Kini mereka semua sudah sampai di bandara, menuju tempat tinggal sementara yang disiapkan oleh Edmund untuk keselamatan mereka semua. Lima mobil bergerak menuju rumah tenang milik Edmund di kawasan P
Elliot geram ketika mengetahui rencananya gagal. Ditambah lagi dia belum mendengar kabar dari Argo. Kemarahan Elliot bertambah ketika mengetahui bahwa dari pihak lawan masih baik-baik saja. Satu hal yang terlintas dalam pikiran Elliot adalah menyingkirkan kembarannya itu, hal yang sudah lama dipendamnya kini kembali menyeruak. Satu hal yang tak perlu repot-repot dilakukan oleh Elliot adalah mengundang Edmund datang ke tempatnya karena, Edmund sudah lebih dahulu memintanya datang. Di sebuah pemakaman pribadi milik keluarga Grande yang terletak di daerah perbukitan Ben Nevis, kini dua saudara kembar itu bertemu.“Pasti sangat menyenangkan bukan bisa kembali berdiri, di hadapan orang tua kita setelah bertahun-tahun kita saling menjauh,” ujar Elliot yang baru saja datang, melihat pada Edmund yang berdiri memandangi kuburan kedua orang tuanya yang saling bersisian.“Mereka sudah tidak ada tapi, apa masih harus menderita melihat kita yang tak bisa berdamai?” tanya Edmund pada saudara kemb
Alfredo dilepaskan oleh seorang pekerja di rumahnya. Kunci di atas meja yang ditinggalkan Lucy digunakan untuk melepas borgol yang mengikat tangannya ke belakang. Ketika terbebas bukannya mengucapkan terima kasih pada pekerja di rumahnya, Alfredo justru menghajarnya. Menjadikan tukang kebun rumahnya itu samsak, sampai tak berdaya terkapar di lantai.Ternyata Elliot datang setelah menembak Edmund. “Apa yang terjadi di sini?”“Assa mengambil semua berkas-berkas asli perusahaan dan juga wanita jalang itu pergi entah kemana?” “Soal perusahaanmu tenang saja, kita akan merebutnya lagi. Hal yang terpenting sekarang adalah Argo dalam kondisi baik-baik saja, seseorang menyelamatkannya dan juga sudah tidak ada Edmund di dunia ini.”“Maksudmu Edmund sudah kau habisi?”“Benar. Hanya ada satu yang bisa hidup karena tidak bisa keduanya keluar secara bersamaan, itu yang diajarkan mendiang ayahku.”“Jadi apa rencanamu selanjutnya?”“Aku akan pergi ke perusahaan untuk melihat dan mempelajari apa saj
Aula seketika menjadi ricuh. Para tamu undangan yang hadir mengalihkan perhatiannya pada seseorang yang baru saja hadir. Seseorang yang rupa dan suaranya mirip sekali dengan yang mereka lihat di podium. Bisik-bisik mulai terdengar tentang dua saudara kembar itu. Edmund tetap tenang di tempatnya.Dia bahkan sudah menyiapkan mikrofon sendiri. “Saya Edmund Bishoff Grande. Putra kedua dari Jacob dan Maria Grande, sedangkan yang berdiri di atas podium adalah saudara kembar saya Elliot Bruno Grande,” Edmund perlahan berjalan mendekati Podium sambil menyambung kalimatnya.“Elliot mempunyai keistimewaan dari saya, sehingga kelahirannya dirahasiakan. Ayah saya mengatakan pada media bahwa salah satu anak kembarnya tidak bisa diselamatkan tapi, meski begitu orang tua kami merawat dan menyayangi kami sama rata. Elliot tidak bisa bermain secara bebas seperti saya karena kondisinya yang istimewa itu.”Emund sampai di atas panggung, berdiri di sisi podium dimana Elliot masih berdiri. Pria itu marah