Dunia tidak selalu dipenuhi dengan hal-hal indah yang memuaskan ekspektasi. Terkadang harus runtuh dalam satu kedipan mata bahagia yang tengah digenggam. Kisah hidup tak pernah selalu seindah dongeng-dongeng buatan yang memberikan gambaran palsu tentang kehidupan di masa anak-anak. Alyssa menyadari benar bahwa dongeng seperti Putri Salju, Cinderella atau Rapunzel yang bertemu dengan pangerannya tidak berakhir dengan kalimat Happly Ever After. Ditelaah lebih jauh lagi ada banyak versi menyakitkan dari kisah mereka, versi yang disembunyikan agar orang-orang tetap meyakini bahwa kisah mereka berakhir indah.Menatap pada dua anak kecil bermata sipit itu membuat hati Alyssa miris. Betapa dunia kecil mereka sudah dihadapkan dengan kisah pahit kematian orang tuanya. Tidak ada dongeng-dongeng palsu yang disuguhkan pada mereka, sebab getir kehidupan sudah lebih dulu menyapa. Alyssa merasa dirinya jauh lebih beruntung, meski ditinggalkan ibunya dulu dalam sebuah kecelakaan. Dua anak kecil dalam
Sedikit mengungkap kehidupan Takeda, pria itu di lingkungannya dikenal sebagai seorang petani. Takeda tinggal di Hokkaido, mencintai Negara namun dia dikhianati. Ayah Takeda menjadi kambing hitam atas kasus korupsi petinggi Jepang. Itu pula yang menjadi alasan Takeda memilih jalannya menjadi pembunuh bayaran, sebab ketika kasus itu terjadi ibunya harus meninggal karena serangan stroke. Takeda juga harus kehilangan kakak perempuannya yang meninggal karena diperkosa oleh orang-orang yang menjanjikan akan membantu ayah mereka bebas, namun semua itu hanya bualan. Negaranya tak bisa melindungi Takeda dan keluarganya. Bukan terlahir dari keluarga kaya raya, Takeda tak bisa mempertahankan kehormatan keluarga karena kalah dengan uang dan kedudukan. Takeda muda mulai belajar bela diri, berlatih samurai dengan salah satu petani Hokaido yang merupakan pecinta seni samurai. Takeda tumbuh dalam kekejaman dunia, menjadikan dirinya lebih kejam dari dunia memperlakukannya. Namun Takeda tetap bisa me
Pada situasi tertentu hari yang dilalui terasa begitu lama, namun dalam situasi lainnya hari berlalu dengan cepat. Tanpa terasa pernikahan Alyssa dan Assa sudah di depan mata. Gaun pengantin sudah siap digunakan, penata rias sudah datang untuk mempercantik wajah Alyssa dengan make up. Pernikahan yang benar-benar sederhana karena Assa hanya mengundang beberapa orang saja dari rekan-rekan bisnisnya. Tak ingin keramaian yang terlalu, meski uang Assa tidak akan habis untuk mengadakan pesta yang besar.Bahkan untuk bridesmaid saja Alyssa tidak pusing memikirkan hal itu. Baginya Hanna, Diana dan Bertha saja sudah cukup. Merekalah yang selama beberapa bulan belakangan ini bersama Alyssa, tak masalah meski posisi Diana dan Bertha adalah asisten rumah tangganya. Alyssa menganggap mereka teman sama seperti Hanna. Gaun yang disiapkan untuk ketiganya berwarna peach dengan model yang berbeda. Sedangkan Helga yang sudah dianggap orang tua mengenakan gaun yang berwarna sama dengan Lucy, Belinda, Jan
kabar pernikahan Assa terdengar sampai ke telinga Lena, meskipun tak ada media berita yang benar-benar menyiarkan pernikahan tersebut secara langsung. Assa tidak mengundang awak media manapun untuk meliput pernikahannya. Foto-foto pernikahan yang didapat hanya bersumber dari orang-orang terdekatnya. Seperti Lucy yang membagikan potret pernikahan saat pemberkatan di gereja, dan juga Jane yang membagikan fotonya bersama kedua pengantin saat pesta malam harinya.Lena menghela nafasnya, merelakan Assa bukanlah hal yang mudah. Apalagi hasil tes urine yang dilakukannya pagi tadi menunjukkan bahwa dia positif hamil. Percintaannya dengan Assa malam itu menghadirkan apa yang Lena mau, meski demikian Lena tidak meminta Assa untuk bertanggung jawab secara langsung. Hari ini dia berencana memberitahu Assa bahwa dia akan kembali ke Rusia. Lena berbaring menatap langit-langit kamarnya. Memikirkan kehidupannya jika tanpa belas kasih dari Lucy, maka tak akan pernah ada dirinya yang sekarang. Lena se
Natal tinggal dua hari lagi. Alyssa sudah menyiapkan dekorasi Natal dan juga bahan-bahan untuk membuat kue-kue khas Natal. Pohon Natal sudah berdiri di sudut ruangan dekat perapian. Alyssa membiarkan Aoyama dan Sora untuk menghiasnya. Mereka akan merayakan Natal bersama-sama di Mansion milik Assa. Selama ini Mansion tersebut selalu sepi ketika Natal, tapi tahun ini rupanya akan ramai. Bahkan Mark dan keluarganya juga akan datang saat hari Natal tiba.Assa bergabung bersama mereka. “Aoyama apa kau ingin ikut untuk melihat rumah ayahmu di Vitoria?”“Apa kakek dan paman Takeda juga ikut?”“Ya, mereka akan ikut.”“Baiklah kalau begitu aku ikut. Sora tetap di sini bersama bibi Alyssa dan nenek,” katanya pada adik perempuannya.“Aku akan tetap di sini menghias pohon Natal,” kata Sora membalas ucapan Aoyama.Assa kemudian berpamitan pada Alyssa. Dia memang harus mengantar langsung Fujiwara untuk melihat properti milik Satoshi, lalu alasannya mengajak Aoyama adalah karena dia anak lelaki. Aoy
Assa sampai di mansion sebelum makan malam di mulai. Dia langsung masuk ke kamarnya, dimana Alyssa berada. Wanita itu baru saja selesai mandi, Assa mendekati dari belakang Alyssa yang tengah bercermin. Aroma sabun yang menguar dari tubuh Alyssa menarik naluri Assa sebagai seorang pria. Dia mencium lekukan leher Alyssa, menghirup aromanya dengan mata terpejam.“Wangimu sangat enak. Aku menyukainya,” kata Assa memuji istrinya. Dia kemudian mengambil jarak, dan melepaskan kemejanya.“Apa kamu ingin mandi? Aku akan menyiapkan airnya untukmu.”“Aku ingin mandi denganmu.”“Aku sudah mandi, Assa.”“Apa salahnya kamu mandi lagi? Bukankah itu bagus mandi bersama suaminya yang tampan ini,” balas Assa dengan percaya dirinya.Alyssa berdecak, tapi pipinya merona ketika Assa sudah benar-benar melepas kemejanya, menyisakan bentuk tubuhnya yang menggoda. Hal itu disadari benar oleh Assa, jadi timbul keinginan dalam diri Assa untuk menggoda Alyssa. Pria itu kembali mendekat, matanya tajam menatap Aly
Salju turun lebat malam. Samuel setelah makan malam bersama Alyssa diminta untuk menemui Mark di salah satu kedai kopi. Dua pria itu duduk berhadapan dengan cangkir kopi yang masih mengepul panas. Samuel sudah bisa menduga arah pembicaraan Mark ketika memintanya untuk bertemu. Tidak ada urusan pekerjaan yang harus dibicarakan, maka Samuel yakin bahwa ini adalah perkara Jane.“Bagaimana perasaanmu terhadap putriku, Samuel?”Benar dugaannya. Samuel sudah mempunyai jawaban pasti ketika dia menerima pertanyaan itu. “Saya tidak bisa menjanjikan apa-apa untuknya. Kau tahu sendiri saya bahkan tidak bisa mengurus anak saya dengan benar, apalagi Jane.”“Kau sudah mengatakan langsung padanya?”“Saya berusaha, hanya saja Jane selalu menghindar ketika saya ingin serius membicarakan hal tersebut. Saya tahu Jane tidak ingin mendengar apapun yang saya katakan tentang hubungan kita, karena dia tahu saya tidak bisa bersamanya.”Mark menghela nafasnya. Dia tidak bisa memaksa Samuel, namun ketika meliha
Alyssa ketika membuka matanya mendapati dirinya tidur seorang diri. Assa sudah bangun lebih dulu darinya. Ketika pintu dibuka dia mengarahkan matanya ke sana, Assa masuk dengan membawa nampan berisi sarapan untuk Alyssa. Diletakannya nampan tersebut di atas meja dekat tempat tidur, lalu Assa duduk di sisi untuk mencium kening Alyssa.“Selamat pagi, sayang.”“Apa kamu bangun sepagi ini?”“Ya, aku tahu kamu sangat lelah jadi aku bangun lebih awal dan menyiapkan sarapan untukmu,” jawab Assa. Jelas sekali dia merasa sangat harus bertanggung jawab atas tindakannya semalam pada Alyssa.“Baguslah karena kamu menyadari perbuatanmu itu.”Assa tersenyum kecil, mencium bibir Alyssa dengan cepat. “Jadi mau sarapan, atau kamu yang akan menjadi sarapanku pagi ini?”“Menyebalkan!” Alyssa bangun sambil menutupi tubuhnya dengan selimut.Assa mengambil meja lipat untuk digunakan di atas tempat tidur dan meletakkan nampan berisi sarapan yang dibuatnya. “Nyonya Fujiwara mengajariku membuat sup Kenchinjir