Bianca Elenora tak pernah tahu mengapa dirinya diperebutkan di pengadilan. Anak kecil itu terlihat bingung dipelukan pengasuh Gina, merunduk ketakutan di antara orang-orang dewasa menggunakan jubah hitam tradisional. Pagi ini Michael membawa mereka terbang ke kota kecil dekat Marseille di mana persidangan akan dilakukan setelah surat panggilan pertama diterima di Milan. Tiga pengawal pribadi bersiaga mengawasi kedua wanita cantik sebelum mereka memasuki ruang sidang. Damien mengambil alih menggendong Bianca menenangkan jiwa anak sebatang kara seharusnya berbahagia karena om dan tantenya telah menikah demi memperjuangkan masa depannya. "Nona Bianca," bisiknya pelan. "Nanti berbicaralah tenang di dalam sana ya sayang, sampaikan keinginanmu agar Papa Michael dan Mama Belevia dapat mengasuhmu hingga dewasa." Bocah kecil itu mengangguk. "Aku mau tinggal dengan Papa dan Mama baruku, karena Mama Michelle dan Papa Nicholas berada di surga bersama II Nonno dan Nonna Delano Carleone." "Ah,
Hakim Beaufort melanjutkan persidangan setelah beristirahat di kantornya sekaligus menyusun rencana ulang bersama Aubert tadi. Proses alot antara pengacara tergugat dan penggugat membuatnya sulit memberikan keputusan akhir nanti.Pihak Michael dan Belevia sepatutnya menang perkara namun mereka menghalangi demi keuntungan besar di depan mata. Hakim tercela selama memimpin banyak kasus sidang melakukan tebang pilih membela yang bayar, bukan yang benar."Beaufort, kau harus berjanji mengalahkan mereka bagaimanapun caranya," pesan Aubert mengancam. "Aku telah menyuap begitu banyak, belum lagi hasil keuntungan jika perusahaan cargo milik Nicholas jadi milikku!"Pria paruh baya itu berkilah. "Tenanglah, Aubert, kau pasti menang! Jangan lupa komisi ketika kolegamu Alain Wood menyelundupkan narkoba ke seluruh Eropa Barat atau aku jebloskan kau berdua ke dalam penjara!"Masing-masing telah memegang kartu As saling menggertak dan mengancam namun mereka tetaplah satu lingkaran setan memainkan si
Akhir persidangan pertama yang fantastis. Belevia tak malu lagi mencium suami di depan umum setelah turun dari kursi sebagai saksi yang menjawab semua pertanyaan hakim dan pengacara. Hm-- Michael pun melumat bibir tipis merasakan lebih manis dari sebelumnya. Andai mereka tak berada di ruang pengadilan sudah pasti dokter anak itu sudah berada di atas ranjang panas bersamanya. "Grazie - terima kasih, sayang, kau membuatku bahagia hari ini dengan ucapan manismu tadi," bisiknya pelan. "Apa kau sungguh-sungguh mengatakan aku ini pria terhormat bagimu?" "Mon cher - sayangku," balas Belevia mengecup pipi kaku suami. "Aku tulus mengucapkan, kau sangat baik padaku dan Bianca selama ini." Ah, okay! Sang mafia memeluk erat lalu merangkul keluar ruangan. Hakim Beaufort menunda persidangan satu hari sebelum memunculkan balita Bianca Elenora. Terburu-buru menuju kantor diikuti Aubert Bailey yang bermuka masam memandang kebahagiaan sang mafia dan mantan kekasih. Papa Michael! Mama Belevia! Leng
"Aubert!"Umpat Hakim Beaufort marah sesaat panggilan gawai tersambung ke pengacara sialan menjebaknya dalam perkara sulit kemarin pagi melawan mafia Italia dan pengacara tangguh membuat keputusannya tak bisa lagi memenangkan kolega yang telah membayarnya."Oui - Ya, Beaufort, kau tak usah marah-marah begitu padaku," jawab Aubert kesal. "Sebentar lagi seorang gadis tiba menemanimu, pelayanannya cukup bagus masih lugu dan kau bebas melakukan apapun padanya!""Baguslah, tapi bagaimana rencana besok di persidangan, apa sudah menyiapkan segalanya?" cecarnya sekali lagi. "Jangan mempermalukan aku kalau kau sendiri tak mampu memberi cukup bukti mafiosi Sisilia itu dapat merebut ponakannya darimu!""Tenanglah Tuan Hakim, puaskanlah seharian ini bersama gadis jalang untukmu dan jangan lupa kembalikan besok pagi padaku!" tampik Aubert mengakhiri percakapan mereka.Tak lama kemudian yang ditunggu Hakim Beaufort pun datang juga. Seseorang mengetuk pelan pintu kamar hotel, saat dia membuka tak sa
Waktu istirahat sidang kedua telah selesai. Bianca Elenora tak dipanggil sebagai saksi kembali, pernyataan anak itu sudah cukup membuat heboh ruang pengadilan terutama Michael dan Belevia yang masih terkejut permintaan adik bayi kembarnya. Diserahkan ke pengasuh Gina dan pengawal Damien menunggu di sekitar gedung menunggu orang tuanya menghadapi perkara yang sengaja diulur waktunya karena hakim ketua berat sebelah berpihak pada musuh. Kembali Hakim Beaufort memulai sidang menyudutkan sang mafiosi Sisilia, cenderung menghakimi daripada memberi keputusan yang bijak bagi dua belah pihak bertikai. "Latar belakang keluarga Delano Carleone sangat berbahaya bagi mental dan psikis Bianca Elenora, negara ini tak sepatutnya memberi hak asuh ke pewaris Michael demi kebaikan ponakannya." Kontan saja pengacara Galant berseru kencang, "Tuan Hakim terhormat, dulunya Tuan Delano Carleone mafia terkenal di Italia namun belakangan memiliki bisnis legal hingga akhirnya tewas kecelakaan bersama istr
Pengacara Galant terpaksa menyampaikan pesan penting ke Hakim Beaufort dan pengacara Aubert meminta sidang ditunda sehari lagi setelah kliennya dinyatakan sedang keadaan kurang sehat. "Aku harap alasanmu tidak mengada-ada sengaja memperlambat pengadilan," bentak hakim ketua tak percaya ucapan pengacara pembela pihak lawan. "Tidak, Tuan Hakim," tandas Galant begitu tegas. "Silakan anda mengecek ke hotel tempat klienku menginap di mana Nyonya Belevia sedang diperiksa dokter karena kehamilannya saat ini." Brengsek! Aubert Bailey melirik kesal ketika mendengar mantan kekasih mengandung bayi dari musuhnya. Namun tak lama kemudian berubah menjadi senyum tipis menyembunyikan rahasia penting dengan Hakim Beaufort. Mau tak mau mereka harus menghentikan jadwal sidang karena tidak bisa menghadirkan adik Nicholas lagi. Satu ketukan palu terakhir lalu bergegas mereka berdua menuju kantor membahas langkah pencegahan agar Michael kalah telak. "Tutup pintunya, Aubert!" suruh Beaufort sambil melep
"Papa Michael ... hiks!"Tangis sesegukan di sebuah kamar kecil asing dan kumuh yang belum pernah dilihatnya sama sekali. Air mata Bianca berderai sepanjang hari tak juga berhenti."Mama Belevia, aku mau pulang," isaknya berulang-ulang."Diamm--!" bentak Gina berkacak pinggang emosi. "Berhenti menangis atau ku kunci di dalam kamar mandi!"Pengasuhnya berubah monster jahat bukan lagi orang baik hati bagi putri kaya raya keturunan mafiosi Sisilia. Begitu membenci lebih sebelumnya karena balita itu menyusahkan merepotkan setelah penculikan tadi siang.Bianca duduk menggigil ketakutan tertunduk menutupi wajah dengan lengan kecilnya di sudut kamar. Lelah menangis, belum makan dan minum seharian akhirnya tertidur tergeletak di lantai keras.Sementara Gina tersenyum duduk di atas ranjang sambil menghitung uang bayaran yang diterima dari Aubert dan membayangkan melarikan diri ke negeri lain.Lembar kertas Euro disebar membanggakan diri atas hasil kerja keras dua hari ini melayani pengacara ke
Brak! Milano mendobrak kamar persembunyian putri Michelle yang disekap oleh pengasuhnya. Tidak ada orang di dalam kamar hanya terdengar suara pancuran air di mana jalang Gina sedang berada sekarang. Damien mengambil alih lebih dulu masuk memeriksa keadaan seluruh kamar amat terkejut ketika ditemukan tubuh Bianca tergeletak lemas tak berdaya meringkuk di lantai dingin tanpa alas. Oh, Tuhan. Belevia langsung melepas genggaman Michael menyeruak masuk menghampiri putrinya memeluk rapat membelai wajah buaian hati seraya berbisik pelan, "Sayangku Bianca, bangunlah. Mama Belevia datang, sayang." "Hmm ..." guman balita merasakan kehangatan di pipi dan kening diusap sebuah tangan besar wanita cantik yang dipanggil sebagai ibunya. "Mama Belevia ...?" "Ya, ini Mama, kita pulang sekarang," ajaknya lembut, berulang kali mengecup pipi gembul menggemaskan. Michael memandang dua wanita semakin disayangi setiap detiknya merengkuh sekaligus. Kelopak mata kecil Bianca membelalak, begitu senang saat m
Perjalanan pulang dari rumah sakit diiringi rasa galau. Pengawal Damien melirik ke kaca melihat situasi aneh terjadi dalam diri istri Michael yang berada di belakang kursi pengemudi. "Kau tak apa-apa, Nyonya Delano?" sidiknya penasaran. "Apakah ada masalah?" "Entahlah," jawabnya gusar memalingkan keluar jendela. "Mungkin Michael pernah bilang padamu ingin pergi berbulan madu, semua orang membicarakan pernikahan kami di rapat tadi. Dokter Henry pun hampir percaya rumor bersiap mengubah wakil pimpinan rumah sakit ke Dokter Carlotta." Tegas Damien menggeleng ikut kebingungan. "Suamimu tak pernah mengatakannya, darimana pihak rumah sakit tahu soal kalian pergi berlibur merayakan usai pernikahan berminggu-minggu berlalu?" Kesibukan di kantor Michael dan Belevia hampir tidak sempat keluar dari Eropa, apalagi setelah menghadapi pengadilan Perancis Selatan demi merebut hak asuh putri Michelle dan Nicholas dari keparat Aubert Bailey. "Sesuatu sedang terjadi dalam kepemimpinan rumah sakit," t
Menyelinap di kamar pasien kosong, Carlotta dan Justino membicarakan kejadian akhir pekan di klub malam. Michael dan Belevia memang berseteru namun hingga pagi ini belum ada kabar selanjutnya. Harapan mereka pasangan itu bercerai secepatnya. "Sungguh sial, istrinya memergoki mencium Michael malam itu," sungut Carlotta. "Seandainya aku segera membawa pulang maka ceritanya akan berbeda." "Uhmm .. masalahmu sama denganku," umpat Justino. "Belevia pergi meninggalkanku di meja bar, pengawal dan penjaga klub malam menghajarku sampai babak belur." Masih terlihat memar di wajah walaupun sudah dikompres beberapa kali dalam dua hari tetap saja lebam itu tak hilang juga. Keduanya merasakan kesialan yang serupa. "Kita tidak bisa tinggal diam," desak Carlotta tak sabar. "Gunakan akalmu agar Michael cemburu memisahkan mereka." Jas putih Justino dicengkram kuat. Desah nafas memburu, nafsunya mengalahkan logika. Bayangan meraih kekuasaan putra Delano Carleone tanpa harus berbagi dengan dokter Belevi
Matahari bersinar menerangi kamar. Hari mulai beranjak siang ketika Michael terbangun mendengar dering gawai mengganggu tidur mereka. Tak sengaja tangannya bergerak membuat kepala Belevia sedikit terusik. Huff-! Manik biru Michael melirik wajah cantik istri tertidur lelap lagi. Putri mereka di Puri Lombardy sedang menghubungi menanyakan keberadaan orang tuanya. "Papa ada di mana, sekarang?!" jerit Bianca. "Mama juga tidak ada di kamarnya!" Terdengar nada kesal dan kecewa dari suara balita saat mereka tidak ada waktu makan pagi tadi. "Hai sayang," sapanya pelan. "Kau sudah sarapan?" "Iya, tapi aku tak menemukan Papa dan Mama, memangnya sekarang ada di mana?" desak Bianca lagi. "Maafkan sayang, Papa dan Mama sedang menginap di hotel," jawab Michael jujur. "Bukankah kamu ingin punya adik bayi secepatnya?" Yes-! Terdengar keras pekik gembira balita di ujung sambungan gawai. Melonjak-lonjak kesenangan hampir saja menjatuhkan gawai milik Paman Damien bila tak segera diambil alih. Suara
Sikap Michael Delano Carleone di luar dugaan. Tubuh mungil Belevia Avryl direngkuh dibopong keluar dari klub malam saat itu juga. Mereka harus menyelesaikan masalah di tempat yang lebih tenang. "Michael, cepat turunkan aku!" seru Belevia memukuli punggung suami. "Tidak, kita harus bicara soal ancamanmu tadi," balas Michael kesal. "Seenaknya saja kau menamparku, seolah dirimu tak bersalah mengapa akhirnya aku pergi mencari hiburan di sini!" Oh, tidak! Giliran Belevia merasa ketakutan sang mafia membalas dendam atas sikapnya di ruang VVIP tadi. "Aku mau pulang sendiri!" desaknya sesaat mereka tiba di lobi menunggu porsche hitam suaminya datang. "Ya, kita pulang bersama-sama!" tegas Michael menerima kunci mobil dari penjaga dan langsung meletakkan tubuh istrinya di kursi lalu memasangkan seatbelt erat. Wajah pias adik Nicholas Dupuis makin rona memerah akibat mabuk dan emosi. Kesadarannya menghilang yang tinggal hanya kemarahan semata. Di depan pintu lobi, Damien memandang bingung. Se
"Andai aku tahu kau suka pergi ke klub malam, tadi sore kita tidak perlu berseteru," bisik Justino di samping Belevia sedang duduk meneguk tandas segelas minuman. Hampir saja dia tak mampu menelan saliva ketika memandang istri cantik mempesona milik sang pewaris Delano Carleone. "Pergilah, aku tak perlu ditemani siapapun!" Belevia geram. "Biarkan aku sendiri di sini!" "Wow! Ternyata kau masih menyimpan kekesalan padaku, ayolah kita nikmati saja malam ini dengan minum dan berdansa," tukas Justino memesan tambahan minuman mereka berdua. Lirikan tajam adik Nicholas Dupuis tak berarti bagi lawan bicara. Pria itu senang mencari masalah cuma untuk meraih puncak karirnya di rumah sakit. Setelah beberapa minggu mereka bekerja di tempat yang sama terus mengamati Belevia penuh seksama. "Justino, aku peringatkan kau terakhir kali," ancamnya tegas. "Michael dan pengawalnya segera bertindak bila kau berani macam-macam lagi denganku!" "Belevia, tenangkan dirimu dulu, jujur aku menyukaimu dari aw
Malam telah larut Belevia membereskan berkas-berkas penting di atas meja. Tugas sebagai wakil pimpinan rumah sakit berikut dokter praktik menyita banyak waktu hingga melupakan anak dan suami. Rasa bersalah mendera karena dia sendiri memaksa kembali berkarir bukan cuma berumah tangga bersama sang pewaris Delano Carleone. Ketika membuka kamar terlihat pengawal Damien lalu lalang di depan pintu. "Hai, kenapa kau belum tidur?" tegur Belevia heran. "Di mana Michael, bukankah kalian tadi sedang membicarakan bisnis?" "Maaf mengganggu, Nyonya," ujar Damien sopan. "Ku pikir Michael sedang bersamamu saat ini." "Tidak, aku baru selesai mengerjakan berkas rumah sakit," gelengnya kuat. "Memangnya ada apa?" Sial-! Umpat pengawal senior. "Aku harus segera membawa adik Michelle pulang dari klub malam jika tidak dia akan meracau di sana," kata Damien cemas. "Sungguh berbahaya baginya karena banyak wanita jalang mengincar sampai detik ini." "Aa-paa!" teriak Belevia terkejut. "Tunggu aku ganti baju
Laporan Damien cukup jelas bagi Michael begitupun kesaksian dari anak buahnya, Milano. "Sebenarnya apa yang terjadi dengan mereka berdua," tanyanya curiga. "Belevia telah berselingkuh dariku?" "Tidak Tuan, sikap Nyonya Belevia begitu marah dan muak saat dokter Justino lancang menyentuh bahunya," bela Milano cepat tak ingin membuat sang mafia gusar karena laporan mereka. "Kau ingat percakapan yang dibicarakan mereka sebelumnya?" Mata biru Michael Delano Carleone berkilat tajam bagai pedang. Kesalahan utama dilakukan Milano tidak menemani setiap saat istrinya membutuhkan pengawalan membiarkan kejadian itu terdengar olehnya. "Tak semua, tapi terakhir Nyonya mengancam untuk menceritakan prilaku busuk dokter bajingan itu padamu, disitulah datang menemui sampai ke ruang kantor dan pulang ke Puri Lombardy." Wajah Milano tunduk malu. Sebelumnya dia melapor ke pengawal senior Damien diteruskan malam ini juga ke sang mafia untuk mencari jalan keluar demi keselamatan istri dan adik Nicholas D
"Papa Michael, kapan aku memiliki adik bayi?" rajuk Bianca Elenora di sela makan malam. "Papa dan Mama 'kan sudah janji sejak lama!" Bibirnya tertekuk cemberut tak mau menghabisi isi piringnya lagi. Giliran sang mafia kebingungan menjawab, menoleh ke arah Belevia yang juga tertegun atas pertanyaan dan permintaan putri mereka. Bagaimana memiliki bayi jika mereka tak pernah melakukan hubungan suami istri sampai detik ini. "Aku mau bayi kembar, Papa!" desak Bianca lagi. "Semuanya harus berasal dari perut Mama!" Hah! Kelopak mata Michael dan Belevia membelalak lebar. Putri mereka mulai pintar berbicara beradu debat dengan orang tuanya, dan tak lama akan bersekolah. "Baiklah, sayang," sahut sang pewaris Delano Carleone mengakhiri ketegangan. "Nanti Papa dan Mama berdiskusi dulu karena keluarga di sini tak satupun memiliki keturunan kembar." "Michael," bisik Belevia mengalihkan perhatian. "Keluarga Mama memiliki saudara kembar tapi mereka jarang bertemu karena bermukim di Spanyol dan Jer
"Nyonya Belevia," sapa Milano penuh hormat. "Apa sudah waktunya untuk pulang?" "Tunggu sebentar," sergahnya terburu-buru menahan pengawal diam berdiri di luar ruang praktik. "Aku harus mengambil mantel dan berkas dulu di ruang atas untuk dibawa pulang." Milano menggeleng, mendebat istri sang mafia. "Sebaiknya aku temani Nyonya ke lantai atas sesuai perintah Tuan Michael agar menjagamu kemanapun kau pergi." Grr-- dasar konyol! Ruang praktik dan kantor wakil kepala rumah sakit hanya beda dua lantai. Belevia merasa dikekang suaminya sendiri, diamati kebebasan selama bekerja pengawal suruhan Michael Delano Carleone. "Aku baik-baik saja, kau terlalu kaku dan baku terhadap aturan suamiku!" lontarnya kesal pergi meninggalkan seorang diri. Jubah putih praktik masih dikenakan segera diganti mantel hangat mengusir hawa dingin musim salju ini. Terlihat semburat wajah kesal pengawal setia keluarga Delano Carleone sambil melirik jam tangan menanti dirinya kembali. Rumah sakit besar yang terke