"Papa Michael ... hiks!"Tangis sesegukan di sebuah kamar kecil asing dan kumuh yang belum pernah dilihatnya sama sekali. Air mata Bianca berderai sepanjang hari tak juga berhenti."Mama Belevia, aku mau pulang," isaknya berulang-ulang."Diamm--!" bentak Gina berkacak pinggang emosi. "Berhenti menangis atau ku kunci di dalam kamar mandi!"Pengasuhnya berubah monster jahat bukan lagi orang baik hati bagi putri kaya raya keturunan mafiosi Sisilia. Begitu membenci lebih sebelumnya karena balita itu menyusahkan merepotkan setelah penculikan tadi siang.Bianca duduk menggigil ketakutan tertunduk menutupi wajah dengan lengan kecilnya di sudut kamar. Lelah menangis, belum makan dan minum seharian akhirnya tertidur tergeletak di lantai keras.Sementara Gina tersenyum duduk di atas ranjang sambil menghitung uang bayaran yang diterima dari Aubert dan membayangkan melarikan diri ke negeri lain.Lembar kertas Euro disebar membanggakan diri atas hasil kerja keras dua hari ini melayani pengacara ke
Brak! Milano mendobrak kamar persembunyian putri Michelle yang disekap oleh pengasuhnya. Tidak ada orang di dalam kamar hanya terdengar suara pancuran air di mana jalang Gina sedang berada sekarang. Damien mengambil alih lebih dulu masuk memeriksa keadaan seluruh kamar amat terkejut ketika ditemukan tubuh Bianca tergeletak lemas tak berdaya meringkuk di lantai dingin tanpa alas. Oh, Tuhan. Belevia langsung melepas genggaman Michael menyeruak masuk menghampiri putrinya memeluk rapat membelai wajah buaian hati seraya berbisik pelan, "Sayangku Bianca, bangunlah. Mama Belevia datang, sayang." "Hmm ..." guman balita merasakan kehangatan di pipi dan kening diusap sebuah tangan besar wanita cantik yang dipanggil sebagai ibunya. "Mama Belevia ...?" "Ya, ini Mama, kita pulang sekarang," ajaknya lembut, berulang kali mengecup pipi gembul menggemaskan. Michael memandang dua wanita semakin disayangi setiap detiknya merengkuh sekaligus. Kelopak mata kecil Bianca membelalak, begitu senang saat m
Michael-! Jeritan Belevia memecah keheningan malam. Suaminya bersimbah darah terkapar di permukaan tanah sementara Bianca dipelukan terkulai lemas menangis terkejut karena ikut terhempas bersama tubuh kekar sang mafia. Oh sayangku, tidak! Bianca direbut dari tangan papanya yang masih terdiam memejamkan mata. "Michael please, tolong jangan tinggalkan aku!" raung adik Nicholas sesegukan mengusap pipinya berulang-ulang. "Bangunlah sayang, aku tak mau pulang tanpamu ke Milan, please ... " lirih Belevia berbisik. Damien dan Milano berlari menghampiri mereka mengecek seluruh tubuh sang pewaris Delano Carleone. Pengawal Leonardo, Bernie dan Bruno segera mengejar ke arah sniper di antara rimbunnya pohon dan semak belukar. Beberapa tembakan dilepaskan menghalau musuh yang berani menyerang keluarga mafiosi Sisilia. Malam mencekam ketika Michael Delano Carleone terluka parah sedang melindungi anak dan istrinya. Timah tajam penembak jitu sengaja ditujukan sang pewaris membuat Damien begitu cema
Uh-- Sial! Maki Sergey terus berlari di antara semak berduri dan pepohonan di tengah malam menyulitkan dia kabur dari sergapan pengawal Michael Delano Carleone. Tembakannya tadi berhasil mengenai dada musuh klien yang menyewa jasa Sergey untuk membunuh pewaris Delano Carleone yang tersisa. Mengira satu peluru dilesatkan menembus jantung Michael dan putri Michelle karena keduanya langsung terjatuh tak jauh dari van hitam mereka. Sebagai balasannya kini dia dikejar tiga pengawal mafiosi Sisilia yang ganas dan buas melontarkan beberapa kali tembakan senjata peredam suara yang membabi buta. Arghh-! Sergey mengaduh kesakitan. Sebuah peluru menghantam paha kanan menghentikan pelarian. Benar-benar sial berurusan mafia namun bayaran besar telah diterima membuatnya tidak bisa melanggar perjanjian yang ada. "Berhenti, atau kami tembak kepalamu!" ancam Leo didampingi Bernie dan Bruno ikut menodongkan senjata secara bersamaan. Sniper itu sudah kehilangan energi dikejar mereka terus menerus dan
Kecupan manja membangunkan Michael dari pingsan usai penembakan di dekat motel kumuh saat mereka menyelamatkan Bianca Elenora. Perlahan kelopak mata membuka didapati senyum manis istri tepat di depan wajah. "Hai, Belevia," sapanya pelan, lalu bergantian menatap putri yang lucu menggemaskan. "Hai sayangku, apa kau baik-baik saja?" Anggukan kecil Bianca mengiyakan. "Aku senang kembali bersama Papa Michael dan Mama Belevia, 'ga mau lagi dengan pengasuh brengsek itu!" Hah! Michael dan Belevia tercengang mendengar kekesalan putri mereka. "Jangan takut sayang, pengasuh itu tak akan pernah datang lagi. Nanti kami cari yang baru untukmu," bujuk dokter pediatric mengusap lembut rambut putrinya. "Sudah malam Belevia, Bianca, pergilah tidur," seru Michael mengingatkan. "Aku sudah lebih baik sekarang." Tapi ranjang mereka cuma satu, sang mafia sedang terluka karena peluru sniper itu meleset tak menembus ke rusuk kiri namun menggores tajam hingga harus dibebat perban mengelilingi dada berotot Mi
Sidang pengadilan berikutnya dibuka tanpa kehadiran Michael beserta istri dan anaknya. Hakim Beaufort menatap tajam dan marah bertanya ke pihak pengacara pembela. "Dimana klienmu, Galant? Hari ini adalah keputusan terakhir tentang perkara hak asuh ponakan mereka!" "Maaf Tuan Hakim terhormat, klienku Tuan Michael dan putrinya mengalami kecelakaan semalam dan hari ini terbaring sakit tidak bisa hadir di sini termasuk istrinya, Nyonya Belevia harus menjaga keduanya." Pengacara Galant menyampaikan pesan dari sang pewaris Delano Carleone namun hakim tidak mau menerima dengan baik di depan Aubert Bailey yang tersenyum tipis menyembunyikan rencana jahatnya. "Nonsense! Aku tak percaya alasan kalian terlalu mengada-ada sengaja mengulur sidang tanpa ada hasil yang ingin kau raih, bukan?!" bentak Beaufort emosi. "Tidak, Tuan Hakim, tapi kau bisa lihat dari bukti photo-photo ini jika tidak percaya ucapanku, betapa parah luka yang diderita Tuan Michael dan putri kakaknya." Pengacara Galant maju
Terbangun dari tidur Belevia dikejutkan sang suami tidak ada di atas ranjangnya, begitu juga Bianca Elenora. Buru-buru disibakkan selimut beranjak dari sofa kemudian keluar kamar. Lagi-lagi tak ditemui siapapun di ruang tamu. Oh, mereka ada di mana?! Cemasnya di dalam hati. Sudah pukul sembilan pagi tak ada yang membangunkan untuk sarapan karena kelelahan semalaman menjaga Michael terus mengerang kesakitan setiap kali tubuhnya bergerak tak mau diam. Diambilnya gawai di atas meja menghubungi suaminya, namun tiba-tiba saja pintu terbuka disertai pekikan gembira putrinya didampingi pengasuh baru. Gemma?! Tak percaya wanita paruh baya ada bersamanya lagi di sini. Bianca menggandeng tangannya berceloteh begitu riang menunjukkan mamanya siapa yang datang di pagi istimewa ini. "Mama Belevia-aa, Bibi Gemma ada di sini bersamaku sekarang!" "Eh, iya sayang, Mama sudah tahu, tapi bagaimana bisa datang ke sini?" tanyanya heran. Gemma memeluk adik Nicholas erat, seraya berkata, "Pengawal Tuan M
Di sebuah villa megah mewah tertidur seseorang angkuh dan sombong bersama dua wanita jalang yang telah menemani semalaman di atas ranjang. Dengkuran keras Alain Wood tidak diindahkan Celine dan Katya terus saja memeluk pria kaya bandar narkoba terkenal di Eropa sering berfoya-foya memanjakan mereka. Kelelahan setelah permainan panas di antara mereka baru saja berhenti tadi pagi. Bubuk putih kokain disebar begitu saja di atas meja, berikut botol minuman keras bergelimpangan dan pakaian bertebaran di lantai. Pesta narkoba dan prostitusi, bisnis menguntungkan digelar di villa rahasia miliknya. Para petinggi dunia dan pejabat penting pemerintahan sering memesan jasa wanita jalang kelas atas untuk melobi klien mereka. Tak ada yang dipikirkan Alain Wood lagi selain menikmati hasil dari kerja kerasnya selama ini. Hubungan dengan hakim dan petinggi kepolisian di berbagai negara memuluskan penyelundupan narkoba yang dipasok dari kartel Amerika Latin. Keuntungan berlipat ganda diraih tanpa be
Perjalanan pulang dari rumah sakit diiringi rasa galau. Pengawal Damien melirik ke kaca melihat situasi aneh terjadi dalam diri istri Michael yang berada di belakang kursi pengemudi. "Kau tak apa-apa, Nyonya Delano?" sidiknya penasaran. "Apakah ada masalah?" "Entahlah," jawabnya gusar memalingkan keluar jendela. "Mungkin Michael pernah bilang padamu ingin pergi berbulan madu, semua orang membicarakan pernikahan kami di rapat tadi. Dokter Henry pun hampir percaya rumor bersiap mengubah wakil pimpinan rumah sakit ke Dokter Carlotta." Tegas Damien menggeleng ikut kebingungan. "Suamimu tak pernah mengatakannya, darimana pihak rumah sakit tahu soal kalian pergi berlibur merayakan usai pernikahan berminggu-minggu berlalu?" Kesibukan di kantor Michael dan Belevia hampir tidak sempat keluar dari Eropa, apalagi setelah menghadapi pengadilan Perancis Selatan demi merebut hak asuh putri Michelle dan Nicholas dari keparat Aubert Bailey. "Sesuatu sedang terjadi dalam kepemimpinan rumah sakit," t
Menyelinap di kamar pasien kosong, Carlotta dan Justino membicarakan kejadian akhir pekan di klub malam. Michael dan Belevia memang berseteru namun hingga pagi ini belum ada kabar selanjutnya. Harapan mereka pasangan itu bercerai secepatnya. "Sungguh sial, istrinya memergoki mencium Michael malam itu," sungut Carlotta. "Seandainya aku segera membawa pulang maka ceritanya akan berbeda." "Uhmm .. masalahmu sama denganku," umpat Justino. "Belevia pergi meninggalkanku di meja bar, pengawal dan penjaga klub malam menghajarku sampai babak belur." Masih terlihat memar di wajah walaupun sudah dikompres beberapa kali dalam dua hari tetap saja lebam itu tak hilang juga. Keduanya merasakan kesialan yang serupa. "Kita tidak bisa tinggal diam," desak Carlotta tak sabar. "Gunakan akalmu agar Michael cemburu memisahkan mereka." Jas putih Justino dicengkram kuat. Desah nafas memburu, nafsunya mengalahkan logika. Bayangan meraih kekuasaan putra Delano Carleone tanpa harus berbagi dengan dokter Belevi
Matahari bersinar menerangi kamar. Hari mulai beranjak siang ketika Michael terbangun mendengar dering gawai mengganggu tidur mereka. Tak sengaja tangannya bergerak membuat kepala Belevia sedikit terusik. Huff-! Manik biru Michael melirik wajah cantik istri tertidur lelap lagi. Putri mereka di Puri Lombardy sedang menghubungi menanyakan keberadaan orang tuanya. "Papa ada di mana, sekarang?!" jerit Bianca. "Mama juga tidak ada di kamarnya!" Terdengar nada kesal dan kecewa dari suara balita saat mereka tidak ada waktu makan pagi tadi. "Hai sayang," sapanya pelan. "Kau sudah sarapan?" "Iya, tapi aku tak menemukan Papa dan Mama, memangnya sekarang ada di mana?" desak Bianca lagi. "Maafkan sayang, Papa dan Mama sedang menginap di hotel," jawab Michael jujur. "Bukankah kamu ingin punya adik bayi secepatnya?" Yes-! Terdengar keras pekik gembira balita di ujung sambungan gawai. Melonjak-lonjak kesenangan hampir saja menjatuhkan gawai milik Paman Damien bila tak segera diambil alih. Suara
Sikap Michael Delano Carleone di luar dugaan. Tubuh mungil Belevia Avryl direngkuh dibopong keluar dari klub malam saat itu juga. Mereka harus menyelesaikan masalah di tempat yang lebih tenang. "Michael, cepat turunkan aku!" seru Belevia memukuli punggung suami. "Tidak, kita harus bicara soal ancamanmu tadi," balas Michael kesal. "Seenaknya saja kau menamparku, seolah dirimu tak bersalah mengapa akhirnya aku pergi mencari hiburan di sini!" Oh, tidak! Giliran Belevia merasa ketakutan sang mafia membalas dendam atas sikapnya di ruang VVIP tadi. "Aku mau pulang sendiri!" desaknya sesaat mereka tiba di lobi menunggu porsche hitam suaminya datang. "Ya, kita pulang bersama-sama!" tegas Michael menerima kunci mobil dari penjaga dan langsung meletakkan tubuh istrinya di kursi lalu memasangkan seatbelt erat. Wajah pias adik Nicholas Dupuis makin rona memerah akibat mabuk dan emosi. Kesadarannya menghilang yang tinggal hanya kemarahan semata. Di depan pintu lobi, Damien memandang bingung. Se
"Andai aku tahu kau suka pergi ke klub malam, tadi sore kita tidak perlu berseteru," bisik Justino di samping Belevia sedang duduk meneguk tandas segelas minuman. Hampir saja dia tak mampu menelan saliva ketika memandang istri cantik mempesona milik sang pewaris Delano Carleone. "Pergilah, aku tak perlu ditemani siapapun!" Belevia geram. "Biarkan aku sendiri di sini!" "Wow! Ternyata kau masih menyimpan kekesalan padaku, ayolah kita nikmati saja malam ini dengan minum dan berdansa," tukas Justino memesan tambahan minuman mereka berdua. Lirikan tajam adik Nicholas Dupuis tak berarti bagi lawan bicara. Pria itu senang mencari masalah cuma untuk meraih puncak karirnya di rumah sakit. Setelah beberapa minggu mereka bekerja di tempat yang sama terus mengamati Belevia penuh seksama. "Justino, aku peringatkan kau terakhir kali," ancamnya tegas. "Michael dan pengawalnya segera bertindak bila kau berani macam-macam lagi denganku!" "Belevia, tenangkan dirimu dulu, jujur aku menyukaimu dari aw
Malam telah larut Belevia membereskan berkas-berkas penting di atas meja. Tugas sebagai wakil pimpinan rumah sakit berikut dokter praktik menyita banyak waktu hingga melupakan anak dan suami. Rasa bersalah mendera karena dia sendiri memaksa kembali berkarir bukan cuma berumah tangga bersama sang pewaris Delano Carleone. Ketika membuka kamar terlihat pengawal Damien lalu lalang di depan pintu. "Hai, kenapa kau belum tidur?" tegur Belevia heran. "Di mana Michael, bukankah kalian tadi sedang membicarakan bisnis?" "Maaf mengganggu, Nyonya," ujar Damien sopan. "Ku pikir Michael sedang bersamamu saat ini." "Tidak, aku baru selesai mengerjakan berkas rumah sakit," gelengnya kuat. "Memangnya ada apa?" Sial-! Umpat pengawal senior. "Aku harus segera membawa adik Michelle pulang dari klub malam jika tidak dia akan meracau di sana," kata Damien cemas. "Sungguh berbahaya baginya karena banyak wanita jalang mengincar sampai detik ini." "Aa-paa!" teriak Belevia terkejut. "Tunggu aku ganti baju
Laporan Damien cukup jelas bagi Michael begitupun kesaksian dari anak buahnya, Milano. "Sebenarnya apa yang terjadi dengan mereka berdua," tanyanya curiga. "Belevia telah berselingkuh dariku?" "Tidak Tuan, sikap Nyonya Belevia begitu marah dan muak saat dokter Justino lancang menyentuh bahunya," bela Milano cepat tak ingin membuat sang mafia gusar karena laporan mereka. "Kau ingat percakapan yang dibicarakan mereka sebelumnya?" Mata biru Michael Delano Carleone berkilat tajam bagai pedang. Kesalahan utama dilakukan Milano tidak menemani setiap saat istrinya membutuhkan pengawalan membiarkan kejadian itu terdengar olehnya. "Tak semua, tapi terakhir Nyonya mengancam untuk menceritakan prilaku busuk dokter bajingan itu padamu, disitulah datang menemui sampai ke ruang kantor dan pulang ke Puri Lombardy." Wajah Milano tunduk malu. Sebelumnya dia melapor ke pengawal senior Damien diteruskan malam ini juga ke sang mafia untuk mencari jalan keluar demi keselamatan istri dan adik Nicholas D
"Papa Michael, kapan aku memiliki adik bayi?" rajuk Bianca Elenora di sela makan malam. "Papa dan Mama 'kan sudah janji sejak lama!" Bibirnya tertekuk cemberut tak mau menghabisi isi piringnya lagi. Giliran sang mafia kebingungan menjawab, menoleh ke arah Belevia yang juga tertegun atas pertanyaan dan permintaan putri mereka. Bagaimana memiliki bayi jika mereka tak pernah melakukan hubungan suami istri sampai detik ini. "Aku mau bayi kembar, Papa!" desak Bianca lagi. "Semuanya harus berasal dari perut Mama!" Hah! Kelopak mata Michael dan Belevia membelalak lebar. Putri mereka mulai pintar berbicara beradu debat dengan orang tuanya, dan tak lama akan bersekolah. "Baiklah, sayang," sahut sang pewaris Delano Carleone mengakhiri ketegangan. "Nanti Papa dan Mama berdiskusi dulu karena keluarga di sini tak satupun memiliki keturunan kembar." "Michael," bisik Belevia mengalihkan perhatian. "Keluarga Mama memiliki saudara kembar tapi mereka jarang bertemu karena bermukim di Spanyol dan Jer
"Nyonya Belevia," sapa Milano penuh hormat. "Apa sudah waktunya untuk pulang?" "Tunggu sebentar," sergahnya terburu-buru menahan pengawal diam berdiri di luar ruang praktik. "Aku harus mengambil mantel dan berkas dulu di ruang atas untuk dibawa pulang." Milano menggeleng, mendebat istri sang mafia. "Sebaiknya aku temani Nyonya ke lantai atas sesuai perintah Tuan Michael agar menjagamu kemanapun kau pergi." Grr-- dasar konyol! Ruang praktik dan kantor wakil kepala rumah sakit hanya beda dua lantai. Belevia merasa dikekang suaminya sendiri, diamati kebebasan selama bekerja pengawal suruhan Michael Delano Carleone. "Aku baik-baik saja, kau terlalu kaku dan baku terhadap aturan suamiku!" lontarnya kesal pergi meninggalkan seorang diri. Jubah putih praktik masih dikenakan segera diganti mantel hangat mengusir hawa dingin musim salju ini. Terlihat semburat wajah kesal pengawal setia keluarga Delano Carleone sambil melirik jam tangan menanti dirinya kembali. Rumah sakit besar yang terke