Terbangun dari tidur Belevia dikejutkan sang suami tidak ada di atas ranjangnya, begitu juga Bianca Elenora. Buru-buru disibakkan selimut beranjak dari sofa kemudian keluar kamar. Lagi-lagi tak ditemui siapapun di ruang tamu. Oh, mereka ada di mana?! Cemasnya di dalam hati. Sudah pukul sembilan pagi tak ada yang membangunkan untuk sarapan karena kelelahan semalaman menjaga Michael terus mengerang kesakitan setiap kali tubuhnya bergerak tak mau diam. Diambilnya gawai di atas meja menghubungi suaminya, namun tiba-tiba saja pintu terbuka disertai pekikan gembira putrinya didampingi pengasuh baru. Gemma?! Tak percaya wanita paruh baya ada bersamanya lagi di sini. Bianca menggandeng tangannya berceloteh begitu riang menunjukkan mamanya siapa yang datang di pagi istimewa ini. "Mama Belevia-aa, Bibi Gemma ada di sini bersamaku sekarang!" "Eh, iya sayang, Mama sudah tahu, tapi bagaimana bisa datang ke sini?" tanyanya heran. Gemma memeluk adik Nicholas erat, seraya berkata, "Pengawal Tuan M
Di sebuah villa megah mewah tertidur seseorang angkuh dan sombong bersama dua wanita jalang yang telah menemani semalaman di atas ranjang. Dengkuran keras Alain Wood tidak diindahkan Celine dan Katya terus saja memeluk pria kaya bandar narkoba terkenal di Eropa sering berfoya-foya memanjakan mereka. Kelelahan setelah permainan panas di antara mereka baru saja berhenti tadi pagi. Bubuk putih kokain disebar begitu saja di atas meja, berikut botol minuman keras bergelimpangan dan pakaian bertebaran di lantai. Pesta narkoba dan prostitusi, bisnis menguntungkan digelar di villa rahasia miliknya. Para petinggi dunia dan pejabat penting pemerintahan sering memesan jasa wanita jalang kelas atas untuk melobi klien mereka. Tak ada yang dipikirkan Alain Wood lagi selain menikmati hasil dari kerja kerasnya selama ini. Hubungan dengan hakim dan petinggi kepolisian di berbagai negara memuluskan penyelundupan narkoba yang dipasok dari kartel Amerika Latin. Keuntungan berlipat ganda diraih tanpa be
Makan malam istimewa di Puri Lombardy menyambut kedatangan sang pewaris Delano Carleone dan anak istri usai sudah. Bianca Elenora mulai terkantuk-kantuk kelelahan setelah seharian bermain ditemani pengasuh Gemma. Belevia langsung menggendong putrinya menuju ke kamar atas. Lengannya tertahan sejenak sesaat Michael ingin mengecup kening mungil, mengucapkan selamat malam untuknya. "Tidur yang nyenyak, sayangku," ucap sang mafia lembut sambil mengusap kepala Bianca. "Kau juga, Michael," tegur Belevia. "Aku harus mengganti perban lukamu agar tidak menyebabkan infeksi." "Baiklah, Nyonya Delano," goda Michael sambil tersenyum nakal. "Lakukan di kamarku setelah menidurkan anak kita." Bola mata istrinya langsung melebar tak ayal lagi membuat sang mafia tertawa. Perjanjian kontrak pernikahan sudah jelas mereka tidur terpisah selama menghadapi persidangan hak asuh putri Michelle dan Nicholas. Kini mereka mendapatkan perwalian penuh atas Bianca Elenora sekaligus menjebloskan hakim dan pengacar
Belum lama Michael berada di kamar terdengar ketukan pelan. Belevia datang memeriksa lukanya. "Bukalah kemejamu, biar aku ganti perban dulu sebelum kau tidur," anjurnya sambil membuka peralatan obat. Duduk di atas ranjang membiarkan dokter cantik mengecek goresan peluru dekat rusuk kiri. Tersenyum menatap lekat mencium wangi harum yang membangkitkan gairah terpendam. "Kemana kau pergi tadi pagi?" tanya Belevia antusias saat membuka perban. "Hanya kunjungan bisnis di kota Nice," kata Michael santai menikmati kebersamaan mereka di dalam kamar. "Kau pasti berbohong!" tuduh adik Nicholas saking geram menekan ke bagian terluka membuat sang mafia mengaduh kesakitan. Ouch, bastardo. "Duh, engkau memang sengaja!" tukas sang mafia marah menahan tangan kecil berhenti memeriksanya. "Oops ... maaf," sesal Belevia sungguh-sungguh. "Semua ini gara-gara kau sendiri berdusta, biar ku perban ini dulu, tenanglah." Tangan istrinya dilepas untuk segera menyelesaikan tugas. Dia tidak sanggup marah se
Impian Belevia Avryl tercapai sudah. Langkah kaki begitu mantap menapaki lobi rumah sakit sampai di depan pintu ruang pimpinan. Dokter Henry sedang menunggu kehadirannya pagi ini. Sedikit gugup mengetuk tapi seseorang mencegah lebih dulu. "Maaf Nona, pimpinan rumah sakit sedang rapat saat ini, ada keperluan dengannya?" Pria tampan berjubah putih memandang heran. Adik Nicholas mengira sebagai dokter di rumah sakit ini dan mulai mengenalkan diri. "Oh, baiklah, aku Belevia Avryl ingin bertemu Dokter Henry, dan anda siapa?" "Dokter Justino," jawabnya penuh keramahan menjabat tangan wanita cantik erat. Buru-buru dokter pediatric melepas tak mau berlama-lama berdekatan pria asing tak dikenal sama sekali. Dia tak mau membuat masalah lebih banyak di tempat bekerja yang baru. "Kau sangat cantik, Nona," puji Justino penuh merayu tanpa peduli sebuah cincin permata berada di jari manisnya. "Bisa antar aku bertemu Dokter Henry sekarang?" Belevia mengalihkan pandangan dari pria menyebalkan. "Den
Dari kejauhan Clarissa telah melihat sasarannya baru saja tiba. Hatinya berdesir kencang, Kerinduannya begitu memuncak bergegas menyongsong pria tampan pujaan. "Hai, darling," sapanya manja memeluk erat pewaris Delano Carleone. "Uhmm .. menyingkirlah," tolak Michael enggan dicium. "Aku ini pria menikah sekarang!" Dokter cantik itu tak menyerah semakin merapatkan diri. Siapa yang tak mengenal Michael Delano Carleone di lingkungan rumah sakit. Perkenalan dengan Belevia tadi pagi di ruang rapat menimbulkan bibit kebencian. Ia mulai melancarkan bujuk rayu merampas suaminya di lorong rumah sakit yang sepi. "Ayolah darling, permainan kita belum usai, dan aku sangat merindukanmu." "Menjauhlah dariku!" bentak Michael. "Jangan buat masalah selama istriku bekerja di sini, paham?!" Bibir Clarissa tertekuk cemberut. Cengkraman kuat di lengan begitu menyakitkan. Ia bergidik mundur sambil menatap kesal. Tampak jelas sang pewaris memilih dokter pediatric berasal dari Perancis bukan dirinya. Br
"Hai sayang, apa kau senang bekerja di sini?" tanya Michael sesaat mendekati meja kerja Belevia yang tidak menyadari kehadirannya. Dagu dokter cantik itu langsung terangkat memandang sang mafia datang menjemput untuk makan siang. "Oh, hai Michael," sambutnya terlambat. "Maaf, ku pikir kau tak jadi ..." "Tak mungkin aku lupa sayang, ayolah kau ingin restoran yang mana pilih saja," ajak Michael meraih lengan Belevia sambil menutup berkas yang berada di atas meja. "Restoran yang tak terlalu jauh," kelit adik Nicholas. "Aku harus kembali bekerja lagi tepat waktu!" "No problemo!" seru sang mafia tenang. Jubah putih Belevia ditanggalkan di tiang gantung diganti mantel hangat. Musim dingin mulai tiba mereka harus berbelanja mantel baru untuk Bianca Elenora yang kian tumbuh besar. Keduanya pun beriringan keluar, namun sikap protektif sang pewaris begitu besar walau Damien, Milano dan Leo tak jauh mengawasi. Genggaman erat suami membuat Belevia jengah ditatap orang-orang di sekeliling rum
Duduk sendirian di sebuah klub malam begitu tak menyenangkan bagi Carlotta. Biasanya Michael menemani minum sampai larut malam kemudian mengajak berdansa sampai mereka lelah lalu melanjutkan bercumbu di kediamannya. Sial-! Geramnya marah. Saingan terberat adalah istri Michael sendiri. Wanita itu terlihat sederhana sangat tak layak bersanding sang mafia tampan, kecuali bersama Carlotta. Betapa menjengkelkan memandangi Belevia setiap hari di rumah sakit menangani persoalan manajemen juga membuka praktik pediatric. Tiga minggu masa perkenalan telah selesai kini saatnya balas dendam menyingkirkan istri cantik Michael agar mundur dari jabatannya dan bercerai dengan pewaris Delano Carleone. "Hey! Aku pikir salah lihat tadi," seru Justino terkejut rekan kerja seprofesi duduk termenung dekat meja bar. "Brengsek kau!" balas Carlotta tak mau diganggu. "Carilah kursi lain, jangan duduk di sampingku!" Tawa Justino makin mengganggu di antara dentuman musik tekno. Dokter muda tampan tapi tak k
Perjalanan pulang dari rumah sakit diiringi rasa galau. Pengawal Damien melirik ke kaca melihat situasi aneh terjadi dalam diri istri Michael yang berada di belakang kursi pengemudi. "Kau tak apa-apa, Nyonya Delano?" sidiknya penasaran. "Apakah ada masalah?" "Entahlah," jawabnya gusar memalingkan keluar jendela. "Mungkin Michael pernah bilang padamu ingin pergi berbulan madu, semua orang membicarakan pernikahan kami di rapat tadi. Dokter Henry pun hampir percaya rumor bersiap mengubah wakil pimpinan rumah sakit ke Dokter Carlotta." Tegas Damien menggeleng ikut kebingungan. "Suamimu tak pernah mengatakannya, darimana pihak rumah sakit tahu soal kalian pergi berlibur merayakan usai pernikahan berminggu-minggu berlalu?" Kesibukan di kantor Michael dan Belevia hampir tidak sempat keluar dari Eropa, apalagi setelah menghadapi pengadilan Perancis Selatan demi merebut hak asuh putri Michelle dan Nicholas dari keparat Aubert Bailey. "Sesuatu sedang terjadi dalam kepemimpinan rumah sakit," t
Menyelinap di kamar pasien kosong, Carlotta dan Justino membicarakan kejadian akhir pekan di klub malam. Michael dan Belevia memang berseteru namun hingga pagi ini belum ada kabar selanjutnya. Harapan mereka pasangan itu bercerai secepatnya. "Sungguh sial, istrinya memergoki mencium Michael malam itu," sungut Carlotta. "Seandainya aku segera membawa pulang maka ceritanya akan berbeda." "Uhmm .. masalahmu sama denganku," umpat Justino. "Belevia pergi meninggalkanku di meja bar, pengawal dan penjaga klub malam menghajarku sampai babak belur." Masih terlihat memar di wajah walaupun sudah dikompres beberapa kali dalam dua hari tetap saja lebam itu tak hilang juga. Keduanya merasakan kesialan yang serupa. "Kita tidak bisa tinggal diam," desak Carlotta tak sabar. "Gunakan akalmu agar Michael cemburu memisahkan mereka." Jas putih Justino dicengkram kuat. Desah nafas memburu, nafsunya mengalahkan logika. Bayangan meraih kekuasaan putra Delano Carleone tanpa harus berbagi dengan dokter Belevi
Matahari bersinar menerangi kamar. Hari mulai beranjak siang ketika Michael terbangun mendengar dering gawai mengganggu tidur mereka. Tak sengaja tangannya bergerak membuat kepala Belevia sedikit terusik. Huff-! Manik biru Michael melirik wajah cantik istri tertidur lelap lagi. Putri mereka di Puri Lombardy sedang menghubungi menanyakan keberadaan orang tuanya. "Papa ada di mana, sekarang?!" jerit Bianca. "Mama juga tidak ada di kamarnya!" Terdengar nada kesal dan kecewa dari suara balita saat mereka tidak ada waktu makan pagi tadi. "Hai sayang," sapanya pelan. "Kau sudah sarapan?" "Iya, tapi aku tak menemukan Papa dan Mama, memangnya sekarang ada di mana?" desak Bianca lagi. "Maafkan sayang, Papa dan Mama sedang menginap di hotel," jawab Michael jujur. "Bukankah kamu ingin punya adik bayi secepatnya?" Yes-! Terdengar keras pekik gembira balita di ujung sambungan gawai. Melonjak-lonjak kesenangan hampir saja menjatuhkan gawai milik Paman Damien bila tak segera diambil alih. Suara
Sikap Michael Delano Carleone di luar dugaan. Tubuh mungil Belevia Avryl direngkuh dibopong keluar dari klub malam saat itu juga. Mereka harus menyelesaikan masalah di tempat yang lebih tenang. "Michael, cepat turunkan aku!" seru Belevia memukuli punggung suami. "Tidak, kita harus bicara soal ancamanmu tadi," balas Michael kesal. "Seenaknya saja kau menamparku, seolah dirimu tak bersalah mengapa akhirnya aku pergi mencari hiburan di sini!" Oh, tidak! Giliran Belevia merasa ketakutan sang mafia membalas dendam atas sikapnya di ruang VVIP tadi. "Aku mau pulang sendiri!" desaknya sesaat mereka tiba di lobi menunggu porsche hitam suaminya datang. "Ya, kita pulang bersama-sama!" tegas Michael menerima kunci mobil dari penjaga dan langsung meletakkan tubuh istrinya di kursi lalu memasangkan seatbelt erat. Wajah pias adik Nicholas Dupuis makin rona memerah akibat mabuk dan emosi. Kesadarannya menghilang yang tinggal hanya kemarahan semata. Di depan pintu lobi, Damien memandang bingung. Se
"Andai aku tahu kau suka pergi ke klub malam, tadi sore kita tidak perlu berseteru," bisik Justino di samping Belevia sedang duduk meneguk tandas segelas minuman. Hampir saja dia tak mampu menelan saliva ketika memandang istri cantik mempesona milik sang pewaris Delano Carleone. "Pergilah, aku tak perlu ditemani siapapun!" Belevia geram. "Biarkan aku sendiri di sini!" "Wow! Ternyata kau masih menyimpan kekesalan padaku, ayolah kita nikmati saja malam ini dengan minum dan berdansa," tukas Justino memesan tambahan minuman mereka berdua. Lirikan tajam adik Nicholas Dupuis tak berarti bagi lawan bicara. Pria itu senang mencari masalah cuma untuk meraih puncak karirnya di rumah sakit. Setelah beberapa minggu mereka bekerja di tempat yang sama terus mengamati Belevia penuh seksama. "Justino, aku peringatkan kau terakhir kali," ancamnya tegas. "Michael dan pengawalnya segera bertindak bila kau berani macam-macam lagi denganku!" "Belevia, tenangkan dirimu dulu, jujur aku menyukaimu dari aw
Malam telah larut Belevia membereskan berkas-berkas penting di atas meja. Tugas sebagai wakil pimpinan rumah sakit berikut dokter praktik menyita banyak waktu hingga melupakan anak dan suami. Rasa bersalah mendera karena dia sendiri memaksa kembali berkarir bukan cuma berumah tangga bersama sang pewaris Delano Carleone. Ketika membuka kamar terlihat pengawal Damien lalu lalang di depan pintu. "Hai, kenapa kau belum tidur?" tegur Belevia heran. "Di mana Michael, bukankah kalian tadi sedang membicarakan bisnis?" "Maaf mengganggu, Nyonya," ujar Damien sopan. "Ku pikir Michael sedang bersamamu saat ini." "Tidak, aku baru selesai mengerjakan berkas rumah sakit," gelengnya kuat. "Memangnya ada apa?" Sial-! Umpat pengawal senior. "Aku harus segera membawa adik Michelle pulang dari klub malam jika tidak dia akan meracau di sana," kata Damien cemas. "Sungguh berbahaya baginya karena banyak wanita jalang mengincar sampai detik ini." "Aa-paa!" teriak Belevia terkejut. "Tunggu aku ganti baju
Laporan Damien cukup jelas bagi Michael begitupun kesaksian dari anak buahnya, Milano. "Sebenarnya apa yang terjadi dengan mereka berdua," tanyanya curiga. "Belevia telah berselingkuh dariku?" "Tidak Tuan, sikap Nyonya Belevia begitu marah dan muak saat dokter Justino lancang menyentuh bahunya," bela Milano cepat tak ingin membuat sang mafia gusar karena laporan mereka. "Kau ingat percakapan yang dibicarakan mereka sebelumnya?" Mata biru Michael Delano Carleone berkilat tajam bagai pedang. Kesalahan utama dilakukan Milano tidak menemani setiap saat istrinya membutuhkan pengawalan membiarkan kejadian itu terdengar olehnya. "Tak semua, tapi terakhir Nyonya mengancam untuk menceritakan prilaku busuk dokter bajingan itu padamu, disitulah datang menemui sampai ke ruang kantor dan pulang ke Puri Lombardy." Wajah Milano tunduk malu. Sebelumnya dia melapor ke pengawal senior Damien diteruskan malam ini juga ke sang mafia untuk mencari jalan keluar demi keselamatan istri dan adik Nicholas D
"Papa Michael, kapan aku memiliki adik bayi?" rajuk Bianca Elenora di sela makan malam. "Papa dan Mama 'kan sudah janji sejak lama!" Bibirnya tertekuk cemberut tak mau menghabisi isi piringnya lagi. Giliran sang mafia kebingungan menjawab, menoleh ke arah Belevia yang juga tertegun atas pertanyaan dan permintaan putri mereka. Bagaimana memiliki bayi jika mereka tak pernah melakukan hubungan suami istri sampai detik ini. "Aku mau bayi kembar, Papa!" desak Bianca lagi. "Semuanya harus berasal dari perut Mama!" Hah! Kelopak mata Michael dan Belevia membelalak lebar. Putri mereka mulai pintar berbicara beradu debat dengan orang tuanya, dan tak lama akan bersekolah. "Baiklah, sayang," sahut sang pewaris Delano Carleone mengakhiri ketegangan. "Nanti Papa dan Mama berdiskusi dulu karena keluarga di sini tak satupun memiliki keturunan kembar." "Michael," bisik Belevia mengalihkan perhatian. "Keluarga Mama memiliki saudara kembar tapi mereka jarang bertemu karena bermukim di Spanyol dan Jer
"Nyonya Belevia," sapa Milano penuh hormat. "Apa sudah waktunya untuk pulang?" "Tunggu sebentar," sergahnya terburu-buru menahan pengawal diam berdiri di luar ruang praktik. "Aku harus mengambil mantel dan berkas dulu di ruang atas untuk dibawa pulang." Milano menggeleng, mendebat istri sang mafia. "Sebaiknya aku temani Nyonya ke lantai atas sesuai perintah Tuan Michael agar menjagamu kemanapun kau pergi." Grr-- dasar konyol! Ruang praktik dan kantor wakil kepala rumah sakit hanya beda dua lantai. Belevia merasa dikekang suaminya sendiri, diamati kebebasan selama bekerja pengawal suruhan Michael Delano Carleone. "Aku baik-baik saja, kau terlalu kaku dan baku terhadap aturan suamiku!" lontarnya kesal pergi meninggalkan seorang diri. Jubah putih praktik masih dikenakan segera diganti mantel hangat mengusir hawa dingin musim salju ini. Terlihat semburat wajah kesal pengawal setia keluarga Delano Carleone sambil melirik jam tangan menanti dirinya kembali. Rumah sakit besar yang terke